Like Wind on A Dry Branch - Chapter 36
Keesokan harinya, peti gadis itu diletakkan di dalam pemakaman Kastel Axias setelah diarak memutari Gedung Timur di belakang sang Duke Agung, yang sangat gadis itu sukai, menciumnya.
“Selamat tinggal, Anna.” Suara yang dingin dan kering memberikan salam perpisahan nan tenang.
Anna.
Malaikat dari Gedung Timur.
Beristirahat dalam kedamaian abadi di sini.
Bunga-bunga putih diletakkan di depan batu nisan. Pemakaman pun berakhir.
****
Setelah pemakaman Anna, Killian langsung memberitahu Rietta agar beristirahat dan cuti beberapa hari. Rietta sedang bersiap-siap mengikuti Killian menuju wilayah barat.
“…Maaf?”
“Kembalilah ke rumahmu dan beristirahatlah selama seminggu. Giselle dan tabib sama-sama sepakat kalau kau amat sangat membutuhkan istirahat.”
Mata Rietta melebar syok pada kata-kata Killian. “Walaupun bakat saya tak seberapa, saya bisa membantu dalam memberi berkat dan memurnikan –”
Killian mengibaskan tangan dengan sikap mengusir. “Aku tak membutuhkanmu. Upaya para pendeta itu akan memadai. Kalau sekarang kau bergabung dengan kelompok itu, Kepala Biara akan….”
Pak tua itu pasti sudah pikun. Siapa yang peduli apakah aku menikah atau tidak? Killian bergidik ketika dia teringat kembali pada ocehan yang dia dengar sepanjang hari kemarin.
“Kau tak perlu memaksakan dirimu dalam kondisimu ini, dan bantuan dari Kuil Alpheter akan segera tiba. Itu saja. Pergi dan istirahatlah.”
Bohong. Rietta tak bisa mengerti bagaimana Killian tak mau memakai dirinya ketika mereka begitu kekurangan orang yang bisa memakai kekuatan suci, bahkan jika mereka memasukkan dirinya. Sang Duke Agung pasti lelah. Beliau pasti butuh orang untuk bekerja. Aku sudah memberitahu kepada ketiga pendeta itu bahwa aku akan bergabung dengan mereka setelah pemakaman…!
Rietta buru-buru berkata, “Tapi Anda sudah setuju akan memberi saya kesempatan untuk membalas budi atas kebaikan Anda.”
“Dan kau sudah membalasnya, lebih daripada yang diharapkan darimu.”
“Belum! Saya belum mengembalikan sedikit pun pembayaran Anda…!”
Killian terbahak keras dan menundukkan kepalanya. Kemudian dia menatap jahil pada Rietta. “Masih bertahan pada ambisi itu, ya? Kusarankan agar kau menghentikan upaya semacam itu, karena jumlahnya takkan bisa kau bayar untuk seumur hidupmu.”
Rietta menjawab keras kepala, wajahnya teguh dan berani. “Saya bisa mengumpulkan uang yang cukup banyak. Saya bisa membayar hutang kepada Anda, Tuan.”
Killian memutar matanya dan menyeringai. “Rietta. Tentunya kau takkan percaya bahwa biaya hidup yang tak seberapa dan biaya rumah tinggal adalah semua kebaikanku….” Killian menyilangkan tangannya, dengan santai menumpukan berat badannya pada satu kaki seakan sedang bermain-main. “Takutnya kau tak tahu tentang hutang yang telah kulunasi sebagai pertukaran atas nyawamu ketika aku membawamu keluar dari Sevitas.”
Hutang? Rietta mengerjap dua kali. Rietta hanya tahu bahwa Killian membeli dirinya dari Frederick. Dia sempat mendengar sepintas bahwa Killian telah menghapuskan hutang Cassarius untuk itu…. Tapi ini adalah urusan keuangan di antara para bangsawan, jadi rakyat jelata tak mungkin mengetahui seberapa besar jumlahnya. Dia hanya mengira kalau harga rumahnya mungkin tidak lebih tinggi daripada harga tubuhnya. Suatu hari kelak, dia akan mendapat kesempatan untuk membayar hutang kepada Killian atas rumah dan uang untuk menetap, dan dia pikir dia akan bisa membalas kebaikan Killian karena telah menyelamatkan nyawanya dengan melakukan yang terbaik untuk membantu pria itu.
Dari apa yang Killian katakan, tampaknya harga rumahnya lebih rendah daripada harga nyawanya. Kenapa aku tak terpikirkan tentang hal itu? Sudah jelas bahwa hutang-piutang di antara para bangsawan akan lebih besar daripada apa yang bisa dibayangkan oleh rakyat jelata. Jadi, sebegitulah harga atas dirinya.
Dengan suara lirih Rietta bertanya. “Yah…. Berapa banyak hutangnya?”
Killain menjawab tanpa ragu. “Dua puluh juta emas.”
Rietta tak bisa memercayai telinganya. Dia bertanya, “Dua ribu… emas?”
Jumlah ini adalah biaya hidup setahun untuk sebuah keluarga yang terdiri dari tiga orang.
“Dua puluh juta,” Killian menyatakan apa adanya.
Darah di wajah Rietta seakan terkuras hingga berubah putih pada jumlah yang tak bisa dipercaya itu. Bukan dua ribu, bukan dua puluh ribu, melainkan dua puluh juta? Tak perduli sebagus apa bayaran untuk seorang pemberi berkat, tetap mustahil untuk memperoleh sepuluh ribu emas dalam setahun.
Dia tak bisa bernapas. Angkanya besar sekali, jauh melampaui apa yang Rietta anggap sebagai sejumlah uang. Jumlah uang terbesar yang pernah dia lihat adalah anggaran tahunan biara ketika dia membantu merapikan neracanya. Tak ada alasan baginya untuk mempertimbangkan sesuatu yang lebih besar. Dua puluh juta? Jumlah ini cukup untuk menjalankan biara itu selama beberapa ratus tahun dan masih ada sisanya. Angkanya sungguh tak bisa dipercaya, tapi sang Duke Agung bukan seseorang yang akan berbohong untuk mempermainkannya.
Aku ini bukan apa-apa melainkan uang sebesar itu? Dan bahkan tidak menerimaku sebagai selir, melainkan karena kasihan padaku?
Dia tak tahu harus berkata apa. Tanpa sadar Rietta mengepalkan tangannya di depan dada dan dengan susah payah memberi tanggapan, kelihatan seperti akan jatuh pingsan.
“Sa-saya akan rajin bekerja….”
“Tak perlu.” Killian menggelengkan kepalanya dengan acuh tak acuh. “Aku sudah lama menganggap hutang itu lunas ketika kau memberiku hadiah yang dibeli dengan biaya hidup yang kuberikan padamu.”
Bahkan meski aku mengatakan ini, dia mungkin akan menyahut dengan ‘tapi’. Namun jawaban yang datang adalah tanggapan tak disangka-sangka yang agak terlambat.
“Tapi…. Anda bahkan tak memakai hadiah itu.”
Tiba-tiba Killian menatap Rietta. Sekilas raut kecewa melintas di wajah wanita itu, dan tangan yang mengepal di depan dadanya sedikit merosot, sementara Rietta tersenyum malu.
“Ini sudah bisa diperkirakan karena benda itu adalah barang kecil yang terlalu murahan bagi selera seorang bangsawan.” Rietta merona dan tersenyum seakan apa yang dia katakan membuat dirinya lebih malu lagi.
Killian menutup mulutnya dan mengamati wajah Rietta. Killian sudah mulai mahir membaca ekspresi-ekspresi Rietta hingga taraf tertentu, jadi dia tahu kalau wajah wanita itu sedang memberitahunya bahwa Rietta sedang cukup terluka.
“… Tidak, aku memakainya, kok.” Dia berbohong bahkan sebelum menyadarinya.
“Saya belum pernah melihat Anda mengenakannya….” Rietta sedikit memiringkan kepalanya ke samping dan tersenyum.
“Tidak, aku menggunakannya dengan baik.” Killian mengernyit.
Eh? Wajah itu. Dia bahkan tidak terlalu sering tersenyum, dan sekarang dia malah tersenyum. Kenapa wajahnya tampak begitu lelah?
“Meski kau jarang menyadarinya, aku sudah sering memakainya. Sekarang benda itu ada di dalam kamarku, kulepaskan setelah aku mandi semalam.” Alasan-alasan terus mengalir keluar untuk mendukung kebohongannya. Sebelumnya seumur hidup Killian tak pernah berbohong, jadi dia merasa aneh dan bersalah.
“Baiklah kalau begitu.” Rietta tertawa seakan dia tak memercayai Killian.
Killian mengamatinya, dan tiba-tiba mengulurkan tangan, secepat kilat, dan menarik turun pinggiran topi berkabung Rietta. Topi hitam itu tertarik turun di kepala Rietta dan menutupi matanya.
“Singkirkan pemikiran-pemikiran tak berguna itu dari benakmu dan fokuslah pada mengurus makananmu serta banyak-banyak istirahat. Kau itu benar-benar memerlukan pemulihan.”
Rietta berkutat dengan topinya, tapi dia hanya menundukkan kepalanya alih-alih memperbaiki topi itu. Entah bagaimana keberaniannya sudah lenyap, dan dia berkata dari bibirnya yang sedikit terbuka, “Baik, Tuanku.”
Killian mengernyit, tampak kesal. “Bahkan tanggapanmu juga kekurangan semangat.” Dia kesal karena Rietta hanya dengan tenang menerima takdirnya untuk beristirahat setelah berjuang mati-matian demi bisa pergi bersama Killian. “Tekunlah dalam memulihkan dirimu sendiri dari kelelahanmu.” Pria itu memerintahkan dengan nada mengintimidasi. “Makan, tidur, dan beristirahatlah dengan sepenuh hati, karena aku memerintahkanmu untuk melakukannya.”
Dia berbalik untuk menghadap ke arah kediaman utama bahkan tanpa menunggu tanggapan atas perintah tegasnya, seperti biasanya.
Dia merasa aneh. Rasanya seakan seseorang sedang mempermainkannya. Rietta takkan berani, tapi ini adalah kejadian yang aneh.
****
Ketika Killian kembali ke kamarnya, Ern bertanya, kaget, “Bukankah Anda bilang Anda akan langsung pergi setelah pemakaman, Tuan? Apa Anda melupakan sesuatu?”
Hanya sejenak bagi Killian untuk mampir ke kamarnya. Killian tak menjawab dan menggeledah laci-lacinya di ruang kerja untuk mencari kotak yang Rietta berikan kepadanya. Ketika dia membuka kotak itu, kalungnya masih berada dalam kondisi sama seperti ketika Rietta memberikan benda itu kepadanya. Cincin kasar yang penuh bekas gesekan itu bersinar di ujung tali kulitnya.
Killian mengenakannya di leher dan membenarkan hal itu pada dirinya yang telah berbohong. Pemberkatan sederhana pada orang atau barang tidak bertahan terlalu lama, jadi ini sekarang mungkin hanya sebuah kalung biasa, tapi dia selalu bisa meminta Rietta memberkati benda ini lagi untuknya. Sementara secara alami menunjukkan kepada wanita itu bahwa dia memang menggunakannya….
Killian memejamkan matanya rapat-rapat. “… Dia itu jelas seorang wanita yang tidak biasa.”
Membuat seorang bangsawan seperti dirinya memberikannya dengan duduk dan mengambilnya dengan berdiri. Namun si wanita jelata itu, yang nyaris dikubur hidup-hidup dalam wilayah kekuasaan bangsawan itu, berjuang mati-matian untuk mengikuti dirinya dengan keras kepala, memintanya menerima pembayaran, memberitahunya bahwa wanita itu akan membayar hutang kepadanya. Ini sungguh hal yang lucu.
***
Killian dan para pendeta terus-terusan menempuh perjalanan bolak-balik antara wilayah barat dan Kastel Axias. Ini adalah perjalanan yang kejam, tapi baik wilayah barat di mana wabah sudah cukup menyebar, dan Gedung Timur, di mana para wanita yang terkena kekuatan iblis membutuhkan penyembuhan terus-menerus serta mengurus iblis-iblis yang berkerumun.
Killian menggabungkan delapan penampungan menjadi enam dan mendaftar jadwal cepat untuk berkeliling. Para tabib ditugaskan pada pasien-pasien yang kasusnya parah dan tak mampu bergerak, serta para anggota keluarga mereka dilatih untuk menjaga mereka kalau jumlah tabibnya tidak cukup. Para pemberi berkat yang telah direkrut dari dalam wilayah itu ditugaskan pada masing-masing klinik. Mereka bertugas memberkati para staf medis dan para anggota keluarga, meringankan sedikit beban dari para pendeta.
Iblis-iblis wabah berkerumun setelah merasakan energi dari wabah, tapi mereka tak bisa menghindari penyucian Damien karena setiap hari dia memeriksa klinik-klinik dan sekelilingnya. Iblis-iblis yang berhasil menempelkan diri mereka pada orang-orang dibasmi sebelum mereka benar-benar berhasil menancapkan akarnya. Pemurnian dan pemberkatan terus-menerus dari Colbryn dan Vetere membuat para iblis kesulitan untuk bergerak.
“Bagaimana kondisi Gedung Timur?”
“Untung saja, kondisi nona-nona itu tak ada yang memburuk, jadi mereka bisa melaluinya dengan baik. Tak ada kasus tambahan. Sepertinya ini bagus, berkat respon yang cepat.”
“Dan kasus-kasus yang dicurigai sebagai wabah yang datang akhir-akhir ini ke penampungan keempat?”
“Yang itu sudah diperkirakan sebagai sesuatu selain wabah, jadi mereka telah dikarantina secara terpisah. Kami akan mengamati mereka sampai besok, dan kami akan melepaskan mereka dari karantina serta menyuruh mereka pulang ketika sudah dipastikan kalau tak ada masalah.”
Pada akhirnya terdapat beberapa kasus terkonfirmasi dari kasus-kasus yang dicurigai itu, sehingga jumlahnya naik hingga sekitar dua ratus lima puluh orang, namun tidak sampai melebihi angka itu. Wabahnya telah terputus sepenuhnya tanpa ada tanda-tanda kebocoran, berkat para pendeta, yang menyembuhkan dan menyucikan setiap hari, serta bantuan kuat dari para tabib serta pemberi berkat yang berhasil dikorek dari setiap sudut Axias dan disuruh bekerja.
Pada hari kelima, seperti sebuah keajaiban, tak ada satu kasus baru pun yang terjadi. Seminggu kemudian, para pasien yang mulai tampak pulih sepenuhnya pun mulai bermunculan. Dan pada hari kesembilan, kabar tentang datangnya para pendeta penyembuh dari Alpheter pun tiba pada penampungan besar di wilayah barat. Ada dua belas orang pendeta penyembuh dan empat orang pendeta penyuci. Wajah ketiga pendeta yang tampak kuyu dan kelelahan pun menjadi cerah, menyatakan bahwa akhirnya mereka selamat.
****
Killian dan ketiga orang pendeta itu keluar untuk menyambut keenam belas pendeta tersebut. Seorang pendeta wanita bertubuh kurus, berumur sekitar empat puluhan dan tampaknya merupakan pimpinan kelompok itu, menemukan Killian dan menundukkan kepalanya.
“Salam kepada Anda, Duke Agung Axias. Saya Tania si Pengelana, pelayan rendah dari sang Dewa Agung, Siel.”
Ketiga pendeta, dengan mata berbinar-binar, terlonjak mendengar namanya. “… Santa Tania?”
Wanita itu bukan pendeta dari Alpheter. Santa Tania, salah seorang pendeta terhebat, merupakan pendeta penyembuh paling berpengaruh di Kekaisaran. Beliau bukan bagian dari kuil mana pun, tapi alih-alih, Beliau adalah sosok dengan kekuatan suci luar biasa besar yang berkelana di seluruh Kekaisaran untuk menyembuhkan dan menyucikan.
Beliau mengangguk tenang. “Ya. Aku juga dikenal dengan sebutan itu.”
Biasanya, kekuatan-kekuatan suci yang tertinggi menjadi dikhususkan pada entah menyembuhkan atau menyucikan, namun hal ini tak berlaku pada Santa Tania. Beliau adalah pendeta terbaik dalam menyembuhkan dan menyucikan serta merupakan seorang pendeta suci yang berpengaruh, salah satu dari sangat sedikit pendeta petarung yang mampu menghadapi iblis-iblis tingkat tinggi bahkan dengan tubuh kecilnya. Beliau memiliki kemampuan melihat seperti Rietta, tapi bukan hanya itu, Beliau memiliki tingkatan mengagumkan karena bahkan bisa melihat energi suci.
Santa Tania berkeliling di seluruh Kekaisaran dengan tekad dan energi yang tak kenal lelah, membasmi iblis dan membantu mereka yang kesakitan, seorang pahlawan wanita dengan kekuatan untuk memilih uskup. Walaupun beliau dianggap sebagai orang yang mata duitan oleh para bangsawan. Dirinya dipanggil Santa Tania oleh sebagian besar orang, dan semua pendeta serta rakyat jelata menghormatinya.
Vetere dan kedua calon pendeta menundukkan kepala mereka.
“Pendeta Vetere memberi salam kepada Santa Tania.”
“Merupakan kehormatan sangat besar bisa bertemu dengan Anda, Santa. Damien, siap melayani Anda.”
“Kami selalu mengagumi karya Anda. Colbryn, siap melayani Anda.”
Tania berjalan tanpa suara ke arah Damien dan mengibaskan tangannya ke atas bahu pemuda itu. Energi sucinya, seperti angin yang lembut, menghembus udara di atas bahu Damien.
“Wah wah, aku melihat ada iblis kecil bernyali besar.”
Damien memucat.
“Kita tak boleh lupa bahwa iblis wabah sangat ahli dalam menyembunyikan diri mereka sendiri. Perhatikan bahwa bahkan tubuh yang sudah diberkati tak pernah aman dari cengkeram iblis jahat.”
“Apakah itu adalah kekuatan terakhirnya?”
“Sepertinya begitu,” Tania menjawab kalem. “Kekuatanmu memang besar, tapi kau belum dewasa, jadi jangan lupa kalau di sini kau bekerja di area yang terjangkit wabah, dan kau harus berhati-hati terhadap kekuatan iblis. Berhati-hatilah secara khusus pada iblis-iblis yang sudah dibasmi. Kekuatan terakhir yang mereka tinggalkan untuk balas dendam tidak mudah untuk kau kenali sendiri.”
Kekuatan akhir iblis. Dengan keji meninggalkan sesosok iblis kecil, yang tak bisa dikenali ataupun disingkirkan sendiri oleh manusia, ketika mereka menghilang. Iblis kecil yang tertinggal dari kekuatan akhir ini mampu menghindari penyucian atau pemberkatan. Orang yang ditempelinya tak bisa menyingkirkannya sendiri. Kalau orang lain bisa menemukannya dengan cepat, maka iblis kecil ini bisa disucikan. Tetap saja, sulit untuk mengenali energi dari sesosok iblis kecil pada tubuh dengan kekuatan suci yang besar, sehingga seringkali terlambat untuk disadari. Kalau dalam jangka waktu itu si iblis kecil berhasil menancapkan akarnya, maka akan sulit untuk menyingkirkan berandal yang satu itu.
Kepekaan ketiga pendeta atas kekuatan suci telah dipudarkan oleh kelelahan mereka dan jadi tidak mengenalinya. Colbryn tampak kaget pada bagaimana dia tak bisa menyadari bahaya yang mengancam Damien dan menatap hampa pada yang bersangkutan.
Damien hanya tertawa dan menundukkan kepalanya untuk berterima kasih kepada Tania. “Terima kasih, Santa.”
Tania mengangguk dan menatap Killian.
“Sudah lama waktu berlalu sejak pertemuan kita yang terakhir, Yang Mulia.”
Killian mengangkat alisnya. “Apa kita pernah bertemu sebelum ini?”
“Anda mungkin tidak mengingatnya dengan jelas, karena waktu itu saya belum memiliki reputasi sebesar sekarang. Saya pernah melewatkan waktu beberapa saat di sini sebelum Anda memulihkan Kastel Axias.”
Hal itu masuk akal. Santa Tania adalah seorang wanita yang telah berkelana di seluruh Kekaisaran selama dua puluh tahun terakhir ini, jadi Killian berpikir bahwa wanita itu bisa saja pernah datang juga ke Axias. Dan kalau waktu itu adalah ketika Axias bahkan belum menjadi kota, maka mungkin tempat itu masih menjadi tempat buangan di mana sang Santa bahkan lebih dibutuhkan.
“Bagaimana Anda bisa tahu untuk datang kemari? Anda bahkan bukan berasal dari Kuil Alpheter.”
“Sebelumnya saya sedang beristirahat di Alpheter tapi tak lama kemudian…. Saya mendengar bahwa Axias sangat membutuhkan penyembuh, dan juga kesediaan Anda untuk membayar mahal. Apakah kedatangan saya ini adalah kesalahan?”
Jadi desas-desus bahwa Santa Tania adalah orang yang mata duitan tidak salah. Membantu mereka yang berkesusahan bukankah sesuatu yang bisa dibantu dengan sekedar kekuatan suci. Tania adalah seseorang yang tahu dengan sangat baik seberapa penting dan seberapa dibutuhkannya uang itu.
“Tidak ada kesalahan.”
Dan untung saja, Santa Tania adalah sosok yang begitu hebat sampai-sampai muslihat sang Permaisuri takkan mampu melibatkan dirinya. Sang Santa adalah seseorang yang Axias sangat gembira bisa melihatnya, ini bisa disebut sebagai keberuntungan yang luar biasa.
Killian menyeringai dan terkekeh.
“Selamat datang di Axias.”