Like Wind on A Dry Branch - Chapter 47
“Yah, Yang Mulia mungkin tidak tahu. Beda ceritanya kalau ini mengenai para monster, tapi Axias adalah tempat yang tak ada hubungannya dengan iblis.”
Demonologi Haviston adalah buku dengan tingkat tertinggi, setiap iblis dikelompokkan secara terperinci dengan sejarah-sejarah masing-masing dan metode-metode untuk menghancurkan masing-masingnya didokumentasikan secara khusus. Buku itu berisi ilustrasi dari ratusan iblis, dari iblis tingkat tinggi hingga tingkat rendah, jadi ini adalah buku yang perlu dibaca oleh orang-orang yang punya kekuatan suci serta para pendeta penyuci.
Santa Tania mengangkat bahu dan meneruskan, “Buku itu mahal, dan sulit untuk ditemukan…. Bagi mereka yang harus bertarung melawan iblis dengan kekuatan sucinya, ini adalah buku impian mereka. Maksudku, dengan uang, tak ada yang tak bisa kau dapatkan.” Kemudian sang Santa bertanya kepada Rietta. “Apa kau punya buku itu?”
Sebuah kuil mungkin punya, tapi biara dan susteran takkan mampu memiliki buku itu. Harganya sangat mahal sehingga orang biasa takkan mampu membelinya. Hanya sedikit biara yang memilikinya untuk dipergunakan oleh semua penghuninya, sehingga memahaminya dengan sedemikian mendalam merupakan hal yang sulit. Buku itu perlu dibaca, namun begitu langka sehingga tidak banyak orang yang bahkan pernah melihat satu salinan sesungguhnya dari Demonologi Haviston. Banyak pendeta yang menyalinnya pada kertas dan membagikannya.
Namun menilik bagaimana Rietta menjawab pertanyaan-pertanyaannya, tampak jelas bahwa wanita itu telah mempelajarinya dengan seksama untuk waktu yang lama. Akan tetapi, Rietta menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. “Sekarang saya tidak memilikinya. Ketika saya di kesusteran, seseorang memberikan buku itu kepada saya ketika mereka menemukan bahwa saya bisa melihat iblis. Saya mempelajarinya dengan tekun, tapi kemudian saya menyumbangkannya pada kesusteran ketika saya lulus.”
Santa Tania menatap Rietta. Jadi wanita ini juga memiliki kemampuan melihat, dan dia menyumbangkan buku Haviston? Ini adalah buku yang orang-orang bilang harus dipelajari seumur hidup oleh mereka yang memiliki kekuatan suci. Apakah ini karena dia telah menyerah menjadi pendeta?
Mampu mengidentifikasi iblis sebagai jenis Helios dengan sekali lihat tanpa memeriksa buku adalah hal yang luar biasa, bahkan menurut standar Santa Tania sang pendeta penyuci yang hebat. Lebih dari kesulitan untuk menemukan satu salinannya, mempelajarinya terkenal sebagai lebih menantang lagi di antara para pendeta.
Pertanyaan berikutnya tentu saja mengikuti. “Kenapa kau tak menjadi pendeta?”
Alis Killian berkedut amat samar, dan dia langsung menyela. “Kenapa Anda bertanya?”
“Karena bakatnya telah disia-siakan. Saya nyaris ingin menerimanya sebagai murid dan melatihnya sendiri.”
Rietta tercengang, pipinya berkilau pada apa yang diucapkan oleh sang Santa, seperti seorang anak yang mendengar pujian menyenangkan untuk pertama kali dalam hidupnya.
Kenapa semua orang yang dia temui bertanya kenapa dia tidak menjadi pendeta? Killian sepenuhnya lupa bahwa dirinya sendiri juga telah mengajukan pertanyaan yang sama persis dan menatap agak gelisah pada Rietta.
Tania melihat hal ini dan terkekeh. “Wah, wah. Ini salahku. Kalau dia menjadi pendeta, dia takkan bisa menjadi selir kesayangan Yang Mulia. Aku akan membuang niatku, jadi harap berhentilah menatap galak padaku.”
Killian menjawab dingin. “Lanjutkan saja apa yang tadi Anda katakan. Kenapa Anda menanyakan tentang iblis tingkat tinggi?”
“Hm. Boleh kita bicara di luar?”
****
“Kenapa? Apa ada masalah?” Killian menarik lepas kain dari mulutnya begitu mereka meninggalkan Gedung Timur dan bertanya tanpa menyembunyikan kekesalannya.
“Tidak, para pasiennya baik-baik saja, jadi jangan cemas.”
Killian mengernyit pada jawaban hambar Santa Tania. “Anda telah membuat saya cemas.”
Pernyataan Santa Tania terasa agak seperti kata-kata pendeta atau tabib sebelum mengumumkan kabar buruk. Dia gelisah bukan kepalang.
“Seperti yang telah Anda lihat, tidak ada pasien dengan gejala-gejala yang mengancam nyawa. Saat ini, pemberkatan yang sudah dilakukan cepat memudar karena wabah telah menyebar, tapi itu adalah reaksi alami dan merupakan sesuatu yang tak bisa kita apa-apakan.” Sang Santa juga melepas kain di depan mulutnya dan menjawab, “Akan cukup jika melakukan pemberkatan ulang setiap dua hari seperti yang sudah dilakukan saat ini. Tak ada iblis wabah, dan semua orang telah berjuang dengan baik untuk melawan wabah ini.”
Santa Tania berbalik dan mendongak menatap Gedung Timur. “Tidak ada hal buruk yang bisa saya katakan dengan pasti….” Sang Santa memicingkan matanya. “Tapi saya memiliki perasaan ini….”
Wuush. Dengan suara angin, pepohonan yang tumbuh lebat di sepanjang dinding Gedung Timur bergetar.
“Ada sesuatu yang terasa mengganggu bagi saya.”
Mungkin karena tempat ini sudah dibersihkan terus-menerus akibat wabah, jangkrik-jangkrik yang berbunyi di seluruh wilayah tidak berbunyi di sini.
Killian mengernyit pada jawaban samar sang Santa. Kalau seseorang sekaliber Santa Tania berkata bahwa dirinya merasa terganggu oleh sesuatu, maka sudah barang tentu orang-orang di sekitarnya akan jadi lebih gelisah lagi. Santa Tania dikenal sebagai seseorang yang menerima wahyu suci. Bukanlah sesuatu yang bisa ditutup-tutupi ketika seseorang dengan indera setajam itu mendapat firasat buruk.
Santa Tania terus memancangkan tatapannya pada Gedung Timur ketika Beliau berkata, “Rietta.”
Beliau tidak sedang bicara pada Duke Agung Axias.
“Ya?”
“Kau tahu bahwa meski aku sudah memberkatimu, berkat dari seorang manusia tidaklah sempurna, jadi, iblis bisa menempelkan dirinya padamu?”
Rietta mengangguk, agak kebingungan. “Ya, tentu saja, Santa Tania.”
Sang Santa berpaling ke arah Rietta. “Jawaban itu juga harus diterapkan padamu. Aku yakin kau sudah tahu.”
Rietta terpana ketika matanya bertemu dengan mata Santa Tania.
“Aku tahu kau memikirkannya karena kaulah yang bertugas memberkati Gedung Timur. Ini bukan kesalahanmu, bahkan jika iblis bisa menembus berkat itu. Kupikir kau akan bisa memahaminya karena kau begitu pintar.”
Tanpa sadar Rietta mulai menggerak-gerakkan ujung-ujung jarinya dengan gelisah dan menutup mulutnya. Santa Tania meneruskan, tanpa ekspresi. “Aku mengatakan ini bukan hanya untuk menghiburmu. Aku ingin menanyakan sesuatu. Kalau kau sudah membuat kesalahan, jangan disembunyikan. Tapi kalau kau tidak bersalah, jangan bersikap merendah atau merasa bersalah.”
Rietta menempelkan dagunya ke leher dan mengangguk. “Ya, Santa Tania. Silakan bertanya.”
Santa Tania meneruskan. “Apakah berkatmu tidak menyeluruh, atau tidak diulang kembali selama dua bulan ketika iblis menyerang? Apakah ada celah dalam berkatnya?”
Rietta terdiam sejenak tapi kemudian menjawab dengan tegas. “… Tidak. Tak ada masalah dengan berkatnya.”
Santa Tania mengangguk tenang. Itulah yang Beliau pikirkan. Tania belum lama mengenal Rietta, tapi setelah bekerja bersama Rietta bahkan meski sebentar saja, Beliau tahu. Rietta adalah seorang pekerja keras dan teliti. Wanita itu bukan orang yang akan meninggalkan celah dalam pemberkatannya.
Santa Tania meneruskan, menjelaskan untuk Killian. “Seperti halnya kebanyakan kastel, Kastel Axias dibangun sedemikian rupa sehingga kastel itu sendiri memancarkan berkat yang sangat besar. Dan jika seorang pemberi berkat memberikan berkat yang terpusat di atasnya, kekuatan dari berkat itu tak perlu dipertanyakan lagi.” Santa Tania menatap ke belakang pada Gedung Timur. “Tapi bagaimana bisa iblis tingkat rendah sampai bisa masuk?”
Yang memasuki Gedung Timur bukanlah iblis tingkat menengah ataupun iblis tingkat tinggi. Biasanya, iblis-iblis tingkat rendah tak bisa memasuki sebuah area yang memiliki beberapa lapis berkat dengan kekuatan mereka sendiri.
Namun hal-hal yang tak bisa dimengerti oleh manusia seringkali terjadi dalam dunia iblis. Bahkan meski Demonologi Haviston memiliki cakupan yang luas, tetap saja hanya sebuah kitab, jadi tak mampu menampung semua hal tentang kaum iblis. Yang manusia pahami hanyalah sebagian kecil dari wilayah para iblis. Demonologi tetap merupakan wilayah yang sebagian besarnya belum diketahui.
“Rietta.” Santa Tania menatap ke dalam mata biru langit Rietta. “Apa ada kemungkinan kalau sebuah kutukan bisa menetralkannya?”
Tentu saja, kemungkinan itu ada. Kutukan adalah alasan paling umum kenapa berkat bisa sampai ternoda. Namun Rietta menyadari mengapa Santa Tania mengajukan pertanyaan sejelas itu dalam sikap hati-hati seperti itu dan berhenti bernapas sebelum dia menyadari kalau napasnya terhenti, dan ujung-ujung jemarinya berkedut. Mustahil bagi orang-orang di dalam kastel, yang dilindungi oleh berkat, bisa dikutuk dari luar.
Sang Santa berkata, “Kau punya mata dewa dan adalah orang pertama yang sudah melihat situasi di tempat ini, yang tak bisa kulihat. Jadi aku ingin mendengar penilaian jujurmu.”
Iblisnya sudah diusir, yang ternoda sudah dimurnikan, dan berkatnya sudah dipasang kembali. Dan ada fakta bahwa hal itu telah diabaikan karena tak ada pasien baru lagi. Berkatnya telah ternoda.
Pertanyaan sang Santa datang seperti guillotin. “Apakah ada jejak serangan dari luar?” Santa Tania membalikkan pertanyaannya. Kemungkinannya adalah bahwa kutukannya datang dari dalam.
Seperti yang telah diucapkan oleh sang Santa, tempat ini berada di dalam Kastel Axias. Dan meski begitu, berkat yang dipasang berlapis-lapis tersebut telah ternoda sedemikian cepatnya dalam waktu kurang dari satu bulan. Kastel Axias tak mungkin bisa diserang dari luar karena seorang pemberi berkat telah memberkatinya. Jadi, tinggi kemungkinan kalau kutukannya berasal dari dalam.
Kondisi berkat yang ternoda yang telah Rietta lihat cukup sesuai dengan kemungkinan itu. Sejenak Rietta tenggelam dalam kondisi panik dan kebingungan serta tak bisa berkata-kata. Ditatapnya Killian tanpa sadar. Mata merah yang membekukan itu. Dan suara yang membuatnya bergidik.
“Bunuh dia.”
Rietta ketakutan, namun dia memercayai Killian. Mulutnya tahu harus berkata apa.
“Tidak.” Rietta merasakan beban dari kata-katanya seperti yang dirasakannya beberapa waktu lalu. Dia berpikir dengan seksama. Setelah meneguhkan hatinya, dia berkata jujur, mengerti tanggungjawabnya, dan mengucapkan kata-katanya berdasarkan pada apa yang telah dia lihat.
“Saya tak bisa mengabaikan kemungkinan kalau kutukannya berasal dari dalam.”
****
Killian menoleh pada Rietta seraya mendengarkannya. Hampir pada saat bersamaan, Rietta juga menatap Killian. Sebelum Killian bisa mengucapkan apa-apa, Rietta segera menundukkan kepalanya dengan wajah menampakkan penyesalan. “Saya minta maaf, Tuanku. Saya terlalu berpuas diri.”
Alis Killian berkedut. Rietta memejamkan matanya rapat-rapat.
“Saya seharusnya sudah bisa merasakannya sejak awal dan memberitahu Anda, tapi ternyata saya tidak bisa. Ini adalah kelalaian saya, Tuan.”
Sang Duke Agung telah memintanya bergabung dengan orde kesatrianya karena membutuhkan kekuatan dari orang yang memiliki kekuatan suci. Jadi merupakan tanggungjawabnyalah untuk tidak membiarkan apa pun sampai terlewat dan melakukan tugasnya untuk melindungi secara sempurna. Itu adalah tugasnya. Itu adalah satu-satunya pekerjaan yang bisa dia lakukan. Dia tak tahu bahwa ternyata perlu berhati-hati atas penodaan, bahwa hal itu bisa menjadi masalah yang penting.
“Seperti yang kubilang sebelumnya, Rietta, ini bukan salahmu.” Santa Tania menyela Rietta dan bertanya, “Dari yang kau lihat, berkatnya sudah ternoda, betul?”
“Ya.”
“Maka hal itu takkan menjadi kondisi di mana kau bisa merasakan sesuatu yang lain.”
Rietta menggigit bagian dalam bibirnya kuat-kuat dan menundukkan kepalanya. Tak apa-apa. Meski demikian, seharusnya dia sudah merasakannya. Seharusnya dia memberitahu Killian. Bahkan meski hal itu mendatangkan kecurigaan pada seseorang di dalam kastel. Bahkan menyetujui hal itu terasa seperti kalau dirinya sedang membuat alasan atas ketidakmampuannya, namun akhirnya Rietta mengangguk dan mencicit, “Ya….”
Santa Tania mengajukan beberapa pertanyaan lagi pada Rietta tentang kondisi penodaannya lalu melirik pada Killian, yang terus membisu. Killian tetap diam saja, tapi Rietta tampak merasa amat bersalah.
“Kalau berkatnya dikotori, maka memikirkan tentang kemungkinan adanya kutukan itu sangatlah biasa. Tidak membicarakan tentang hal yang sudah jelas bukanlah kesalahannya.” Santa Tania berpaling ke arah Gedung Timur. “Ada sangat banyak alasan kenapa berkat bisa sampai ternoda, dan biasanya, penyebab dari pengotorannya tak bisa ditemukan.”
Killian sudah akan berkata, ‘Aku tidak sedang berusaha menyalahkanmu,’ namun terdiam pada kesan tersirat dari kata-kata Santa Tania. Dia mendengar apa yang disiratkan oleh Santa Tania: Santa Tania bisa menemukannya. Tapi bagaimana?
Saat ini, ketika sihir kuno sudah punah, tak ada cara untuk menemukan sumber dari kekotoran dengan cara-cara suci. Killian juga tahu seberapa sulit bagi ayahnya, Kaisar Aestenfelt Pertama, untuk menemukan asal dari sebuah kutukan, jadi dia juga sedikit mempelajari tentang kutukan. Menemukan jejak-jejak dari kutukan merupakan bagian dari sihir kuno, sesuatu yang kini sebagian besarnya telah tersembunyi. Sihir dari suatu tanah nun jauh yang dipergunakan oleh Lana juga berbeda.
Semua kutukan itu cerdas, cukup cerdas untuk menjauhkan ekor mereka dari sihir suci. Namun Killian telah melihat ekspresi Santa Tania dan secara instingtif merasa kalau Beliau bisa menemukannya dan juga berniat untuk menemukannya. Akan tetapi, dua minggu yang lalu, ketika Rietta pergi ke Gedung Timur, wanita itu berkata bahwa dirinya tak bisa menemukan sumber dari masalahnya. Dan sekarang, bagaimana dia akan melakukannya? Dua minggu telah berlalu, dan jejak-jejak berkat yang ternoda, iblisnya, dan orangnya sudah menghilang. Tempat ini sudah dimurnikan, dan berkat yang baru telah dipasang di atasnya.
Apakah Santa Tania berpikir Beliau masih bisa menemukannya dan bahwa Beliau harus menemukannya?
Killian menatap Santa Tania dari bawah alis yang dikerutkan. “Jadi, Apa usulan Anda?”
Santa Tania kelihatan seperti sedang memperhitungkan sesuatu, dan menggumam, “Apa hari ini… tanggal dua puluh tujuh? Jadi akhir bulan tidak lama lagi.”
“Lantas?”
Santa Tania memalingkan kepalanya ke arah Killian dan mengangguk.
“Mari kita kembali kemari beberapa hari lagi, karena energi jahat yang menarik para iblis berada dalam kondisi terkuat pada akhir bulan. Seharusnya indera-indera kita akan menajam pada situasi seperti itu.”