Living Leisurely in Tang Dynasty - Chapter 129
Li Yuanying tak tahu kalau ada banyak mata yang mengamati ketika mereka pergi ke berbagai desa. Kabar menyebar dengan cepat lewat para pedagang dan rute mereka pun bocor lewat orang-orang Xu Jingzong. Ketika mereka mencapai tempat baru, orang-orang sudah siap menyambut mereka.
Pada pagi hari ketiga, kelompok itu berangkat menuju tujuan berikutnya. Di tengah perjalanan kerumunan perlahan berkurang hingga tak ada yang tersisa. Tak disangka-sangka ketika mereka melewati hutan, tiba-tiba seseorang melompat keluar. Para pengawal yang mengiringi kelompok itu telah menerima perintah Xu Jingzong agar melindungi para tamu bangsawan tersebut dan begitu mereka mendengar pergerakan, mereka pun buru-buru melindungi dan berteriak waspada: “Siapa di sana?!”
Orang itu adalah seorang cendekia yang tampak ringkih, amat sangat kurus dan pakaiannya penuh dengan tambalan. Melihat postur melindungi para penjaga, mata penuh harapnya pun langsung meredup.
“Jelata ini tadi bertemu dengan ular berbisa, dia pun lari dengan sedikit tergesa. Meminta maaf karena telah mengagetkan tuan bangsawan.” Setelah berkata demikian, dengan sedih dia berbalik untuk kembali ke jalannya yang semula.
Yuanying melihat kalau dia tak kelihatan seperti penjahat dan menyuruh para pengawal untuk mundur.
“Bukankah tadi kau bilang di sana ada ular berbisa? Kenapa kau kembali ke rute yang sama? Ular dan binatang buas ada di mana-mana di hutan ini. Kau kelihatan seperti cendekia, bukan orang militer, bukanlah lebih baik kalau mengambil jalan yang layak?” (Li Yuanying)
Tak yakin kalimat mana yang telah menyentuh kesedihan si cendekia, namun dia lalu duduk di tanah sambil menangis, sama sekali tak menujukkan keanggunan dari seorang yang berpendidikan.
Yuanying tertegun dan berbalik untuk menanyakan apakah ada perkataannya yang salah.
Melihat pihak lainnya bersikap tidak jelas, Yuanying pun bertanya secara langsung: “Ada apa denganmu? Kau dalam masalah? Seorang laki-laki tak seharusnya menitikkan air mata semudah itu!”
Si cendekia menangis: “Jalan yang benar mudah dijalani namun tidak semua orang bisa menjalaninya.”
Di Renjie dan Wu Mei saling bersitatap dan menyadari kalau cendekia ini mungkin berada di sini untuk mengeluarkan unek-uneknya. Ketika dia melihat para pelayan pemerintahan menemani kelompok ini dan bahwa mereka semua adalah anak remaja dan gadis muda, dia pun mengurungkan niatnya.
Kelihatannya ini adalah masalah yang cukup serius. Mungkin dia pernah memasukkan keluhan kepada para pejabat kecamatan namun tak mendapatkan hasil!
Di Renjie sedang berpikir apakah dia harus memberi petunjuk pada Li Yuanying namun yang bersangkutan tidak melihat ke belakang dan alih-alih melangkah maju.
“Hei, berhentilah menangis. Kau tinggal di mana? Apa di dekat sini ada yang senak dan menyenangkan? Kalau perkenalanmu bagus, aku akan memberimu hadiah! Kalau kau punya uang, apa yang tak bisa dibereskan?”
Walaupun si cendekia sedang berputus asa, dia tak berani mengabaikan sang bangsawan yang bahkan Xu Jingzong juga harus membuatnya senang.
Ada ibu lemah dan sakit-sakitan yang harus ditanggungnya – kalau bukan demi ini, dia takkan bertahan hidup!
Si cendekia jadi lebih gembira dan membicarakan tentang gunung dan sungai di sekitar rumahnya. Lalu soal makanan enak, melon adalah yang paling lezat. Sekarang pergilah meminta melon yang sudah masak dan kau bisa memcicipinya.
Yuanying mengangguk dan meminta si cendekia menunjukkan jalan. Dia ingin mencicipi melon bersama dengan teman-temannya.
Walaupun para pejabat yang mengiringi merasa kalau tangisan Wu Zhiyuan tak masuk akal, mereka tak memasukkannya ke dalam hati. Lagipula, bukankah semua cendekia memang aneh?
Mereka lega ketika mendengar bahwa sang pangeran akhirnya mencari makanan enak dan kesenangan. Mereka sudah bekerja keras selama dua hari dan rasanya sungguh melelahkan ketika harus mengikuti mereka ke mana-mana.
Sikap para penduduk desa berbeda secara drastis kepada kelompok itu, namun ini karena Li Yuanying menukar keramahtamahan dengan uang. Kelak ketika mereka harus menjalankan tugas, semuanya akan kembali ke status quo. Lebih baik bekerja sesedikit mungkin!
Kelompok itu mengikuti si cendekia pulang. Ketika Yuanying melihat kalau si cendekia sudah berhenti menangis, dia pun mulai mengobrol dengan yang bersangkutan seperti halnya dengan para penduduk setempat.
Nama si cendekia adalah Wu Zhiyuan dan dia belajar di sekolah kecamatan serta merupakan harapan bagi keluarganya. Dia punya seorang kakak laki-laki, seorang adik perempuan, serta seorang ibu tua yang lemah dan sakit-sakitan. Yuanying tak berhasil mendapat informasi lebih banyak dari itu. Desa si cendekia letaknya tidak jauh dari hutan gunung dan Yuanying berusaha mengidentifikasikannya pada peta rutenya namun tak bisa menemukannya. Dia pun menanyakan pada si cendekia apa nama desanya ini.
“Semua orang di sini bermarga Wu, jadi kami menyebutnya Desa Keluarga Wu.”
Desa ini letaknya di kaki gunung sebelah utara Gunung Zhongnan dan kau akan melihat puncak-puncak pegunungan nan menghijau tidak jauh dari situ. Kabarnya mereka yang bergantung pada gunung dan sungai bisa hidup dengan layak. Kalau tidak, dia takkan punya kesempatan untuk belajar di sekolah yang baik.
Li Yuanying belum pernah pergi ke Gunung Zhongnan. Kaisar sebelumnya membangun Istana Taihe di Gunung Zhongnan dan bahkan datang kemari untuk berburu serta menghindar dari hawa panas musim panas. Akan tetapi, tak lama setelahnya Beliau turun tahta dan beberapa tahun kemudian istana ini pun dibongkar. Karenanya, bocah itu tak pernah dapat kesempatan untuk mengunjungi Gunung Zhongnan yang megah. Melihat Wu Zhiyuan tampak sedih, dia bertanya, “Apa kita bisa mengunjungi Istana Taihe? Aku belum pernah pergi ke sana, aku ingin melihatnya.”
Walaupun kondisi Wu Zhiyuan mengenaskan, dia sudah membaca buku dan memiliki sedikit pengalaman dunia. Dia tahu bahwa seorang anggota keluarga istana harus diperlakukan dengan baik jadi dia hanya bisa menjawab bahwa istana itu cukup jauh namun ada cara untuk mengunjunginya.
“Boleh juga! Ayo kita ke sana setelah selesai makan!”
Yuanying mengikutinya memasuki Desa Keluarga Wu dan membagi kelompoknya jadi dua. Dia memimpin kelompoknya menyelesaikan tugas mereka sementara orang-orang yang mengawal mereka disuruh mencari melon-melon yang lezat. Bagaimanapun juga mereka kemari untuk menjalankan sebuah proyek jadi mereka harus memprioritaskan pekerjaan lebih dulu.
Seperti biasa, Yuanying murah hati dan memberi mereka uang cukup banyak untuk membeli beberapa gerobak melon. Para pria itu semuanya memukul dada mereka dan menjanjikan akan membawa melon paling manis di desa ini untuknya. Dengan penuh senyum Yuanying berkata: “Kalau memang manis, aku akan memberi kalian hadiah.”
Para pengawal dari kecamatan pun pergi mencari melon dengan antusias.
Setelah menyingkirkan para pengawal, Yuanying mengikuti Wu Zhiyuan pulang dengan berkata bahwa dia ingin istirahat. Begitu memasuki rumah yang bersangkutan, dia bertanya: “Katakan, kesulitan apa yang telah menimpa keluargamu?”
Walaupun Li Yuanying bukan Bao Qingtian (T/N: Bao Zheng, Hakim Bao, dari Dinasti Song), dia bisa melihat kalau Wu Zhiyuan tadi menangis dan bicaranya aneh. Pasti ada sesuatu yang sangat salah!
Di Renjie dan Wu Mei saling berpandangan dan setuju kalau Li Yuanying telah merespon dengan cepat dan bahkan tahu bagaimana harus menghindari mengajukan pertanyaan di depan para pejabat pemerintahan.
Melihat desa ini yang tidak muncul di peta, mereka tahu kalau Xu Jingzong sudah lebih dulu merencanakan semuanya untuk ‘menyenangkan’ mereka dengan baik. Semua tempat yang mereka kunjungi telah dipilih dengan seksama serta begitu tenang dan damai. Tak peduli seberapa hati-hati pun mereka berusaha menggali, mereka takkan menemukan sesuatu yang salah!
Sejak awal kelompok ini kemari bukan untuk mencari-cari kesalahan, jadi tentu saja pada mulanya mereka tidak berpikir kalau ada sesuatu yang mencurigakan. Bahkan jika ada desa-desa yang terlewat di perjalanan, Xu Jingzong bisa saja tinggal bilang kalau desa-desa ini kecil atau dia baru saja mengirim orang untuk memeriksanya dan belum memperbaharui catatannya. Lagipula, mereka ada di sini hanya selama dua hingga tiga bulan, bagaimana mungkin mereka bisa mengunjungi semua desa? Pilih saja beberapa desa yang memadai dan biarkan mereka menjelajah!
Baik Di Renjie maupun Wu Mei adalah orang-orang yang tinggi hati. Dari pengaturan Xu Jingzong, mereka merasa kalau orang itu sedang meremehkan mereka dan mereka tidak senang soal itu. Karena hal ini, mereka pun tak menghentikan Li Yuanying mengajukan pertanyaan.
Wu Zhiyuan akhirnya mengerti kalau Li Yuanying telah dengan sengaja menyuruh pergi para pejabat pemerintahan dan langsung mulai menangis. Isakan itu mengagetkan ibu Wu dan wanita tua itu pun datang memasuki ruangan dengan ditopang tongkat lalu melihat sekelompok orang berpakaian bagus dengan busana tidak biasa, jelas-jelas adalah ‘para bangsawan’ yang sedang diperbincangkan.
Ketika dia melihat kalau putranya telah membawa mereka pulang, dia pun berlutut dan berkowtow dua kali kepada Li Yuanying.
Wu Zhiyuan mengikuti dan melakukan hal yang sama.
Melihat perbuatan mereka, Yuanying tahu kalau firasatnya memang benar. Dia pun buru-buru membantu mereka bangkit dan meminta mereka duduk serta menyampaikan cerita mereka. Kejadiannya beberapa tahun yang lalu ketika Wu Zhiyuan jatuh cinta pada seorang gadis yang merupakan pelayan penyewa tanpa kebangsaan di Desa Keluarga Yin. Menurut hukum kecamatan ini, seorang pelarian tidak diperbolehkan menikah dengan warga negara. Keluarga si gadis ingin gadis itu menjadi pelayan Keluarga Yun dan dengan hal itu, gadis tersebut pun takkan diperbolehkan menikah.
Di sekolah, Wu Zhiyuan telah mendengar tentang titah Kaisar bagi orang-orang tanpa kewarganegaraan untuk mendaftarkan diri sebagai warga negara dan berusaha meyakinkan keluarga itu agar melakukannya. Akan tetapi, tepat ketika keluarga itu mencoba mendiskusikan urusan ini, orang lain menemukannya dan pada keesokan harinya seorang anggota keluarga tiba-tiba jatuh dan mati ketika bekerja. Persis ketika mereka sedang mengubur jenazahnya, seseorang menerobos ke dalam rumah mereka dan memasuki kamar si gadis, menghasilkan skandal yang merusak reputasinya.
Gadis malang itu dikritik habis-habisan oleh ibunya yang baru saja menjadi janda dan dia pun memutuskan untuk mencabut nyawanya sendiri.
Keluarga itu tak punya anak laki-laki dan dengan satu orang tua dan satu orang muda tiada, sang ibu pun tak sanggup menghadapi kenyataan itu lalu meninggal tak lama setelahnya.
Wu Zhiyuan telah menyarankan ide itu dan kemudian pergi ke sekolah sehingga dia baru mengetahui kabar ini lama setelahnya serta dibuat amat trauma olehnya. Orang-orang berkata bahwa keluarga yang terdiri dari tiga orang itu semuanya telah mati dalam kondisi memalukan gara-gara mereka ingin mendaftar kewarganegaraan. Wu Zhiyuan menyesali saran yang dibuatnya. Mendengar bahwa gadis yang dicintainya mati dalam kondisi memalukan dan bahkan tak punya kuburan serta dibuang ke alam liar, dia pun jadi gila dan pergi ke alam liar untuk mencari tulang belulang si gadis yang sudah dimakan binatang buas lalu diam-diam menguburkannya. Setelah hari itu, dia kelihatan seperti telah kehilangan rohnya.
Kebetulan, pada suatu hari sang camat mengunjungi sekolahnya dan Wu Zhiyuan menceritakan semua tentang kematian mengenaskan dari keluarga gadis yang dicintainya dengan harapan sang camat bersedia membalaskan kematian mereka. Sikap Xu Jingzong tampak tenang di awal namun dalam kurun beberapa hari, Wu dikeluarkan dari sekolah dan ketika dia kembali ke rumah dengan penuh kesedihan, dia dikejutkan oleh kabar bahwa ayah dan kakak laki-lakinya telah hanyut terbawa arus ketika mereka membangun jembatan untuk pemerintah kecamatan.
Semua orang berkata bahwa ini adalah kecelakaan, tak ada seorang pun yang menyangka kalau airnya akan tiba-tiba naik setinggi itu dan menyapu orang dalam sekejap mata! Pejabat kecamatan menutup kasus tersebut berdasarkan atas fakta ini. Lalu mengenai keluarga si gadis muda, karena mereka tak punya kewarganegaraan, tak ada seorang pun yang punya catatan apa pun tentang mereka. Kecamatan mana yang mau menambahkan kasus pembunuhan dalam catatan mereka? Jadi, jika mereka sudah mati ya sudah, tak ada seorang pun yang akan peduli.
Kecelakaan terjadi setiap saat tetapi kenapa semuanya terjadi pada dirinya secara beruntun? Wu Zhiyuan langsung tahu kalau bukan hanya gadis yang dicintainya berserta keluarganya yang mati gara-gara dirinya, ayah dan kakaknya juga bertemu takdir yang sama. Mungkin karena dia merupakan murid di sekolah kecamatan dan akan menarik terlalu banyak perhatian maka nyawanya diampuni.
Tak ada ayah, kakak, kekasih, tak punya apa-apa. Hidup serasa di neraka dan Wu Zhiyuan pun menjadi kian kurus seiring dengan berjalannya waktu. Jika bukan karena fakta bahwa dia harus mengurus ibunya, dia pasti takkan mempertahankan nyawanya.
Li Yuanying tak menyangka mendapat cerita setragis itu.
Keluarga Yin tidak ada dalam rutenya namun ketika si cendekia menyebut-nyebut Keluarga Yin di Kecamatan Hu, Yuanying pun ingat. Bukankah dia baru saja melihat gambar dari kedua puluh empat pahlawan? Di antara mereka ada seseorang bernama Yin, Duke Xunguo bernama Yin Kaishan. Yin Kaishan tak punya putra kandung dan karena itu penerusnya adalah keponakannya Yin Yuan. Walaupun dia belum pernah mendengar tentang Yin Yuan sebagai orang yang mencolok, Yin Yuan adalah seseorang yang diingat oleh sang Kaisar dan karenanya cukup disukai oleh Beliau.
Apakah Desa Keluarga Yun yang disebut-sebut oleh Wu Zhiyuan berhubungan dengan Keluarga Duke Xunguo?
Memikirkan tentang bagaimana Xu Jingzong memperlakukan dirinya dengan begitu penuh perhatian, Yuanying tahu kalau bahkan jika Duke Xunguo tak pernah memintanya, Xu Jingzong pasti akan mengambil inisiatif untuk ‘menangani’ situasi ini dengan bersih dan memadai.
“Apa kau punya buktinya?”
Wu Zhiyuan tak mampu berkata-kata.
Li Yuanying mengerti kalau dia tidak punya.
“Kalian berdua, ibu dan anak, ikutlah denganku ke Istana Taihe. Aku akan minta orang menunggu di sana. Setelah kita berpisah, aku akan membawamu ke rumahku untuk tinggal sementara. Aku akan suruh orang untuk menyelidikinya. Kalau hal ini memang benar, aku pasti akan memberi keadilan bagimu; tapi kalau ternyata masalahnya bukan begitu, kau hiduplah dengan baik, rawatlah ibumu, dan berhentilah memikirkan soal ini lagi.”
Ketika orang bersedih, mereka bisa saja menyalahkan orang-orang yang tak ada hubungannya. Li Yuanying merasa kalau lebih baik menyelidikinya secara menyeluruh.
Mendengar Li Yuanying berkata akan menjaga mereka ibu dan anak tetap aman, mata Wu Zhiyuan pun berbinar dengan harapan dan berkata ragu: “Saya punya seorang adik perempuan.”
“Bawa dia juga.”
Wu Zhiyuan memanggil adik perempuannya. Gadis itu berusia sekitar 13 atau 14 tahun, cukup pintar tapi agak pemalu. Setelah keluar, gadis itu mencengkeram ujung baju ibunya dan dengan takut-takut mengikuti instruksi ibu untuk menyapa Li Yuanying.
Li Yuanying mengangguk dan tak bilang apa-apa lagi. Dia berdiskusi beberapa patah kata dengan Di Renjie dan yang lainnya lalu bersiul untuk memanggil burung berkepala putihnya. Dia lalu meminta kertas dan kuas untuk mengantar pesan kepada Dong Xiaoyi.
Setelah selesai, dia tak berlama-lama di sana namun melanjutkan pekerjaan mereka.
Petugas kecamatan yang berwenang diberitahu soal semua yang telah terjadi dan dengan amat kooperatif dia membawa kelompok itu berkeliling dari rumah ke rumah untuk mengamankan data demi pembelajaran sensus. Dia juga menanyakan soal bagaimana Li Yuanying bertemu dengan Wu Zhiyuan.
Yuanying menceritakan tentang pertemuan Wu Zhiyan dengan ular berbisa dan kemudian bertanya kepada si petugas kecamatan kenapa pemuda itu berhenti belajar. Apakah dia bertemu kesulitan di rumah? Tidaklah mudah menjadi seorang cendekia di area pedesaan jadi tak seharusnya dia menyerah hanya karena keluarganya miskin!
Meyakini kalau Li Yuanying tak tahu apa-apa, si petugas cuma menjawab bahwa Wu Zhiyuan baru saja kehilangan ayahnya dan harus menjalankan bakti selama tiga tahun. Dia tak bisa belajar untuk sementara waktu ini namun si petugas berjanji akan membujuk pemuda itu untuk melanjutkan belajarnya di masa mendatang.
Li Yuanying tak kelihatan tertarik soal apakah Wu Zhiyuan melanjutkan sekolahnya jadi dia pun tak meneruskan percakapan itu. Alih-alih, Yuanying menyebutkan soal adik Wu Zhiyuan: “Adiknya sungguh cantik.”
Ada deru kegembiraan di dalam ruangan itu. Sebelumnya, ketika dia melihat sang pangeran melakukan perjalanan dengan tiga orang gadis muda yang cantik, dia merasa kalau si pangeran kecil sungguh beruntung. Sekarang karena sang pangeran telah mengucapkan sesuatu seperti ini, si petugas kecamatan pun tentu saja berpikir kalau Pangeran Teng mungkin sudah jatuh cinta pada si gadis muda Wu!
Apakah keberuntungan Wu Zhiyuan akan berubah?
Si petugas menemukan kesempatan untuk mengundurkan diri dan membisikkan beberapa patah kata kepada seorang keponakan kepercayaan supaya segera menginformasikan pada Camat Xu soal kontak sang Pangeran dengan Desa Keluarga Wu dan keluarga Wu Zhiyuan. Kalau keberuntungan Wu Zhiyuan benar-benar berubah, mereka yang bertanggungjawab turun tangan terhadapnya pasti akan menderita!
————–
Catatan Pengarang:
Pangeran Kecil: Dunia luar amat berbahaya!