The Longest Day in Chang’an - Chapter 5
Fang-fang di Chang’an semuanya diatur dalam pola papan catur, karenanya setiap sudut perempatan jalan terhubung dengan sebuah Fang. Dengan demikian, keempat sudut dati tiap Fang akan berhubungan dengan perempatan jalan. Alhasil, para penduduk di Chang’an lebih memilih untuk menyebut perempatan jalan dengan nama Fang-fang yang menyerong timur-barat, yang mana memberi setiap perempatan sebuah nama unik yang takkan mudah membuat bingung. Perempatan jalan yang ini, dengan Guangxing Fang di Timur Laut dan Anle Fang di Barat Daya, dinamai sebagai Guangxin Anle.
Tempat ini adalah ujung selatan dari Jalan Barat 1 di Jalan Zhuque, hanya berjarak satu Fang jauhnya dari dinding kota. Meski anjing itu tak bisa menuntun mereka ke arah spesifik, Zhang Xiaojing sudah bisa menyimpulkan apa yang direncanakan oleh orang-orang Turki ini di selatan kota.
Chang’an berpenduduk padat di bagian utara namun jarang di sisi selatan di mana sebagian besar Fang-nya luas dan terpencil, jarang dikunjungi dan ditumbuhi rumput liar.
Mata Cui Qi menyala, “Aku akan memanggil beberapa orang untuk menggeledah di semua Fang! Akan kulihat ke mana para bajingan ini bisa kabur.”
Zhang Xiaojing menggelengkan kepalanya, “Ini hanyalah tempat di mana wangi dupanya berhenti, belum tentu merupakan tempat di mana serigala-serigala itu bersembunyi. Orang-orang Turki memiliki terlalu banyak tempat untuk bersembunyi di area ini.” Dia mengulurkan tangan dan menggambar lingkaran di udara seraya bicara, yang pada dasarnya termasuk pada seluruh sudut Barat Daya Chang’an. Orang-orang Turki bisa berada di mana pun dalam enam belas atau lebih Fang-fang yang terbengkalai.
“KIta tak boleh mengagetkan para serigala pada saat kritis ini….” Zhang Xiaojing mendadak memelankan langkahnya dan menekankan tiap katanya. Cui Qi langsung mengerti petunjuknya. Semenjak Sicheng Li mendapatkan kabar bahwa putri Wang Zhongsi diculik, dia sendiri yang mengeluarkan perintah bahwa penyergapan keras seperti waktu di Gudang C 6 itu harus dihindari. Mereka harus menerapkan kewaspadaan yang luar biasa saat bertindak kalau-kalau putri Wang akan berada dalam bahaya.
“Kalau saja Kakakku masih hidup….” Cui Qi mengesah namun kemudian buru-buru menjelaskan, Dia tumbuh besar di Kota Barat dan sangat familier dengan seluruh kota. Aku tidak sedang mengeluh tentangmu.”
“Itulah sebabnya orang-orang Turki ingin menyuruh dia menggambar peta Fang, kan?”
“Aye!” Mata Cui Qi memerah saat dia mengepalkan tinjunya erat-erat. Kematian kakaknya telah membuat dia berada dalam kondisi kebingungan dan gegabah, menyebabkan dia membuat banyak kesalahan. Jadi dia lebih bernafsu ketimbang siapa pun yang lain untuk menangkap si Cao Poyan ini.
Zhang Xiaojing tiba-tiba mengerutkan alisnya karena dia baru saja merasakan sesuatu yang salah. Namun perasaan itu menghilang dalam sekejap. Dia menggelengkan kepalanya dan mengikuti tatapan Cui Qi untuk melihat ke depan. Pada titik ini matahari sudah memulai perpindahannya menuju Barat. Dan dinding-dinding Fang yang berwarna kelabu memanjang jauh hingga keluar dari jarak pandang. Cui Qi membanting helmnya ke tanah, jengkel. Ini adalah kali pertama dia merasa kalau Chang’an itu begitu mengesalkan besarnya.
Si anjing, sibuk mengunyah daging kering, dibuat ketakutan oleh gerakannya dan buru-buru bersembunyi di belakang Zhang Xiaojing.
Yao Runeng berjalan dengan hati-hati, “Tak bisakah kita memanggil saja semua yang bertugas dalam menara-menara jaga, pengintai, juga para penjaga Fang di sekitar sini dan bertanya pada mereka apakah mereka melihat sesuatu yang tidak biasanya?”
Zhang Xiaojing dan Cui Qi sama-sama mendesah, tak berdaya. Kota Selatan penduduknya jarang dengan manajemen yang longgar. Para penjaga yang ditugaskan di sini sedikit dan payah. Akan lebih mudah membuat para rahib di Kuil Ci’en untuk makan daging daripada mengharapkan mereka menyadari sesuatu.
Tetapi itu adalah hal yang harus dilakukan, jadi Cui Qi langsung memanggil lima puluh prajurit dari Pasukan Lubi. Mereka pergi berpasangan ke Fang-fang terdekat, tanpa senjata ataupun zirah, hanya membawa bola-bola asap dan terompet untuk melihat apakah mereka bisa menemukan petunjuk apa pun.
Lalu untuk Zhang Xiaojing, dia menuntun si anjing di tangan kirinya dan menyeka debu dari lubang matanya dengan tangan kanan, memandangi beberapa menara jaga terdekat. Dia telah membentuk kebiasaan memeriksa menara jaga sekarang dan kemudian melihat apakah ada pembaharuan. Tetapi dirinya merasa agak bertentangan karena dia hanya menerima kabar-kabar buruk dari menara jaga semenjak mengambil alih masalah ini.
Mari kita mengharapkan sesuatu yang baik terjadi sesekali…,” Zhang Xiaojing mengesah. Dia kemudian membisikkan sesuatu yang aneh saat dia membelai bulu leher si anjing yang tebal. Si anjing tak mengerti bahasa manusia sama sekali, jadi hewan itu hanay menggonggong sebagai responnya. Anjing itu tak tahu bahwa bila kalimat ini didengar oleh manusia yang lain, maka akan menyebabkan pergolakan.
Daning Fang berada di jalan keempat di sisi Timur Jalan Zhuque, dengan Gerbang Yanxi dari Istana di sisi Barat dan hanya satu Fang jauhnya dari Istana Daming di Utara. Karenanya, sebagian besar penghuni di sini adalah para pejabat. Hal yang lucu adalah bahwa meski para penghuninya semua menikmati status yang tinggi, kediaman mereka tak semewah seperti yang berada di Anren Fang dan Qinren Fang. Sebaagian besar kediaman itu berwarna hijau dan beratap genting dengan tujuh kamar dan tiga lapis halaman. Hal ini terjadi karena tempat ini terlalu dekat dengan Istana Daming dan Istana Xingqing di mana Kaisar bisa dengan mudahnya melihat semua rumah selama Beliau menaiki dinding istana. Dan memamerkan kemewahan yang berlebihan di bawah mata Kaisar jelas bukan pilihan yang bijaksana.
Pada masa Festival Lentera, Kaisar akan merayakan hari itu dengan rakyat jelata, jadi para pejabat tidak cukup berani untuk melakukan yang sebaliknya. Karenanya, semua Fang dihias dengan lentera dengan rak lentera berdiri pada setiap sepuluh rumah. Akan tetapi, dekorasi ini tampak agak dipaksakan, dan skala dari lentera-lentera itu hanya berada pada tingkat menengah, yang mana membuat hanya sedikit orang yang menikmati pertunjukan lentera. Dan jalanan tidak seramai seperti di Fang-fang lainnya.
Feng Dalun menunggang seekor kuda menuju kediamannya sendiri, menghindari kereta-kereta yang melundur dalam berbagai ukuran. Di kegelapan, dia adalah bos dari Geng Api yang mengacau di Daerah Wannian sementara saat kembali ke tempat ini, dirinya hanyalah seorang pejabat tingkat sembilan dari Kementrian Kerja yang bertugas dalam urusan Kementrian Yu. Karenanya dia harus menaati aturan dan etiket.
Kepada dari Kementrian Yu, meski seorang pejabat berperingkat rendah, bertugas dalam hal renovasi, perbaikan, dan konstruksi di seluruh Chang’an. Tugasnya termasuk dalam pemilihan pekerja, pembelian material dan mengawasi konstruksi, yang mana merupakan pos yang cukup menguntungkan. Feng Dalun terlahir dala sebuah keluarga yang sederhana tetapi lebih berpandangan jauh ketimbang orang rata-rata. Dia, berkat kenyamanan yang diberikan oleh posisinya, telah membangun kekuatannya sendiri, Geng Api, yang bisa membantu menyelesaikan banyak tujuan-tujuan kotornya yang tak bisa dia capai secara terang-terangan. Dengan dia berada dalam cahaya dan geng tersebut dalam kegelapan, dia berhasil mengendalikan proyek-proyek dari hampir separuh Daerah Wannian.
Bila bukan gara-gara kasus tahun lalu, dirinya pasti sudah dipromosikan. Bah! Lupakan saja. Semuanya sudah selesai dan siapa pun yang berdiri menghalangi jalannya telah dibersihkan.
Hari ini Wen Ran telah mengingatkan dirinya pada dendam lama. Gadis itu adalah satu-satunya orang dalam kasus tersebut yang tidak dipenjara. Maka dia pun mengirim beberapa orangnya untuk sedikit menghukum Wen Ran. Proses penghukumannya tidak penting. Yang penting adalah untuk membuar semua orang tahu bahwa siapa pun yang menyinggung dirinya harus membayar harganya, bahkan bila masalahnya telah berakhir.
‘Sekarang aku bertaruh kalau pelacur itu sedang menangis!’
Saat dia memikirkan hal ini alisnya melonggar dengan seulas senyum jahat menggantung di sudur mulutnya. Persis saat dia sudah akan turun dari kudanya di depan pintu kediamannya, melompat keluarlah seorang pria yang memelototkan mata kodoknya. Pria itu memegangi kekang kudanya dan berseru, “Kurator Feng! Kurator Feng!”
Feng menunduk dan melihat sipir penjara hukuman mati dari Daerah Wannian. Wajah berubah drastis, dia bertanya, “Apa yang membuatmu kemari?”
Si sipir buru-buru berkata setelah penantian panjang dan gelisah, “Zhang Yanwang meninggalkan penjara!”
Feng nyaris membuat kudanya ketakutan. Dia buru-buru duduk tegak di atas punggung kuda dan bertanya dengan wajah masam, “Bagaimana dia bisa kabur?”
Si sipir memekik, “Dia tidak kabur! Seseorang datang untuk mengeluarkan dia!”
“Dikeluarkan?” Feng buru-buru mengingat dengan cepat semua departemen yang memiliki hak untuk mengambil tahanan dalam benaknya. Dali Shi? Kementrian Hukum? Atau Perpustakaan Istana?
“Bukan, Departemen Jing’an yang melakukannya. Semua dokumennya lengkap. Jadi saya bahkan tak bisa menolak.”
“Departemen Jing’an….” Nama itu terdengar agak familier jadi dia berusaha mengingat-ingat Tipao (T/N: serupa dengan koran politik) dari setengah tahun terakhir. Matanya tiba-tiba memicing membentuk dua jarum tajam.
“Kapan?”
“Kira-kira dua shichen yang lalu. Saya telah menunggu di sini sangat lama.”
“Kenapa Departemen Jing’an mengeluarkan dia?”
Si sipir menggelengkan kepalanya. “Tidak disebutkan. Dokumennya hanya menyebutkan untuk urusan resmi. Borgolnya dilepaskan begitu dia keluar dan bukannya dalam kereta tahanan, dia menunggang seekor kuda untuk pergi bersama seorang utusan dari Departemen Jing’an.”
Dengan tangan gemetaran, Feng menarik kudanya untuk berbalik dan melecut kudanya agar pergi. Si sipir buru-buru berseru, “Kurator Feng, Anda mau ke mana?” Feng Dalun tak memperhatikan kata-kata itu dan mencongklang pergi ke arah dirinya baru saja lembali.
Si sipir membeku di tempat dan barulah saat itu dia mengingat bahwa tokoh besar dalam kegelapan di Chang’an ini benar-benar gemetar saat menggenggam kekangnya.
Feng Dalun mencongklang di sepanjang jalan menuju Selatan ke Jinggong Fang yang terletak di sisi paling timur Chang’an. Berdempetan dengan dinding kota, Fang ini menikmati nama yang cukup besar di Chang’an untuk lapangan polo yang bernama Lahan Yousa (T/N: Minyak Tumpah) yang dibangun oleh Yang Shen, suami dari Tuan Putri. Ini adalah lapangan polo terbesar di Chang’an yang hanya berada di bawah lapangan di Istana, yang mana menerima sebagian besar para bangsawan dan anggota keluarga istana.
Dirinya disambut oleh sorakan di kejauhan begitu dia memasuki lapangan. Sebuah lapangan polo yang luas pun terlihat di kaki bukit saat dia melintasi sebuah lereng bukit dengan semak-semak yang tertata rapi. Lapangan berwarna kuning kecoklatan itu lebarnya sekitar 150 langkah dan panjangnya 400 langkah, dikelilingi oleh pagar yang dihias dengan sutra-sutra dan panji warna-warni. Di luar lapangan berdiri lebih dari sepuluh tenda dari bulu domba berat yang didirikan di sekitar pohon-pohon dedalu, dan bendera-bendera dengan nama keluarga yang berbeda ditempatkan secara acak di samping masing-masing tenda. Masing-masingnya mewakili sebuah keluarga berpengaruh di Chang’an.
Di lapangan beberapa orang penunggang terlibat dalam pertandingan yang ganas. Dan bola kecilnya terus berlompatan di tengah kepulan debu saat kuda-kuda mencongklang. Mendadak, seorang penunggang berpakaian brokat memelesat keluar dan mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi, memukul bolanya tepat menuju lingkaran naga dan mengenai papan di belakangnya. Para tamu wanita di tenda-tenda itu semuanya bersorak dan bertepuk tangan saat si penunggang mencongklang memutari lapangan dengan tongkatnya dalam sikap pongah.
Ini adalah pertandingan polo yang normalnya digelar pada Festival Lentera, juga disebut sebagai Pertandingan Penyambutan Musim Semi. Di belakang lingkaran naga harus dipasang sebuah papan dengan pola awan dan bolanya harus diganti dengan bola yang bersulamkan pola Fu emas untuk hari ini. Siapa pun yang mendapatkan nilai terlebih dahulu disebut sebagai naga yang menembus awan, yang mana dianggap sebagai pertanda baik untuk tahun baru yang makmur dan lancar.
Pada saat ini terdengarlah beberapa bunyi gong yang menandakan akhir dari paruh pertama pertandingan. Semua penunggang menghentikan kuda-kuda mereka untuk saling menyalami sebelum mereka kembali ke tenda mereka sendiri-sendiri.