The Longest Day in Chang’an - Chapter 5
Sekarang bagaimanapun juga adalah bulan satu, dan meski api perapian membara di keempat sudut aula, tangannya masih merasakan suatu hawa dingin. Xu Bin, tangannya diselipkan dalam lengan bajunya, berjalan melewati baris demi baris naskah di rak saat gemerisik gulungan dan keletak tongkat-tongkat hitungan menyerbu le dalam telinganya. Melihat pada para pejabat junior yang kelelahan ini, mau tak mau Xu Bin membusungkan dadanya saat beberapa perasaan mengemuka dalam benaknya.
Daya ingat Xu Bin terkenal di seluruh Chang’an. Dia bisa membalikkan permainan catur yang hampir berakhir, dan kemudian memasang semua bidaknya di posisi semula mereka satu demi satu. Sayangnya, dia tak mendapatkan kemajuan dalam karir pejabatnya dan selalu menjadi pejabat junior tanpa peringkat. Perekrutan dari Departemen Jing’an kali ini memberi seberkas cahaya harapan untuk dia berbalik. Pada saat ini, gelarnya adalah pra-kepala dari Departemen Jing’an. Bila dia bisa membuat kontribusi besar dan menyingkirkan bagian ‘pra’-nya, dia akan menjadi seorang pejabat yang sesungguhnya, bawahan rendah tingkat delapan!
Jadi, semakin berat situasinya, semakin mudah untuk mendapatkan pencapaian!
Dengan semangat bergolak dalam hatinya, dia meraih segenggam penuh tongkat hitung, dan perintah nyaris langsung dari Li Bi tiba-tiba muncul dalam benaknya, “Periksa semua yang bisa disulut!” Xu Bin menimbang-nimbang dan tiba-tiba matanya menyala, seakan mendapatkan suatu inspirasi.
Xu Bin berhenti dan ingin meminta beberapa juru tulis untuk memeriksa berkas-berkas. Kata tersebut naik ke bibirnya, namun dia menahannya kembali. Semua orang begitu sibuk sehingga jadi sedikit riskan untuk mengerahkan upaya mereka sesukanya.
Tak bisa mengucapkannya, dia harus melakukannya sendiri. Xu Bin mengesah saat dia menarik seorang pembawa pesan terdekat, mengatakan kepadanya serentetan angka dan memintanya mengeluarkan berkas-berkas yang berhubungan. Kemudian dia kembali ke kursinya, lengan baju setengah digulung, mengambil sebuah kuas halus yang tercelup dalam tinta merah.
“Aku tak bisa bertarung dalam pertempuran seperti Zhang Xiaojing, berkas adalah medan perang yang bisa kumenangi.” Begitu Xu Bin terpikirkan hal ini, matanya yang bersemangat tak tahan untuk menatap pada Sicheng Li, yang berada tak jauh darinya.
Bagaimanapun juga, Li Bi tak menyadari tindakan Xu Bin, juga tak peduli bahkan bila dia melihatnya. Di mata Li Bi, tampaknya asalkan dia memandangi meja pasir Chang’an lebih lama lagi, dia akan menemukan bagaimana para Pengawal Serigala Turki membawa bahan bakar itu ke dalam Chang’an tanpa diketahui oleh siapa pun.
Jam air menetes dengan santainya di sudut aula. Kurang dari tiga shichen menuju Pertunjukan Lentera, namun tak ada kemajuan yang penting.
Zhang Xiaojing menjabat pada saat-saat krisis dan, seperti yang telah diperkirakan, secara ajaib berhasil menggali sebuah petunjuk, namun segera saja keuntungan itu menghilang. Kedua pemeriksaan yang telah terganggu itu membuat Li Bi kesal. Dia selalu memercayai Taoisme dan memperhatikan kedamaian serta ‘Berdiam’, tetapi semenjak dia mengambil alih posisi tersebut, suasana hatinya selalu naik turun, berkebalikan dengan doktrin Taoisme.
“Urusan-urusan sekuler akan benar-benar mengacaukan pelatihan Taoisme seseorang,” Li Bi membatin, frustrasi, namun tak bisa melakukan apa-apa.
Pada saat itulah seorang pembawa pesan bergegas memasuki aula dan langkah-langkah kakinya pada lantai batu hijau jadi sedikit memperlambat pergerakan semua orang. Pesan lain telah masuk, dan baik atau buruknya laporan itu akan menentukan suasana dari seluruh Departemen Jing’an.
Si pembawa pesan tak menyampaikan kabarnya keras-keras. Sebaliknya, dia langsung menghampiri Sicheng Li dan menyerahkan sepucuk surat kepadanya. Hal itu menunjukkan bahwa kabarnya bersifat rahasia dan tak bisa disampaikan lewat menara jaga, namun harus dikirimkan dalam bentuk surat rahasia. Tan Qi, yang berada paling dekat dengannya, mengamatinya dengan gugup lewat sudut mata. Gadis itu melihat Tuan Muda menyobek segel, dan mendadak wajahnya berubah. Wajah Li Bi berubah merah, kemudian memucat, dan kemudian dirinya diliputi oleh selapis kemuraman kelabu, bahkan ada gestur kecil yaitu mengepalkan tinju.
Seberapa pelik pesan itu? Tan Qi sedikit cemas, tetapi agak penasaran.
Li Bi memegang surat rahasia dari Cui Qi, dan tertulis: Berdasarkan pemeriksaan, para Pengawal Serigala telah menangkap putri dari Wang Zhongsi, dan menghilang.
Para Pengawal Serigala yang lolos dari Genderang Jiuguan dari Xiuzheng Fang itu telah menculik putri dari Jiedu Wang?
Wang Zhongsi bukanlah pejabat biasa di pemerintahan, melainkan Jenderal dari Pasukan Jinwu Kiri, gubernur militer dari Lingzhou dan juga Shuofang Jiedushi. Dia adalah jenderal yang paling berharga di Da Tang yang telah memenangkan kepercayaan sang Kaisar.
Da Tang memakai kekuatan militer melawan Khan Turki utamanya dijalankan oleh Wang Zhongsi, yang, dengan martabatnya, telah memimpin suku-suku di padang rumput untuk mengepung Turki. Pada titik kritis ini, bila orang-orang Turki secara terbuka mengambil anggota keluarganya di Chang’an, selain pihak istana akan dipermalukan sepenuhnya, sang Kaisar juga akan murka dan pemerintahan terguncang. Bahkan bila Li Bi sangat dipandang tinggi oleh Kaisar, dia mungkin takkan bisa menyelamatkan lehernya, dan Putra Mahkota Li Heng akan terlibat.
Setelah berpikir hingga di sini, Li Bi merasakan hawa dingin merayap naik di punggungnya.
Tampaknya mereka harus mengubah strategi melawan para Pengawal Serigala Turki. Menyergap mereka tidak disarankan bahkan bila berhasil menemukan tempat persembunyian mereka, yang mana akan membahayakan nyawa putri dari Wang. Departemen Jing’an sudah luar biasa dibatasi, kini batasan tambahan membuatnya jadi lebih parah. Namun Li Bi tak punya pilihan.
Barulah saat itu Li Bi mengerti kenapa Li Heng menunjuk He Zhizhang sebagai Ketua dari Departemen Jing’an. Penculikan putri Wang tak bisa menjadi rahasia lebih lama lagi, dan segera akan ada tekanan dari semua sisi. Hanya tangan lama seperti He Zhizhang yang bisa dengan lihainya menyimpulkan tren di istana dan membuat persiapan terlebih dahulu.
Li Bi mungkin punya cara dalam menangkap penjahat, tetapi sangat tidak dewasa saat berurusan dengan para lawan politis yang keji itu.
Li Bi berpikir, “Haruskah aku membawa Pengawas He, yang sakit karena marah, kembali lagi?”
“Bawakan aku sedikit es.” Li Bi meraungkan perintahnya, mengibaskan ide tak menyenangkan itu dari benaknya.
Tan Qi diam membeku, dan barulah ketika Li Bi memberikan perintah lagi dia pun kembali sadar dan merasa agak malu. Siapa yang akan menyimpan benda semacam itu di rumah pada bulan satu? Setelah melihat sekeliling, Tan Qi meminta seseorang untuk mengambilkan seember air yang bercampur es dari kanal di halaman belakang. Setelah esnya disaring, dia pun mencelupkan sehelai sapu tangan ke dalam ember lalu menyerahkannya.
Li Bi mengambil sapu tangan itu dengan kasar dan tanpa memerasnya, melemparkan sapu tangan itu ke wajahnya bersamaan dengan air es. Dia menggertakkan giginya saat hawa dingin yang menghujam mennusuk-nusuk wajahnya seperti ribuan jarum. Akan tetapi, kepalanya yang kalut kembali jernih.
Pada saat ini, lebih penting lagi untuk tetap tenang,
Li Bi membaca ulang surat rahasia itu dan membandingkannya dengan kabar dari menara jaga. Dia mendapati bahwa para Pengawal Serigala yang menculik putri Wang bersembunyi di sebuah tempat yang disediakan oleh Long Bo, yang telah mencuri peta Fang. Berarti bisa dibilang, kedua kejahatan itu semuanya adalah hasil kerja dari kelompok yang sama.
Membakar Chang’an dan menculik putri Wang adalah hal yang sama sekali berbeda. Yang sebelumnya adalah kegilaan akan penghancuran, dan yang belakangan adalah sebuah ancaman rasional. Terdapat perbedaan besar pada arah untuk menerapkan kekuatan di antara keduanya. Seorang pemanah yang baik takkan mengincar dia ekor kelinci pada saat bersamaan; seorang perencana yang hebat, secara umum, tak seharusnya terus-terusan menjalankan dua tujuan yang saling merintangi.
Li Bi, yang telah menenangkan dirinya, mengendus setitik bau yang ganjil.
Mungkin itu adalah sebuah kesempatan. Semakin banyak sasarannya, semakin berat tugasnya. Selama mereka terus-menerus menekan para Pengawal Serigala Turki, hal itu mungkin akan memaksa mereka membuat lebih banyak kesalahan dan mengungkapkan lebih banyak celah.
Li Bi menutul-nutul wajahnya lagi dengan sapu tangan dingin itu, dan mengarahkan matanya pada meja pasir, mencari figur abu-abu yang unik. Hanya ada satu orang yang bisa membantunya saat ini.
“Di mana Zhang Xiaojing? Apa yang sedang dia lakukan?” Li Bi bertanya lantang.
Zhang Xiaojing sedang menuntun anjing di Gerbang Qixia.
Anjing itu adalah seekor anjing berhidung panjang dari area Hedong, dengan telinga runcing dan wajah sempit, bulu kelabu dengan bercak-bercak putih, dan sebuah hidung hitam besar yang mengendus secara ritmis. Anggota tubuhnya kurus, yang mana kuat saat berlari, jadi Zhang Xiaojing harus berpegangan pada talinya supaya bisa dengan susah payah menyamai kecepatannya.
Sungguh menyebabkan banyak tikungan dan kelokan dalam meminjam anjing ini.
Rumah anjing dari Wisma Xuanhui berlokasi di Tongji Fang, berada di sisi paling selatan dari Kota Timur, dan bertanggungjawab untuk menyimpan anjing peliharaan dan anjing pemburu untuk Istana. Saat Cui Qi ke sana untuk meminjam seekor anjing, kepala pengawas dari rumah anjing itu menolak. Anjing-anjing ini adalah milik Departemen Rumah Tangga Kekaisaran, dan tak peduli dengan kantor-kantor dari pemerintahan luar. Cui Qi agak takut bila menyinggung para kasim dari Istana, namun Zhang Xiaojing berkata dingin bahwa bekerja untuk Departemen Jing’an tidak boleh punya keberatan apa pun; dia harus melakukannya.
Cui Qi telah berupaya dengan pendekatan ‘wortel dan tongkat’ kepada sang kepala pengawas, namun orang itu tak mau membengkokkan aturan. Akhirnya, Zhang Xiaojing berdiri dengan tidak sabar dan mengacungkan busur silang pada si kepala pengawas, secara langsung membawa pergi seekor anjing pemburu. Cui Qi hanya bisa memaksakan senyum pada gaya operasi yang sederhana dan kasar ini. Sang pengawas telah mengancam akan melaporkan mereka berdua karena merampas properti Istana, dan seluruh Departemen Jing’an akan berada dalam masalah besar setelah Festival Lentera.
Namun, bagaimanapun juga, bila krisis yang terjadi saat ini tak diselesaikan tepat waktu, mereka bahkan takkan bisa melalui hari ini. Demi meredakan rasa haus saat ini, bahkan bila ini adalah arak beracun, dia bersedia untuk menjepit hidung untuk meminumnya.
Anjing pemburu itu dengan cepat dibawa ke Gerbang Qixia, yang merupakan tempat terakhir di mana orang-orang Turki lewat. Zhang Xiaojing membiarkan anjing itu mengendus aroma yang ditinggalkan oleh Wen Ran, dan bersiul. Sambil mengendus tanah, telinga anjing itu langsung naik, dan dia berbalik lalu berlari ke arah barat.
Zhang Xiaojing memegangi talinya dan mengikuti. Cui Qi, Yao Runeng, dan para Prajurit Lubi juga mengekori, membentuk sebuah barisan yang luar biasa di jalanan. Para pejalan kaki menonton dan mengira kalau itu adalah muslihat lain untuk Festival Lentera yang diciptakan oleh sebuah toko minuman keras.
Anjing itu berlari pada kecepatan penuh dan berhenti pada tiap persimpangan, dengan mengendus mengarahkan ke mana mereka harus menuju. Seiring dengan berlalunya waktu, si anjing semakin sering ragu-ragu. Hingga siang tiba, semakin banyak orang yang berkerumun untuk menonton lentera, dan bau-baunnya jadi lebih beragam. Daging panggang di dalam dinding Fang, kotoran kuda di jalan, kerumunan besar, unta yang bau serta aroma arak yang menguar dari toko arak semuanya sangat mengganggu si anjing.
Setiap kali si anjing ragu-ragu, Zhang Xiaojing akan mengeluarkan sebuah kantongan, yang secara khusus diambil dari Toko Dupa Wen dan bisa menguatkan sensitivitas anjing itu atas aroma tersebut. Namun segera saja hal itu tak berguna, dan aroma Wen Ran yang tertinggal begitu samar hingga sulit diidentifikasikan oleh si anjing. Petunjuk yang rapuh tersebut perlahan-lahan menghilang.
Zhang Xiaojing berusaha mendorong si anjing tersebut agar maju, berharap untuk bisa sedekat mungkin sebelum aromanya lenyap. Si anjing mampu berlari sedikit lebih jauh algi, dan akhirnya berhenti di sebuah persimpangan jalan. Dia menegakkan telinganay dan mengendus, mendengkur, kemudian berputar-putar dengan gelisah, mengorek-ngorek tanah dengan cakar depannya, menolak untuk maju lagi.
Zhang Xiaojing mengesah, tahu bahwa hewan itu telah mencapai batasnya.
Pada saat ini, Cui Qi dan Yao Runeng juga telah tiba. Mereka semua kecewa saat melihat si anjing bersikap seperti ini. Cui Qi dengan marah menendang si anjing, si anjing mendengking kesakitan. Cui Qi sudah akan menendangnya sekali lagi dan dihentikan oleh Zhang Xiaojing.
“”Minggir. Aku akan memberi bajingan pemalas ini pukulan yang memuaskan,” racau Cui Qi.
Berlutut, Zhang Xiaojing melingkarkan tangannya pada leher si anjing, berusaha menenangkannya. “Anjing itu jujur, tak pernah bermalas-malasan ataupun licik, juga takkan berbohong dan mengaku-aku jasa. Dia telah bekerja dengan baik, kenapa bersikap keras padanya?” Dia menyentuh kepala si anjing, dengan nada simpati dalam suaranya.
“Apa ada sesuatu yang bisa dimakan di sini?” Zhang Xiaojing bertanya pada Yao Runeng, yang dengan cepat mengeluarkan sepotong daging babi kering dari sabuknya. Zhang Xiaojing mencabik potongan daging babi itu menjadi suwiran dan memberi makan si anjing.
Yao Runeng mengamati, bertanya-tanya, “Orang ini memperlakukan anjing sebagai kepercayaan, tetapi memiliki sikap menjauhi yang kuat saat berurusan dengan orang lain. Sepertinya bagi dia, manusia itu jauh lebih tak bisa dipercaya ketimbang anjing.”
Li Bi telah memberi Yao Runeng tugas untuk mengawasi apakah Zhang Xiaojing memiliki tanda-tanda pembangkangan. Untuk saat ini, yao Runeng jadi penasaran tentang dirinya – Apa yang telah dia lalui? Apa yang membuatnya jadi seperti ini?
Cui Qi tak tertarik pada hal-hal ini, selain pada satu hal, “Komandan Zhang, apa yang akan kita lakukan berikutnya?” Zhang Xiaojing tak menjawab, tetapi melihat sekeliling, memposisikan di mana mereka berada.
Anjing itu telah berlari di sepanjang jalan menuju barat dari Gerbang Qixia menyeberangi Jalan Kerajaan Zhuque, membawa mereka ke dalam yurisdiksi Daerah Chang’an, Kota Barat, dan akhirnya berhenti di persimpangan ‘Guangxing’ dan ‘Anle’.