The Best Of You - Chapter 35
Shen Nianshen selesai ujian pada tanggal 20 Januari.
Menjadi mahasiswa “terbengkalai” yang terakhir ada di sekolah, begitu ujian selesai, mereka satu per satu langsung menenteng koper dan pulang ke rumahnya bak anak panah.
Setelah ujian terakhir, waktu sudah menunjukkan jam tiga sore. Sun Tiantian awalnya berencana untuk langsung pulang dengan Shen Nianshen, lagi pula mereka berdua sama-sama tinggal di kota ini.
Akhirnya belum sempat pergi, sudah dihadang oleh Xu Li, “Untuk apa buru-buru? Aku dan Cheng Duo beli tiket pulang untuk besok, malam ini kita kumpul-kumpul saja.”
Shen Nianshen menunggu pendapat dari Sun Tiantian. Tentu saja, Sun Tiantian tidak keberatan. Dia tersenyum sambil memeluk lengan Shen Nianshen, “Kamu mau pergi ke mana ya kita pergi ke mana.”
Untuk beberapa waktu ini sudah terus mempersiapkan ujian, jarang-jarang bisa libur. Shen Nianshen juga ingin istirahat sejenak. Jadi mereka berempat pun pergi makan hot pot.
Karena perginya terlalu awal, setelah selesai makan hot pot baru jam tujuh malam.
Pada malam hari, di luar sangat berangin. Sun Tiantian memeluk Shen Nianshen dan menguburkan kepalanya dalam-dalam di pelukan Shen Nianshen.
Shen Nianshen memeluknya dan melindunginya dari angin. Kemudian dia menoleh pada Xu Li, “Cari tempat indoor saja, Tiantian takut dingin.”
Xu Li menggandeng tangan Cheng Duo dan mendekat dari belakang, “Ini masih pagi, bagaimana kalau pergi main biliar dulu?”
“Mau, mau! Aku mau main!”Cheng Duo beberapa waktu lalu baru berhasil belajar main biliar dan dia sangat bersemangat.
Sun Tiantian mengangkat kepalanya dari pelukan Shen Nianshen dan menoleh untuk menatap Cheng Duo dan Xu Li, “Tapi aku tidak bisa main.”
Xu Li tersenyum dan berkata, “Biar Ah Nian yang mengajarimu. Dia itu masternya.”
Sun Tiantian menatap Shen Nianshen dengan kaget, “Kamu bisa main biliar juga?”
Sebelum Shen Nianshen menjawab, Xu Li sudah menyela, “Banyak sekali hal yang dia kuasai, nanti kamu juga tahu.”
Mata Sun Tiantian bersinar layaknya bintang-bintang, “Shen Nianshen, kenapa kamu begitu hebat.”
Shen Nianshen tersenyum dan berkata, “Itu juga bukan sesuatu yang sulit.”
“Tapi kamu melakukan begitu banyak hal setiap harinya, kenapa masih ada waktu untuk mempelajari hal-hal lainnya?”Sun Tiantian merasa terkejut dan kagum. Dulu pendapatnya terhadap seorang kutu buku adalah orang yang tidak bisa apa-apa selain belajar selama 24 jam sehari.
Tapi Shen Nianshen benar-benar berbeda. Kenapa dia bisa begitu hebat dalam hal akademik dan juga masih bisa mempelajari keterampilan lainnya?
Xu Li berbalik dan berkata, “Kamu juga merasa ajaib kan? Aku juga merasa pacarmu ini seperti layaknya dewa.”
Sun Tiantian mendengarkan pujian Xu Li terhadap Shen Nianshen, ada sedikit perasaan ditinggikan dan dia sangat bangga.
Sambil memeluk lengan Shen Nianshen dan berjalan perlahan, dia berbicara tidak penting dengan Shen Nianshen, “Kudengar kamu pernah memenangkan kejuaraan renang yang diadakan di kota?”
Shen Nianshen mengiyakan.
Sun Tiantian penasaran dan bertanya, “Kapan itu?”
Shen Nianshen, “Saat masih usia 17 tahun, SMA kelas 2.”
Sun Tiantian semakin kagum padanya, “Kamu sangat hebat, Shen Nianshen.”
Saat usia 17 tahun, Sun Tiantian masih sepanjang hari bermain di sekolah.
Shen Nianshen tertawa dan berkata, “Karena dapat uang baru pergi ikut serta.”
“Ah? Dapat berapa?”
“Tiga ribu.” Awalnya dia tidak tertarik sama sekali, tapi kemudian dia dengar kalau hadiahnya adalah uang tunai, jadi dia mendaftar tanpa ragu.
Sun Tiantian menatap Shen Nianshen dengan kagum, “Shen Nianshen, kamu sungguh hebat. Masih usia belasan tahun sudah bisa mencari uang sendiri.”
Shen Nianshen menunduk dan menatap gadis itu. Mata Sun Tiantian berbinar-binar dan bergerak-gerak menatap ke arahnya.
Shen Nianshen menatapnya dan senyumnya sangat lembut. Dia berkata pelan, “Sun Tiantian, kenapa kamu begitu baik.”
“Hah? Mmm——”
Sun Tiantian belum sempat berbicara, bibir Shen Nianshen tiba-tiba menekan kemari. Tubuh Sun Tiantian menjadi kaku, matanya terbelalak dan membeku di sana.
Kedua bibir itu saling menempel untuk beberapa waktu, barulah Shen Nianshen perlahan melepaskannya.
Dia mengangkat kepalanya dan melihat mata Sun Tiantian yang terbelalak lebar, sedang menatapnya kosong. Shen Nianshen tidak bisa menahan tawa, membelai kepalanya, “Jangan bengong, Bodoh.”Sambil bicara, dia melepaskan Sun Tiantian dan meneruskan perjalanannya sambil senyum.
Ciuman Shen Nianshen ini selalu datang terlalu tiba-tiba. Begitu tiba-tibanya sampai otak Sun Tiantian jadi bodoh, dia berdiri bengong di posisinya untuk beberapa saat.
Shen Nianshen yang telah berjalan beberapa langkah di depan dan tidak mendengar suara langkah kaki Sun Tiantian, berbalik dan berkata, “Masih tidak mau jalan?”
Sun Tiantian akhirnya kembali bereaksi dan berlari cepat untuk memeluk Shen Nianshen dengan gembira. Dia mendongak dan bertanya sambil tersenyum, “Kenapa kamu menciumku?”
Shen Nianshen menatapnya dan berkata, “Suka.”
Tidak pernah ada seorang pun yang begitu percaya padanya seperti Sun Tiantian, mengagumi dia. Sun Tiantian tidak tahu, satu kata penuh keyakinan dari gadis itu saja sudah bisa memberikan kekuatan yang aman besar bagi Shen Nianshen.
Karena ibunya, karena kejadian yang menimpanya saat di sekolah dasar, sebagian besar teman sekelasnya yang berjenis kelamin perempuan bersatu untuk mengasingkan dia, mengabaikan dia, mempermalukan dia. Hal ini membuat Shen Nianshen sangat benci pada perempuan.
Setelah bertemu dengan Sun Tiantian, dia baru tahu kalau di dunia ini masih ada seorang perempuan yang begitu cantik, baik hati, polos, manis, pengertian, dan selalu penuh dengan semangat. Bersama dengan gadis itu, sepertinya hidup ini penuh dengan sinar matahari dan membuat hidup ini memiliki harapan dan ekspektasi.
Sun tiantian tiba-tiba berjinjit dan mengecup bibir Shen Nianshen. Tersenyum sambil berkata padanya, “Aku juga suka kamu.”
“Huff, bisa tidak kalian mesra-mesraannya nanti saja? Ayo cepat jalan.” Xu Li dan Cheng Duo sudan berjalan sangat jauh, berbalik dan melihat Shen Nianshen dan Sun Tiantian masih nan jauh di sana. Melihat kedua orang itu sedang mesra-mesraan di tengah jalan, rasanya membuat orang lain tidak ingin hidup lagi.
Sun Tiantian segera tersenyum dan menjawab, “Kami segera ke sana!”
Sambil bicara, dia menarik Shen Nianshen dan berlari untuk menyusul.
Tidak jauh dari sekolah ada sebuah arena biliar, lingkungannya lumayan bagus. Shen Nianshen dan teman sekamarnya terkadang suka main kemari.
Karena sedang libur, arena biliar sedikit sepi.
Xu Li berkata, “Kita ke lantai dua saja, di lantai dua lebih tenang.”
Lantai pertama dekat dengan jalan raya, banyak kendaraan yang datang dan pergi hingga menimbulkan suara bising.
Shen Nianshen membawa Sun Tiantian ke lantai 2. Awalnya dia kira lantai dua kosong, tak disangka ada satu meja yang terpakai. Lebih tidak disangka lagi, yang memakainya adalah Xie Xun dan teman-temannya.
Sejak kembali dari perkemahan, Sun Tiantian sudah lama tidak bertemu dengan Xie Xun. Bertemu dengannya saat ini, dia tersenyum dan menyapa, “Xie Xun, kamu masih belum pulang ya.”
Xie Xun meliriknya dengan malas dan mengiyakan.
Beberapa teman-teman di samping Xie Xun adalah teman SMA. Ketika bertemu Sun Tiantian, mereka sangat antusias.
Lin Jun tersenyum dan berkata, “Tiantian, sudah lama tidak jumpa. Kamu makin cantik.”
Sun Tiantian tersenyum.
Mata Lin Jun jatuh pada tangan Sun Tiantian yang sedang bergandengan dengan seorang pemuda di sampingnya, mau tidak mau dia menatap Shen Nianshen dan memperhatikannya. Akhirnya dia menatap Sun Tiantian dan tersenyum penuh arti, “Yo, Tiantian, sudah pacaran ya? Pacarmu?”
Sun Tiantian mengangguk, “Ya.”
Xie Xun kesal, mengerutkan kening dan menatap Lin Jun, “Masih mau main tidak?”
“Mau, mau, mau! Segera ke sana!”Xie Xun jelas tidak ingin berbicara dengan Sun Tiantian, dan teman-temannya tahu apa yang dia pikirkan. Segera satu per satu berlari kembali padanya, tidak berbicara lagi.
Sun Tiantian menarik tangan Shen Nianshen, “Ayo kita ke sebelah sana.”
Shen Nianshen mengiyakan dan membawa Sun Tiantian ke salah satu meja di dalam.
Sun Tiantian pertama kalinya main biliar, tongkatnya saja dia tidak tahu bagaimana cara memegangnya. Shen Nianshen mengajarinya selangkah demi selangkah.
Shen Nianshen berdiri di belakangnya, membungkuk dan sedikit menahan tubuhnya dan kemudian membantunya menyesuaikan postur, “Tekan tubuhnya ke bawah sedikit.”
Tubuh keduanya sangat dekat, bibir Shen Nianshen perlahan menempel di telinga Sun Tiantian. Suaranya rendah dan embusan panas dari napasnya mengenai telinga Sun Tiantian. Sun Tiantian tidak bisa menahan kekehannya dan menyusutkan lehernya, “Geli.”
Shen Nianshen tersenyum, “Konsentrasi.”
“Kamu terlalu dekat denganku.”
Shen Nianshen hanya tersenyum dan terus mengajarinya, “Postur tanganmu salah. Ibu jari harus sedikit dilebarkan.”
Shen Nianshen menempel terlalu dekat, saat dia bicara, napasnya berhembus pelan ke telinga Sun Tiantian. Sin Tiantian merasa kegelian dan menyusut ke dalam pelukan Shen Nianshen sambil mengerutkan bibirnya.
Xu Li sedang bermain dengan Cheng Duo di sebelah mereka. Saat mendongak dan melihat kemesraan dua orang itu, dia terkekeh, “Kalian kemari untuk main biliar atau pacaran?”
Shen Nianshen mengangkat kelopak matanya, “Mainkan bolamu saja.”
Setelah belajar cukup lama, bisa dikatakan Sun Tiantian akhirnya memiliki pengetahuan mendasar.
Ketika sudah menguasai pengetahuan dasar, Sun Tiantian sangat bersemangat. Dia memegang tongkat biliar dan bersikeras untuk memukulnya sendiri.
Shen Nianshen menatap wajah bersemangat Sun Tiantian, tersenyum penuh sayang. Dia mundur selangkah dan memberi ruang untuk gadis itu.
Namun ternyata Sun Tiantian yang telah belajar selama satu jam, selain mempelajari poster, sebenarnya tidak mempelajari apa pun. Pertama kali memukul bola saja bolanya sudah tergelincir.
Cheng Duo dan Xu Li tertawa terbahak-bahak.
Sun Tiantian merasa malu, menatap Shen Nianshen dengan memelas.
Shen Nianshen menggosok pelipisnya, pacarnya ini terlalu bodoh, harus bagaimana mengajarinya baru benar?
Shen Nianshen mengajarinya lagi selama beberapa saat. Sun Tiantian akhirnya berhasil memukul bola.
Tapi dia menjadi kecanduan dan berkata dengan penuh semangat pada Shen Nianshen, “Kita main lebih lama, main sampai jam sepuluh, oke?”
Shen Nianshen terkejut, tanpa sadar melirik ke meja di dalamnya. Setelah terdiam beberapa saat, barulah dia mengangguk, “Oke.”
“Tunggu sebentar, aku ke toilet dulu.”Sun Tiantian baru saja berhasil mempelajarinya, antusiasmenya sedang sampai di puncaknya. Dia buru-buru berlari ke kamar mandi.
Untuk pergi ke toilet, dia harus melewati meja biar Xie Xun. Dia berlari dengan cepat dan tidak menyadari ada orang yang sedang memukul bola.
Lin Jun sedang membidik bola. Ketika dia menarik tongkatnya ke belakang, tongkat tersebut mengenai dada Sun Tiantian.
Tongkat itu dihentakkan ke belakang dengan buah dan Sun Tiantian berteriak kesakitan.
Xie Xun awalnya bersandar di tepi meja biliar. Setelah melihat ini, dia mengumpat, “Lin Jun, kamu tidak punya mata ya!”
Dia bergegas ke hadapan Sun Tiantian, menarik tangan gadis itu dan bertanya dengan cemas, “Bagaimana? Kamu tidak apa-apa, kan?”
“Tidak, tidak apa-apa.” Sun Tiantian tanpa sadar menarik tangannya.
Xie Xun mengerutkan keningnya dan berkata, “Tadi pukulannya kena dadamu, aku akan bawa kamu ke rumah sakit untuk pemeriksaan sebentar.”
Dia bicara sambil menyeret Sun Tiantian ke arah luar.
Shen Nianshen bergegas menghampiri dan menarik Sun Tiantian ke arahnya. Tatapannya menatap dalam pada Xie Xun, “Tidak usah merepotkanmu lagi.”
Dia merangkul bahu Sun Tiantian dan seakan menyatakan kepemilikannya, “Aku akan membawanya ke rumah sakit sendiri.”