Living Leisurely in Tang Dynasty - Chapter 70
Li Er sedang dalam suasana hati yang baik. Musim panas ini Beliau berencana melakukan perjalanan ke Luoyang dan akan meninggalkan Putra Mahkota untuk mengurus negeri. Setelah mengantar Putri Wencheng pergi, Beliau pun mulai membuat persiapan.
Fang Xuanling mengunjungi Kaisar dan dengan cepat dirinya dipanggil masuk. Dia memberitahu Kaisar tentang rencana-rencana terakhir Putra Mahkota dan Li Yuanying. Pemikiran pertama Li Er adalah – idiot ini lagi-lagi merencanakan hal buruk. Dan kali ini dia bahkan melibatkan Putra Mahkota!
“Xuanling, apa menurutmu mereka benar-benar bisa melakukannya?”
Xuanling mengusap jenggotnya: “Hal ini mungkin akan sulit bagi orang lain tapi jika dengan Pangeran Teng, saya rasa memungkinkan.”
Li Yuanying itu penuh misteri. Dia terlahir dengan kemampuan untuk mengubah situasi yang buruk menjadi baik. Seringkali, Xuanling berpikir bahwa anak itu akan membuat dirinya berada dalam masalah tapi ternyata yang bersangkutan bukan hanya selalu berhasil keluar dari situasi yang sulit, dan bahkan menghasilkan hasil-hasil tak terduga yang tak bisa diukur oleh orang lain dari situasi tersebut.
Contohnya saja, membawa para putri ke tempat ‘angin dan bulan’ (distrik lampu merah) yang sejak zaman kuno tak pernah dilakukan oleh siapa pun sebelumnya. Bukan hanya Yuanying melakukannya, entah bagaimana anak itu berhasil mengubah seluruh kejadiannya menjadi sesuatu yang berhubungan dengan bakti dan satu-satunya orang yang mendapat masalah adalah putra Fang Xuanling sendiri!
Mendengar bahwa Xuanling setuju dengan tindakan sang pangeran, Kaisar cukup gembira.
Beliau mengangguk: “Kalau begitu, biarkan mereka melanjutkannya.”
Li Yuanying tak perlu melakukan banyak hal. Begitu rencananya siap, dia pun mengoperkannya kepada Dai Ting untuk dilaksanakan. Setelah mendelegasikan tanggungjawab, Yuanying mulai bermain lagi bersama teman-teman kecilnya dengan santai.
Barulah ketika dia mendapat kabar bahwa sang Kaisar merencanakan perjalanan menuju Luoyang, dia teringat pada sistem rahasianya yang sudah membisu cukup lama.
Merasa ganjil, dia bertanya pada sistem: “Kali ini Kaisar akan pergi ke Istana Xiancheng yang baru saja dibangun untuk berlindung dari musim panas, kenapa kau tidak juga memberiku tugas?”
Sistem tetap membisu selama beberapa saat sebelum memberitahu Yuanying tentang kesalahan-kesalahan yang terjadi selama dua tahun terakhir. Semua prinsip dan benda yang telah dibagi sistem kepada Yuanying adalah berdasarkan pada ‘prinsip pengantaran ruang dan waktu yang dekat’. Masalahnya ada pada ‘definisi tentang ruang dan waktu’. Satu atau dua ribu tahun merupakan periode waktu yang singkat bagi sistem tapi bagi umat manusia, hal itu merupakan waktu yang panjang. Celah dalam ruang dan waktu ini sungguh mengguncang bagi Tang!
Tanpa disengaja sistem telah mengantarkan biji-bijian dari Barat yang jauh ketika biji-bijian itu bahkan belum ditemukan di Tang. Hal ini sama saja dengan mengubah sejarah ruang dan waktu. Karena itu, data yang dikumpulkan di dunia ini tak lagi bisa dipakai sebagai referensi sejarah bagi para peneliti. Banyak penonton yang melihat gambar virtual dari Istana Jiucheng bahkan mempertanyakan keasliannya ketika mereka melihat bunga matahari yang tak seharusnya ada ditanam di situ.
Suara mesin dari sistem terdengar penuh penyesalan: “Maaf, ini adalah keteledoranku.”
Yuanying tidak peduli dengan apa yang dipikirkan orang-orang, bagaimanapun juga, mereka bukan orang-orang yang dia kenal secara pribadi. Dia pun menghibur sistem: “Tak apa-apa. Lagipula, beberapa dekade merupakan waktu yang singkat bagimu. Beristirahatlah dan setelah aku mati kau bisa mencari orang lain untuk ditempeli.”
Sistem ingin menjawab bahwa dirinya tak butuh waktu istirahat tapi tak mengucapkan pernyataan itu setelah memikirkannya lebih dalam.
Ini adalah kali pertama sistem mendengar pernyataan semacam itu. Di masa lalu, sistem hanya memiliki hubungan transaksional dengan inangnya. Sang inang mengumpulkan data sementara sistem membayarnya dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Tidak banyak komunikasi di antara mereka dan mereka tak perlu sering-sering berkomunikasi. Berakrab-akrab seperti ini tidaklah familier. Sepertinya sistem mungkin benar-benar butuh istirahat. Tak lagi mengumpulkan data ataupun memberi tugas, hanya menonton sekelompok anak-anak ini tumbuh dewasa dalam diam.
“Baiklah.”
Untuk pertama kalinya sistem memberi jawaban tanpa mengacu pada analisa pusat datanya.
Yuanying merasa kalau sungguh disayangkan jika kali ini dirinya takkan mendapatkan hadiah tugas apa pun tapi dia masih ingin mengunjungi Luoyang dan Istana Xiancheng.
Sekarang karena kakak beradik itu memiliki hubungan yang jauh lebih baik, dia tak perlu memanfaatkan anak-anak lain untuk mendapatkan rasa suka dari Kaisar.
“Kakanda Kaisar, apa Kakanda akan pergi ke Luoyang?”
Li Er meliriknya tapi mengabaikannya.
Li Yuanying duduk di sebelah Beliau dan tak pergi. Anak itu mulai memainkan peran sebagai pembantu terbaik dengan menuangkan teh, mempersiapkan tinta dan menyibukkan diri dengan mondar-mandir melakukan ini dan itu. Begitu sibuk sampai Li Er akhirnya meletakkan kuas Beliau untuk menatapnya.
“Kakanda Kaisar, apa Kakanda bisa mengajak saya ketika Kakanda mengunjungi Luoyang? Saya belum pernah pergi ke sana dan saya ingin melihatnya.”
Li Er berkata santai: “Bukannya kamu sangat sibuk? Apa kau leluasa untuk pergi?”
Mendengar ini, seketika Yuanying tahu bahwa kakandanya itu mengetahui apa yang sedang dia rencanakan dan tampak agak tidak senang. Buru-buru dia mengajukan beberapa poin penting tentang ‘rencana perdagangan teh’nya dan memberitahu Kaisar dengan berbisik di telinga Beliau.
“Kakanda Kaisar, kami punya rencana yang bahkan tak diketahui oleh Chengqian. Kalau Kakanda mengajakku ke Luoyang, saya akan memberitahu Kakanda!”
Li Er sudah mendengar sebagian besarnya dari Fang Xuanling dan punya ide umum tentang semua itu.
Mendengar hal ini, Beliau bersandar di atas meja dan memakai tangannya untuk mendorong Li Yuanying yang mendekat agar menjauh, lalu menyetujui dengan gembira: “Sepakat. Zhen akan mengajakmu. Katakan pada zhen.”
Yuanying memberitahu Li Er tentang bagaimana dia ingin menakhlukkan Tibet dan Tujue di bawah Tang. Bocah itu punya idenya sendiri: “Kalau kedua negara itu menjadi bagian dari Tang, Kakanda Kaisar pasti akan membuat semua warga negara baru itu bisa menjalani kehidupan baik yang sama dengan rakyat yang sekarang. Dengan demikian, orang-orang berbakat bisa dipakai dengan baik! Kemudian Tang bisa mengarah lebih jauh lagi ke Barat bersama-sama dan lebih jauh lagi ke Utara. Kemudian, kita bisa melihat dunia yang lebih luas dengan baik.”
Ini adalah kali pertama Li Er mendengar seseorang bicara tentang tindak peperangan yang mengerikan dengan gaya yang kedengaran begitu muluk.
Akan tetapi, rencana itu kedengarannya cukup bagus.
Menakhlukkan dan menjajah wilayah-wilayah lain tak pernah menjadi tujuan bagi Tang. Yang Beliau inginkan adalah agar empat samudera dianggap sebagai satu kesatuan. Ini berarti bahwa warga negara Tang bebas berkelana ke seluruh dunia dan terhubung dengan dunia. Asalkan seseorang bersedia hidup di bawah syarat-syarat Tang, mereka akan diterima dengan tangan terbuka dan diperlakukan secara setara.
Namun hal ini hampir mustahil.
Li Er berkata tanpa daya: “Berapa tahun yang akan dibutuhkan untuk melakukan apa yang baru saja kau katakan?”
“Bahkan jika Kakanda tak bisa mencapainya dalam masa hidup Kakanda, Kakanda masih perlu memulainya. Chengqian sudah punya putra. Mari ajari Xiang’er lebih awal sehingga ketika kita tak lagi mampu, dia bisa meneruskan! Kelak aku juga akan punya anak, aku akan pastikan untuk menyuruh mereka semua keluar agar bekerja keras. Pokoknya, setiap kemajuan kecil dihitung, Kakanda tak bisa menyerah begitu saja karena tugasnya sulit!”
“Sepertinya kau sudah mengatur rencana-rencana besar untuk putra-putramu.”
“Tentu saja. Apa pun kemampuan mereka, saya akan mendukung mereka.”
Li Er memikirkan tentang putra-putranya sendiri. Beberapa dari mereka telah mencapai usia di mana mereka harus mandiri.
“Zhen telah mengingat apa yang baru saja kau katakan. Jangan datang sambil menangis pada zhen saat kau tak rela membiarkan mereka pergi.”
Yuanying menepuk dada kecilnya yang tak terlalu kokoh dan berkata: “Tidak akan. Kalau Kakanda melihat ada yang sesuai dengan standar, ambil saja!”
Li Er dibuat geli olehnya dan mengomelinya seraya tertawa: “Kau bahkan tak punya istri, kenapa kau bertingkah semurah hati itu?”
“Pada akhirnya saya akan menikah dan punya anak laki-laki. TAPI anak-anak perempuan tak boleh disentuh. Kakanda tak boleh mengambil keuntungan dari putri-putriku dan menyuruh mereka menikahi seseorang! Kalau tidak, saya akan membuat kapal besar dan pergi berlayar bersama wangfei dan putri-putri saya!”
Li Er menyuruhnya pergi. Sungguh menjengkelkan melihat adik yang satu ini mengoceh di depan mata Beliau.
Yuanying berhasil mendapatkan apa yang dia inginkan dan tentu saja tak mau tinggal lebih lama lagi. Dia buru-buru pergi untuk bermain.
Mengenai seorang rahib, karena baik Kaisar maupun Putra Mahkota tak terlalu memercayai Buddhisme, Li Yuanying pun menyuruh Dai Ting mencari tahu dan menemukan kandidat yang sempurna: Ouyang Xun.
Ouyang Xun pandai dalam menulis. Li Yuanying teringat tentang adik Shu yang meniru tulisan tangan Ouyang Xun dan dia sendiri juga telah melihat karya orang itu. Ouyang Xun sudah berusia 80 tahun. Dipengaruhi oleh ayah angkatnya, Jiang Zhong, Ouyang Xun menganut Buddhisme dan menulis karya-karya keagamaan seperti <<Sutra Hati>> dan lain sebagainya. Karena sudah hidup lama, Ouyang Xun punya banyak koneksi dengan rahib-rahib Buddhis lain di Chang’an.
Sebelumnya Yuanying tak terlalu berhubungan dengan Ouyang Xun tapi demi rencananya, dia mengunjungi kediaman Ouyang Xun dengan membawa teh Seribu Emas terbaik.
Rumah itu berada di lokasi yang bagus. Berjalan lurus begitu keluar dari Gerbang Zhuque dan pergi ke arah Alun-alun Tonghua kemudian berbelok untuk sampai ke sana.
Yuanying mengikuti protokol dan menyuruh seseorang mengantarkan suratnya masuk.
Walaupun Ouyang Xun tak tahu kenapa Pangeran Teng mengunjungi dirinya, tapi setelah hidup selama delapan puluh tahun, dia punya pemikiran yang terbuka. Dengan penuh keanggunan dia mengundang anak itu masuk, tidak berpikir kalau Yuanying punya niat buruk.
Yuanying memasuki rumah dan menyadari bahwa meski rumah itu tidak besar, namun damai dan elegan. Berjalan sedikit lebih jauh lagi, bocah itu melihat seorang pria tua kurus sedang menulis di dalam sebuah kamar yang penuh cahaya dan aroma tinta yang menenangkan.
Orang itu jelas adalah Ouyang Xun.
Sejak awal Yuanying memang tak punya banyak kesabaran dan dia pun mulai berlari ke arah pria tua tersebut.
Ouyang Xun tak berhenti menulis.
Langkah Yuanying terhenti, berjalan mendekat dengan langkah ringan, memandangi Ouyang Xun menggerakkan kuasnya dengan mantap.
Ouyang Xun selalu memiliki tubuh kurus dan seiring dengan bertambahnya usia, dia semakin kurus dengan mengkhawatirkan. Kedua tangannya tampak seperti ranting-ranting bambu mati yang seperti tak dialiri darah. Yang tersisa adalah jejak-jejak kekuatan dan usia yang berakumulasi selama bertahun-tahun.
Tangan ini kelihatan seperti telah menggenggam kuas sepanjang tahun.
Yuanying duduk dengan patuh, matanya diam-diam memandangi apa yang sedang disalin oleh pria itu.
<<Sutra Hati>>
Ouyang Xun menyelesaikan seluruh kitab tersebut sebelum meletakkan kuasnya untuk menatap si bocah.
“Mengapa Yang Mulia kemari?”
“Aku datang untuk minta bantuan Anda.”
“Saya ingin mendengar detilnya.”
Yuanying menyeduhkan semangkuk teh untuk Ouyang Xun dengan tangannya sendiri lalu menuangkan untuk dua mangkuk.
“Ini adalah teh dari selatan, apa Anda mau mencobanya?”
Ouyang Xun juga telah mendengar bahwa teh ini langsung laris manis meski harganya tinggi dan penasaran tentang rasa dari teh yang memiliki keharuman samar ini lalu menyesapnya. Teh ini merupakan teh berperingkat terbaik dan air yang dipakai untuk menyeduhnya juga adalah air terbaik. Rasa pahit samar diikuti oleh rasa sisa yang manis, sungguh minuman yang cukup istimewa.
Yuanying memanfaatkan kesempatan ini untuk menjelaskan manfaat dari teh. Setelah itu, akhirnya dia mengungkapkan topik utamanya.
“Wenchang menikah ke tempat yang jauh dan aku merindukan dia. Kekaisaran Tibet tidak seperti Chang’an di mana produk-produknya melimpah. Teh tak bisa ditumbuhkan di tempat semacam itu. Saat tinggal di Chang’an ini, Wenchang sangat suka minum the dan aku cemas kalau dia takkan bisa merasakannya di rumah barunya. Karena itu, aku ingin mengirim teh baru setiap tahunnya ke Kota Lhasa tempat mereka tinggal. Tapi kota itu sangat jauh dan siapa yang akan bersedia melakukan perjalanan jauh sampai ke sana?”
“Saya ini hanya seorang pria tua. Bagaimana saya bisa membantu Yang Mulia?”
Bocah itu segera memberitahukan rencana-rencananya untuk meminta bantuan dari para rahib agar melakukan perjalanan ke Kekaisaran Tibet demi berbagi ajaran agama dan menyebarkan kebiasaan minum teh.
The ini pahit di awal kemudian manis di akhir, sangat mirip dengan ajaran-ajaran Buddhisme Zen. Meski Kekaisaran Tibet juga mempraktekkan Buddhisme, namun ajaran-ajarannya sudah tercampur dan kitab-kitab yang asli tidak diajarkan dengan benar. Melakukan perjalanan sejauh ribuan li untuk menyebarkan Agama Buddha sungguh merupakan praktek keagamaan yang harus dilaksanakan oleh para rahib. Ouyang Xun memikirkannya selama beberapa saat dan setuju dengan permintaan bocah itu.
Li Yuanying girang bukan kepalang. Dia pulang ke rumah dan menyuruh orang-orangnya agar mencari kisah-kisah berkenaan dengan Buddhisme yang terdengar meyakinkan dan masuk akal untuk dipakai nanti.
Jenis penceritaan macam ini tidak asing bagi rahib-rahib di Tang dan umumnya dikenal sebagai ‘narasi awam’. Jenis cerita ini adalah ketika ajaran dari kitab-kitab Buddhis disebarkan lewat cerita-cerita populer sehingga orang biasa bisa merasa terhubung dengan mudah. Kuil mana pun yang memiliki kisah terbaik seringkali mendapatkan sumbangan terbesar! Tentu saja, rahib-rahib asli yang jujur tidak peduli soal sumbangan tapi lebih bersemangat agar orang-orang memahami dan menghargai makna dari kitab-kitab ini.
Dengan bantuan Ouyang Xun, Li Yuanying bertemu dengan rahib-rahib tingkat tinggi di Chang’an beserta dengan semua kisah yang telah dia rencanakan sebelumnya.
Ini adalah saat ketika bakat pintar bercerita Yuanying berguna. Dengan cepat dia membagi kisah-kisah legendarisnya setelah banyak melakukan pembahasan dan penyaringan. Lewat kemampuan berceritanya yang spektakuler, kisah asli dari teh menjadi misterius dan indah.
Cerita tentang bagaimana Putri Wencheng membawa sebuah rupang Buddha kekaisaran bersamanya untuk membangun hubungan baik di antara dua negara telah membuat tangis para rahib meledak, berkata bahwa beban ini seharusnya tidak hanya diletakkan di atas bahu seorang gadis muda yang lemah. Mereka semua harus maju dan memberikan sumbangsih!
Koneksi-koneksi Ouyang Xun memiliki penganut bersemangat tinggi yang lebih bernafsu lagi untuk berkontribusi. Mendengar kisah-kisah itu, para rahib dari kuil-kuil di sekitar Chang’an semuanya terinspirasi untuk menerima misi itu.
Meski bisnis perdagangan teh belum dimulai, sebuah tren mengenai keinginan untuk membagi manfaat teh telah dimulai di antara para penganut Buddhisme. Semua orang ingin merasakan minuman istimewa yang rasanya pahit kemudian manis yang dibicarakan oleh para rahib ini.
—————
Catatan Pengarang:
Pangeran Kecil: Guru!
Para rahib: ?
Pangeran Kecil: Bantu aku jualan teh!