Living Leisurely in Tang Dynasty - Chapter 68
Setelah Festival, Kementerian Ritual dan Pangeran Jiangxia – Li Daozong mengawal Wencheng pergi ke Kekaisaran Tibet.
Li Yuanying menunggang kuda di sepanjang jalan untuk mengantar kepergian Putri Wencheng hingga mencapai gerbang kota lalu memberi gadis itu sebuah bungkusan kecil.
Sebelum Wencheng bisa bertanya, anak itu menjelaskan: “Bungkusan ini berisi biji bunga matahari. Cari tempat yang banyak sinar mataharinya untuk menanamnya.”
Yuanying sangat menyukai bunga matahari dan bahkan menamai lahannya ‘Kebun Bunga Matahari’ karena dia sangat menyukai makna di balik nama itu. Diraihnya tangan Wencheng: “Bunga matahari selalu menghadap ke arah matahari, dan asalkan ada sinar matahari, bunganya akan mendongakkan kepalanya.”
Wencheng mendengarkan, mengangguk, dan berkata seraya tersenyum: “Aku akan mengingatnya.”
Gadis itu naik kereta dan setelah duduk, mengangkat tirai untuk menatap Yuanying yang berdiri di sampingnya sambil memandangi dirinya.
Ketika dirinya jauh lebih kecil dari sekarang, Wencheng sudah pernah mendengar tentang Raja Setan Cilik kenamaan yang tak ada seorang pun berani melawannya. Mendengar begitu banyak rumor tentang anak itu, sebagian besar anak dari klan yang sama tentu saja menjaga jarak.
Setelah mengenalnya sendiri, dia menyadari bahwa rumor-rumor itu tidak benar.
Tak peduli betapa dirinya merasa enggan, iring-iringannya harus pergi tepat waktu.
Li Yuanying melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan kepada Wencheng.
Wencheng terus memandang ke balik tirai hingga teman-temannya tak lagi bisa terlihat. Kemudian dia menarik tangannya dan air mata berjatuhan bagai manik-manik dari benang yang putus. Perjalanan ini melintasi pegunungan tinggi serta jalan yang panjang dan kemudian dia takkan lagi bisa melihat Chang’an ataupun orang-orang di Chang’an.
Lu Dongzan semestinya memimpin iring-iringan namun melihat Li Yuanying masih berdiri di tempat yang sama, dia pun berbalik untuk berpamitan.
“Wencheng, dia akan sendirian, tolong jaga dia.”
“Tentu saja. Aku takkan membiarkan seorang Putri Tang diperlakukan dengan buruk, dia akan dirawat dengan baik.” Matanya yang tampak damai mengandung senyuman: “Ketika Yang Mulia tumbuh sedikit lebih besar lagi, berkunjunglah ke tempat kami. Datang dan bermainlah, kami pasti akan menjamu Yang Mulia dengan baik.”
Li Yuanying tak terlalu memikirkannya dan menyetujui tawaran itu. Kemudian dia mengucapkan perpisahan secara resmi kepada sang Perdana Menteri. Dia tetap di tempatnya hingga kelompok pengantin itu tidak lagi terlihat dan kemudian Li Yuanying mengikuti Li Er kembali ke kota.
Li Yuanying terus membisu di sepanjang perjalanan pulang. Begitu diam hingga Li Er merasa kalau hal itu agak aneh. Setelah kembali ke istana, Beliau menahan anak itu untuk bicara empat mata.
Ada banyak pikiran dalam hati Yuanying tapi utamanya adalah tentang budaya pernikahan untuk putri-putri istana.
Meski klan Istana sangat besar dengan banyak anak perempuan, namun setiap anak itu berharga. Tidakkah akan menyakitkan bagi orangtua jika harus menikahkan mereka ke wilayah-wilayah asing? Jika ada orang yang menyuruh dia menikahkan putrinya di masa mendatang ke tempat yang sangat jauh, dia takkan pernah setuju! Bahkan meski dia kehilangan posisinya sebagai Pangeran Teng, dia takkan pernah menyetujuinya!
Li Yuanying mengungkapkan keraguan-keraguannya dengan jujur: “Karena kita ingin menjalin hubungan, kenapa kita tidak menikahi putri-putri asing ke dalam Tang tapi malah memberikan putri-putri kita? Wencheng baru berusia enam belas tahun dan meski Songtsen Gampo belum tua, tapi Kekaisaran Tibet sangat jauh. Bagaimana kalau dia diganggu? Putri-putri dari keluarga biasa memiliki orangtua kandung mereka sebagai pendukung mereka, tapi putri-putri kita tak punya kerabat di luar!”
“Apakah putri-putri dari Keluarga Li itu lemah?”
Li Yuanying terus membisu.
Melihat kalau adiknya agak muram, Li Er menjelaskan situasinya kepada anak itu. Walaupun Tang telah memenangkan perang dengan Tibet, hal itu bukannya tanpa pengorbanan. Jika Kekaisaran Tibet bertekad untuk balas dendam, Tang akan kesulitan untuk bertahan. Kalau hubungan kedua negara tidak diperbaiki, Tang akan menghadapi serangan baik dari Tibet maupun Tujue, menyebabkan bencana!
Ketika Li Er pertama kali menaiki tahta, khan Tujue memimpin 200.000 prajurit menuju Tang, hingga mencapai Kota Chang’an! Situasi pada saat itu luar biasa sukar dan berbahaya. Dengan hal itu, Li Er yakin bahwa dia harus memenangkan dukungan dari sebanyak mungkin klan-klan asing untuk menjaga kedamaian di Tang.
Walaupun Tujue Timur telah dikalahkan, masih ada Tujue Barat yang mengancam mereka. Li Er bertekad bahwa semua ancaman perlu diredam supaya Tang bisa terus hidup dalam kedamaian. Lalu untuk orang-orang Tibet, bisa diurus kemudian.
Li Yuanying mendengarkan dengan tenang tanpa menyela, dalam hati menggambar wilayah Tang.
Protektorat Anxi yang didirikan tahun lalu berada di persimpangan antara wilayah-wilayah Tujue dan Tibet serta baru saja membuka jalur baru antara Tang dan Xi Yu. Jalur ini menghubungan Tang dengan dunia luar, membuka rute-rute perdagangan. Akan tetapi, Protektorat Anxi terletak sangat jauh dari Chang’an dan sulit untuk mengirimkan pasukan besar demi mengokohkannya. Hal ini membuat kendali Tang atas wilayah itu menjadi sangat rapuh. Negara-negara tetangga bisa menyerang kapan saja dan bisa melakukannya dengan sangat mudah serta akan menghancurkan rute ini begitu saja.
Karena itu, merupakan hal penting untuk menjaga agar Gaochang tetap menjadi wilayah Tang dan untuk mempertahankan rute perdagangan ini tanpa gangguan.
Yang harus mereka lakukan saat ini adalah berjuang keras, membangun pasukan yang kuat dan mengendalikan wilayah Tang dengan kokoh sambil dengan stabil membereskan ancaman-ancaman di sekitar mereka.
Li Yuanying mengeratkan kepalan tangannya, yang tidak seberapa besar dan berkata tidak rela: “Apa tak ada jalan lain? Haruskah kita membuat seorang gadis meninggalkan kampung halamannya dan menikahi orang asing?”
“Songtsen Gampo baru berumur dua puluh empat tahun. Pemberani dan pandai bertarung serta sangat hebat. Zhen telah memeriksanya sendiri dengan mata kepala zhen sendiri. Menikahi pria seperti itu bukanlah kerugian bagi Wencheng. Asalkan Tang tetap kuat, tak peduli di negara mana pun, tak ada seorang pun yang akan berani memperlakukan putri-putri kita dengan buruk. Bukankah lebih baik menikahi penguasa sebuah negara daripada menikahi putra-putra biasa dari para pejabat? Bukankah kamu yang selalu mengkritik tunangan yang telah zhen pilih untuk putri-putri zhen, bilang kalau mereka semua tidak bagus dan kau tak menyukai mereka?”
“Tapi tempat ini terlalu jauh!” Bahkan dia sendiri belum pernah pergi ke tempat sejauh itu.
“Di dunia ini tak ada yang sempurna. Orangtuanya telah setuju, jadi kenapa kau mencemaskannya?”
Merasakan bahwa sang Kaisar mulai agak tidak sabar, Yuanying menghentikan pertanyaannya dan kembali untuk merenungkan sendiri hal ini. Dia berpikir semalaman tapi tak mampu memecahkan apa-apa. Keesokan harinya, dia mencari Di Renjie, Tang Xuan, Li Zhi, Dai Ting, Mei Niang, dan Wei Shu lalu mengumpulkan mereka semua dalam sebuah ruang minum teh di Balai Seribu Emas untuk mendiskusikan urusan-urusan negara asing.
Seluruh anggota kelompok itu terdiri dari remaja dan yang paling tua baru berumur enam belas atau tujuh belas. Mendengar bahwa Li Yuanying hendak mendiskusikan urusan negara asing dengan mereka, semua orang duduk tegak, menunggunya memulai.
Li Yuanying membentangkan peta dan memberitahu mereka tentang apa yang kemarin telah dijelaskan oleh sang Kaisar.
“Mulanya Gaochang memulai pemberontakan dengan tidak membayar upeti, menghadang pembawa pesan dan pengusaha, serta menyerang negara-negara sekitar bersama dengan Tujue karena Ibu Kota Tang, Chang’an, letaknya sangat jauh. Walaupun sekarang Gaochang sudah tidak ada, kenyataannya belum berubah. Semua masalah sebelumnya sekarang akan menjadi kesulitan bagi Protektorat Anxi.”
Ini adalah kali pertama Di Renjie dan Tang Xian melihat peta Tang yang sedemikian mendetil. Mereka mendengarkan dengan tenang dan tidak menyuarakan terlalu banyak pendapat.
Mei Niang menatap ke arah Protektorat Anxi yang berada di antara wilayah-wilayah asing dan berpikir sejenak.
Satu-satunya cara untuk mengatasi hal ini untuk selamanya adalah dengan membuat negara-negara di sekitarnya menjadi wilayah Tang. Maka takkan ada hal yang perlu dicemaskan.” (Mei Niang)
Pernyataan yang masuk akal.
“Sayang sekali kita masih terlalu kecil, kalau tidak kita bisa menemukan cara untuk merebut wilayah dan menempatkannya ke dalam kendali Tang.” Di Renjie menunjuk ke arah Gaochang yang ada di peta. “Persis seperti bagaimana kita menjadikan Gaochang sebagai bagian dari negara kita.”
Tang Xuan sebagai orang yang lebih praktis menggelengkan kepalanya.
“Kalau memang semudah itu, Baginda Kaisar takkan perlu sedemikian cemasnya.”
Metode yang paling terang-terangan takkan bekerja dan selama beberapa saat ruang minum teh itu pun menjadi sunyi.
Dai Ting tidak ikut serta dalam diskusi melainkan menyeduh teh dan melayani kelompok itu.
“Jangan sibuk begitu, kau juga duduk dan diskusikan tentang ini.” (Li Yuanying)
“Apa pun yang Yang Mulia perintahkan, saya mematuhi dan mengikutinya.” (Dai Ting)
Yuanying tahu kalau Dai Ting memang selalu seperti ini, jadi dia pun berhenti memaksanya, menyesap teh, dan menatap Li Zhi serta Wei Shu yang membisu.
Li Zhi berpikir lama sekali tapi tetap tak bisa menghasilkan apa-apa. Dia tak suka bicara besar dan belum terpikirkan sesuatu yang praktis dan karenanya tetap diam saja.
Melihat Yuanying menatap dirinya, Wei Shu menyesap teh dan menatap lurus ke mata sang pangeran kecil.
“Karena sekarang kedua negara itu tak bisa ditempatkan di bawah kendali Tang, maka untuk sementara ini tetap pertahankan posisi imbang dan pelan-pelan membuat rencana.” (Wei Shu)
Wei Shu adalah orang yang telah menyarankan formasi bola api pada perang gajah dan karenanya Yuanying merasa bahwa pengetahuan serta wawasan gadis itu berbeda dari anak-anak seusianya. Karena itulah, kali ini dia mengundang Wei Shu tapi tidak keponakan-keponakan perempuannya yang lain.
Mendengar Wei Shu akhirnya bicara, Li Yuanying langsung duduk tegak, dan bertanya dengan penuh minat. “Bagaimana cara pelan-pelan membuat rencana?”
“Tertulis di <<Sun Tzi>>, pahami kawan dan lawanmu maka kau takkan pernah kalah dalam perang. Saat ini kita tak berdaya mungkin karena kita tak cukup memahami tentang negara-negara ini.” Wei Shu mengambil <<Buku Panduan Kekaisaran Tibet>> yang dibawa oleh Li Yuanying dan memujinya. “Buku ini sangat bagus, kita jadi mengetahui semua informasi yang tersedia di permukaan tapi sekarang kita harus mengirim orang untuk mengunjungi negara-negara ini supaya bisa lebih banyak mempelajarinya.”
Li Yuanying mengangguk, Mei Niang dan yang lainnya menatap Wei Shu, berpikir bahwa gadis kecil ini istimewa.
Wei Shu meneruskan: “Contohnya saja, Tabib Sun menyebutkan bahwa orang luar seringkali jatuh sakit ketika mereka mengunjungi Tibet karena mereka tidak terbiasa pada tanah dan airnya. Akan tetapi mereka yang lahir dan besar di sana tidak jatuh sakit. Kenapa begitu? Apakah ada sesuatu yang istimewa dalam makanan mereka? Kudengar semua hal memiliki tandingan untuk menyeimbangkannya. Kalau ada sesuatu yang berbahaya di suatu tempat, maka pasti ada musuh alami dari sesuatu ini. Mungkinkah orang-orang Tibet punya makanan atau obat khusus yang mencegah mereka jatuh sakit? Kalau kita bisa membuka hal ini, maka mungkin pasukan Tang kita takkan jatuh sakit dan bisa maju lebih jauh ke dalam wilayah musuh!”
Mata Li Yuanying berbinar.
“Adik Shu, kenapa kau pintar sekali? Mari kita lakukan apa yang bisa kita lakukan lebih dulu sehingga kita takkan menderita kalau kelak terjadi perang!”
Li Yuanying mengangkat mangkuk tehnya, meniru kakandanya ketika bersulang.
“Kau telah memberi saran yang sangat bagus yang pantas untuk disulangi dengan semangkuk teh ini!”
Wei Shu tak punya pilihan selain mengangkat mangkuknya dan mengetukkannya pelan ke mangkuk yang dipegang Yuanying.
Li Yuanying meminum semua tehnya dalam sekali teguk lalu mendesak kelompok itu agar lanjut membahas tentang bagaimana cara membuka lebih banyak informasi tentang negara-negara tetangga ini.
Mei Niang mengangkat mangkuk tehnya: “Di sini ada satu metode yang siap pakai.”
Li Yuanying melihatnya dan seketika itu juga dia mengerti. Menjual teh!
Baik orang Tibet maupun Tujue hidup di padang rumput dan pola makan mereka mengandung protein tinggi. Kita harus menjual teh kepada mereka! Bukan hanya menjual secara biasa tapi kita harus menjualnya dengan sangat baik, dengan berbagai pola berbeda dan tepat sasaran!
Li Yuanying membagi tugas kepada teman-temannya: “Masing-masing dari kita ambil satu buklet dan pelajarilah. Kemudian kita tuliskan cara-cara yang memungkinkan untuk menjual teh. Kali berikutnya kita berkumpul, kita bagi ide-ide ini dan pakai ide yang paling cocok.”
“Mei Niang, kau bisa mencari cara untuk mendapatkan lebih banyak pengetahuan tentang kebiasaan-kebiasaan orang Tujue.”
Mei Niang mengangguk.
Setelah mendiskusikan strategi awalnya, kelompok itu pun berpencar.
Di Renjie dan Tang Xuan berjalan pulang bersama-sama, menuju ke arah yang sama.
Keduanya mendesah penuh emosi: “Dulu aku biasa berpikir kalau aku sangat pintar, tapi hari ini aku menyadari kalau aku kalah jauh dari kedua gadis itu.” Mau itu Wu Mei ataupun Wei Shu, mereka sangat berbeda dari gadis-gadis biasa. Entah dalam hal pengetahuan ataupun kebijaksanaan, mereka jauh melampaui orang-orang seusia mereka. Apalagi tentang kelincahan dan kecepatan mereka dalam berpikir.
“Orang-orang yang diakui oleh Yuanying tentu saja bukan orang biasa.” (Di Renjie)
Tang Xuan mengangguk setuju. Dia tidak tersinggung karena harus berdiskusi dengan dua orang gadis dan seorang pelayan melainkan diam-diam malah merasa agak bangga. Ini berarti Yuanying mengakui sesuatu di dalam dirinya, itulah sebabnya kenapa sang Pangeran mengikutsertakan dirinya dalam kelompok!
Kedua remaja dengan ambisi besar itu meningkatkan kecepatan langkah mereka dan saling berpamitan di persimpangan jalan. Keduanya tidak sabar untuk sampai di rumah dan mulai menganalisa bagaimana cara membuka pasar teh untuk orang-orang Tujue dan Tibet. Ini akan menjadi tahap pertama dari rencana besar mereka untuk menakhlukkan kedua negara tersebut.
———–
Catatan Pengarang:
Pangeran Kecil: Tiga pekerja biasa akan menang melawan Zhuge Liang!
Pangeran Kecil: Aku punya banyak pekerja biasa. Takut?!