The Longest Day in Chang’an - Chapter 4
Dong dong dong, dong, dong dong dong, dong….
Suara genderang yang beritme menyebar ke setiap sudut sisi tenggara Chang’an. Menurut hukum Tang, begitu Genderang Sembilan Penghalang berbunyi, para penjaga yang ditempatkan di jalan-jalan harus menghadang jalan serta persimpangan di sekeliling sembilan Fang.
Bagaimanapun, pada Festival Lentera, semua orang sedang dalam suasana hati yang bagus untuk bersenang-senang, termasuk para penjaga yang bertugas yang mana menjadi lambat dalam bertindak bahkan setelah mendengarkan genderangnya. Barulah setelah waktu berlalu cukup lama beberapa orang penjaga membangunkan kolega-kolega mereka yang sedang tidur atau bermain kartu, lamban dalam bertindak.
Untung saja, Cui Qi tak pernah menempatkan harapannya pada orang-orang dungu itu. Secara khusus dia telah menempatkan belasan prajurit dari Pasukan Lubi, dengan plakat identitas, ke masing-masing Pos Penjaga untuk memastikan para penjaga bertindak tepat waktu. Demi menjamin pelaksaan ketat atas perintah, dia bahkan mengirimkan sekitar lima kelompok pasukan ksatria elit untuk berpatroli di jalanan sekeliling. Karenanya, bahkan bila orang-orang Turki berhasil menembus barikade, mereka akan langsung berhadapan dengan dinding-dinding pasukan ksatria yang berpatroli.
Selama beberapa saat, terdapat keributan yang lumayan di dalam kesembilan Fang. Para penjaga bergegas memasang barikade dan dinding-dinding berduri, memasang pos-pos keamanan sementara melintang di jalan. Dan pasukan ksatria mencongklang di sepanjang jalan, mata tajam mereka mengamati setiap sudut di kedua sisi jalan. Para pejalan kaki semuanya menghentikan langkah mereka dengan kaget, bingung tentang apa yang terjadi. Mereka masih diizinkan untuk lewat, hanya perlu diperiksa secara menyeluruh di setiap pintu masuk jalan.
Sebuah jaring yang besar membentang di area-area sekeliling Xiuzhen Fang. Akan tetapi, Ma Ge’er dan orang-orangnya menghilang begitu saja. Laporan-laporan dari setiap jalan tetap sama: “Tak ada tanda-tanda keberadaan mereka.”
Cui Qi meraung pada si pembawa pesan, “Ini mustahil! Mereka tak punya sayap! Bahkan bila punya, mereka takkan bisa lolos dari pengamatan Menara Jaga.”
Tak peduli apakah mereka kabur dengan kuda, kereta ataupun berjalan kaki, mereka takkan bisa lolos sejauh lebih dari dua li (T/N: satuan jarak, sekitar 500 meter) karena seluruh area itu berada di bawah jangkauan pengawasan yang paling ketat. Jadi hanya ada dua kemungkinan mengenai keberadaan mereka, entah mereka berhasil keluar dengan menyuap para penjaga di setiap pos keamanan atau mereka bersembunyi di dalam sebuah Fang di sekitar Xiuzhen Fang. Kedua kemungkinan itu akan menghasilkan sebuah situasi yang luar biasa rumit.
Tepat pada saat ini datanglah kabar dari Wisma Wang: anak perempuan dari Jiedu Wang, Wang Yunxiu, keluar dengan menunggangi kereta yang baru saja dia dapatkan, keberadaannya tidak diketahui.
Sementara itu, datang kabar lain dari Departemen Jing’an: Sebuah kecelakaan terjadi di Jingzhan Fang yaitu sebuah kereta kayu bertabrakan dengan sebuah kereta Hu, di mana hanya mayat-mayat dari kusir kereta dan sekitar belasan penjaga yang ditemukan.
Ini pasti adalah perbuatan para Serigala Turki. Hanya mereka yang sekejam dan seganas ini.
Perut Cui Qi serasa jungkit balik seolah dicengkeram oleh sebuah tangan begitu mendengar kabar tersebut. Wang Zhongsi adalah pejabat penting di pemerintahan. Kekacauan parah akan terjadi bila hal yang buruk sampai terjadi pada putrinya.
Sama sekali kebingungan, Cui Qi menghampiri Zhang Xiaojing yang sudah akan pergi dan melipat tangannya, “Komandan Zhang, kami telah kehilangan jejak para Serigala. Apa yang harus kami lakukan?”
Bila diberi pilihan lain, Cui Qi takkan pernah menunjukkan kelemahannya dan berpaling pada narapidana hukuman mati ini. Namun pada saat ini dia tak punya pilihan lain. Sendirian, orang ini telah berhasil mengungkap ekor para Serigala dalam waktu kurang dari dua shichen, yang tak mungkin bisa dicapai oleh orang biasa. Tiba-tiba Cui Qi menyadari bahwa hanyalah bila Zhang Xiaojing, berkat taktik dan pengalamannya, berhasil menangkap para Serigala, barulah dia akan bisa selamat dari kemungkinan terjadinya bencana. Jadi ‘Tuan Zhang’ pun diganti dengan ‘Komandan Zhang’ saat dia bicara kepada Zhang Xiaojing.
Zhang Xiaojing, meski tahu jelas dengan apa yang ada dalam benak Cui Qi, tidak mengungkapkannya. Dia menjentikkan jarinya dan berkata, “Naiklah dulu ke Menara Jaga.”
Keduanya dengan cepat mencapai puncak Menara Jaga di Xiuzheng Fang, mengamati semua yang ada di delapan Fang di sekitarnya. Jalan-jalan di luar Fang serta bangunan-bangunan di dalamnya semua bisa terlihat jelas seakan diperlihatkan di atas meja pasir. Pada pintu masuk tiap jalan berkerumun sekelompok besar rakyat jelata yang perjalanannya tertunda oleh pos keamanan. Dengan penglihatan yang hebat, mereka bahkan bisa membedakan pakaian yang dikenakan orang-orang.
Tak mungkin orang-orang Turki bisa lolos di bawah pengawasan sekuat ini.
Cui Qi, matanya terbuka lebar-lebar, melihat sekeliling dengan gelisah dan cenderung memercayai bahwa semua orang yang dilihatnya mencurigakan. Zhang Xiaojing memicingkan mata tunggalnya dan mengamati sekitar dalam detil yang tajam sebelum dia berhenti pada satu arah. Mengangkat tangannya untuk menunjuk ke arah tenggara, dia berkata, “Kolam Qujiang.”
Cui Qi masih bingung namun kemudian menyadarinya saat matanya mengikuti jari Zhang Xiaojing.
Bagian tenggara Xiuzhen Fang adalah tempat di mana situs turis yang paling terkenal, Kolam Qujiang, berlokasi. Separuh bagian dari kolam berada di dalam kota, menjangkau hingga dua Fang; sementara paruh lainnya menjangkau jauh keluar dari kota untuk menyambung dengan Dataran Shaoling. Di dalam kolam, arus-arus air mengalir melewati berbagai bangunan yang dikelilingi oleh hutan dan bunga-bunga serta dibercaki oleh pathlet-pathlet yang bergoyang. Di situ adalah tempat yang sangat bagus baik untuk melihat-lihat maupun bersembunyi.
Kolam Qujiang diatur oleh sebuah divisi khusus, Kantor Shangchi, yang mana, bebas dari pengaturan dari Fang, takkan menerima perintah dari genderang ataupun Menara Jaga. Kemungkinan para Serigala Turki telah mengambil kesempatan untuk kabur ke dalam kebun-kebun seperti labirin di dalam Kolam Qujiang setelah memanjat ke atas pembatas di antara masing-masing Fang.
Chang’an secara umum didesain dalam garis-garis mendatar dan tegak lurus, kecuali pada sudut tenggara di mana Kolam Qujiang menjulur seperti tonjolan pada kantong beras. Untuk memastikan kolamnya tidak akan dibagi menjadi dua, tak ada dinding yang dibangun di atas pinggiran kota, yang mana sebagai gantinya dikelilingi oleh beberapa kanal. Meski kereta dan kuda-kuda tak bisa melewatinya, namun hal itu bukan masalah bagi dua atau tiga orang untuk keluar dengan berjalan kaki.
Menilai dari hal ini, orang-orang Turki telah membuat persiapan hebat sebelum memilih Xiuzhen Fang sebagai tempat persembunyian mereka.
Cui Qi bertanya, “Jadi Anda bilang kalau mereka akan menyeberangi Sungai Qujiang untuk keluar dari kota?”
Dengan itu, dia merasa cukup lega dalam hati karena ini belum tentu menjadi sesuatu yang lebih buruk. Selama orang-orang Turkinya keluar, Departemen Jing’an bisa mengirim pasukan ksatria elit untuk menyebarkan pencarian tanpa ada penghalang apa pun. Daerah pinggiran Chang’an adalah tanah datar tanpa ada tempat untuk bersembunyi. Hanya masalah waktu sebelum mereka berhasil menangkap beberapa orang Turki.
Alis Zhang Xiaojing terus bertaut saat dia memandangi air di Sungai Qujiang, memercayai bahwa orang-orang Turki pasti merencanakan sesuatu yang lebih rumit. Tidak masuk akal bila mereka akan kabur keluar kota karena niat mereka adalah untuk menghancurkan Chang’an. Namun menculik atau membakar kota, yang mana yang merupakan tujuan akhir mereka? Zhang menebar peta Fang dan berjongkok untuk mempelajarinya secara mendetil karena dia baru saja mendapati bahwa orang-orang Turki ini bergerak dengan cukup bertentangan.
Namun, Cui Qi tak bisa menunggu untuk melambaikan sinyal bendera untuk melapor ke Departemen Jing’an, meminta lebih banyak orang untuk mencari ke daerah pinggiran Chang’an. Li Bi, mata terpaku pada meja pasir, tidak terburu-buru memberangkatkan Pasukan Lubi setelah mendapatkan sinyal-sinyalnya, karena dia memiliki keraguan yang sama dengan Zhang Xiaojing ini.
Para Serigala dari padang rumput ini memang telah memberi mereka masalah yang sulit untuk dipecahkan.
Cui Qi jadi gelisah karena dia tak mengerti kenapa Sicheng Li, seseorang yang lebih bijaksana ketimbang Komandan Zhang, tak kunjung mengeluarkan perintah untuk sebuah tindakan yang sedemikian jelas. Waktu terus berjalan dan setiap detik yang berlalu akan memberi musuh kesempatan lebih baik untuk melarikan diri.
Seluruh jaring kepungan melonggar. Cui Qi menatap Zhang yang sedang menimbang-nimbang, lalu pada Menara Jaga yang letaknya tidak jauh, jemarinya menggosok tonjolan tembaga pada gagang pedang lebarnya karena gelisah. Dan dia mulai merencanakan dalam hatinya bahwa bila tak ada perintah yang dikeluarkan, mungkin akan menjadi pilihan yang bagus untuk memberangkatkan beberapa kelompok karavan terlebih dahulu.
Namun, Cui Qi, sebagai seorang prajurit, tak terbiasa melakukan sesuatu tanpa perintah. Sementara dia sedang ragu-ragu Zhang Xiaojing berdiri dan mengguncangkan peta di tangannya, mata tunggalnya berkilau. Sementara itu, bendera sinyal di atas Menara Jaga menghasilkan pesan yang sama saat Zhang Xiaojing berkata, “Muslihat para serigala adalah untuk menutupi penilaian kita. Serigala-serigala itu akan kembali ke kota lewat gerbang terdekat setelah keluar dari Sungai Qujiang.”
Gerbang kota terdekat di sekitar Sungai Qujiang adalah Gerbang Qixia di bagian selatan dan Gerbang Yanxing di timur, masing-masingnya sejauh satu li. Para Serigala Turki bisa memasuki kota secara terang-terrangan lewat kedua gerbang ini setelah keluar lewat sudut tenggara. Dengan melakukan hal tersebut, mereka bisa lolos dengan mudah dari kepungan genderang dan menara-menara jaga.
Keringat dingin mengucur dari dahi Cui Qi saat dia berterima kasih pada Langit karena belum membuat keputusan yang salah, atau dirinya akan jadi salah habis-habisan. Dengan pemikiran itu, dia langsung mengirim peringatan pada kedua gerbang lewat bendera di Menara Jaga untuk mengangkat barikade dalam kesembilan Fang ini dan memimpin orang-orangnya menuju kedua gerbang.
Akan tetapi, Departemen Jing’an telah menghabiskan terlalu banyak waktu dalam mengatur barikade di Xiuzhen Fang. Mengangkatnya dalam ketergesaan seperti itu menimbulkan keributan yang lumayan, dan lambatnya pelaksanaan perintah.
Gerbang Qixia dan Gerbang Yanxing adalah gerbang-gerbang utama bagi para rakyat jelata dari Jidong untuk memasuki Chang’an demi menonton Pertunjukan Lentera. Sekarang adalah waktu bagi lalu lintas yang paling padat. Segera datang kabar dari kedua gerbang, menyatakan bahwa orang-orang Turki yang licik telah menyatu dalam kerumunan dan memasuki Chang’an. Mereka terlambat selangkah. Jadi petunjuknya berakhir sampai di sini, lagi. Namun waktu terus berjalan.
Cui Qi buru-buru menulis laporan rahasia dan menyuruh orang mengirimkannya ke Departemen Jing’an karena dia menganggapnya terlalu penting untuk disimpan sendiri olehnya. Lalu dia berpaling pada Zhang, “Komandan Zhang, apa yang harus kita lakukan?” Nada suaranya tanpa disadari jadi penuh hormat dan merendah saat dia bicara pada Zhang Xiaojing.
“Beri aku waktu sebentar,” ujar Zhang Xiaojing saat dia berlutut di tanah, tubuhnya separuh tengkurap ke tanah untuk mengendus seperti seekor anjng.
Cui Qi, kebingungan dengan apa yang dia lakukan namun tak berani bertanya, harus menunggu di samping dengan panik, napasnya semakin lama semakin berat.
Jadi lucu karena dahulu saat dia berada di Longshan, dia telah menjalani kehidupan yang dikelilingi oleh darah dan kematian dengan santainya, menghadapi maut tanpa rasa takut. Kehidupan yang nyaman di Chang’an tak mengikis kemampuan bertarungnya, namun telah mengikis keberaniannya. Memang benar bahwa ketika seorang manusia memiliki terlalu banyak hal, dia takkan lagi mampu menghadapi kematian dengan tenang. Cui Qi, merasa malu, menyadari bahwa dia sedang berusaha menutupi rasa takut akan dihukumnya dengan menyatakan ingin membalas dendam untuk kakaknya.
‘Jadi karir dan takdirku sekarang berada di tangan seorang terpidana mati?’ Cui Qi membatin, tidak tenang.
Zhang Xiaojing tiba-tiba mendongak dan menanyakan sebuah pertanyaan yang tidak berhubungan, “Apa kau mengenal siapa pun di Departemen Xuanhui?”
Cui Qi dibuat kebingungan? Departemen Xuanhui berada di bawah administrasi istana kekaisaran, tak sedikit pun berhubungan dengan keamanan kota. Kenapa Zhang Xiaojing menyebutkannya?
Zhang Xiaojing menambahkan, “Kalau ingatanku benar, Departemen Xuanhui mengendalikan lima Fang yang menjinakkan elang, rajawali, burung pemangsa, dan anjing untuk Yang Mulia Kaisar. Kalau kita bisa meminjam beberapa ekor anjing dengan hidung tajam dari Fang Anjing, kita mungkin masih punya kesempatan.” Dengan itu, dia meraup segenggam tanah dan mengendusnya di depan hidung.
Dupa dari Toko Dupa Wen berkualitas tinggi, keharumannya terkenal di Pasar Barat karena bisa bertahan selama beberapa jam.