Living Leisurely in Tang Dynasty - Chapter 128
Persiapan Yuanying berjalan mulus, baru tahun lalu Kaisar mengeluarkan titah untuk memperbarui sistem pendaftaran keluarga dan menginstruksikan para tunawisma agar memperoleh kewarganegaraan sebelum akhir tahun.
Karenanya ada lebih banyak rumah tangga yang ditambahkan ke dalam daftar. Walaupun jumlahnya tidak membeludak, namun berarti datanya tak bisa disalin dari tahun-tahun sebelumnya seperti biasanya. Yuanying menjelaskan bahwa Xu Jingzong ingin dia melakukan survei populasi dan menginkan contoh-contoh yang sebelumnya dijadikan sebagai acuan. Si staf pendaftaran memberikan beberapa salinan dan menjelaskan kepadanya dengan berkata bahwa masing-masing desa memiliki catatan dan jumlahnya bisa disesuaikan menurut situasi.
Yang disebut sebagai catatan ini telah mencatat masing-masing rumah tangga secara mendetil, termasuk nama, usia, penampilan, dan sebagainya. Pada umumnya, seratus rumah tangga membentuk satu distrik dan lima li menjadi satu kota. Saat kau tiba di sana, panggil saja orang yang bertugas untuk memeriksa catatannya.
Li Yuanying mengangguk. Dia bertemu dengan kelomponya dan semua orang pun menemukan lebih banyak detil tentang bagaimana cara menjalankan survei populasi. Chengyang membawakan sebuah peta tulisan tangan yang akan membimbing mereka dari desa ke desa.
Setelah membuat rencana, Yuaying merasa agak kebingungan: “Catatan pemerintahan kecamatan memiliki semua detilnya, mengapa sang Kaisar mengeluarkan titah untuk membuat orang mendaftar? Bukankah seharusnya semua orang sudah dimasukkan?”
“Ini adalah wilayah kecamatan yang kaya jadi semuanya dicatat dengan lebih hati-hati. Tidak setiap tempat akan seefisien ini. Seiring dengan berjalannya waktu, laporan populasi mungkin akan digandakan secara membuta dan dilaporkan tanpa menjalankan survei. Beberapa orang akan memanfaatkan celah-celah itu untuk bermalas-malasan.” (Wu Mei)
Tiba-tiba Yuanying mengerti.
Ini adalah kecamatan yang mengelilingi Chang’an, jadi semua mata mengawasinya dan segala hal diterapkan dengan baik di sini. Di tempat-tempat di mana langitnya tinggi dan Kaisarnya jauh, para pekerja tidak akan memiliki kesadaran semacam itu dan akan melakukan apa pun yang mudah dan menguntungkan untuk diri mereka sendiri!
“Jadi begitu ceritanya.” Yuanying tak terlalu peduli. Keesokan harinya dia berkemas dan membawa teman-temannya ke wilayah pinggiran untuk menjalankan proyek mereka.
Inisiatif kerja magang ini dipimpin olehnya dan dia begitu termotivasi. Ketika dia tiba di tujuan, dia tidak pergi bermain atau makan namun menemui orang yang bertugas untuk mengajukan pertanyaan. Walaupun hanya ada seratus rumah tangga dalam satu distrik, Yuanying menghabiskan banyak waktu dalam memeriksa karena dia mengunjungi setiap rumah tangga yang ada. Mereka memperbaiki catatan-catatan tertulis dan menanyakan kondisi para penduduk. Li Yuanying juga menerapkan kemampuan menggambar cepatnya dan menggambar sebuah potret sederhana dari masing-masing orang.
Banyak yang telah mendengar bahwa seseorang yang terkemuka datang kemari untuk menjalankan sensus dan mereka semua pun datang untuk menonton karena penasaran. Ketika tiba giliran mereka, mereka bahkan mengundang Li Yuanying masuk dengan sikap hangat. Bocah itu tidak terganggu oleh perhatian tersebut dan amat menyukai kesukacitaan serta menyapa semua orang dengan ceria.
Setelah memeriksa satu distrik, dokumen catatannya menjadi jauh lebih tebal karena penambahan gambar-gambar. Kedua tangan Yuanying terasa agak sakit dan dia diundang untuk menyantap makanan sederhana di rumah orang yang bertugas. Kelompok itu memakai uang Yuanying dan membeli makanan dari berbagai rumah. Mulanya para penduduk desa tak bersedia menerima uangnya tetapi malah diberitahu kalau dengan melakukannya, akan merusak reputasi anak itu. Setelahnya, semua orang pun mengantongi uangnya dengan gembira.
Begitu Li Yuanying pergi di siang hari, para penduduk desa berkerumun untuk mendiskusikan tentang sang pangeran kecil. Walaupun Kecamatan Hu tak sebesar Chang’an, letaknya tetap dekat dengan Ibu Kota dan sudah melihat banyak bangsawan datang dan pergi. Beberapa juga cukup beruntung untuk bertemu dengan pangeran lainnya tapi tak satu pun dari mereka yang seramah Li Yuanying!
“Baiklah, baiklah, pulanglah dan lanjutkan pekerjaan kalian. Memangnya para bangsawan ini adalah orang yang bisa kalian bicarakan?”
Setelah membubarkan para penduduk desa, orang yang bertugas menatap ke arah kepergian kelompok itu dan dalam hati berpikir bahwa sang pangeran kecil ini kelihatannya agak naif. Dia bertanya-tanya apakah anak itu akan berkonflik dengan orang lain kalau terus sesibuk ini.
Yuanying tak berpikir sampai sejauh itu. Setelah mensurvei satu distrik saja, dia sudah kelelahan. Wei Shu dan Chengyang juga telah belajar cara menggambar cepat dan mengusulkan bahwa mereka lebih baik bergiliran melakukannya sehingga tak seorang pun yang kelebihan kerja.
Yuanying bukan jenis orang yang keras kepala. Karena dia merasa lelah, dia pun langsung menerima tawaran itu.
Dia menghela napas: “Sepertinya tidak mudah mengurus satu kecamatan. Cuma mendaftar rumah tangga saja sudah bikin sakit kepala.”
“Ini sudah sederhana. Kalau di Taiyuan, maka akan jadi lebih rumit.” (Di Renjie)
“Rumit bagaimana?” (Li Yuanying.)
Di Renjie menceritakan lebih banyak dengan sentimen yang sama dengan Wu Mei. Sistem pertanahan di banyak kecamatan dan kota tidak diterapkan dengan baik. Di beberapa tempat, beberapa di antaranya hanya akan menerima 20 atau 30 ekar, jumlah yang jauh lebih rendah dari ukuran yang disetujui.
Menurut hukum, seorang laki-laki berusia lebih dari 18 tahun bisa memperoleh satu hektar tanah, di mana 20 ekar di dalamnya merupakan tanah permanen yang bisa diturunkan pada generasi berikutnya. Delapan puluh ekar adalah tanah yang dibagi, yang berarti dia hhanya punya hak untuk mengolah namun tidak mewariskan. Mahkamah kekaisaran telah menetapkan bahwa tanah-tanah ini tak bisa dijual namun pada kenyataannya tak ada yang benar-benar menghentikan perdagangan pribadi. Setelah lewat bertahun-tahun, perdagangan pribadi telah menjadi bisnis menguntungkan terutama di mana orang-orang berkuasa mengumpulkan tanah sepetak demi sepetak.
Setelah kehilangan tanah mereka, pemerintah masih mewajibkan mereka melakukan kerja tak dibayar. Mereka yang tak bisa lagi bertahan akan mencari perlindungan di bawah keluarga-keluarga kaya dan berkuasa untuk bekerja sebagai pelayan. Selama para pejabat setempat tutup mata pada mereka, mereka masih bisa bertahan hidup!
Namun hal ini menghasilkan masalah lainnya. Para pejabat seharusnya menjalankan studi populasi tiap tahun dan karenanya kenaikan atau penurunan jumlah warga merupakan indikator yang penting. Sebagian besarnya takkan pernah mau mengakui penurunan populasi yang ada di bawah kendali mereka dan karenanya akan menyerahkan hasil yang tidak akurat dengan cara mengubah sedikit jumlah orang dari tahun sebelumnya.
Di tempat-tempat yang jumlah rumah tangganya mengalami penurunan, para pejabat harus mencari cara demi mengisi celah untuk pajak dan tenaga kerja. Hal ini membuat mereka mengalihkan beban orang-orang yang kabur pada kerabat, teman-teman, dan para tetangga mereka yang merupakan penjamin bersama mereka.
Di Renjie telah menemui masalah-masalah ini ketika dia mengikuti ayahnya bekerja. Ayahnya disusahkan oleh hal ini namun dirinya masih terlalu kecil untuk memikirkan solusi yang bagus.
Li Yuanying juga pernah mendengar tentang topik ini dari Xiao Deyan. Ketika Di Renjie menyebutkan bahwa ini merupakan masalah di Taiyuan, Yuanying mengernyit.
“Apa sudah seserius itu?” Tang adalah negara yang masih cukup muda, bagaimana bisa sudah jadi seperti itu!
“Beberapa orang tanpa negara akan sudah meninggalkan kampung halaman mereka ketika terjadi perang di akhir Dinasti Sui. Walaupun Baginda Kaisar sudah memerintahkan pada para tunawisma atas mendaftarkan diri mereka sendiri sebagai warga negara, banyak yang tidak mematuhinya.” (Wu Mei)
Wu Mei juga menceritakan bahwa masa-masa awal Dinasti Tang sarat konflik dengan berbagai wilayah. Setelah Li Er naik tahta, berulang kali Beliau telah berperang melawan Tujue, Tuyuhun, Gaochang, dan tempat lainnya. Bisa dipahami mengapa beberapa orang akan memilih untuk tetap tak memiliki kewarganegaraan supaya mereka tak perlu menanggung tugas-tugas yang berat.
Yuanying memikirkan tentang tangan dan kaki yang diberkati karya Zhang Jianzhi lalu berkata: “Karena itu, pemerintah harus melakukan berbagai hal untuk membuat warga lebih memercayai mereka.”
Semua orang mengangguk setuju.
Namun persetujuan tak ada artinya. Mereka tak punya kekuasaan yang sebenarnya dan tak bisa berbuat banyak. Yuanying tak berkecil hati dan dengan penuh semangat lanjut mengumpulkan data serta bahkan menemukan sebuah keluarga yang bisa diinapi.
Pagi-pagi keesokan harinya, Yuanying bangun dengan semangat tinggi dan melanjutkan perjalanan ke desa berikutnya.
Kabar tentang Pangeran Teng yang dengan serius mengerjakan survei populasi pun menyebar ke berbagai tempat.
Xu Jingzong agak terkejut namun dia baru saja diaudit setahun yang lalu jadi semestinya semuanya baik-baik saja. Dia hanya meminta supaya ada lebih banyak orang yang mengikuti kelompok itu. Kalau kau bekerja dengan serius, kau seharusnya merasa bosan setelah lewat dua atau tiga hari!
Persis ketika Xu Jingzong dengan santai bersiap untuk tidur dengan kekasihnya yang cantik, kabar tentang seorang bangsawan berkuasa dari Ibu Kota yang berkeliling mengerjakan tugas menyebar seperti kebakaran liar di berbagai desa. Malam itu juga, seorang cendekia berpenampilan ceking bernama Wu duduk di bawah lentera. Dirinya masih muda, sekitar 17 atau 18 tahun namun memiliki raut suram seakan tak ada hal lain di dunia ini yang bernilai baginya.
Pada saat inilah, ibunya memasuki pintu dan membawakna kabar besar baginya.
Seorang bangsawan telah datang ke wilayah pinggiran. Orang itu begitu terhormat sampai-sampai banyak camat yang ingin menyenangkan dirinya.