Living Leisurely in Tang Dynasty - Chapter 75
Kau tak bisa salahkan Yan Lide yang bersikap waspada. Pertama-tama, menantu pertamanya, Li Tai, selalu berkomentar bahwa bocah ini tak pernah melakukan hal baik, hanya yang buruk. Li Tai juga menyatakan bahwa Li Yuanying adalah bajingan. Menggiring perhatian ayahandanya, perhatian guru-gurunya, dan kini bahkan perhatian putranya. Li Tai merasa tidak nyaman setiap kali dia mendengar putra kecilnya bertanya kapan Manman akan datang untuk bermain. Kedua, menantunya yang lain, Tang Jiahui, mengatakan hal yang sama. Bocah itu selalu memengaruhi Putra Mahkota untuk bermain di lua dan memakai alasan serta pembenaran konyol untuk membingungkan Yang Mulia Putra Mahkota.
Menantu pertama Yan Lide adalah Li Tai namun menantunya yang lain mendukung Putra Mahkota yang berseberangan.
Tang Jiahui dan putra Li Jing, Li Dejian, sama-sama berada di pihak Li Chengqian namun kedua keluarga saling membenci dan menghindar untuk bertemu satu sama lain.
Ini adalah sebuah cerita lama pada masa perang yang lalu melawan Tujue Timur. Pada waktu itu, Li Jing lebih unggul di medan perang dan Tujue Utara bersedia merundingkan kesepakatan damai. Li Er melihat bahwa momentumnya bagus dan karenanya Beliau mengirim Tang Jian ke sana untuk merundingkan perdamaian. Akan tetapi, bahkan sebelum Tang Jian bisa menghangatkan kursinya pada pertemuan, Li Jing merasa kalau pembicaraan damai itu tak berguna dan malah menyerang.
Li Jing tak memedulikan hidup dan matinya Tang Jian. Kalau dia mati, maka anggap saja itu sebagai pengorbanan yang dibutuhkan demi kebaikan Tang yang Agung. Tang Jian cukup beruntung untuk selamat dan dia sama sekali tak bisa membalas. Bagaimanapun juga, menakhlukkan wilayah baru merupakan sebuah pencapaian yang besar. Tang Jian bukan hanya tak bisa menyumpahi Li Jing, dia bahkan harus bersikap seperti orang yang lebih baik dengan menunjukkan kebajikan. Apa lagi yang mesti dia perbuat? Menaruh Kaisar dalam posisi yang sulit?
Generasi ayah mempertahankan keselarasan di permukaan namun generasi anak diam-diam bertarung. Bukankah tak menjadi masalah bagi anak jika ingin membalas ketidakadilan yang dihadapi oleh ayah mereka?
Li Yuanying dan Li Dejian berteman cukup baik dan Li Yuanying bahkan memanggil tabib untuk ibu Li Dejian. Tang Jiahui dibuat kesal oleh tindakan ini dan menyebutkan beberapa kata kasar tentang Pangeran Teng kepada ayah mertuanya.
Karena itu, di kediaman Yan, Li Yuanying punya dua julukan. Raja setan cilik sejak kanak-kanak dan tetap raja setan saat dia tumbuh dewasa.
Sementara Yan Lide ingin berhati-hati, namun anak itu sudah ada di pintu depannya. Dia pun tak punya pilihan selain mengundang Pangeran Teng sebagai bentuk sopan santun.
Karena ini adalah kediaman sementara, tak ada perabot istimewa di rumah itu. Setelah Li Yuanying memasuki ruangan, dengan tenang dia mengamati sekelilingnya namun tak melihat ada hal yang menarik. Kemudian dia pun duduk.
Yan Lide baru berumur 46, tidak jauh lebih tua dibanding sang Kaisar. Jenggot panjang di dagunya masih hitam dan berkilau. Yan mengambil inisiatif untuk bicara. “Yang Mulia, apa ada yang bisa saya bantu?”
Yuanying buru-buru mengangguk: “Iya, iya.”
Dia pun memberitahu Yan Lide bahwa sang Kaisar telah memberikan Istana Xiangcheng kepadanya.
“Kudengar kau tak lagi perlu menghadiri pertemuan resmi, jadi bagaimana kalau kau bekerjasama denganku untuk memperbaiki Istana Xiangcheng? Kalau tidak, kudengar si Pak Tua Wei itu akan membagi-bagi Istana dan memberikannya kepada rakyat jelata. Mubazir sekali!”
Tentu saja, Yang Lide sudah mendengar tentang ini dari Yan Liben dan merasa depresi. Mendengar bahwa masih ada sedikit titik balik, tiba-tiba tenaganya pun pulih.
Yan Lide berasal dari keluarga terhormat dan memiliki pendidikan yang bagus. Pada masa-masa dia menjadi perajin ahli, dia telah menghidupkan banyak mahakarya yang memuaskan banyak orang. Istrinya juga berasal dari keluarga yang sama terhormatnya dan anak-anaknya cerdas juga patuh. Bisa dibilang bahwa sejauh ini kehidupannya berjalan dengan cukup mulus. Kegagalan mendadak bernama Istana Xiangcheng ini tentu saja meninggalkan perasaan tidak mengenakkan dalam dirinya.
Yan Lide buru-buru menyuruh agar teh disajikan kepada Pangeran Teng dan kedua orang itu pun melakukan percakapan secara mendalam.
Selama percakapan mereka, Yuanying jadi mengerti kenapa Istana Xiangcheng jadi sekacau itu. Latar belakang istimewa Yan membuatnya bisa mendesain bangunan-bangunan yang indah. Semua orang memujinya atas selera estetisnya dan dia pun mulai mengejar seni dengan sedikit berlebihan dan hasilnya mengabaikan nilai kepraktisan.
Kalau sebuah lokasi dipilihkan terlebih dahulu untuknya, dia akan bekerja dengan baik untuk mendesainnya. Tapi kalau kau menyuruh Yan memilih lokasinya sendiri, dia akan memilih yang penampilannya paling baik. Pernyataan ini diverifikasi hanya dengan melihat-lihat ke sekitar Istana Xiangcheng: tumbuh-tumbuhan hijau yang rimbun dengan gunung dan sungai mengelilinginya. Tentu saja pada pandangan pertama, ini adalah tempat yang indah!
Sayangnya, sang Kaisar bukanlah seorang pemilik yang akan mengabaikan kepraktisan ketimbang keindahan. Ditambah lagi seekor ular berbisa telah menggigit seorang dayang dekat dari seorang selir yang menemani Beliau. Hal ini membuat Li Er berteriak marah kepada besannya itu dan meletakkan semua tanggungjawab serta kesalahan pada dirinya.
Dan tiba-tiba Li Yuanying mendapat keuntungan dari hal ini.
“Aku punya unta-unta dari Gaochang dan mencemaskan tentang bagaimana harus memberi makan mereka. Karena rumput di sekitar Istana Xiangcheng tumbuh dengan sangat baik, mari kita pertahankan saja. Juga, Chengqian punya gajah yang juga bisa dibawa kemari. Orang-orang yang mengurus mereka berasal dari Selatan dan punya banyak pengalaman dalam menangani ular. Aku akan menyuruh mereka bertukar pikiran. Selalu akan ada cara untuk menyelesaikan hal ini.”
Yan Lide mengangguk. Ini adalah ide yang bisa diterima.
“Kalau waktunya sudah tiba, mari kita pelihara lebih banyak hewan ternak dan kuda. Semua pedagang yang pergi ke Kekaisaran Tibet dan Tujue bisa berkumpul di isni. Mereka yang pergi ke Selatan dengan menunggangi dajah dan mereka yang mengumpulkan ternak, kuda, serta unta dari utara dan barat semuanya bisa berkumpul di sini alih-alih berdesak-desakan di Chang’an. Karena kita sudah punya begitu banyak hewan, mari tambah beberapa lagi seperti elang yang bisa menangkap ular.”
Semakin bocah itu mengoceh, semakin gembira dirinya karena ide-idenya mulai terwujud.
“Saat aku pulang aku akan menyuruh orang menyiapkan pengumuman lowongan kerja. Mereka yang mahir mengurus binatang semuanya harus datang ke Istana Xiangcheng. Kalau ada orang yang bisa menghasilkan metode pembiakan yang efektif, aku akan menghadiahi mereka dengan banyak uang. Orang-orang yang ingin belajar juga bisa datang kemari. Dengan demikian ketika orang-orang memiliki kapasitas yang tersisa, mereka bisa memelihara ternak untuk memberi makan anak mereka! Aku sudah dengar desas-desus bahwa ada banyak anak yang tak pernah merasakan daging. Mereka yang tertarik tidak punya keahlian dan takut kehilangan uang. Mungkin kalau ada orang yang mengajari mereka keahlian-keahlian yang dibutuhkan, mereka akan bersedia mengambil risiko lebih banyak.”
Mulanya Yan Lide mengira bocah itu hanya ingin memelihara binatang untuk bersenang-senang, dia tak menyangka akan mendengar rencana yang terstruktur seperti ini.
Yan juga merasa agak bersemangat. Kalau hal ini terwujud, maka bukan hanya Istana Xiangcheng takkan ditinggalkan namun bisa diubah menjadi peternakan yang akan sangat bermanfaat bagi rakyat.
Dengan jantung berdebar kencang, Yan Lide menjawab cepat: “Langkah Yang Mulia sungguh mulia, dan Yan ini bersedia membantu Yang Mulia dalam hal ini!”
Karena seseorang bersedia bermain dengannya, Yuanying pun menggenggam tangan Yan Lide dengan gembira.
“Bagus sekali! Aku akan menulis pada Chengqian dan meminta dia meminjamkan gajah juga Yang Liu si pelatih padaku. Kemudian aku akan memindahkan Dong Xiaoyi kemari untuk mengurus operasinya. Ketika semua orang sudah di sini, aku akan menulis pengumuman dan menempelkannya di seluruh Kota Luoyang. Saat waktunya tiba, Yan Besar, kau harus membimbing Dong Xiaoyi!”
Barulah pada saat itu Yan Lide menyadari bahwa dirinya dipanggil ‘Yan Besar’ dan wajahnya berkedut. Sekarang tak ada gunanya terlalu memedulikan soal gelar dan nama, jadi biarkan sajalah.
“Kalau dibutuhkan, saya bersedia menyumbangkan tenaga kerja dan dananya.”
Yuanying luar biasa puas dengan perjalanannya dan pergi ke tempat kakandanya untuk memuji Yan Lide.
Li Er bertanya-tanya apakah Yan telah menyuap adiknya ini dengan sesuatu, tapi setelah bertanya lebih jauh, Beliau mendapati bahwa Yan dengan sukarela menyumbangkan uang dan tenaga kerja.
“Kalian sudah punya idenya?” (Li Er)
Kemudian dengan berani Yuanying membagi rencananya. Kalau ada orang yang takut pada ular, pasti ada orang-orang yang tidak takut. Dia pernah mendengar dari Yang Liu si pelatih gajah bahwa orang-orang di Selatan menganggap ular sebagai makanan lezat. Kalau mereka menangkap ular, ularnya akan menjadi santapan. Sup rebusan, ular panggang, semuanya makanan luar biasa. Ular-ular berbisa hanya sedikit lebih menyusahkan, kau hanya perlu berhati-hati jangan sampai tergigit.
“Kelompok orang yang datang bersama Dai Ting mahir dalam memelihara unta. Saya berencana meminta mereka memelihara unta di sini, dengan demikian semua rumput tingginya akan habis dimakan.” Dia kemudian menyombong bahwa dia ingin seluruh negara mampu membeli daging.
Baginda Kaisar menyandarkan punggungnya dan mulai mendaftar berbagai hal: “Kau telah berjanji akan memberi makan dan pakaian kepada semua orang, menyediakan buku dan pendidikan, menyediakan tabib-tabib yang bagus dan perawatan kesehatan. Bagaimana kau akan bisa melakukan begitu banyak hal?”
“Tidak jadi masalah. Tangani masalah ketika masalah itu datang. Apa masalahnya kalau aku gagal? Dan kali ini ada Yan Besar yang menemaniku. Dia adalah orang baik yang setuju untuk menyumbangkan tenaga kerja dan uang.”
Yuanying meneruskan seraya mendesah.
“Dulu aku berpikir kalau bola bundar kecil tidak mirip dengan ayahnya tapi tak bisa menentukan dia mirip dengan siapa. Hari ini, setelah bertemu dengan Yan Besar, aku menyadari kalau bola bundar kecil tampak persis seperti dia!”
Li Er dibuat amat kebingungan dengan julukan-julukan amburadul adiknya sehingga Beliau bahkan tak mau repot-repot mengoreksinya. Beliau melambaikan tangan dan berkata, “Baiklah, baiklah. Lakukan apa pun yang au mau tapi pastikan saja jangan sampai membuat Yan Lide kehilangan semua uangnya.”
Yuanying memutuskan untuk tidak memprovokasi sang Kaisar lagi dan alih-alih mengumumkan pada teman-temannya bahwa Istana Xiangcheng akan menjadi pangakalan main mereka yang baru. Lakukan apa pun yang kalian mau di sini! Menunggang gajah, unta, memelihara segala jenis elang, rajawali, dan bangau untuk bersenang-senang. Gadis-gadis masih agak memcemaskan soal ular berbisa, tapi Gaoyang bersorak.
“Apa aku bisa mengajak teman-temanku yang lain juga?”
“Tentu saja, makin banyak orang makin seru. Aku akan minta Yan Besar membantu dengan perencanaannya. Mari pelihara lebih banyak unggas dan ternak yang berguna dan um, yang cantik-cantik juga.” (Li Yuanying)
Dia lalu bertanya pada Gaoyang dengan lagak penuh rahasia “Kudengar daging ular itu lezat, apa kau berani mencicipi ular?”
Gaoyang berada pada usia di maan dia tak bisa menerima provokasi. Ketika seseorang bertanya apakah dia berani melakukan sesuatu, reaksi pertamanya adalah mengiyakan.
“Kenapa tidak?” (Gaoyang)
“Kalau begitu mari kita pekerjakan penangkap ular untuk menangkap beberapa ekor dan mencicipinya. Dengan begitu kita akan tahu pasti ular mana yang lezat!” (Li Yuanying)
“Paman Kecil, Gaoyang masih perlu menikah.”
Gaoyang mengangkat alisnya: “Terus? Kau tak boleh makan ular kalau kau ingin menikah?”
Li Zhi menutup mulutnya. Yah, Gaoyang toh takkan pernah menikahiku.
Li Zhi merasa agak bersimpati pada iparnya di masa mendatang. Bagaimana kalau Fang juga diam-diam berharap dirinya tidak lulus dari ujian Li Yuanying?
Dia tak mengatakan apa-apa lagi tapi Yuanying masih ingin menguliahi dirinya. “Kenapa ular tak boleh dimakan? Ular kan juga bisa dijadikan obat. Kau pernah memakannya saat kecil. Aku pernah baca resep yang dicatat oleh tabib istana dan kau pernah makan obat dengan kandungan ular di dalamnya.”
Mengandalkan pelajaran pengobatannya selama beberapa hari dengan Sun Simiao, Yuanying lanjut mendaftar dengan fasih bagaimana ular bisa dipakai sebagai obat. Selain darah ular, kau bisa memakai kantong empedu ular, arak ular, salep ular, daging ular, dan sup ular dengan telur ular.
Ular-ular itu ditangkap dengan sangat susah payah dan leluhur agung mereka takkan menyia-nyiakan satu bagian pun darinya. Mereka memakan semua yang bisa dimakan, dan memakai setiap bagian yang bisa dipakai untuk membuat obat.
Mendengar hal ini, perut Li Zhi serasa bergolak dan karena tak tahan lagi dia pun minum beberapa teguk teh, merasa kaalu dirinya mungkin tanpa disengaja telah memakan makhluk licin yang melata ke mana-mana ini sebelumnya!
Li Yuanying berkata merendahkan: “Tak punya pengetahuan.”
Sementara Li Yuanying secara aktif melobi teman-temannya untuk mencicipi ular, Li Tai mendapati bahwa Li Yuanying telah mengambil alih Istana Xiangcheng.
Li Er-lah orang yang memberitahunya. Ketika ayah dan anak itu sedang bercakap-cakap gembira dalam suasana harmonis, Li Tai mengambil kesempatan untuk menanyakan tentang ayah mertuanya untuk mewakili istrinya.
Beginilah caranya bagaimana dia bisa menemukan bahwa sang Kaisar berencana memberikan Istana Xiangcheng kepada paman kecil dan bahwa ayah mertuanya telah dicuci otak oleh bocah itu supaya menyumbangkan dana untuk membantu Li Yuanying merenovasi tempat itu!
Li Tai marah bukan kepalang tapi dia tak bisa menampakkannya di hadapan sang Kaisar.
Begitu pulang ke rumah, Li Tai berkata kepada Yan Wangfei: “Aku tak perlu jadi penengah dengan Ayahanda Kaisarku, ayahmu mampu melepaskan dirinya sendiri.”
Mendengar nada bicara ini, sang wangfei menyadari bahwa ayahnya pasti telah terlibat dengan Pangeran Teng. Dia tidak yakin apa sebabnya, tapi dia bisa merasakan permusuhan suaminya terhadap paman kecil dan rasa permusuhan ini meningkat hari demi hari dan tampaknya bahkan melampaui permusuhan terhadap Putra Mahkota.
Dia ingin menghibur suaminya namun Bola Bundar Kecil berlari menghampiri dengan membawa bola kesayangannya dan berseru kekanakan, “Papa, bola, main.”
Sang wangfei mengangkatnya: “Papa sedang sibuk dan tak punya waktu untuk main. Bagaimana kalau kau main dengan yang lainnya saja?”
Karena Papa sedang sibuk, Bola Bundar Kecil pun mengganti permintaanya: “Manman, cari dia.”
Dia ingat Manman bilang Manman juga ada di Luoyang dan Manman berjanji akan main dengannya.
Begitu Li Tai mendengar kata ‘Manman’, dia jadi kesal dan berteriak: “Bawa dia pergi, jangan ganggu aku.”
Entah kenapa, ayahanda jadi semakin dan semakin menyayangi paman kecil ini. Sekarang bahkan putra dan mertuanya sendiri juga berhubungan baik dengannya. Dia benci Li Yuanying!
Mengetahui bahwa Li Tai sedang tidak senang, Yan Wangfei pun buru-buru membawa anak itu keluar.
Air mata menggenang di mata Bola Bundar Kecil dan mulutnya berkerut, ingin menangis.
“Xin’er, jangan menangis. Hari ini Papa cuma sedang kesal, Papa paling sayang dengan Xin’er.”
Anak itu memeluk leher Mama dan meratap.
“Manman, cari dia, mau dia.”