Like Wind on A Dry Branch - Chapter 35
Keesokan sorenya. Para calon pendeta kembali ke Gedung Timur setelah seharian berkeliling, mengikuti Killian, yang bekerja untuk menyelesaikan masalah wilayah barat. Killian tidak bersama mereka karena dia sibuk mengurus masalah wabah dan semua pekerjaan yang mengikutinya, namun dia telah memberitahu Giselle untuk memastikan Rietta tidak masuk ke Gedung Timur.
Untung saja, Rietta tidak memprotes.
Para wanita di Gedung Timur, keluarga Anna, menyaksikannya. Jenazah gadis itu, dipakaikan dengan pakaian bersih, dibawa keluar dengan menggunakan usungan. Gadis kecil itu dibungkus oleh kain putih. Kain ini bukan kafan, namun para wanita dari Gedung Timur telah memutuskan untuk mengubur Anna dengan mengenakan gaun kuning cerah yang telah mereka pilih dan pakaikan kepadanya. Lepuh dan bintik-bintik menodai wajahnya, namun Anna tampak sangat serupa dengan dirinya sendiri, membuat hampir tak bisa dipercaya kalau dia telah meninggal dua hari yang lalu. Anna tampak seperti bisa melompat bangkit kapan saja. Wajahnya begitu tenang sehingga mereka merasa bersyukur di tengah kedukaan.
Setelah memasang perlindungan terhadap wabah dengan pemurnian dan pemberkatan, semua wanita Gedung Timur melangkah maju ke tempat Anna dibaringkan satu demi satu, membungkuk dan membisikkan perpisahan mereka ke telinganya. Kemudian, mereka semua mencium pipinya. Mereka adalah para kesatria wanita pemberani yang telah mempersiapkan diri dalam waktu satu hari yang diberikan kepada mereka, namun sebagian besar dari mereka menangis ketika berkata ‘Selamat tinggal, Anna’.
Setelah orang-orang yang dicintainya mengucapkan perpisahan, selama waktu dua puluh empat jam sebelumnya, ketika pengurus pemakaman mempersiapkan jenazah Anna dan ritual-ritual pemakaman, Rietta tetap tinggal di sisi gadis dua belas tahun itu. Sesekali, seberkas cahaya putih yang memurnikan jenazah Anna memancar dari tangannya.
Ketika Rietta ditinggal seorang diri di dalam kamar bersama Anna setelah bahkan pengurus pemakaman sudah pergi, dia duduk di sana sambil memandangi Anna, berusaha mempertahankan setiap keping ingatannya. Wajah Anna selalu begitu damai.
“Pemberi Berkat Tristi.”
Anna suka memanggil Rietta dengan sebutan itu alih-alih namanya. Gadis kecil itu tampak seperti akan membuka matanya kapan saja dan memanggilnya lagi.
“Kalau aku tidak menjadi istri Tuan…. Aku ingin bisa menjadi pemberi berkat sepertimu.”
Anna yang bodoh. Memangnya menjadi pemberi berkat adalah sesuatu yang bisa dibanggakan. Hanya memberkati dan memurnikan…. Kemampuanku tak seberapa ketika aku bahkan tak bisa menyembuhkan atau menyucikan.
“Masa depan akan tiba bahkan meski kau tidak mengejarnya. Daripada itu, aku cemas kalau kau takkan bisa sepenuhnya menikmati keindahan saat ini karena kau sangat terfokus pada masa depan.”
Masa depan….
“Tahun depan kau akan menjadi lebih dewasa dan lebih cantik, dan lebih cantik lagi pada tahun selanjutnya. Dalam waktu singkat kau akan menjadi seorang nona yang memesona. Aku juga menantikan datangnya hari itu.”
Masa depan itu takkan datang. Selamanya Anna akan tetap berusia dua belas tahun. Bagaimana bisa aku mengucapkan hal-hal semacam itu dengan begitu gegabah?
“Apa aku akan bisa hidup?”
Rietta tak bisa menyingkirkan ingatannya tentang senyum kekanakan di wabah Anna, senyum yang telah menghibur Rietta. Rasanya seakan dia sudah melihat masa depannya. Maafkan aku telah berbohong. Tak ada yang bisa kulakukan. Aku tak berguna. Orang yang tak bisa menyelamatkan siapa pun.
Dengan penuh duka Rietta mengulurkan sebelah tangan. Jemarinya yang diperban membelai pipi putih Anna yang matanya terpejam. Aliran air mata panas menggenang ketika merasakan kulit dingin Anna, kehangatannya sudah lama memudar.
“Karena Rietta ada di sini…. Sekarang sudah tak apa-apa….”
Maafkan aku. Aku tak bisa melindungimu.
Satu-satunya wanita yang belum mengucapkan salam perpisahan terakhirnya berjuang untuk bicara. “Beristirahatlah dengan tenang… di suatu tempat tanpa iblis, tanpa rasa sakit….” Rietta menekankan bibirnya pada dahi Anna. “Selamat tinggal, Anna.”
Sapu tangan di tangan kirinya yang disulam dengan kata-kata cakar ayam ‘Pemberi Berkat Tristi’…. Bahkan tak mampu menyeka air matanya dengan benda itu, Rietta menangis pada pergelangan tangannya yang dingin.
Gadis kecil yang telah masuk ke dalam tidur abadi, dengan wajah penuh kedamaian yang akan dimilikinya selamanya, membeku pada usia dua belas, dengan tenang tenggelam dalam kegelapan.
****
Upacara pemakaman selama tiga hari merupakan kebiasaan di musim panas. Di siang hari setelah meletakkan jenazah ke dalam peti, Killian dan ketiga pendeta merawat para pasien di Gedung Timur lalu memutuskan untuk pergi ke wilayah barat.
Rietta menundukkan kepalanya ke arah para pendeta untuk minta maaf karena tak bergabung dengan mereka pada inspeksi mereka ke wilayah itu. Dia harus tinggal di sisi jenazah Anna untuk memurnikannya. Para pendeta meyakinkan dirinya bahwa hal itu tak menjadi masalah, dia tak perlu cemas.
Memberi berkat dan pemurnian adalah hal-hal yang sepenuhnya mampu mereka lakukan sendiri sejak awal. Tak ada seorang pun yang akan memprotes tentang Rietta yang menjaga pemakaman, dan tak perlu bagi Rietta untuk ikut melakukan inspeksi ketika dirinya tak mampu menyucikan atau menyembuhkan. Bahkan meski mereka berkata bahwa sudah lebih dari cukup bagi Rietta untuk memberkati dan memurnikan Gedung Timur dan Kastel Axias, Rietta berkata bahwa mulai besok dia pasti akan bergabung dengan mereka pada inspeksi mereka, setelah pemakaman Anna. Dia meminta maaf berulang kali.
Para calon pendeta menyukai pemberi berkat yang cantik dan kuat ini.
Damien, sang calon pendeta penyuci, bertanya pada Rietta, “Iblis-iblis wabah yang baru lahir itu kuat dan rumit, bagaimana Anda bisa menyucikannya?”
Rietta tak bisa mengatakan apa-apa selain dari bagaimana dia hanya memurnikan karena itulah yang sebenarnya.
Colbryn, si calon pendeta penyembuh, juga tertarik pada energi pemurnian Rietta yang murni dan kuat yang menyebar ke seluruh Gedung Timur dan bertanya kepadanya, “Nona Rietta, pemurnian Anda sungguh luar biasa. Saya kira itu adalah jejak-jejak penyucian. Apakah Anda telah membuat tempat suci?”
“Bukan, itu cuma pemurnian…. Dewa menjawab dalam keputusasaan saya. Saya rasa saya cuma beruntung.”
Kedua pemuda itu berpikir kalau Rietta merendah.
Kepala Biara Vetere menatap Rietta dengan pandangan berbeda. Beliau tahu bagaimana Killian bersikap lembut kepada orang-orang yang lemah, dan beliau tahu jelas bagaimana Killian sangat peduli pada orang-orangnya.
Vetere melirihkan suaranya dan berbisik kepada Killian setelah Rietta pergi. “Anda harus membuat dia tinggal di Gedung Timur.”
“Tentu.”
“Dia itu benar-benar bakat yang langka.”
“Kubilang aku tahu.”
Killian, ketiga pendeta, dan tim medis naik ke atas punggung kuda dan kereta, semua diberkati untuk mendapat perlindungan, lalu berangkat menuju area-area yang diisolasi dengan tangan penuh dengan perbekalan.
***
Kedua calon pendeta, yang tidak lagi harus menyelinap, dengan mahir menunggangi kuda-kuda mereka menuju wilayah barat dan menunjukkan tempat isolasi pertama kepada kelompok itu, di mana mereka telah mengumpulkan orang-orang sakit dari wilayah barat. Orang-orang menghampiri seraya tersenyum, sudah mengenali kedua calon pendeta muda yang menunggangi kuda mereka, memimpin kereta berisi tenaga medis dan pekerja.
“Tuan-tuan pendeta, kalian sudah kembali!”
“Oh, tolong panggil kami dengan nama saja.”
Damien turun dari kudanya begitu mereka tiba dan mulai memberi berkat pada orang-orang yang keluar untuk menyambut mereka. Dia meletakkan tangan pada bahu, kepala, dan leher mereka satu demi satu, merasakan denyut energi iblis wabah dan mengeluarkan kekuatan suci pada serangan si iblis ketika dia merasakannya. Dia tak memiliki mata dewa seperti Rietta, namun Damien sensitif pada energi spiritual. Dia sangat berbakat dalam mengenali energi iblis dan dipandang tinggi atas fakta itu.
Iblis-iblis tingkat rendah tak mampu menyakiti orang secara langsung, tapi iblis tingkat menengah dan lebih tinggi, mereka yang menyerang dan berbahaya, bisa dilihat tanpa mata dewa. Para iblis melatih kemampuan untuk bersembunyi karena mewujud secara fisik sejak awal menciderai kekuatan mereka. Tetap saja, mereka harus menempelkan diri mereka pada inang-inang mereka untuk mencelakai manusia, dan energi iblis semacam itu sangat kacau sehingga mudah untuk dikenali. Tidak menjadi masalah jika tidak memiliki mata dewa.
“Bagaimana kondisi istrimu?”
“Dia sudah lebih baik, ya, ya. Sekarang dia sudah bisa berdiri sendiri! Perawatan Anda telah membantunya dengan sangat baik.”
“Bagus sekali! Sekarang sudah ada satu kelompok di sini untuk merawat semua orang, jadi kalian semua akan bisa bernapas dengan lebih baik.”
“Terima kasih. Benar-benar terima kasih.”
Begitu Colbryn turun dari kudanya, dia berjalan menuju area di mana para pasien tinggal dan mulai merawat mereka yang mengalami demam tinggi atau gejala-gejala yang berat. Killian membantu Kepala Biara Vetere turun dari kereta dan Beliau pun bergabung dengan Colbryn untuk menyembuhkan pasien. Vetere kesulitan berjalan, jadi para pasien yang lebih bisa bergerak menghampiri Beliau untuk dirawat, dan Colbryn berkeliling untuk merawat para pasien yang dibuat tak bisa bergerak oleh gejala-gejala parah mereka.
Tim medis yang sebelumnya telah diberkati oleh para pendeta keluar dari kereta dan dengan cepat menyebar sesuai dengan saran para pendeta untuk merawat pasien. Para pekerja dan pesuruh mulai membagi-bagikan persediaan dan mulai membawa barang-barang itu ke tempat yang membutuhkannya.
Killian mencatat persediaan apa yang tidak cukup, tempat mana yang membutuhkan lebih banyak orang, dan kerusakan akibat situasinya sementara mereka semua sedang merawat pasien dan bekerja. Dia menyembunyikan identitasnya dari orang-orang supaya tidak mengagetkan mereka yang berada di tempat penampungan itu dan berpura-pura menjadi semacam pejabat tingkat tinggi. Dirinya adalah seorang penguasa pendiam yang bahkan tidak mengadakan perayaan kemenangan, jadi orang-orang di luar kastel tak bisa mengenali dirinya. Beberapa orang menatap ganjil padanya, memiringkan kepala mereka karena mengenali, tapi tak ada seorang pun yang menanyakan tentang hal itu karena mereka berpikir bahwa mustahil kalau dia ada di sini.
Killian sengaja berbuat demikian supaya dia bisa bicara para orang-orang yang menjalankan tempat-tempat penampungan orang sakit, dan dia memeriksa tempat-tempat penampungan itu dengan wajah datar. Ada sekitar empat puluh pasien yang terkena wabah. Jumlahnya menjadi sekitar enam puluh jika mereka memasukkan orang-orang yang dicurigai terkena wabah. Dan sekitar lima puluh orang lagi anggota keluarga yang merawat mereka, mengurus persediaan, dan memasak makanan. Butuh waktu yang lumayan sampai mereka semua bisa disembuhkan, dimurnikan, dan diberkati.
Ada delapan klinik sementara seperti tempat ini. Yang ini adalah klinik besar jika dibandingkan dengan yang lainnya.
“Kita harus bergegas kalau ingin memeriksa setiap tempat penampungan dalam sehari ini. Dengan kecepatan ini, kita takkan bisa mencapai setengahnya.”
Damien mendongak dan menatap kaget pada Killian. “Anda berniat mengunjungi semua tempat penampungan hari ini, Tuanku?”
Killian mengangkat sebelah alisnya. “Kenapa tidak?”
Damien dan Colbryn merasa gentar pada jawaban terang-terangannya.
“Ta-tapi ini jelas adalah tugas yang mustahil…. Beberapa letaknya cukup jauh. Akan butuh tiga…. Atau dua hari, setidaknya….”
Killian berpaling dari mereka ketika orang yang bertugas mengurus klinik itu membawakan dokumen entah apa kepadanya. Dia menjawab sambil matanya memindai dokumen itu. “Waktu paling cepat yang bisa kita harapkan untuk kedatangan para pendeta kuil adalah satu minggu, di mana wabahnya akan mulai mencabut banyak nyawa dan karenanya menarik kegilaan para iblis. Wabah ini bisa ditangani atau tidak akan ditentukan oleh jumlah kasus yang kita punya pada saat itu.”
Ada bayang-bayang rasa syok melintas di wajah kedua calon pendeta itu. Dalam waktu tujuh hari mereka akan mulai melihat kematian. Itu adalah masa depan yang ada persis di hadapan mereka, tapi hal itu rasanya tidak nyata.
Dengan cepat Killian memeriksa kertas-kertasnya dan mendongak menatap mereka. “Untuk saat ini, upaya gagah berani kalian telah memberi kita harapan. Aku tahu kalau ini adalah hal yang melelahkan, tapi satu minggu terakhir jerih payah kalian akan penting dalam menyelamatkan rakyatku.”
Hampir dua ratus pasien. Delapan klinik. Dengan mengesampingkan para tenaga medis, pendeta yang ada hanyalah mereka bertiga. Tak diragukan lagi mereka adalah pertahanan yang bagus, tapi ini adalah kenyataan. Jiwa kesatria para calon pendeta muda ini dibangkitkan oleh kekacauan dari orang-orang yang ketakutan, dan hanya dengan bisa melihat dan merawat para pasien yang ada di hadapan mereka telah membuat mereka merasa bangga. Sebuah ekspresi penuh tekad yang baru pun muncul di wajah para pemuda itu berkat analisis dingin Killian.
“Baik, Yang Mulia!”
Tim pembantu juga bekerja keras, berkat bayaran tinggi yang telah mereka terima di muka. Ditambah lagi, Yang Mulia Duke Agung, yang kebetulan adalah penolong mereka, sedang berdiri di sana sambil mengawasi setiap gerakan mereka.
Semua orang di wilayah itu bersikap ramah kepada para pendeta muda yang telah menyelinap masuk demi mereka dan bekerja dengan begitu penuh dedikasi. Orang-orang kota, yang mengikuti perintah mereka dan mengumpulkan pasien untuk merawatnya, tentu saja mulai membantu kelompok penolong. Jumlah mereka tidak cukup, tapi semua orang bekerjasama. Para pendeta juga melakukan yang terbaik, dan semuanya diselesaikan dengan cepat.
****
Tapi tak peduli seberapa pun mereka bertekad dan berjiwa kesatria, ketiga orang itu hanyalah para pendeta biasa. Tak mungkin mereka mampu mengikuti stamina Killian yang seperti monster, stamina yang bahkan membuat para kesatria terlatih jatuh pingsan.
Keinginan membuta Killian untuk melakukan perjalanan ke seluruh wilayah barat menghasilkan jadwal yang brutal, dan saat ini adalah pertengahan musim panas. Di antara mereka, para para calon pendeta dan pesuruh yang sehat, yang mengerjakan tugas sehari-hari mereka, menggertakkan gigi untuk tetap bertahan. Namun Vetere mengabaikan apa yang akan dipikirkan oleh orang-orang tentang dirinya serta bagaimana sosok yang seharusnya Beliau tunjukkan sebagai seorang kepala biara yang terhormat dan menjatuhkan dirinya sendiri ke tanah. Mereka sedang berada di tengah-tengah jalan sempit yang tak bisa dilalui oleh kereta pada perjalanan mereka menuju klinik kelima. Matahari menyorot panas di atas kepala mereka.
“Cabut saja nyawa yang sudah lapuk ini, Tuanku.”
“Bicara yang masuk akal.”
“Tak ada yang masuk akal pada upaya sia-sia untuk mengunjungi semua penampungan ini dalam waktu satu hari! Kami ini hanya bertiga! Saya nggak mau! Pokoknya nggak mau lagi!”
Killian menatap diam pada pria tua berumur delapan puluh tahun ini, kumisnya putih karena usia, menggeletak di tanah dan merajuk berguling-guling. Pada satu ketika, Beliau tampak seperti dewa. Tapi sekarang, Beliau merengek seperti anak kecil.
Akan bagus kalau seseorang bisa menggendong dia di punggungnya.
Semua orang lainnya sedang menggotong perbekalan, jadi mereka tak punya ruang lagi untuk membantu Beliau. Vetere tak harus membawa apa-apa, tapi menyandarkan tubuhnya pada sebatang tongkat merupakan hal sulit bagi Beliau dengan kakinya yang kurang leluasa.
“Kalau ini adalah jadwal Anda untuk kami, saya akan minta bantuan Nyonya Tristi.”
“Kulihat sekarang karena Anda telah melewati usia prima, Anda jadi suka melebih-lebihkan hal sepele.”
Vetere membalas komentar sinis itu. “Seorang pendeta yang telah melewati usia primanya tidak menjadi masalah, dibandingkan dengan kekurangan Anda sendiri.”
“Apa kekuranganku?”
“Kenapa belum menikah, Tuan? Stamina Anda sudah menurun, Tuan?”
Serangan Beliau membelok. Wajah para calon pendeta memucat pada komentar sinting sang kepala biara yang seenaknya itu. Namun Vetere terus mendesak. “Pantas saja Nyonya Tristi harus pindah ke Gedung Timur….”
Sudah cukup. Dia sudah diberi waktu tenggat dan kau tahu ini. Kalau dia ingin datang setelah bulan ini lewat, saat itu aku akan menerima dia.”
“Tapi kenapa dibutuhkan persiapan selama itu hanya untuk menerima seorang selir? Takutnya kejantanan Anda sudah mengerut -.“
Akhirnya Killian meledak. “Sudah cukup belum?!”
****
Inspeksi pada wilayah dan tempat-tempat penampungan dimulai saat fajar dan berakhir saat senja.
Vetere tak punya tenaga untuk memasuki kereta, apalagi pulang ke rumah, jadi Beliau pun jatuh pingsan di tengah tempat penampungan yang terakhir. Kedua pemuda itu berkata bahwa mereka akan beristirahat di sana karena mereka toh harus kembali keesokan harinya dan langsung tertidur nyenyak seakan mereka sendiri juga sakit. Mereka bahkan tak mengantar kepergian Killian.
Pada akhirnya, Killian menunggangi kudanya seorang diri ke arah Kastel Axias, berpikir bahwa mereka jelas sangat terlalu lemah. Sedihnya bagi para pendeta itu, dia memutuskan sama sekali takkan membawa serta Rietta setelah meledak frustrasi gara-gara Vetere yang terus bersikeras supaya Killian membawa serta Rietta.
Setelah melakukan perjalanan selama satu hari, dia menemukan cara bagaimana bisa pergi ke semua tempat. Mereka akan menyewa para pemberi berkat di wilayah itu, jadi tak ada alasan kenapa ketiga pendeta tersebut tak bisa melakukan pekerjaannya. Sekarang karena dia sudah menemukan tempat yang tepat untuk tim medis dan persediaan, seharusnya dia bisa pergi berkeliling ke kedelapan klinik dalam waktu satu hari, mengurus semuanya dengan sempurna.
Kalau Vetere mengetahuinya, Beliau pasti akan sudah mengentakkan kaki dan menuntut agar Killian membunuhnya saja. Vetere telah dipaksa sampai batas kemampuannya, dan telah menanyakan soal Rietta lagi dan lagi, tapi hal itu malah menjadi senjata makan tuan dan membuat Killian menjadi kejam. Perjalanan yang berat, kelebihan kerja, frustrasi, dan temperamen buruk terus berputar-putar dan sedikit memengaruhi bahkan orang seperti dirinya.
Dia juga ingin Rietta beristirahat. Wanita itu terus-terusan bertindak gegabah, jadi membuat Rietta berada di sisinya malah membuat Killian semakin mencemaskannya. Ada tiga orang pendeta yang benar-benar mampu dengan banyak kekuatan suci. Kemampuan Damien dalam menyucikan dan bakatnya untuk menemukan iblis cukup hebat, jadi bakat Rietta dalam melihat iblis tidak terlalu diperlukan. Pemberkatan yang dibutuhkan bagi orang-orang akan ditempatkan di wilayah barat bisa dilakukan oleh para pemberi berkat lainnya, bukan cuma Rietta. Vetere yang setia, yang sangat mencemaskan soal kehidupan percintaan sang Duke Agung, akan dibuat kecewa, tapi hal itu bukan sesuatu yang Killian pedulikan.