Living Leisurely in Tang Dynasty - Chapter 124
Yuanying merasa kesal. Belakangan ini aku belum melakukan sesuatu hal buruk, kenapa Kaisar mencariku?
Walaupun ada berbagai pemikiran dalam hatinya, dia masih dengan santai memberitahu Liu Baolin bahwa “Kakanda pasti merindukan aku, aku akan pergi mencarinya.”
Liu Baolin merasa cemas. Mendengar Pangeran Teng membuat pernyataan tak tahu malu macam itu, orang-orang pun tertawa. Liu Baolin buru-buru membantu anak itu mengenakan pakaian yang tepat untuk menemui Kaisar.
Begitu anak itu tiba di istana Kaisar, dia menyadari bahwa ada satu wajah yang familier: Yan Liben.
Dengan patuh Yuanying masuk dan memberikan penghormatan lalu duduk di samping Li Er.
Li Er meliriknya lalu melanjutkan percakapan Beliau dengan Yan Liben dan Chu Suiliang. Ternyata sang Kaisar ingin memasukkan para menteri yang telah memberi sumbangsih besar pada Tang ke dalam sebuah mural pada bangunan istana bernama Paviliun Lingyan. Beliau sudah memiliki daftar namanya, memberi persetujuan setelah melakukan banyak diskusi dengan kabinetnya dan akan terdiri dari 24 orang.
Sekarang tugas utamanya adalah menggambar kedua puluh empat orang ini dan tugas ini dianugerahkan kepada Yan Liben. Yan Liben juga sudah mengunjungi masing-masing orang secara pribadi. Karena ini adalah kesempatan yang menyenangkan, semua orang pun memberikan dukungannya.
Tapi akhir-akhir ini muncul tantangan pada tugas ini. Ketika Yan Liben mengunjungi Li Jing, seekor macan tutul menerkam dirinya dan memberinya trauma. Walaupun macan tutul itu tak menyerang dirinya, Yan Liben tetap saja jatuh dan tangannya terluka. Untuk sementara waktu ini dia takkan bisa mengangkat kuas. Tempat tinggal Li Jing lokasinya paling jauh dan ini merupakan gambar terakhir yang dibuat.
Paviliun Lingyan sedang direnovasi sehingga selalu bisa menunda pekerjaan tersebut. Akan tetapi Yan Liben adalah orang yang berkarakter, saat dia bekerja dirinya diserang oleh macan tutul dan karenanya dia tak mau kembali bekerja.
Hari ini dia berada di sini untuk memberitahukan keputusannya kepada Baginda Kaisar. Dengan santai dia juga menyebutkan pada Kaisar bahwa Pangeran Teng dan Li Jing memiliki hubungan baik jadi kenapa tidak menunjuk dia sebagai pelukisnya saja? Yuanying adalah seorang pelukis hebat yang bahkan dipuji oleh kakaknya, Yan Lide.
Yan Liben tak mengucapkan hal-hal ini dengan niat baik namun mengatakannya untuk mengalihkan kesalahan kepada Li Jing dan Li Yuanying karena dia tak menykai keduanya. Sebelumnya ketika Yan Liben pergi ke Luoyang, Pangeran Teng dan kakaknya memiliki hubungan yang begitu baik sampai-sampai dia merasa tersisihkan. Sekarang biarkan saja mereka berdua yang menyelesaikan lukisan ini!
Namun sang Kaisar yang mendengar seseorang memuji adiknya itu merasa bangga dan karenanya mengundang Yuanying kemari.
Mendengar hal ini, Yuanying pun mengesampingkan kecemasannya tadi. Dia dipanggil bukan karena suatu perbuatan buruknya ketahuan. Dia pun buru-buru menyetujui tugas ini dan meminta Yan Liben menunjukkan kedua puluh tiga lukisan lengkapnya supaya dia bisa menggambar dengan gaya yang serupa.
Sang Kaisar merasakan sikap permusuhan Yan Liben dan karenanya menyebutkan dengan santai: “Hanya sekali lihat dan bocah itu akan belajar?”
“Itu tidak mungkin. Pasti akan tampak berbeda. Setiap orang itu berbeda sehingga mereka tak bisa tampak mirip. Akan tetapi ketika mereka semua disatukan, mereka perlu tampak seragam dan tidak aneh.” (Li Yuanying)
Sang Kaisar juga merasa penasaran dengan kemajuannya dan karenanya menyetujui permintaan Yuanying. Keduanya pun mengunjungi paviliun untuk melihat kemajuannya. Li Yuanying tak bisa mengenali setiap orang dari dua puluh tiga wajah itu karena beberapa di antaranya sudah meninggal sebelum dirinya dilahirkan.
Dia mengamati lukisan Du Ruhai dengan seksama kemudian bertanya: “Ini Du Ruhai? Sayang sekali aku lahir terlalu lambat untuk mengenal dia.”
Sang Kaisar menatap lukisan yang tampak hidup itu dan menghela napas: “Ya, kau lahir terlalu lambat.”
Dengan seksama Li Yuanying mempelajari kedua puluh tiga lukisan tersebut dan memuji Yan Liben: “Xiao Yan, kerjamu bagus sekali, kurasa aku takkan bisa menyamai kemampuanmu.”
Dalam hati Yan Liben berpikir: memangnya berapa umurmu? Kalau kau sampai menggambar seperti aku, lantas bagaimana orang lain akan hidup? Namun di permukaan dia masih membawa diri dengan rendah hati, “Tidak perlu disebut-sebut, tidak perlu disebut-sebut.”
Yuanying ingin pergi setelah ini tapi dirinya dihentikan oleh sang Kaisar. Mereka minum teh sebelum Yuanying bertanya hati-hati: “Kakanda Kaisar, ada hal lain yang ingin Kakanda katakan pada saya?”
“Tugas menggambar ini, bagaimana menurutmu? Kalau kau tak bisa zhen akan suruh orang lain mengerjakannya.”
“Memang agak sulit tapi saya takkan tahu hingga saya sudah mencobanya. Lagipula paviliunnya masih direnovasi, mungkin saja tangan Xiao Yan akan sembuh tepat waktu. Kemungkinan terburuk, kita bisa mencari Da Yan (Yan Lide) untuk membantu.”
Walaupun Yuanying belum banyak menggambar manusia tapi dia punya dasar fundamental seni yang bagus. Ketika orang lain masih kecil mereka akan mengejar kupu-kupu untuk bermain tapi Yuanying mengejar mereka untuk digambar. Mendiang ayahandanya juga memuji kemampuannya dan hal ini membuatnya bekerja lebih keras lagi. Entah bagaimana dia berhasil membangun dasar yang kokoh dalam seni.
“Bagus sekali, kalau begitu kau cobalah.”
Li Yuanying bertanya lagi apakah Kaisar punya urusan lain dengannya.
“Apa kau sebegitu tak bersedianya untuk minum teh dengan zhen? Saat kau memakai nama zhen untuk menjual teh, kau tak seperti ini.”
Mendengar hal ini, bocah itu pun duduk dengan gembira di samping kakanda Kaisar: “Saat saya menjual teh, itu bukan untuk saya sepenuhnya. Bukankah saya sudah membantu mahkamah dalam mengamankan pajak teh? Sekarang Tujue dan Kekaisaran Tibet menyukai teh dan masyarakat Tang juga telah mengambil kebiasaan ini, bukankah kini Kakanda mendapat banyak penghasilan pajak dari the!”
Kemudian dia menanam sebuah ide pada Kaisar: “Saya pikir kita harus mengamankan gunung-gunung teh di Selatan. Mari kumpulkan lebih banyak pajak dan kemudian suruh orang menjualnya ke luar negeri. Mereka yang tak mendapatkan izin dari kita tak diperbolehkan menanam teh. Dengan begini, kita bisa mencegah orang merusak lahan dengan alasan menanam teh dan mencegah orang-orang menghindari pajak!”
“Kau itu sungguh punya banyak ide.” (Li Er)
“Benar. Saya suka memikirkan berbagai masalah. Melakukan ini punya manfaat ketiga, kakanda telah membuat lebih banyak pekerjaan untuk diisi dengan orang-orang berbakat. Bukankah Mai Sui pernah menyebutkan bahwa asalkan kau memberi dia karung goni dia bisa menunjukkan kekuatannya? Kita perlu mencari orang-orang berbakat dan memberi mereka panggung untuk menampilkannya, kalau mereka bekerja dengan baik maka kita hadiahi mereka dengan posisi lebih baik di pemerintahan. Mereka yang tak bisa bisa bekerja dengan baik bisa kita pertahankan di tempat-tempat yang cuma membutuhkan tugas remeh yang bisa dikerjakan dengan mata tertutup.”
“Ini namanya memakai orang sesuai dengan kelebihan mereka.”
“Ya, ya. Memakai orang sesuai dengan kelebihan mereka. Pokoknya kita akan punya lebih dan lebih banyak lagi orang berbakat sehingga kita perlu mencarikan tugas untuk mereka. Dengan begitu mereka cuma akan memikirkan tentang bagaimana melakukan pekerjaan sebaik mungkin dan takkan sempat memikirkan hal-hal yang tidak penting. Saya mempelajari ini setelah mendirikan pabrik kertas dan restoran saya. Asalkan saya bisa menemukan pemimpin yang tepat untuk membimbing tim, semua hal lainnya akan berjalan mulus dengan sendirinya. Lalu untuk mereka yang tak punya banyak bakat, mereka tetap berguna. Asalkan kau memberitahu mereka apa yang harus dikerjakan, mereka masih bisa memberi hasil yang baik.”
Kedua kakak beradik itu pun mendiskusikan pajak sambil minum teh. Setelah itu Li Er pun menyuruh Li Yuanying pergi.
Begitu Li Yuanying pergi, Li Er memijit alisnya, bersandar sebentar di atas mejanya lalu meminta Chu Suiliang mengirimkan salinan percakapan mereka pada Putra Mahkota.
Walaupun Li Yuanying seringkali menghasilkan ide-ide liar, setelah dipertimbangkan lebih jauh lagi, ide-ide itu ternyata bisa diterapkan. Dengan meningkatnya popularitas teh, pajak yang terkumpul memang bertambah. Tang Jian, Menteri Urusan Rumah Tangga sekarang tiap hari tersenyum. Dia bahkan telah mengurangi frekuensi pura-pura sakit untuk bersembunyi dari urusan-urusan kenegaraannya.
Karena keuntungan dari teh amat besar, mari kita masukkan dalam agenda untuk mengatur pajak atas bentuk-bentuk teh utama. Mungkin dalam waktu beberapa tahun, biaya yang dibutuhkan oleh militer bisa ditingkatkan cukup besar! Kalau masih tidak cukup, biarlah Li Yuanying memikirkan ide-ide lainnya. Bukankah anak itu mengkritik Dong Renhong karena tamak gara-gara satu juta yuan yang tak seberapa? Bocah itu jelas tak kekurangan uang atau memiliki lebih banyak lagi cara untuk menghasilkan uang.
Li Yuanying baru setengah perjalanan ketika dia mulai bersin-bersin. Dia berkata keheranan pada para pelayan yang mengikuti dirinya:” “Aneh, padahal hawanya tidak dingin. Kenapa aku bersin-bersin?”
“Mungkin calon wangfei sedang memikirkan Yang Mulia.”
Yuanying merasa senang tapi masih menjawab dengan rendah hati: “Baru setengah hari kami tak bertemu, mana mungkin Adik Shu merindukan aku? Tak apa-apa kalau dia memikirkan aku, aku akan menemui dia besok. Aku takkan membuatnya merindukanku terlalu lama!”
Semua orang pun tertawa.
Yuanying memberitahukan rencananya pada ibu lalu meninggalkan istana untuk pergi ke rumah Li Jing. Yuanying pergi dengan mata berbinar dan penuh antisipasi, dia tak sabar bertemu dengan macan tutul yang disebut-sebut oleh Yan Liben.
Namun di depan Kakanda Kaisar dia harus pura-pura serius, jangan sampai Kakanda menemukan motifnya yang sebenarnya dan mencegah dia berkunjung. Bagaimanapun juga, Kakanda pernah melakukan ini sebelumnya dan menghentikan dia menunggangi gajah di rumah Li Jing.
Pada saat bersamaan, Hong Fu yang sedang memilah-milah jubah seremonial yang sudah sangat lama tak dipakai oleh Li Jing mengeluhkan soal macan tutul suaminya yang berkeliaran bebas.
“Si penjaga cuma tak menutup pintu sangkarnya sebentar, siapa yang tahu hewan itu akan menyerang Yan?” (Li Jing)
Pria itu sudah merasa tersinggung jadi Hong Fu hanya bisa menghela napas: “Apa Baginda Kaisar akan menyingkirkan potretmu dari mural gara-gara ini?”
“Nggak akan.”
Walaupun Li Jing sudah setengah pensiun, dia sudah memberi kontribusi amat besar bagi negara. Sang Kaisar takkan mengesampingkan dirinya gara-gara urusan sesepele ini.
“Cuma tidak yakin siapa yang akan menggantikannya untuk melakukan tugas ini.”
Ketika pasangan itu sedang bicara, seseorang memberitahukan bahwa Pangeran Teng datang dan bertanggungjawab untuk menyelesaikan lukisan potretnya.
Li Jing dan Hong Fu saling berpandangan, keduanya agak terkejut. Akan tetapi keduanya menyambut Yuanying berkat inisiatif anak itu dalam menundang Tabib Sun kemari ketika dulu Hong Fu sedang sakit parah dan sekarat.
Setelah mengenal anak itu dengan lebih baik, Li Jing menyukai sikapnya dan menyambut Li Yuanying setiap kalinya dengan tangan terbuka.
Yuanying tak punya rasa malu dan berlari masuk dengan riang, menoleh ke kanan dan ke kiri tapi tak melihat satu macan tutul pun.
“Bukankah katamu ada macan tutul kecil? Di mana dia? Aku mau lihat!”
Li Jing juga tak terburu-buru jadi dia pun membawa bocah itu bertemu dengan macan tutul kecilnya.
“Orangtua macan tutul itu sudah tak ada lagi. Dia bahkan belum membuka matanya ketika dibawa kemari. Aku memberinya susu kambing tapi tak menyangka kalau ternyata dia cukup liar.”
Li Yuanying sama sekali tak takut pada macan tutul kecil yang liar itu dan ingin sekali menyentuhnya.
Li Jing menyuruh penjaga macan tutul itu memancingnya keluar lalu memberikannya kepada Li Yuanying untuk dimainkan.
Dengan sukses Yuanying menyentuh macan tutul itu. Bulu hewan itu lebat, jadi dia puas setelah membelainya selama beberapa saat. Setelahnya, dia mengunjungi para yak. Orang-orang Li Jing mahir memelihara hewan liar, yak-yaknya kurus tapi sehat. Cuacanya makin hangat dan bulu yak-yak itu akan perlu dicukur supaya bisa bertahan dengan baik di musim panas yang terik.
Yuanying juga tertarik dalam mencukur. Dia berlari untuk menangkap yak putih lalu memotong segenggam penuh bulu putih dan bersenang-senang. Barulah setelah yak putih itu merasa tidak sabar dan mendorongnya jatuh Li Yuanying akhirnya tiba pada topik utama dengan puas.
Li Jing sudah mempersiapkan pena dan tinta serta mengenakan jubah seremonial formalnya, tampak luar biasa resmi.
Yuanying mengemukakan pendapatnya: “Menurutku pakaian ini tidak cukup megah. Lebih baik mengenakan zirah saja! Seorang jenderal mengenakan zirah dan memegang senjata! Kupikir semua orang lainnya mengenakan pakaian serupa dan tampak mirip. Aku akan memberimu gambar yang paling mencolok!”
“Boleh juga.”
Keduanya pun berdiskusi dan akhirnya memutuskan Li Jing mengenakan zirah serta menuggang kuda dengan postur heroik.