Put Your Head On My Shoulder - Special 2
Teman kecil Gu hari ini kembali dipukul oleh papanya. Dikarenakan dia ingin makan es krim dan mama tidak memperbolehkannya. Dia mengatakan bahwa mamanya jahat, lalu papa memukulnya…. papa jahat!
Mama masih marah, bersembunyi di dalam kamar dan tidak mau keluar. Gawat, bagaimana kalau ke depannya mama tidak mempedulikannya lagi?
Teman kecil Gu beberapa kali bolak-balik di depan pintu kamar dan akhirnya berhasil membangkitkan keberaniannya untuk membuka pintu kamar, “Mama, maafkan…aku.”
Teman kecil Gu merasa dibohongi, mamanya sedang menonton drama serial TV dengan penuh minat, matanya bersinar.
Orang dewasa memang tukang bohong.
Situ Mo melihat putranya begitu tahu diri untuk datang dan meminta maaf, merasa sangat senang. Dia berjalan ke arahnya dan menggendongnya, membiarkan dia duduk di pangkuannya dan menonton TV bersama.
Teman kecil Gu mendongak dan bertanya kepada mamanya, “Mama, kamu tidak marah lagi?”
“Kalau kamu sudah tahu salah, mama tidak marah lagi.” SItu Mo mengelus kepalanya.
“Kalau begitu, kita keluar dan bilang kepada papa kalau kamu sudah tidak marah bagaimana?” Teman kecil Gu sudah ketakutan setengah mati melihat wajah marah papanya.
“Tidak mau.” Situ Mo menolaknya.
“Kenapa? Bukankah mama tidak marah lagi?” Teman kecil Gu kebingungan.
“Aku bukan marah padamu, aku marah pada papamu.”
“Kenapa?”
“Dia memukul anakku!”
“……..”
Papa, aku kasihan kepadamu.
Ah, hari ini sudah hari kedua. Papa dan mama belum berdamai, apakah mereka akan bercerai? Jika mereka bercerai, dia bisa menikahi mamanya, wow, hahaha.
Pada sore hari, kakek dan neneknya datang. Papa dan mama berpura-pura sangat saling mencintai, sangat lucu. Teman kecil Gu melihat tangan mamanya mencubit paha papanya di bawah meja makan, benar-benar ingin bercerai, oh yeah!
Kakek Gu merasa sangat aneh, teman kecil Gu hari ini terlihat sangat bahagia. Begitu kembali dari dapur untuk menuangkan segelas air, dia menjadi cemberut dan tidak senang lagi. Dua tangan pendeknya menyilang di dada, mengerutkan kening, seperti seorang filsuf kecil.
Kakek Gu berpikir bahwa dia harus meluruskan pikirannya, bagaimana anak sekecil ini sudah bisa memiliki wajah sepahit dan pemikiran serumit itu. Jadi dia berkata, “Baobao, coba ceritakan kepada kakek, kenapa kamu tidak senang?”
Sebenarnya teman kecil Gu ini sangat benci dipanggil Baobao (宝宝 = panggilan untuk anak bayi/anak kecil), karena panggilan itu sangat tidak keren. Tetapi sekarang dia sangat sedih, dia perlu curhat, jadi dia memaafkannya dan berkata, “Papa dan mama tidak jadi bercerai.”
Kakek Gu terkejut, “Mereka kan baik-baik saja, kenapa bercerai?”
Teman kecil Gu menatap kakeknya dengan tatapan seakan dia itu idiot dan berkata, “Aku bilang tidak jadi bercerai.”
Kakek Gu berkata, “Memangnya awalnya mereka mau cerai?”
Teman kecil Gu mengangguk, “Mereka bertengkar, Xin Xin bilang kalau orang tua bertengkar pasti akan bercerai. Meskipun mereka sering bertengkar, tetapi tidak pernah cerai. Tetapi, kemarin mereka bertengkar cukup lama, mama sampai tidur denganku.”
Kakek Gu bertanya, “Lalu sekarang kenapa tidak jadi cerai?”
Teman kecil Gu menunjukkan ekspresi marah, “Aku baru saja ke dapur, melihat papa sedang mencium mama!”
Kakek Gu terdiam, dalam harinya berpikir: Anggap saja aku terlalu banyak bicara!
Sebagai perwakilan dari orang tua, dia sama sekali tidak ingin membayangkan keintiman putranya dengan istrinya di dapur.
Teman kecil Gu merasa bahwa dirinya dalam masalah lagi. Dia duduk di bangku kecil dan menatap wajah marah dari kakek-nenek dan opa-omanya. Kemudian dia melihat papa dan mamanya yang menunduk dan tidak berbicara. Dalam hatinya berkata: Apakah mereka benar-benar akan bercerai? Meskipun dia sangat ingin menikahi mamanya, tetapi dia tiba-tiba merasa bahwa dia juga tidak bisa kehilangan papanya…sangat menyedihkan.
Hal-hal ini bermula dari setelah makan siang, karena orang tua dari kedua keluarga datang, jadi teman kecil Gu dititipkan untuk dijaga oleh orang tua. Gu Weiyi dan Situ Mo pergi kencan. Obrolan orang-orang tua yang berkumpul pastilah tidak dimengerti oleh teman kecil Gu, jadi dia hanya bermain sendirian. Berjalan kesana kemari untuk mencari barang, kemudian dia mengeluarkan sebuah kotak besi dari dalam lemari. Di dalam kotak ada buku merah dengan tulisan: Republik Rakyat Cina. Ada tiga karakter di bawahnya yang tidak dia ketahui. Sebagai seorang anak dengan kemampuan membaca dan menulis paling tinggi di kelas, dia sangat merasa terluka. Dia memberikan buku itu kepada omanya dan oma berkata bahwa itu adalah akta pernikahan, dia membukanya dengan penuh senyum. Kemudian dia terlihat sedang menghitung, tiba-tiba dia berteriak, membuat teman kecil Gu terkejut dan mundur tiga langkah. Oma berkata, dua kelinci sialan ini ternyata dulu sudah diam-diam menikah terlebih dahulu!
Teman kecil Gu tahu bahwa memarahi orang itu sangat tidak baik, meskipun kelinci itu sangat lucu.
Kemudian kakek dan nenek pun memulai pertemuan keluarga. Sekarang inilah pemandangannya.
Kakek Gu berkata, bagaimana kalian bisa membuat orang tua bangga dengan melakukan hal seperti ini.
Papa berkata, kenapa kalian memperlakukan kami seakan-akan kami melakukan dosa yang sangat besar?
Mama menarik tangan papa dan menyuruhnya untuk diam.
Oma Situ berkata, kamu juga diam, aku belum sempat memberikanmu pelajaran.
…..Orang dewasa sangat membosankan, teman kecil Gu menguap, lebih baik pergi ke kamar untuk menonton kartun saja.