The Longest Day in Chang’an - Chapter 7
Feng Dalun berkata setelah sedetik meragu, “Pria yang harus dipindahkan bernama Zhang Xiaojing, yang dulunya adalah seorang prajurit di Xi Yu, dan diprimosikan untuk menjadi Komandan Buliang Ren di Daerah Wannian. Pada bulan sepuluh tahun kedua Tianbao (743 Masehi), tanah-tanah di Dunyi Fang diambil-alih oleh oleh pemerintah kekaisaran untuk dibangun penginapan bagi utusan dari Bolor Kecil. Sebuah Toko Dupa Wen tak mau pindah, dan dalam negosiasi dengan para pejaba dari Divisi Yu (divisi Kementrian Pekerjaan Umum), si pemilik toko, Wen Wuji tanpa disengaja tewas. Zhang Xiaojing, yang adalah rekannya dalam pasukan dahulu, bersikeras bahwa di pemilik toko terbunuh dan memaksa untuk mencari kebenarannya. Akhirnya, dia membunuh atasannya, sang Administrator dari Daerah Wannian dalam sebuah perdebatan dan dijebloskan ke penjara.”
Yuan Zai mendengarkan, terus tersenyum. Yang Feng Dalun katakan pasti telah disunat; kemungkinan besar ada banyak hal menarik di balik sesuatu seperti ‘membangun penginapan dan mengambilalih tanah’; ‘negosiasi’ antara Divisi Yu dan si pemilik Toko Dupa Wen mungkin tidak baik-baik. Yang terakhir; tak sepatah kata pun Feng Dalun meyebutkan tentang peranan yang dimainkan Pangeran Yong dalam kejadian ini….
Tetapi… yah, Yuan Zai tak peduli sama sekali tentang kebenarannya. Yang benar-benar dia pedulikan adalah apa yang Pangeran Yong inginkan.
Dia megetuk-ngetup sudut Jue (sebuah wadah atau piala berkaki tiga yang dipakai untuk menyajikan arak hangat) tembaga dengan kuku jarinya, “Dia dijatuhi hukuman mati pada bulan sepuluh tahun lalu dan biasanya pasti sudah dieksekusi pada musim dingin lalu. Menapa dia masih hidup?”
“Dia menunggu di penjara untuk memeriksa kembali eksekusinya.” Feng Dalun merasa agak tak berdaya.
Yuan Zai mengangguk paham. Semenjak Taizong naik tahta, pemerintah menjalankan hukuman yang sesuai dengan kejahatan, hukuman mati harus diperiksa kembali sebanyak lima kali di Chang’an. Bukan hal tidak biasa bagi eksekusi dari sebuah kasus ditunda dari tahun lalu hingga tahun ini.
Feng Dalun meneruskan, “Hari ini, belenggu Zhang Xiaojing dilepaskan oleh Departemen Jing’an, dikeluarkan dari Penjara Daerah Wannian dan berjalan dari fang ke fang seakan dia telah diampuni!” Tanpa sadar dia meremas sendok. Yuan Zai menyadari bahwa ketegangannya bertambah.
“Departemen Jing’an….” Yuan Zai menekuri nama yang tak familier itu, “Kenapa mereka membutuhkan Zhang Xiaojing?”
“Aku tak tahu. Bagaimanapun juga, kita harus mengembalikan dia ke penjara,” Feng Dalun berkata, dengan tanda-tanda kegelisahan. Telah melakukan begitu banyak hingga berhasil mengirimkan sang Yanwang ke penjara dalam kasus tahun lalu, mereka takkan pernah boleh membiarkan dia lepas.
Konteks kejadian tersebut melintas dalam hati Yuan Zai. ‘Ketidaksepakatan’ dari Zhang Xiaojing pasti telah menakuti Pangeran Yong dan Feng Dalun, sehingga mereka takut kalau dia bebas dari penjara. Mencapai titik ini, detil-detil lain jadi tak terlalu penting. Yuan Zai menyesap arak Langguanqing dari Jue, menata benaknya.
“Pasti ada seseorang yang berwenang di Departemen Jing’an sehingga bisa mengeluarkan dia dari penjara daerah. Dali Shi saja pasti akan ditolak.”
“Bagaimana menurutmu?”
“Bagaimana kalau meminta Petugas Sensor di Yushi Tai (T/N: kantor badan sensor) untuk menuntut….”
“Tidak, tidak.” Feng Dalun langsung menolak, “Pangeran Yong tak mau mengganggu para anjing gila di Yushi Tai.”
Tugas dari petugas sensor adalah untuk menemukan kesalahan pada orang lain, siapa pun itu. Kalau kau ingin memakai mereka sebagai pedang, berhati-hatilah supaya tak melukai dirimu sendiri. “Eh? Karena kau memintaku untuk menyingkirkan orang lain, kau pasti punya masalah. Maka aku harus memeriksa!” Semua petugas sensor berpikir seperti itu. Mereka itu yang paling baik besikap terlalu kasar dan yang paling buruk adalah anjing-anjing gila.
Yuan Zai menertawai ekspresi memalukan Feng Dalun, “Sobat, kau mengenal konstruksi dengan baik, tapi asing dalam hal tuntutan hukum. Kasus-kasus yang ditangani oleh Dali Shi harus diserahkan pada Yushi Tai untuk disimpan. Yang perlu kita lakukan adalah membuat alasan agar kasus itu diambil alih oleh Dali Shi, dan kemudian aku akan sedikit memoles dokumen yang diserahkan. Petugas-petugas sensor yang rajin itu akan pergi membuat masalah di Departemen Jing’an….”
Feng Dalun terpaksa menganggukkan persetujuannya. Operas ini memang tak bercela sehingga tak seorang pun yang akan menghubungkannya dengan Pangeran Yong. Dia menekuri dan bertanya, “Alasan macam apa yang bagus?”
Alasannya harus cukup kuat untuk diterima oleh Yushi Dai dan Dali Shi, tetapi menjaga dirinya sendiri dan Pangeran Yong tetap berada di luar masalah.
Yuan Zai mencelupkan jarinya ke dalam arak, kemudian menulis di atas meja, “Bagaimana bisa seorang lelaki yang bersalah karena melakukan kejahatan dan melanggar hukum dilepaskan tanpa pengampunan Kaisar?” Feng Dalun bersorak. Kata-kata ini terhindar dari urusan pengambilalihan rumah, hanya berkata bahwa Zhang Xiaojing telah membunuh hakim daerah, dan juga mengimplikasikan bahwa beberapa orang secara terbuka membengkokkan hukum demi melindunginya. Yang terutama, kata-kata ‘dilepaskan tanpa pengampunan Kaisar’ bagi petugas sensor sama seperti darah bagi lalat.
Enam belas kata sederhana itu mengandung beberapa lapisan makna dan menutupi semua dasarnya. Tak heran bila dia menjadi pejabat juru tulis yang hebat dalam menulis.
Selama pihak sensor ikut campur, Departemen Jing’an harus menyerahkan Zhang Xiaojing. Lalu untuk apakah dia akan dibawa ke penjara daerah, Dali Shi, atau Yushi Tai, siapa yang peduli?
Yuan Zai tersenyum puas, “Aku akan melakukannya setelah Festival Lentera.”
Feng Dalun tak sabar, “Kau lebih baik membereskannya hari ini juga….”
Yuan Zai tak pernah menyangka kalau dia begitu tergesa-gesa, namun sekarang adalah waktu Shen, para petugas Dali Shi semuanya sudah pulang ke rumah untuk menonton lentera, tak seorang pun yang bertugas.
Feng Dalun membungkuk, “Aku akan menawarkanmu hadiah besar untuk bantuanmu.” DIa menekankan ‘hadiah besar’. Selama Zhang Xiaojing masih hidup, dia akan hidup sepenuhnya dalam teror.
Yuan Zai memikirkannya lagi, dan mendesah, “Waktunya mendesak. Kita perlu pemicu, kalau kau mau membawa Zhang Xiaojing kembali hari ini.”
“Apa maksudmu?”
“Bukankah Toko Dupa Wen yang terlibat dalam kejahatan Zhang Xiaojing? Kalau seseorang dalam Keluarga Wen bersedia menyerahkan dirinya sendiri, Dali Shi bisa secara sah menerima kasusnya sekarang juga.”
Feng Dalun menepukkan tangannya dan tertawa, “Sungguh kebetulan! Putri dari pemilik toko Wen ditangkap oleh kami dan ditahan di sebelah. Aku terlalu sibuk untuk menyapanya, bagaimana kalau pergi bersamaku?”
Yuan Zai tahu kalau Feng Dalun juga dalah pemimpin dari Geng Api. Geng Api tak berani melawan Departemen Jing’an, tetapi sering menindas rakyat. Yuan Zai tak membongkar kedoknya, dan setuju unutk pergi.
Mereka meninggalkan Paviliun Yixiang, menyeberangi halaman, dan masuk ke sebuah pondok kayu yang rendah. Melihat beberapa orang pengangguran muda dari Geng Api sedang frustrasi di pintu, Feng Dalun mengernyit, dan bertanya pada mereka bagaimana mereka bisa jadi seperti ini hanya gara-gara menangkap seorang wanita. Para pengangguran muda itu saling tatap, bicara dengan bingung, tak tahu apa yang sedang terjadi.
Sementara mereka bicara, Yuan Zai mendorong pintu pondok kayu hingga terbuka. Seorang wanita dengan pakaian bergaya Hu, dengan rambut acak-acakan dan wajah panik, terikat di tanah, dan mulutnya disumpal dengan seikat rami sehingga dia hanya bisa mengerang.
Saat menatap mata gadis itu, Yuan Zai terkejut saat menyadari bahwa terdapat ulir perak serta bunga-bunga dian berbulu burung pekakak di pipinya, serta tusuk rambut nanmu berpola phoenix tersemat di sanggulannya.
Yuan Zai berdiri diam, matanya berkilat, dan tiba-tiba dia melakukan tindakan aneh – berbalik dan menutup pintu.
Ini sungguh adalah dunia yang menakjubkan, tak satu pun yang pernah diperkirakan.
Tak lama sebelumnya, Li Bi tanpa perasaan telah menyingkirkan He Zhizhang, namun sekarang dia harus mengundang kembali pria tua itu.
Urusan tentang para Pengawal Praetorian menangkap Zhang Xiaojing sama halusnya dengan sebutir telur yang tergantung pada tali. Tak peduli bagaimanapun Li Bi atau Putra Mahkota ikut campur, hal itu akan merusak keseimbangan rapuh dan menyebabkan telurnya jatuh. He Zhizhang, meski di muka umum sudah pensiun, dia memiliki reputasi tinggi dan sangat dihargai oleh Kaisar, sehingga dia adalah satu-satunya orang yang bisa menurunkan telur itu tanpa memecahkannya.
Bila memungkinkan, Li Bi takkan mau menelan arogansinya untuk membungkuk kepada pria tua itu. Akan tetapi, dia punya perasaan yang kuat bahwa Chang’an masih berada dalam bahaya besar, krisis besar lainnya diam-diam sedang menghimpun kekuatan.
Dalam situasi ini, dia harus mengesampingkan kehormatannya.
Rumah He Zhizhang berlokasi di Xuanping Fang dari Daerah Wannian, menyeberangi enam perempatan ke timur dan kemudian tiga perempatan ke selatan untuk sampai di Departemen Jing’an. Letaknya tidak dekat, dan jalannya kini ramai dengan orang. Bila bukan berkat akses istimewa dari kudanya, dia mungkin takkan bisa sampai hingga tengah malam.
Li Bi memegang kekang erat-erat dan berpacu di jalan. Sekarang belum waktunya untuk menggantung lentera dan keluar malam, tetapi seluruh keluarga di Chang’an telah tertumpah di jalan, bercampur dengan kereta-kereta lembu dan keledai yang berhiaskan pita cantik. Rangka lentera di berbagai fang sedang diberi persiapan akhir, sementara para ahli akrobat di bawah tak bisa menunggu untuk memulai pertunjukan. Di sepanjang jalan, jalanan riuh dengan Wanjian, gulat, pertunjukan kuda, juga sabung ayam. Bau berminyak dari domba panggang menggelayut di udara, ditemani oleh nada musim semi dari kelompok musik Hu, melayang jauh, menggemakan lagu dari panggung gadis-gadis yang menari.
Ini hanya sebuah blok kecil, dan fang-fang yang membentang jauh juga satu demi satu terhanyut dalam kegembiraan yang serupa.
Chang’an bagaikan sehelai kain sutra polos yang dilemparkan ke dalam gentong pewarna, warna-warna yang mendidih itu saling silang di jalanan bagai mengambang di atas lapis demi lapis benang-benang sulaman yang berbelitan. Seluruh kain perlahan-lahan menjadi basah, meresap, dan lingkaran-lingkaran penuh warna perlahan-lahan menyebar, segera tiap helai benangnya diwarnai oleh atmosfer gembira. Seluruh sutra polosnya telah berubah warna, menampakkan suasana yang meriah.
Dalam suasana meriah tersebut, hanya Li Bi, dengan bibir merapat erat, melaju melawan arah arus orang-orang secara tidak sesuai bagaikan sebuah titik yang keras kepala. Dia mengarahkan kepala kudanya, berusaha memelesat melewati jalan di antara kekacauan.
Melihat pada senyum-senyum gembira serta jalanan yang makmur, Li Bi tahu kalau dirinya tak punya pilihan. Demi rakyat di Chang’an, demi masa depan Putra Mahkota, dia harus meletakkan martabatnya untuk melakukan hal yang dia sebenarnya enggan melakukannya. Ini adalah tanggung jawab dan janji.
“Yah, aku menganggap ini sebagai pengalaman sekuler dan motivasi iman,” Li Bi membatin lelah, mencongklang maju.
Medan dari Xuanping Fang tinggi dan melandai naik sedikit demi sedikit, tampak seperti sebuah bukit datar yang tiba-tiba naik di dalam kota. Bukit itu bernama Leyou Yuan dan terdiri dari empat Fang: Xuanping, Xinchang, Shengping, dan Shengdao Fang, menghadap ke seluruh kota. Dinding-dinding fang yang putih keabu-abuan berkelok-kelok di sepanjang sisi bukit; di bawah dinding penuh dengan mawar dan semanggi; pohon-pohon dedalu yang menutupi bukit menghijau di musim Semi dan Panas, luar biasa indahnya.
Leyou Yuan dan Kolam Qujiang secara umum dikenal sebagai ‘Shanshui’, yang mana merupakan pemandangan yang bisa dinikmati orang-orang di Chang’an tanpa perlu meninggalkan kota. Di atas bukit, Yuefang (rumah musik), teater dan rumah minum ada di mana-mana; kuil-kuil besar di situ termasuk Kuil Ci’en, Kuil Qinglong, Kuil Chongzhen, dan sebagainya; sebuah lapangan polo di dekat JInggong Fang adalah salah satu dari beberapa tempat di Chang’an yang dibuka bagi semua orang, salah satu tempat terbaik untuk bersenang-senang di kota.
He Zhizhang tinggal di Xuanping Fang, di sudut timur laut dari Leyou Yuan. Di satu sisi, dia memilih tempat ini karena ada banyak pohon dedalu, yang mana merupakan pohon kesukaannnya; di sisi lain, terdapat sebuah kebuh tanaman obat yang melayani Putra Mahkota di Shengping Fang di sisi selatan. Untuk menghormati si pria tua, Putra Mahkota memesankan pada kebun tanaman obat itu untuk menyediakan He Zhizhang dengan obat-obatan kapan saja.
He Zhizhang telah menjual semua rumahnya di Chang’an setelah dia pensiun, hanya satu ini yang tersisa. Jelas, dia sangat menyukainya.
Li Bi mencongklang di sepanjang jalan dari tanah kuning yang lebar mendaki ke Leyou Yuan, dan bentangan tanahnya terus menanjak. Berkat pohon-pohon dedalu yang rindang di bukit, tempat itu bahkan disebut sebagai Liujing (kota dedalu). Karena ada terlalu banyak ranting-ranting mati setelah musim dingin, menggantung lentera di situ dilarang oleh pemerintah, jadi tak ada lentera yang tergantung tinggi di fang ataupun di sisi jalan. Leyou Yuan letaknya cukup tinggi untuk memberikan pemandangan indah dari lentera-lentera di Chang’an, jadi banyak pejabat birokrat dan keluarga mereka yang telah memanjat naik ke bukit lebih awal dan menempati posisi yang bagus. Di jalan, kuda-kuda yang riuh dan nyanyian tak ada tandingannya.
Li Bi berhasil mendesakkan jalannya ke sana dan tiba di sudut tenggara Xuanping Fang. Ada sedikit rumah di sana, tetapi pin empat pintu di ambang pintu menunjukkan bahwa para pemilik semuanya berasal dari keluarga-keluarga bangsawan. Dengan pohon-pohon dedalu di gerbang depan, rumah He Zhizhang mudah untuk dikenali. Li Bi berjalan lurus menuju sebuah rumah di belakang pepohonan dan mengetuk pintu samping. Pelayan di dalam mengenalinya dan mengantarnya menuju halaman belakang tanpa ragu.