Living Leisurely in Tang Dynasty - Chapter 69
Rapat selanjutnya dari kelompok itu dilakukan di Kebun Bunga Matahari dan seperti biasa Yuanying berkeliling untuk menjemput teman-temannya. Kali ini dia juga mengundang Chengqian dan keluarganya untuk bergabung dengan mereka.
Saat ini adalah musim dingin dan tidaklah mudah untuk membangun rumah pada cuaca sedingin itu. Akan tetapi agar para pengungsi bisa menetap secepat mungkin, Yuanying mengeluarkan uang banyak untuk merekrut para pekerja yang bersedia lanjut bekerja di kaki gunung. Dia membayar dengan murah hati dan membagi-bagikan pakaian musim dingin juga makanan. Banyak yang bersedia bekerja demi bisa bertahan dalam musim dingin yang berat tersebut. Pada awal musim semi, beberapa rumah yang dibangun melingkar di kaki gunung sudah siap.
Baik para pekerja setempat maupun warga Gaochang pun bisa pindah ke dalam rumah-rumah baru mereka. Mulanya rumah-rumah itu dibangun untuk para pelajar dan Mei Niang berencana merekrut para murid dari kota-kota sekitar setelah tahun baru untuk memberi mereka pelajaran dasar. Tak ada seorang pun yang hanya menganggur di sepanjang musim dingin dan wajah semua orang sarat dengan kepuasan dan senyum penuh harapan.
Belakangan ini salju sudah tidak turun di Chang’an dan puncak-puncak bukit di kejauhan perlahan mulai sedikit menghijau. Li Yuanying ingin mengajak teman-temannya melihat-lihat penampilan baru Kebun Bunga Matahari.
Sungguh disayangkan karena musim dingin baru saja berlalu dan lingkungan sekitar masih tampak agak kosong serta tak terlalu menarik. Yuanying hanya bisa membawa kelompok itu ke tempat di mana calon ‘rumah pohon’ akan berlokasi. Karena tempat menginap sudah ditentukan, sekarang orang-orang bisa fokus pada mewujudkan sisa dari ‘cetak biru’nya. Takkan butuh waktu lama sebelum mereka bisa bermain di dalam markas rumah pohon ini!
Inilah alasan mengapa Yuanying mengundang Chengqian. Dia menarik Chengqian ke sebuah ruang terbuka dan mulai menunjuk-nunjuk: “Chengqian, bagaimana menurutmu kalau membangun sebuah tungku besar di sini? Sekarang ada banyak orang yang tinggal di Kebun Bunga Matahari dan jumlahnya akan terus bertambah. Kita pasti bisa menghabiskan domba atau sapi panggang berapa pun banyaknya. Tungku ini akan sangat berguna!”
Chengqian tak tahu bagaimana cara membangun tungku tapi dia masih memandangi ruang terbuka itu dan mengangguk: “Posisi ini semestinya boleh juga.”
Chengqian mengenal paman kecilnya dengan baik dan mengusulkan: “Aku akan suruh orang kemari dan membantu Paman membangun tungku. Kalau Paman tak punya cukup orang untuk memanggang, aku akan kirim beberapa orang kemari.”
Li Yuanying yang mendapatkan apa yang dia inginkan merasa senang dengan keponakan pertamanya itu, yang selalu murah hati.
Hal-hal penting harus tunggu panas lebih dulu ketika Li Yuanying membawa Li Xiang dan anak-anak dari kebun untuk bermain. Barulah setelah Li Xiang merona merah dan tak sanggup bermain lagi, sang paman kecil mengizinkan anak-anak kecil itu makan cemilan dan istirahat. Kemudian dia menarik Di Renjie dan yang lainnya untuk mendiskusikan hasil pemikiran mereka.
Yuanying membantu Chengqian mendapatkan ringkasan singkat soal rencana-rencananya karena Chengqian punya banyak teman orang Tujue. Walaupun mereka sudah lama menyerah, kebiasaan hidup mereka tidak terlalu berbeda dari mereka yang tinggal di padang rumput. Ini adalah alasan kedua kenapa Chengqian diundang hari ini.
Tentu saja, Yuanying tidak terus mengoceh soal menyerang negara-negara lain. Yang begitu akan terlalu nekat dan mungkin akan membuat dirinya sendiri menerima kritikan.
Dia hanya bicara tentang niatan awalnya: yaitu ketakutannya tentang Wencheng yang tak bisa hidup dengan nyaman di Kekaisaran Tibet dan tak punya pendukung. Dia ingin mengirim para pedagang ke Xi Yu untuk pertukaran dan interaksi serta untuk memperoleh kabar mengenai tempat-tempat ini.
“Apa Paman berencana menjual teh dari selatan ke negara-negara ini?” (Li Chengqian)
“Ya, aku sudah mendiskusikannya dengan Lu Dongzan. Seharusnya tak terlalu sulit untuk menjualnya kalau kita bisa memecahkan beberapa strategi penjualan. Kita butuh lebih banyak hubungan dagang supaya kabar-kabar terbaru bisa tersampaikan hingga kemari. Wencheng ada di Kekaisaran Tibet dan Honghua ada di Tuyuhun, kita perlu mengirim orang ke kedua tempat itu. Kupikir kita juga harus mengirim orang ke Tujue, jadi aku mengundangmu untuk ikut berdiskusi sama-sama.” (Li Yuanying)
“Takutnya hal itu takkan mudah. Para pedagang sudah mencemaskan soal para bandit di dalam wilayah perbatasan Tang, apalagi melakukan perjalanan ke tempat-tempat jauh itu?” (Li Chengqian)
“Jadi ayo kita pikirkan rencananya.” (Li Yuanying)
Li Zhi berusaha sebaik mungkin untuk mengekspresikan pendapatnya dan menyela: “Kalau keuntungannya menggiurkan, akan ada orang-orang yang bersedia mengambil risiko.”
Akhir-akhir ini sebuah tren kecil soal minum the telah dimulai di Chang’an dan wilayah-wilayah sekelilingnya pasti akan mengikuti. Dengan hal itu, wilayah Selatan pasti akan membuat penanaman teh menjadi populer. Teh tidak dianggap sebagai kebutuhan dan tetap menjadi minuman selingan bagi sebagian besar orang. Tentunya pasar teh akan mencapai titik jenuh.
Kelompok itu pulang dan memikirkan tentang hal ini selama beberapa hari dan semuanya menghasilkan kesimpulan yang sama: Teh Seribu Emas perlu dipasarkan sebagai teh premium dalam jumlah kecil dan harga tinggi di Chang’an. Sisanya harus dialirkan ke negara-negara lain dengan membuka pasar-pasar teh yang baru. Dalam kurun dua atau empat tahun, para pemain baru yang menunggangi tren minum teh akan memasuki pasar dan menyebabkan turunnya harga teh. Mereka kemudian bisa mengarahkan para pedagang teh ini ke arah Kekaisaran Tibet dan Tujue untuk ditukarkan dengan hewan ternak dan logam-logam mulia.
Ada dua keuntungan dalam melakukan hal ini. Satu, tim dagang pribadi mereka takkan menimbulkan kecurigaan ketika mereka berbaur di antara para pedagang biasa. Dan dua, teh bisa dipajaki, menghasilkan pendapatan untuk negara.
Lalu untuk bagaimana membuka pasar teh, kelompok itu menghasilkan poin-poin ini: Pertama, melatih sekelompok ahli teh yang bersedia bersusah-payah mempelajari dan menyebarkan budaya minum teh. Di Renjie menyarankan agar mengirim para rahib karena banyak orang di Kekaisaran Tibet yang meyakini Buddhisme. Kemudian, kau harus menciptakan legenda dan cerita-cerita seputar teh yang mudah diterima oleh penduduk setempat. Hal ini bisa dilakukan dengan mudah oleh Li Yuanying karena Dai Ting mampu mendapatkan orang yang bisa mengarang berbagai cerita. Lalu untuk pengaturan harga dan logistik dalam mengekspor teh, semua orang dalam kelompok membagi pendapat mereka.
Kali ini Mei Niang diam saja. Dia dan Wei Shu menuliskan pendapat semua orang dan menyusunnya menjadi sebuah rencana mengekspor teh yang terpercaya.
Mulanya Chengqian mengira kalau Paman hanya sedang main-main dengan ide tersebut. Setelah mendengarkan diskusi mereka, dia menyadari bahwa anak-anak ini serius.
Ada pemikiran-pemikiran yang saling bertentangan dalam diri Chengqian soal hal ini.
Demi memperoleh kabar dari Kekaisaran Tibet, Li Yuanying bersedia repot-repot memikirkan rencana serumit itu. Mungkin inilah alasan kenapa anak-anak suka bermain dengan Yuanying. Meski Li Yuanying suka membuat keributan dan menciptakan masalah, anak itu lebih serius ketimbang orang lain dalam melindungi orang-orang yang disayanginya.
Rencana ini seratus persen bermanfaat bagi negara karena barang-barang tersebut bisa diekspor dan dijual ke negara asing untuk ditukar dengan hewan ternak yang sangat dibutuhkan di Dataran Tengah. Tak ada seorang pun di mahkamah yang akan tidak senang dengan ide ini. Ditambah lagi, sebelumnya Yuanying telah mengusulkan untuk memberi pajak sebesar 10% atas daun teh. Kalau hal ini dijalankan, maka tak perlu mencemaskan soal kas negara yang kosong!
Chengqian langsung membagi apa yang dia ketahui dengan kelompok itu dan mengusulkan kalau dia bisa memperkenalkan jaringannya pada kelompok ini jika mereka benar-benar ingin menjual teh dengan cara ini.
Kedua belah pihak mencapai kesepakatan dan membuat rencana seketika itu juga.
Sementara mereka mengobrol seru, Li Xiang bangun dari tidur siangnya, duduk, dan menggosok matanya. Putri Mahkota sedang mengobrol dengan para gadis pendamping yang menemani dirinya. Li Xiang tak melihat Manman dan merasa kecewa. Dia pun menjinjing sepatu kecilnya dan berjalan ke arah Putri Mahkota dengan bertelanjang kaki.
Putri Mahkota menyadari kedatangan anaknya dan mengangkat anak itu. Dia memegangi kaki telanjang Li Xiang dan menegur: “Kenapa kau tak memanggil orang? Bagaimana kalau kau jatuh sakit karena berjalan dengan bertelanjang kaki di tengah udara dingin?”
“Cari Manman!”
Mau tak mau Putri Mahkota jadi merasa agak iri. Sambil memasangkan kaus kaki dan sepatu Li Xiang, dia berkata: “Kalau Manman ada di sini kau tak mau orang lain.”
“Iya!”
Setelah selesai bicara, Li Xiang memeluk ibunya dengan lengan-lengan kecilnya lalu mengangkat tangan kecilnya untuk menepuk-nepuk punggung Putri Mahkota.
Putri Mahkota merasa puas dengan anaknya, kemudian membawa anak itu ke tempat Li Yuanying dan yang lainnya.
Semua orang yang ada di Kebun Bunga Matahari adalah sekutu dan tak ada seorang pun yang menghentikan Putri Mahkota ketika dia mendekati kelompok itu. Begitu Li Xiang mendengar suara Yuanying, dia melepaskan tangan ibunya dan meraih ke arah tirai.
Pada saat yang sama, diskusinya sudah usai.
Mendengar pergerakan dari seseorang yang menarik tirai pintu, Yuanying berbalik untuk melihat dan mendapati Li Xiang kecil sedang berlari ke arahnya. Dia langsung mengulurkan tangan ke arah bocah kecil itu dan bertanya apakah Li Xiang mau teh setelah bangun tidur.
Li Xiang menatap teh hijau yang ada di situ dan teringat pada bagaimana Li Yuanying telah menipunya agar menjilat anggur. Dengan teguh dia menggelengkan kepala dan menolak buka mulut.
“Lihatlah, pada kali terakhir kau telah menipu dia. Sekarang dia tak mau lagi memakan apa pun yang kau berikan kepadanya.” (Li Chengqian)
Yuanying berusaha sebaik mungkin untuk membujuk Li Xiang. Beberapa lama kemudian anak itu pun goyah dan akhirnya memutuskan untuk mencoba minuman tersebut, hanya separuh memercayai Li Yuanying.
“Bagaimana rasanya? Manman nggak bohong padamu, kan? Ini enak!” (Li Yuanying)
Li Xiang mengangguk: “Enak!”
Di perjalanan pulang, putri Mahkota memeluk Li Xiang: “Xiang’er benar-benar menyukai Paman Kecil.”
Chengqian menepuk-nepuk kepala mungil Li Xiang dan memberitahukan tentang bagaimana Paman Kecil berencana untuk tetap berhubungan dengan Wencheng.
Sebelumnya Wencheng tak pernah berkontak dengan Yuanying dan hanya memasuki istana untuk waktu yang singkat tapi Yuanying bersedia menjalankan rencana sebesar itu untuknya! Perasaan-perasaan semacam ini seringkali saling bersambut. Ketika orang lain merasa bahwa Yuanying baik kepada mereka, secara alami mereka juga akan baik kepada Yuanying.
“Tapi apa mereka benar-benar bisa melakukan ekspor teh?”
Chengqian belum sempat menjawab dan Li Xiang sudah mendahuluinya: “Bisa kok!”
Chengqian melihat putra kecilnya penuh dengan keyakinan dan bertanya: “Bagaimana kau tahu kalau mereka bisa melakukannya?”
Dengan suara manis Li Xiang berkata: “Manman bilang kalau asalkan hatimu ada di situ, kau pasti bisa melakukannya! Tak ada kesulitan mutlak di dunia ini, hanya mereka yang punya hati yang mampu mencapai berbagai hal!”
Kedua orangtua itu menyadari bahwa putra mereka memiliki ingatan yang bagus dan mampu menirukan dengan fasih apa yang telah Paman Kecil ajarkan kepadanya kata demi kata. Mungkin dia akan jadi anak yang pintar saat besar nanti?
“Xiang’er benar, asalkan kau mau melakukannya, kau pasti bisa meraihnya.”
Li Xiang meralatnya: “Itu yang dibilang Manman!”
Kataku, ini yang Manman bilang. Ayah bodoh sekali!
Melihat kalau suaminya diremehkan oleh putranya, Putri Mahkota tak bisa menahan tawanya.
Chengqian tak menyalahkan anaknya.
Setelah kembali ke Istana Timur, Chengqian memanggil Fang Yizhi dan yang lainnya lalu menginstruksikan agar mereka memberikan bantuan kepada Yuanying dalam menerapkan rencana yang mendadak sudah jadi sangat besar. Untuk menerapkan rencana ini secara penuh, bergantung pada Yuanying dan kelompoknya tidaklah cukup. Karena Chengqian telah berpartisipasi dalam diskusi hari ini, maka dia akan berkontribusi dan tidak duduk diam serta makan gaji buta.
Kelompok itu pun pergi dan mulai jadi sangat sibuk dalam bekerjasama dengan Li Yuanying.
Fang Xuanling melihat bahwa akhir-akhir ini putra pertamanya sudah jadi sangat sibuk dan bertanya kepadanya apa yang sedang dia kerjakan.
Karena ini adalah urusan yang benar, maka tak ada yang perlu disembunyikan. Fang Yizhi mengatur kata-katanya dan membagi rencana itu dengan ayahnya. Karena Fang Xuanling adalah guru Putra Mahkota, dia merasa bangga karena sang Putra mahkota sedang bekerja keras bersama Pangeran Teng untuk membuka pasar perdagangan teh yang baru. Menurutnya, Putra Mahkota semakin membaik seiring dengan berlalunya waktu.
Meski rencana itu kedengaran agak muluk, tapi tidak mustahil untuk dicapai kalau kau melakukannya dengan sepenuh hati.
Tidak banyak tempat di Dataran Tengah yang bisa dipakai untuk memelihara hewan ternak. Tak usah membicarakan soal sering mengkonsumsi daging, bahkan menggantikan tenaga kerja manusia dengan tenaga hewan sana merupakan tantangan dengan tingkat kesulitan tinggi. Bahkan hingga saat ini, banyak kerja berat yang dilakukan dengan tenaga manusia. Kalau kita benar-benar bisa menukarkan teh dengan hewan ternak, maka hal itu akan sangat bagus bagi negara.
Fang Xuanling mendukung Fang Yizhi agar melanjutkannya dan pada keesokan harinya dia membagikan hal ini kepada sang Kaisar.
———-
Catatan pengarang:
Pangeran Kecil: Seorang yang sangat berkuasa pernah berkata bahwa kita harus menyatukan semua kekuatan yang bisa disatukan!