Put Your Head On My Shoulder - Special 2
Empat tahun lalu, keluarga Gu mendapatkan seorang cucu emas, namanya Gu Mowei, namanya menggunakan nama tengah dari kedua orang tuanya. Papa anak itu berkata bahwa ini adalah bukti bahwa cinta lebih kuat daripada emas, seorang anak adalah hasil kristalisasi dari cinta mereka berdua. Mama dari anak itu berkata sudahlah, kamu hanyalah seorang ilmuwan yang tidak mengerti sastra, menyuruhmu memilih sebuah nama sama dengan membunuhmu, terserah kamu sajalah.
Teman kecil Gu Mowei begitu disayang oleh kakek, nenek, opa dan omanya sampai seperti orang gila.
Tetapi papa dari cucu emas itu tidak memperlakukannya seperti itu, dia menetapkan sangat banyak aturan-aturan: Harus mencuci tangan sebelum makan, setelah bermain harus menyimpan mainannya sendiri, harus membantu mamanya mengelap meja, harus membantu mamanya membeli barang, harus tidur sendiri…..
Jadi, teman kecil Gu Mowei tidak terlalu menyukai papanya. Sudah begitu besar, masih tidur dengan mamanya, tidak tahu malu, Weiwei juga ingin tidur dengan mama; Papa sering meraih mulut mama dan menggigitnya, mama bukan tulang, mama adalah kesayangan Weiwei dan Weiwei juga adalah kesayangan mama; Papa sangat menyebalkan, selalu memeluk mama saat menonton TV, Weiwei juga ingin memeluk mama saat menonton TV; Papa benar-benar pemalas, selalu harus menunggu sampai mama marah baru pergi melakukan pekerjaan rumah.
Teman kecil Gu Mowei sangat mencintai mamanya, mamanya sangat cantik, ketika mamanya tersenyum seperti bunga kecil di depan pintu kelas taman kanak-kanak, mama begitu harum dan lembut, Weiwei sangat suka bermanja-manja di dalam pelukan mama. Mama bisa menceritakan banyak cerita dan masih bisa memasak makanan yang enak untuk Weiwei.
Ah, kalau sudah dewasa, bisa menikahi mama pasti sangat menyenangkan.
Teman kecil Gu Mowei sudah masuk ke taman kanak-kanak, dia sangat menyukai namanya sendiri. Dibandingkan dengan temannya yang bernama Xin Xin, namanya paling mudah ditulis. Xin Xin sangat iri kepadanya. Tetapi, baru 3 hari bersekolah di TK, dia sudah mulai merasa kesal. Gurunya selalu mengatakan bahwa dia salah menulis namanya sendiri, dia merasa bahwa dua karakter dalam namanya itu adalah huruf yang sama, tetapi Guru selalu mengatakan bahwa kedua karakter itu berbeda. Guru mengatakan bahwa garis ini lebih panjang, garis itu lebih pendek, seperti orang sakit jiwa.
*(Penulisan Xin Xin – 馨馨, Mowei 末未)
Gu Mowei kecil pulang ke rumah dan bertanya kepada mamanya, “Mama, mama, kenapa Ibu Guru mengatakan karakter namaku berbeda, jelas-jelas sama.”
Mama berkata, “Tidak sama, kamu coba kenali lagi tulisannya nanti kamu akan tahu, sekarang kalau belum tahu juga tidak apa-apa.”
Weiwei kecil pun merasa tenang, bagaimanapun kalau mama sudah mengatakan tidak apa-apa, ya artinya tidak ada masalah.
Pada malam hari, mama memarahi papa, mengatakan bahwa ini adalah salah papanya karena memilihkan nama itu untuk anaknya, sehingga membuat anaknya kebingungan. Weiwei juga merasa bahwa ini semua pasti karena papanya.
Hari ini adalah Hari Minggu, papa sedang membaca buku di ruang kerja, mama sedang di dapur memanggang biskuit untuk Gu Mowei kecil. Gu Mowei kecil sedang di ruang tamu menonton kartun ‘Pleasant Goat and Big Wolf‘. Gu Mowei kecil sangat haus, ingin minum jus buah, tetapi dia tidak bisa berjalan pergi untuk menuangnya. Kalau dia berjalan menjauh dari Kambing, nanti kambingnya akan dimakan oleh Serigala.
Menyuruh mama untuk menuangkan jus buah, tidak bisa, mama sedang memanggang biskuit untuknya; menyuruh papa untuk menuangkan jus, papa pasti tidak mau. Mereka semua berkata bahwa papa sangat cerdas, mama juga mengatakan bahwa dia mirip papa, jadi dia juga pastilah sangat cerdas. Dia pasti bisa menemukan cara untuk bisa meminum jus buah.
Jadi, Weiwei kecil memikirkan, memikirkan, dan memikirkan caranya.
Terdengar suara panggilan mama dari dapur, Gu Weiyi, kemari dan bantu aku mengikat rambut. Papa berlari ke dapur untuk membantu mamanya mengikat rambut.
Gu Mowei kecil masih memikirkan, memikirkan dan memikirkan caranya.
Papanya berjalan melewati ruang tamu dan akan kembali ke ruang kerja, dia masih sempat mengingatkannya sebentar, Gu Mowei, jangan duduk terlalu dekat dengan TV.
Weiwei kecil dengan enggan memundurkan pantatnya ke belakang. Papa selalu seperti ini, sangat suka membully dia. Tetapi, begitu melihat mamanya pasti akan ketakutan, kalau punya kemampuan coba saja bully mamanya. Seperti yang ada di TV itu, itu…. menipu apa, takut apa… (menipu orang baik, takut akan kejahatan)
Lalu Gu Mowei kecil tiba-tiba terpikir cara yang baik untuk bisa minum jus buah.
Dia merenggangkan pinggangnya dan berteriak, “Gu Weiyi, tolong bantu aku menuangkan secangkir jus, aku Situ Mo.”
Gu Weiyi dan Situ Mo memasuki ruang tamu pada saat bersamaan, pandangan mereka saling bertemu. Apakah mereka berdua membesarkan anak yang begitu bodoh?
Gu Weiyi yang pertama-tama memasang ekspresi kesal wajahnya, “Gu Mowei, apa yang kamu katakan tadi?”
Gu Mowei kecil yang melihat wajah kesal papanya, nyalinya menciut. Memasang wajah menyedihkan ke arah mamanya.
Situ Mo yang melihat wajah anaknya yang menyedihkan dan minta bantuan, hanya berkata, “Gu Weiyi, pergi, tuangkan jus buah. Aku Situ Mo.”
Gu Weiyi menatapnya, lalu menatap Gu Mowei kecil.
Situ Mo kembali menatapnya, melihat bahwa sebentar lagi akan pecah perang.
Teman kecil Gu Mowei sangat tahu diri. Dia secara spontan berdiri dari sofa dan menepuk pantatnya. Dia berkata, “Papa, mama, aku cuma menjahili kalian, aku akan menuangkan jus buah untuk kalian, kalian mau apa?”
Gu Weiyi dan Situ Mo sekali lagi saling memandang, menggelengkan kepala dan berbalik dan kembali ke tempat asal mereka. Sebelum berjalan kembali, kedua orang itu berkata — ‘Air es, terima kasih.’ ‘Jus jeruk dengan es, terima kasih.’
Teman kecil Gu Mowei yang sedang menonton acara TV, sangat memikirkan nasib Kambing itu. Dia menonton TV sambil mengambil gelas, menonton TV sambil membuka lemari es, menonton TV sambil menuang air es, menonton TV sambil menuang jus jeruk, menonton TV sambil memasukkan es batu ke dalam jus jeruk, lalu mengantarkan kedua gelas itu ke ruang kerja dan dapur.
Sekembalinya ke layar TV, untunglah Kambing itu belum dimakan oleh Serigala. Teman kecil Gu Mowei bersiap-siap untuk duduk dan menontonnya dengan baik. Minum jus sambil menonton, lalu….. dia menyadari bahwa dia lupa menuangkan jus untuk dirinya sendiri.
Teman kecil Gu Mowei menyatukan kedua kaki pendeknya dan meluruskannya di atas tanah, berpikir dengan sedih: Kehidupan orang lain penuh dengan emas, perak dan uang, kehidupanku sungguh tidak berharga…..