Put Your Head On My Shoulder - Special 2
Situ Mo sedang sibuk di dapur, mendengar suara pintu terbuka, dia menjulurkan kepalanya dari dapur dan berkata, “Sudah pulang ya? Anak kesayangan mama, mama sangat merindukanmu, kamu rindu tidak sama mama?”
Gu Weiyi menatapnya, “Apakah kamu tidak merasa jijik?”
Momo berjalan keluar dari dapur, menangkap tubuh kecil yang berlari ke arahnya dan mencium pipinya, “Baobei, hari ini menyenangkan tidak belajar di taman kanak-kanak?”
Teman kecil Gu Mowei terkekeh, “Mama, hari ini Xin Xin bilang dia mau jadi pacarku, pacar itu apa?”
Momo tersenyum sambil menggendongnya, “Pacar itu adalah orang yang akan menikah denganmu nanti, seperti papa dan mama.”
Teman kecil Gu Mowei berpikir sesaat lalu berkata, “Kalau begitu, bisa tidak aku menikah dengan mama?”
Momo menggosokkan wajahnya ke wajah kecil anaknya, “Lalu bagaimana dengan papa?”
Teman kecil Gu Mowei berpikir sesaat lalu berkata lagi, “Kalau begitu, papa menikah saja dengan Xin Xin.”
Gu Weiyi yang telah diabaikan oleh ibu dan anak itu untuk waktu yang cukup lama, kali ini membuka mulutnya dengan perasaan tidak senang, “Mamamu sudah menikah denganku, tidak ada bagianmu, nikahi saja Xin Xin-mu itu.”
Teman kecil Gu baru saja ingin mengancam dengan menangis, tiba-tiba dia teringat bahwa hari ini papa pergi ke sekolah untuk menjemputnya. Guru-guru mengelilingi papanya untuk berbincang dengannya, jadi dia berkata, “Kalau begitu, papa nikahi saja Guru Chen, Guru Xu, atau kepala sekolah.”
Momo melirik Gu Weiyi, bertanya kepada teman kecil Gu, “Ayo, beritahu mama, kenapa harus menyuruh papa menikahi guru-guru kalian?”
Teman kecil Gu menyampaikan dengan sangat jujur, “Hari ini papa datang menjemputku, semua guru mengatakan bahwa papa sangat tampan, mereka semua berlari untuk bermain dengan papa. Mereka bermain dengan sangat senang, guru-guru itu terus tertawa dan tertawa.”
Momo menurunkan teman kecil dan pelukannya, menyilangkan tangannya di dada dan menatap Gu Weiyi, “Papa, ternyata kalian bermain dengan sangat senang ya?”
Gu Weiyi berkata dengan tenang, “Bukan begitu, kompetensi mengajar guru-guru itu cukup baik.”
Momo mengangguk, menunduk dan berkata kepada teman kecil Gu, “Baobei, Paman Fu Pei bilang mau mengajak kita ke kebun binatang, bagaimana kalau Hari Minggu ini kita pergi ke kebun binatang?”
Teman kecil Gu bersorak, “Ye! Pergi ke kebun binatang!”
Gu Weiyi meraih leher Situ Mo dan menggertakkan giginya, “Situ Mo, kamu menantangku?”
Momo yang di bawah penindasan, tertawa beberapa kali, “Suamiku, lepaskan, lepaskan, aku akan tersenyum untukmu.”
Teman kecil Gu terlalu malas untuk memperhatikan mereka berdua, pergi untuk menonton TV sendirian sambil berpikir makanan apa yang harus dibawa untuk memberi makan hewan pada hari Minggu.
Orang tua teman kecil Gu Mowei dipanggil ke sekolah karena Gu Mowei telah memukul seorang teman kecil di sekolahnya. Hal ini dikarenakan dia sudah lebih senior dan senior itu harus sudah pernah memukul orang, itu sudah tradisi.
Orang tua ini dengan susah payah meluangkan waktu untuk bertemu dengan guru di sekolah, merasa tidak enak, kesal, dan juga tidak berdaya.
Ketika papa pulang, dia sudah akan memukul Gu Mowei kecil. Tetapi mamanya menahannya mati-matian, Gu Mowei kecil bersembunyi di belakang pantat mamanya dan berkata, “Papa jahat….”
Momo yang melihat bahwa anaknya masih kecil tapi sudah begitu sombong, dia tidak lagi menahan suaminya. Akhirnya Gu Mowei dipukuli. Setelah dipukuli, dia memutuskan untuk melakukan aksi mogok makan. Dia kemudian mengumumkan hal ini kepada papa dan mamanya. Mamanya berkata, baik kalau begitu aku tidak akan menyiapkan makananmu. Papa juga berkata, baik kalau malam ini kamu berani makan, aku akan memukulmu lagi.
Masakan malam ini semuanya adalah masakan kesukaan Gu Mowei kecil, ada Iga Babi Rebus, Steam telur dan sup rebung….
Jadi dia berkata kepada ibunya, “Mama, aku ingin makan.”
Teman kecil Gu membawa mangkuk kecil dan duduk di meja makan. Papa berkata, bukankah aku sudah bilang kalau kamu berani makan aku akan memukulmu?
Mama memelototi papa dan berkata dengan dingin, kamu berani memukulnya aku akan memukulmu, selain itu malam ini kamu tidur di ruang kerja.
Papa tidak mengatakan apa-apa lagi, hahaha, tidur di ruang kerja.
Kemudian sang mama memberikan pelajaran tata krama dan ceramah kepada teman kecil Gu dan dia pun berjanji tidak akan memukul orang lagi. Tetapi, keesokkan harinya karena teman sekelasnya mengejeknya yang lagi-lagi salah menulis namanya sendiri, dia pun memukul orang lagi.
Teman kecil Gu sangat ingin memelihara anjing, karena keluarga Xin Xin juga memelihara anjing. Setiap hari menunjukkan kepadanya betapa lucu anjing di rumahnya.
Dia memberitahu mamanya bahwa dia ingin memelihara anjing, mama tidak setuju. Dia pergi memberitahu papanya, papa bertanya bahwa apakah kamu sendirian di rumah dan merasa sangat bosan.
Teman kecil Gu sibuk mengatakan iya.
Papa berkata bahwa dia dan mamanya akan membiarkan dia memiliki adik laki-laki atau perempuan saja.
Teman kecil Gu merasa itu adalah ide yang sangat keren, dia menyetujuinya dan bersorak untuk mencari mama. Berkata bahwa papa bilang boleh memelihara adik laki-laki atau perempuan.
Mama tidak mau, katanya biarkan papamu sendiri saja yang melahirkannya.
Jadi teman kecil Gu meneruskan pesan itu kembali ke ruang kerja, papa berkata, kamu bilang kepada mamamu kalau tidak ada kamu, aku tidak akan bisa melahirkannya sendiri.
Teman kecil Gu berlari meneruskan pesan itu kepada mamanya, mama berkata biarkan saja dia mati.
Teman kecil Gu memberitahu papanya bahwa mama berkata untuk biarkan saja papa mati.
Papa berkata, pergi bilang ke mamamu, kalau aku mati dia akan menjadi janda.
Kata mama, dia akan segera menikah lagi, apalagi yang perlu dipertahankan.
……Teman kecil Gu yang meneruskan kata-kata kesana dan kemari merasa sangat lelah, dia tidak ingin adik perempuan dan laki-lakinya lagi, juga tidak ingin pelihara anjing lagi.