Living Leisurely in Tang Dynasty - Chapter 73
Tak ada seorang pun yang berani menyebarkan kabar tentang keluarga istana. Bahkan meski Yan Liben masih berada di sekitar keluarga istana, dia tak bisa mendapatkan informasi tentang apa pun. Semua yang bisa dia lakukan adalah menghibur kakaknya agar tetap tenang.
“Baginda Kaisar telah mengunjungi Utara dan berperang di Selatan. Tubuh Beliau kuat dan akan baik-baik saja. Kita tunggu kabar saja dengan tenang.”
Namun bagaimana bisa Yan Lide merasa tenang? Pada musim panas sebelumnya, sang Kaisar telah memerintahkan dirinya mengunjungi Luoyang untuk mengawasi konstruksi Istana Xiangcheng. Ketika dia tiba, saat itu sudah musim gugur. Udara di musim gugur sejuk dan tanaman-tanamannya kekuningan. Tak ada nyamuk, ular, ataupun semut. Karena itu, dia menyimpulkan bahwa cuaca dan lokasinya sangat bagus. Bagaimana dia akan tahu bahwa tempat itu akan mengalami perubahan begitu drastis di musim semi dan panas? Sekarang tak ada gunanya mengatakan apa pun. Ini adalah masalah yang telah dia buat dan akibatnya akan harus dia tanggung sepenuhnya.
Yan Lide mendesah dan tanpa suara mendoakan kesehatan Baginda Kaisar.
Yan Liben juga menyimpulkan bahwa urusannya buruk. Kenapa upaya lepas dari musim panas malah berubah menjadi kekacauan seperti ini? Akan lebih baik kalau tetap tinggal saja di Chang’an.
Kakak beradik itu merasa tak berdaya dan Li Yuanying juga tidak lebih baik. Mulanya, mereka tak diberitahu tentang penyakit Kaisar. Ketika kabarnya menyebar dan mereka menemukan hal itu, mereka tak diperbolehkan mengunjungi Beliau dan hanya bisa berkeliaran cemas di luar.
Yuanying menunggu seharian penuh dan melihat para tabib berjalan keluar masuk kamar tapi tak ada seorang pun yang berani mengungkapkan apa pun. Dia jadi tidak sabar dan menarik Li Zhi ke sebuah jendela dengan niat menyuruh Li Zhi memanjat masuk demi melihat apa yang terjadi pada sang Kaisar.
Li Zhi buru-buru menggelengkan kepalanya. Dia takkan mau mengacau. Kalau ayahanda tidak membiarkan mereka masuk, bagaimana mereka berani memanjat masuk lewat jendela? Ditambah lagi para penjaganya waspada dan tidak buta, mustahil untuk menyelinap masuk lewat jendela tanpa diketahui!
“Kalau kau tak mau memanjat, aku yang akan melakukannya. Cukup awasi sekeliling dan beritahu aku begitu ada orang lewat.”
Li Zhi tak bisa berbuat apa-apa terhadap permintaan paman kecil dan berdiri di dekatnya sambil mengamati Li Yuanying merayap memanjat jendela. Ketika para penjaga sedang tidak memerhatikan, dia pun melompat masuk ke dalam kabar Kaisar. Kemungkinan besar, karena kedua anak laki-laki itu telah berkeliaran di sekitar situ sepanjang hari, maka tak ada seorang pun yang terlalu memerhatikan mereka. Li Yuanying berhasil menyusup masuk dengan mulus!
Dia menyelinap masuk lalu melambai pada Li Zhi, mengisyaratkan padanya agar ikut bergabung.
Li Zhi mengedarkan pandangan dan kemudian melihat ke arah paman kecil yang ada di dalam kamar. Dia lalu menggertakkan gigi dan memanjat masuk.
Kediaman sang Kaisar berukuran besar dan agak kosong. Orang-orang yang melayani Beliau semuanya gemetar karena takut membuat kesalahan apa pun. Setelah menyelinap masuk, Yuanying berkeliling santai dengan dada membusung. Dia memasang penampilan serius yang mengisyaratkan bahwa dia punya izin untuk berada di sini. Tentu saja tak ada seorang pun yang berani menghentikan mereka.
Tanpa sadar Li Zhi meniru tindakan Li Yuanying. Mereka kemari untuk menjenguk ayahanda. Apa salahnya?! Tidak ada! Mereka memang sudah seharusnya mengunjungi ayahandanya yang sedang sakit!
Mereka berdua tiba di kamar tidur Li Er dan mengejutkan orang-orang yang menjaga sang Kaisar. Berpikir lebih dalam, Li Zhi adalah putra kandung sang Kaisar dan Li Yuanying adalah adik kesayangannya. Tidak aneh kalau mereka diizinkan masuk. Para pengawal pun melangkah mundur supaya anak-anak itu bisa melihat sang Kaisar lebih dekat.
Li Zhi tak bisa percaya bahwa mereka ternyata telah menyelinap masuk.
Tapi yang lebih penting adalah kondisi ayahanda. Meski Li Zhi tak punya pengetahuan medis, dia bisa melihat kalau sang Kaisar tampak lemah dan jelas-jelas sangat sakit.
Li Zhi cepat-cepat menatap paman kecil.
Yuanying sudah berlutut dan meraih tangan sang Kaisar dari bawah selimut. Sang Kaisar tak pernah mengizinkan adiknya itu untuk memeriksa nadinya dan dari tindakan ini saja Yuanying sudah bisa menerka bahwa Beliau tidak dalam kondisi kesehatan yang baik. Melihat nadi sang Kaisar, Yuanying meragu sejenak sebelum meletakkan tiga jari di atasnya.
Tapi dia tak bisa tenang dan jemarinya gemetar.
Sun Simiao pernah berkata bahwa ‘Orang mungkin punya kemampuan penyembuh tapi tak bisa menyembuhkan dirinya sendiri’. Sang tabib juga berkata bahwa ketika berhubungan dengan orang yang dekat denganmu, membuat kesalahan bukanlah hal tidak lazim. Dahulu anak itu menepiskan semua pernyataan tersebut namun kini dia memahaminya.
Persis ketika Li Yuanying sedang gundah, suara sistem tiba-tiba terdengar: “Apa kau perlu bantuan pengujian?”
Li Yuanying kegirangan. Apa ini bisa dilakukan?
“Nyalakan saluran pengobatan dan unggahlah kondisi tubuh spesimen. Maka kau akan mendapatkan laporan kesehatan yang bersangkutan serta rencana pengobatan yang direkomendasikan.”
Kemudian sistem menambahkan: “Hal ini membutuhkan sejumlah besar poin. Melihat jumlah poinmu saat ini, yang nantinya tersisa hanya tinggal seribu poin.”
Semua fungsi di dalam Perpustakaan diperoleh lewat pertukaran poin. Berdasarkan dari pengalaman, seribu poin mungkin akan memberimu cetak biru sebuah kereta. Kalau ingin membangun komunitas lain seperti kebun bunga matahari, mungkin akan perlu mulai mengumpulkan poin dari bawah lagi. Akan tetapi, pemirsaku sudah mempertanyakan kredibilitas saluranku. Mungkin tidak akan mudah lagi untuk memperoleh banyak poin!
Setelah mendengarkan penjelasan sistem, Yuanying memilih saluran medis tanpa ragu.
Dia kemudian memindai dan mengunggah kondisi kakandanya sesuai dengan instruksi dari sistem.
Segera, laporan kesehatan Baginda Kaisar pun muncul secara menyeluruh di hadapan Li Yuanying.
Setelah membacanya, Yuanying kembali tenang. Kakanda baru berusia empat puluhan tapi sudah sangat kelelahan. Bukan hanya Beliau tidak beristirahat dengan baik, Beliau juga sering terlalu banyak berpikir. Kesehatan mental maupun fisiknya berada dalam kondisi buruk.
Gambaran 3D yang ditunjukkan bahkan menandai waktu dan penyebab dari tiap-tiap cidera yang tampak mengejutkan.
Bocah kecil itu duduk berlutut sebelum kemudian air matanya berderai.
Li Zhi tak tahu bahwa paman kecil sedang berkomunikasi dengan sistem rahasianya. Dia hanya bisa melihat paman kecil menangis setelah memeriksa nadi ayahanda. Dia pun langsung jadi cemas.
“Paman Kecil, ada apa?”
Li Er juga menyadari adanya pergerakan di sekitarnya.
Beliau membuka mata dan mendapati seorang Li Yuanying yang sedang menangis dan Li Zhi yang tampak gelisah.
Kondisi Li Er masih lemah tapi Beliau duduk dengan susah payah dan menghardik dengan wajah tegas: “Siapa yang mengizinkan kalian masuk?!”
Semua orang yang melayani seketika jatuh berlutut dengan panik untuk mengaku bersalah.
Li Zhi kaget dengan gembira karena Baginda Kaisar sudah bangun. Bertemu dengan sorot mata marah ayahanda, dia menjelaskan: “Kami, kami, kami memanjat masuk lewat jendela. Ayahanda, kami cemas!”
Sang Kaisar terbatuk dua kali dan menolehkan kepalanya untuk menatap Li Yuanying yang sedang menyeka air matanya. Bahkan seorang idiot juga akan tahu bahwa Li Yuanying-lah yang memberi ide agar mereka menyelinap masuk lewat jendela. Bajingan ini sudah terus-terusan berusaha memeriksa nadinya dan sekarang dia telah berhasil!
Baginda Kaisar melambatkan nada suaranya: “Baiklah, kalian pulanglah. Zhen tak apa-apa. Zhen hanya perlu istirahat selama satu atau dua hari.”
Li Zhi menarik paman kecil tapi yang bersangkutan tak mau pergi.
“Nggak. Aku ingin melihat obat yang diberikan oleh tabib istana.”
Dia tak peduli meski lantainya kotor dan dengan kokoh mendudukkan pantatnya secara keras kepala.
“Aku nggak akan pergi.”
Li Er benar-benar tergoda untuk berdiri dan menendangnya.
Tapi Beliau masih sakit dan tak punya sisa tenaga. Beliau pun memerintahkan agar Li Zhi pergi, meninggalkan Li Yuanying yang masih bersungut-sungut di sisinya.
Sekarang tinggal kedua kakak beradik ini yang tersisa di dalam kamar.
Yuanying kemudian menolehkan kepala untuk menatap Li Er yang sedang berbaring.
Mata Li Er separuh terpejam dan tak memedulikan adiknya itu.
“Kakanda Kaisar, mengapa Kakanda tidak turun tahta saja?”
Kalau Beliau bukan sang Kaisar, Li Er takkan perlu bekerja sekeras itu dan jatuh sakit gara-gara rasa frustrasi terhadap ini dan itu.
Li Er terus memejamkan matanya dan berkata datar: “Pernyataan itu. Kalau diucapkan oleh orang lain, kepala mereka akan sudah menggelinding.”
“Saya tahu Kakanda takkan marah pada saya, itulah sebabnya kenapa saya mengatakannya.” Setelah berpikir lebih jauh, masih ada sejumlah risiko, jadi Yuanying buru-buru berusaha menjilat sang Kaisar. “Kakanda, Kakanda punya hati yang besar!”
“Benar, kau akan sudah diseret keluar dan dipenggal kepalanya sejak dahulu kala. Tak mungkin kau bisa membuat masalah setiap hari.”
Li Yuanying merasa lehernya mendingin. Tapi karena dia sudah mengucapkan sesuatu, dia tak mau menahannya. Bocah itu lanjut mengekspresikan pendapatnya dengan berani: “Menjadi Kaisar itu tak ada bagus-bagusnya. Kakanda sangat sibuk, tidur begitu larut dan bangun begitu pagi. Semua orang yang punya sesuatu untuk dikeluhkan datang kepada Kakanda. Banjir, kekeringan, naga-naga mistis, semuanya adalah tanggungjawab Kakanda. Memikirkannya saja aku sudah kelelahan.”
Sang Kaisar tetap membisu.
“Keponakan pertama, ketiga, dan keempatku semuanya ingin menjadi Kaisar. Cukup pilih saja satu di antaranya dan biarkan mereka melakukannya. Kupikir keponakan pertamaku adalah kandidat yang cukup bagus dan cucu keponakan juga pintar dan imut. Mereka semua punya kemampuan. Kalau Kakanda tidak suka yang pertama maka pilihlah yang ketiga atau keempat. Kakanda punya begitu banyak anak laki-laki, tinggal pilih saja yang mana yang Kakanda suka.”
Li Er membuka matanya dan menatap.
Li Yuanying balas menatapnya dengan mata penuh harapan.
Ini adalah solusi terbaik yang bisa dia pikirkan.
“Chengqian dan putra-putraku yang lain semuanya hebat. Mereka adalah kebanggaan zhen.” Beliau meneruskan dengan tenang: “Namun zhen baru berusia empat puluh tiga dan berada pada masa prima. Zhen masih punya banyak hal yang perlu dicapai. Zhen tak bisa hidup seperti ayahanda kita yagn hanya mencari dan menenggelamkan diri dalam arak dan kesenangan.”
Li Yuanying ingin menangis lagi. “Saya tak mengerti,” rintihnya.
“Kau akan mengerti, kau itu lebih pintar daripada Chengqian dan yang lainnya.”
Li Yuanying kembali tenang.
Sebenarnya dia memahaminya dengan baik.
Tidak semua orang cuma ingin bersenang-senang seperti dirinya. Orang-orang seperti Li Er, Wei Zheng, dan Fang Xuanling semuanya berbeda dari dirinya.
Mereka punya ambisi besar dan mengarahkan pandangan mereka pada cakrawala yang lebih luas. Mereka ingin melakukan hal-hal yang tak pernah dilakukan oleh para pendahulu mereka dan ingin membawa negara pada era kemakmuran yang tak bisa dilakukan oleh para pendahulu mereka.
Dia hanya tak mau kakanda tersayangnya kehilangan nyawa demi mencapai hal itu.
Ayah dan istri sang Kaisar sama-sama telah tiada sejak lama. Kehilangan satu orang lain berarti berkurang satu lagi sekutu dekat bagi Beliau. Bahkan meski akan ada banyak keponakan, cucu keponakan, anak laki-laki, anak perempuan, dan cucu di masa mendatang, semuanya akan berbeda.
Setelahnya, tak satu pun dari kakak beradik itu yang bicara.
Tabib istana datang untuk mengantarkan obat.
Kali ini sang Kaisar mendadak jatuh sakit dan mengejutkan semua tabib yang menemaninya. Tangan mereka gemetar ketika memberikan ramuan obatnya.
Yuanying memiliki pemahaman jelas tentang situasi kakandanya tapi dia berhasil tetap tenang. Dia mengambil obat itu dan mencicipinya. Sup obat tersebut jelas telah dicicipi dan dipastikan sebagai tidak beracun. Yuanying cuma takut kalau para tabib akan memakai bahan-bahan obat yang bertentangan dengan kesehatan Baginda Kaisar dan mungkin akan memperparah kondisinya.
Bagaimanapun juga, tidak semua orang bisa sama menyeluruhnya dengan pemindaian dari sistem.
Menurutnya obat itu tak terlalu pahit jadi dia mencebik dan memikirkannya secara seksama serta mampu menganalisa secara kasar tentang bahan-bahan yang ada dalam mangkuk. Setelah menyimpulan bahwa obat itu tidak berbahaya meski juga tak terlalu berguna, dia sendiri yang memberikan obatnya kepada sang Kaisar.
Li Er tak mengatakan apa-apa dan meminumnya dalam sekali tenggak.
Li Yuanying buru-buru menyelipkan permen di samping bibir Li Er.
Permen ini diberikan kepadanya oleh sistem bersama dengan laporan kesehatan sang Kaisar. Rupanya permen ini punya properti pengobatan dan akan bagus untuk kesehatan sang Kaisar.
Permennya hanya ada satu dan tak mungkin jika orang lain mencobanya terlebih dahulu. Jadi Li Yuanying hanya bisa berusaha sebaik mungkin untuk membujuk sang Kaisar: “Kakanda, obatnya pahit, jadi makanlah permen ini! Rasanya manis dan bisa menetralkan rasa pahit di mulut Kakanda!”
Sang Kaisar menatap ekspresi-ekspresi ragu di wajah para pelayannya dan kemudian mengarahkan pandangan pada permen itu. Akhirnya Beliau membuka mulut dan memakannya.
Ini toh cuma sebutir permen, bukan masalah besar. Setelah menjadi Kaisar, bahkan makanan yang dikirim oleh para putra dan putri Beliau harus diperiksa berkali-kali. Menjadi Kaisar itu memang sangat melelahkan, mari kita buat pengecualian untuk sekali ini saja.
Li Yuanying gembira.
Sorenya sang Kaisar mulai merasa lebih baik. Beliau mengunjungi anak-anaknya untuk makan malam. Setelahnya, Beliau memanggil para menterinya untuk memberitahu mereka bahwa Beliau sudah sehat sehingga semua orang bisa merasa lega.
Kini karena Kaisar sudah pulih, kita akan mendiskusikan hal-hal yang harus dilakukan atas Istana Xiangcheng dan Yan Lide besok pagi.
—–
Catatan Pengarang:
Pangeran Kecil: Kakanda Kaisar, kalau Kakanda punya apa pun yang tidak Kakanda inginkan atau siapa pun yang tidak Kakanda mau, Kakanda bisa memberikannya padaku! (menggosokkan kedua tangan)
Baginda Kaisar Li Er: Keluar!