Living Leisurely in Tang Dynasty - Chapter 74
Yan Lide harus bertanggungjawab atas kekacauan di Istana Xiangcheng.
Namun masalahnya adalah latar belakang keluarganya.
Putri pertama Yan Lide adalah selir Li Tai, jadi dia merupakan besan dari keluarga istana. Putrinya yang lain menikah dengan putra Tang Jian. Tang Jian adalah seorang pejabat penting yang mendukung Kaisar sejak awal dan punya istri yang adalah seorang putri dari keluarga Yuan dari Dinasti Wei Utara. Juga, putranya yang lain menikah dengan seorang tuan putri dari keluarga Li!
Sederhananya, Yan Lide adalah kerabat dekat dan dia berasal dari keluarga terpandang.
Mengingat bahwa Yan Lide adalah ayah mertua Li Tai, Li Er ingin melepaskan dia dengan mudah. Tapi apa boleh buat. Kalau Beliau tidak menghukumnya, para pejabat takkan pernah membiarkan hal ini begitu saja. Ditambah lagi, Beliau sendiri juga cukup marah kepada Yan Lide.
Lalu untuk Istana Xiangcheng, tempat itu tak lagi bisa dipakai sebagai istana musim panas. Tapi sudah begitu banyak uang yang dihabiskan pada bangunan ini, Beliau akan dimaki oleh orang-orangnya kalau Beliau membiarkan tempat ini terbengkalai begitu saja.
Li Er pun memanggil para menteri untuk berdiskusi.
Karena Baginda Kaisar baru saja pulih, Wei Zheng memberi muka kepadanya dan merupakan suatu kejadian langka di mana Wei tidak menghujani Kaisar dengan kritikan. Wei Zheng berpikir bahwa karena Istana Xiangcheng tidak cocok untuk ditinggali, mereka seharusnya membongkarnya dan memberikan area-area sisanya kepada rakyat jelata. Anggap saja seakan istana ini tak pernah dibangun.
Fang Xuanling dan yang lainnya tak punya komentar. Bagaimanapun juga uangnya sudah keluar. Bersyukur saja karena tempat ini baru memulai konstruksinya selama setengah tahun dan skala serta biayanya tidak terlalu besar. Kalau Baginda Kaisar bermewah-mewahan, maka yang begitu baru menyusahkan!
Diskusi mengenai Istana Xiangcheng pun telah disimpulkan namun Li Er tidak langsung memberikan perintah.
Saat ini masih ada pekerjaan yang perlu dilakukan di situ. Bahkan meski ada tenaga kerja yang menganggur, Li Er tidak akan menyuruh mereka untuk langsung membongkar Istana tersebut. Kalau Beliau benar-benar membongkarnya sekarang juga, Li Er merasa kalau dirinya akan diolok-olok ke mana pun Beliau pergi. Siapa yang membangun sesuatu dan kemudian langsung membongkarnya? Apa Kaisar itu orang bodoh?
Yuanying tahu bahwa sang Kaisar kembali bekerja keras dan membahas tentang urusan pemerintahan, jadi dia tak mau mengganggu Beliau. Dengan surat rekomendasi di tangannya, dia pun bekerja mengatur sebuah pesta the Zen di Luoyang.
Ada banyak kuil terkenal di Luoyang dan jumlah rahibnya lumayan banyak. Sepemahaman Li Yuanying, para rahib dan pendeta Tao berada dalam kategori profesi yang dikecualikan dari membayar pajak. Meski demikian, kenapa kita harus membiarkan saja mereka merapal kitab suci di dalam kenyamanan kuil setiap harinya? Hanya memusatkan diri pada pelatihan diri tak bisa memberi manfaat bagi orang lain dan tak bisa dianggap sebagai menjalankan kehendak Langit!
Yuanying meminta Dai Ting mengeluarkan pakaian resminya dan keluar dalam cuaca panas musim panas untuk bertemu dengan mereka di lokasi yang telah ditentukan sebelumnya. Hari ini dia telah secara khusus meminta pembantunya mengeluarkan pasir merah bubuk dan memasangkan sedikit bubuk itu ke dahinya. Titik merah itu tampak seperti sebutir batu berharga. Meski dirinya jelas masih tampak seperti seorang pangeran dari istana, gaya berpakaiannya membuat dirinya tampak mudah untuk didekati.
Li Zhi dibuat terkejut oleh cara berpakaian paman kecil.
“Untuk menemui para rahib, Paman berpakaian seperti ini? Tidak kepanasan?”
Yuanying menyuruh orang mengipasi dirinya dan menaunginya dengan payung, jadi dia tak terlalu merasa kepanasan.
“Bukankah ada perkataan yang bilang bahwa ‘Buddha bergantung pada jubah emas sementara manusia bergantung pada pakaian bagus’? Aku perlu mengintimidasi mereka supaya bisa mendapatkan diskusi yang memberikan hasil. Ini namanya belajar dari sang Buddha.”
Ketika di Chang’an, dirinya direkomendasikan oleh Ouyang Xun. Karena itu, dia bisa dengan mudah mengakali banyak orang. Tapi kini di Luoyang, dia hanya punya beberapa helai surat seadanya, jadi dia perlu lebih memerhatikan detilnya!
Li Zhi dibuat tak mampu berkata-kata.
Yuanying menggusah Li Zhi agar pergi bermain dengan anak-anak perempuan sementara dia pergi ke pesta the. Meski Yuanying tidak mahir dalam banyak hal, dia cerdik dan spontan. Dia mampu bicara dengan rahib-rahib terkenal tanpa mengungkapkan rahasianya. Dia bahkan menerima komentar tentang berjodoh dengan sang Buddha.
Dalam hati Li Yuanying tidak setuju. Apa gunanya berjodoh atau berhubungan dengan Buddha? Tak ada daging, tak ada baju bagus, tak bisa menikah dan punya anak. Tapi ketidaksepakatan adalah satu hal, dan Yuanying masih secara aktif mendengarkan ceramah yang diberikan oleh para rahib. Pada beberapa ceramah itu, dia bahkan menyelipkan potongan-potongan kisah tentang teh secara tepat untuk meningkatkan hubungan antara agama dan teh.
Setelah lewat setengah hari, anak itu berhasil mencicipi semua cemilan lezat dan makanan vegetarian di Luoyang. Dia juga sukses menjual teh kepada kuil-kuil Buddhis besar. Hal ini membuat teh dan cemilan, dua bahan penting ketika mendiskusikan agama, untuk terus maju.
Para rahib berjanji bahwa asalkan daun-daun teh tersedia, mereka akan bertemu dengan rahib-rahib yang ada di Chang’an dan bersama-sama para rahib akan pergi ke dalam Kekaisaran Tibet untuk menyebarkan ajaran Buddhisme.
Dengan pemberian janji-janji itu, Yuanying pun kembali ke istana dengan rasa puas sambil membelai perutnya yang sudah terisi kenyang. Di perjalanan pulang, dia mengobrol dengan Dai Ting.
“Katanya para rahib dilarang berbohong, jadi kurasa mereka takkan berbohong padaku.”
“Kalau mereka berani melakukannya, selalu ada cara untuk membuat mereka menyesalinya.”
Yuanying menyadari bahwa sejak kembali dari Gaochang, temperamen Dai Ting jadi sedikit berbeda. Kini Dai Ting lebih sering mengungkapkan isi pikirannya.
Li Yuanying mengangguk. “Tak apa-apa, kalau mereka ingkar, akan kuserahkan padamu untuk menanganinya.”
Dai Ting mengangguk.
Bocah itu terus membelai perutnya yang penuh, memikirkan tentang semua hal yang telah dia pelajari hari ini lewat percakapan.
Tak peduli jenis pekerjaan yang mana pun, orang biasa takkan bisa mencapai puncak. Bahkan di antara para rahib, untuk memenangkan pengikut dan memiliki reputasi besar bukanlah hal mudah. Ada banyak percakapan yang membuatnya seperti berada dalam gumpalan kabut, tapi setelah memikirkannya secara seksama, dia pun mulai menyadari kebenaran di dalamnya.
Orang-orang besar sungguh luar biasa!
Yuanying selalu tak bisa diam. Dia merasa bahwa karena hari ini dia telah mempelajari sesuatu, dia harus mencari sang Kaisar. Kemudian dengan gagah berani dia berkata bahwa dia akan mengajarkan Buddhisme kepada Li Er.
Li Er tak bisa menyingkirkan anak itu dan karenanya Beliau pun hanya bisa menoleransi ocehan tanpa henti adiknya itu. Kesemuanya itu adalah kisah-kisah vulgar tentang bagaimana anak itu membuat orang-orang membawa barang-barang tiruan untuknya, hal terpenting dalam hidup adalah berbahagia dan tak punya masalah hidup. Li Er berpikir bahwa adiknya ini sedang berusaha mencuci otaknya dengan ajaran yang berasal dari ‘Buddha Yuanying’.
Meski menyebalkan, Li Er mengerti apa maksud dari adiknya itu. Anak ini hanya ingin Beliau gembira. Supaya Yuanying bisa merasa tenang, Li Er pun merespon dengan santai.
“Karena kau begitu bebas dan gabut, bagaimana kalau kau mencari solusi untuk Istana Xiangcheng? Kalau kau bisa membetulkannya, zhen akan memberikan tempat ini kepadamu sebagai hadiah.”
Li Yuanying tak menyangka akan mendapat hadiah sebagus itu dan dia dibuat kaget dan bersukacita.
“Benarkah?”
“Ya, tentu saja.”
Tempat ini toh akan dibongkar. Kalau Li Yuanying bisa mengubahnya dengan baik maka tak ada salahnya kalau memberikannya kepada anak itu. Walaupun bocah ini suka mengacau, dia selalu memberikan hasil yang tak disangka-sangka dari perbuatan-perbuatannya. Mungkin dia bisa memikirkan cara yang bagus untuk menata ulang Istana Xiangcheng.
“Kalau begitu sudah ditetapkan!”
Begitu dia punya hal yang bisa dilakukan, Li Yuanying pun berhenti mengganggu Baginda Kaisar. Dia berlari pulang dengan girang untuk berbagi kabar bagus tentang Istana yang baru saja diperolehnya.
Sizi tidak terlalu berminat dan masih agak ragu ketika Istana Xiangcheng disebut-sebut. “Ada ular berbisa di situ.”
“Jangan takut, selalu ada pemecahan atas hal itu. Istana Xiangcheng adalah tempat yang begitu besar, aku perlu memikirkan tentang bagaimana cara terbaik untuk memanfaatkannya.”
Gaoyang yang pemberani tidak takut pada ular. Dia bahkan mengajukan saran membangun: “Menurutku kita harus memelihara binatang yang memangsa ular di dalam istana.”
Li Yuanying mengangguk, “Akan bagus kalau memelihara beberapa ekor elang dan binatang buas. Adanya ular dan serangga di sekitar sini mungkin saja karena jumlah tanamannya melimpah. Kita harus memelihara 8 hingga 10 ekor gajah dan sejumlah besar hewan ternak dan domba. Mereka akan memakan habis semua tumbuhan di sekeliling tempat ini. Kalau tempat ini jadi terbuka, maka takkan ada tempat bagi ular untuk bersembunyi!”
“Mari kita tanam lebih banyak herba atau tanaman yang bisa menangkal ular dan serangga. Mungkin saja akan berguna.” (Chengyang)
Anak-anak itu duduk melingkar dan berbagi ide serta menghasilkan banyak solusi untuk mengatasi masalah ular dan serangga. Lalu mengenai hawa panas musim panas, toh tidak semua orang punya keistimewaan untuk pindah demi menghindarinya. Asalkan tempat ini tidak dipakai sebagai istana musim panas, maka tidak menjadi masalah jika tempat ini luar biasa panas di musim panas
Li Yuanying merangkum pendapat semua orang dan menyimpulkan bahwa keberhasilan mengubah Istana Xiangcheng cukup tinggi. Akan tetapi, menjalankannya dengan sukses hanya bisa dilihat seiring dengan berjalannya waktu.
Yuanying membubarkan kelompok itu. Pagi-pagi sekali keesokan harinya, dia bangun dan berlari ke kediaman Yan untuk mengunjungi Yan Lide yang telah kehilangan jabatannya. Kalau ada orang yang paling tahu tentang struktur Istana Xiangcheng, orang itu pastilah Yan Lide. Bocah itu membutuhkan bantuannya kalau ingin mengubah istana tersebut.
Poin sistemnya juga hampir ludes. Hanya dengan sisa seribu poin, Yuanying tak bisa mengubah tempat yang begitu besar seperti Istana Xiangcheng!
Yan Lide merasa agak depresi karena pemecatannya. Jantungnya nyaris berhenti ketika dia mendengar kalau Li Yuanying datang berkunjung.
Pemikiran pertamanya adalah: Aku kan belum melakukan apa-apa untuk memprovokasi raja setan cilik ini!