Like Wind on A Dry Branch - Chapter 37
Kekuatan iblis. Kekuatan dari mewujud sembari mengabaikan pemberkatan ataupun pemurnian.
Sesuai dengan jenis iblisnya, masing-masing dari mereka memiliki kekuatan berbeda. Tapi satu hal yang sama adalah kekuatan jahat yang mereka miliki yang mewujud dari amarah yang mereka rasakan karena dihancurkan atau dikirim kembali ke neraka. Semakin rentan orangnya, semakin mudah mereka menjadi target dari kekuatan akhir. Tetap saja, ada kesempatan ketika kekuatan ini menyasar para pendeta yang kuat, mengabaikan bahwa mereka memiliki kekuatan suci.
Persepsi orang-orang akan kekuatan pertama iblis wabah dan bagaimana kekuatan ini pasti menyebabkan wabah begitu mereka terlahir setelah memangsa kematian begitu kuat sehingga orang-orang cenderung tidak hati-hati pada kekuatan akhir mereka. Namun kekuatan ini bukanlah sesuatu yang bisa diabaikan.
Sebagai pendeta penyuci, Damien terpapar bahaya lebih besar ketimbang Colbryn, yang adalah pendeta penyembuh. Wajah Colbryn menggelap. Dia beranggapan bahwa tak mampu mengenali iblis yang menempel pada Damien merupakan kesalahannya.
Damien hanya berbisik penuh semangat. “Kau lihat tidak? Penyucian Santa Tania, wuaah.”
Colbryn menatapnya dan mendesah. Dia memberengut dan menggumam, “Maaf.”
“Buat apa?”
“Sesuatu yang mengerikan bisa saja terjadi.”
Damien menatap kebingungan padanya dan mengangkat bahu. “Ini tak sepertimu yang biasa. Tak usah mencemaskannya, bajingan.”
Pletak!
“Adaw!”
Vetere memukul kepala pendeta muda bermulut kotor itu dari belakang dengan tongkatnya. Damien menggosok kepalanya yang berdenyut-denyut dengan air mata bercucuran dan mengkoreksi dirinya sendiri. “Tak usah cemas, Saudara Colbryn…. Aku baik-baik saja, kan?”
Wajah cemas Colbryn tak menghilang juga. Ketika Damien melihat wajah Colbryn yang tak berubah, dia mengalungkan sebelah lengan pada bahu Colbryn dan berbisik riang, “Berkatmu, aku jadi disucikan oleh Santa Tania sendiri. Hei, jujur saja deh. Kau iri, kan?”
“Dasar kau itu berandal yang akan kembali untuk menyombong soal bagaimana kau membuat Laudamus marah lebih dulu.” Colbryn menggumamkannya dengan lirih, tapi dia curiga suaranya tidak cukup lirih untuk tidak didengar oleh Vetere. Akan tetapi, tongkat keadilannya tidak melayang datang.
Damien cengar-cengir sejenak, tapi segera wajahnya menjadi serius dan tampak penuh kasih ketika dia mengangkat tangannya. “Itu sudah kelewatan, Saudara Colbryn.”
Vetere tidak mengangkat tongkatnya dan alih-alih memberikan perkataan hangat. “Memang sulit untuk mengenali iblis yang baru lahir yang telah menempelkan diri mereka sendiri dengan kekuatan akhir mereka. Untung saja, tidak benar-benar terjadi sesuatu, jadi anggap ini sebagai pengalaman bagus.”
Pada akhirnya Colbryn mengangguk dan kembali santai. Untuk kali ini, dia tak menepis lengan Damien dari bahunya. Tampaknya dia cukup cemas akan hal ini.
Damien menepuk bahunya dan tertawa, “Jangan bertingkah sepenakut itu. Aku tahu kalau indera-inderamu sudah tumpul gara-gara memeras kekuatanmu sampai kering. Pada akhirnya kan tak terjadi apa-apa. Jadi, apa sekarang kita bisa istirahat?”
Vetere berbisik keras-keras seakan dia ingin kata-katanya didengar seseorang. “Andai saja Nona Rietta ada di sini, Beliau akan menyadarinya dengan cepat….”
Dengan panik Damien melirihkan suaranya. “Jangan, Bapa Kepala Biara. Yang Mulia punya sedikit sifat kejam pada dirinya.”
Mereka mendongak menatap Santa Tania dan Killian yang berjalan di depan mereka, sedang bicara.
“Saya merasa cemas karena saya dengar sudah lewat dua minggu sejak wabahnya menyebar. Tapi ternyata kondisinya lebih baik daripada yang saya kira. Wabahnya belum menyebar, dan alih-alih, malah sudah hampir selesai, dan cukup sedikit pemurnian yang perlu diberikan…. Hampir tak bisa saya percaya bahwa semua ini dilakukan hanya oleh tiga orang.” Santa Tania mengedarkan pandangannya pada energi yang menyebar di seluruh penampungan besar itu lalu kembali menatap Killian dan ketiga pendeta. “Tampaknya Anda telah membuat para pendeta ini bekerja habis-habisan.”
Ketiga pendeta itu menampakkan raut pilu pada kata-kata Santa Tania.
“Yang Mulia bahkan bukan manusia.”
Killian terkekeh pada keluhan Vetere. “Saya tak punya apa-apa selain uang, jadi setidaknya saya akan membayar mahal pada mereka dengan itu.”
Wajah kurus Tania seketika menjadi cerah, dan dia tersenyum cemerlang. “Tak masalah kalau begitu. Jadi kita bisa pergi sekarang?”
****
Killian pergi bersama mereka menuju ruang rapat sementara di bagian belakang klinik. Para pendeta dari Alpheter melihat ke sekeliling penampungan itu yang penuh dengan energi suci yang murni, dan dibuat terkagum-kagum.
“Baik iblis wabah maupun wabahnya takkan bisa aktif dalam lingkungan seperti di sini. Ini benar-benar menakjubkan.”
Colbryn dan Damien menatap bengong ke sekitar mereka, berharap bisa merasakan juga sesuatu seperti itu, namun mereka segera menyerah, dengan wajah berubah jadi hampa. Indera ketiga pendeta itu telah menjadi tumpul gara-gara kelelahan, dan mereka tak tahu betapa luar biasanya hal itu karena mereka hanya bekerja seperti robot. Vetere bergidik pada apa yang telah terjadi alih-alih merasa bangga.
Killian membentangkan peta wilayah barat dan mulai menjelaskan situasi dari keenam penampungan dan apa yang harus mereka lakukan untuk membantu. Tania dan Killian dengan ringkas mendiskusikan ide-ide mereka, mengirim dua orang pendeta penyembuh ke masing-masing penampungan untuk mengawasi tempat itu, lalu memerintahkan para pendeta penyuci agar pergi berpasangan dan berkeliling ke tiga penampungan dalam sehari. Akhirnya, Vetere, Damien, dan Colbryn bisa bernapas lega. Mereka hanya perlu mengeluarkan tenaga untuk hari ini, mengantar para pendeta baru ke masing-masing klinik.
Namun mereka bertiga langsung memucat ketika Killian memerintahkan mereka agar mengunjungi keenam penampungan, semuanya, setiap hari karena mereka tahu situasi dan masing-masing pasiennya. Killian memiringkan kepalanya dengan rasa bingung sungguhan pada ketiga pendeta yang mulutnya menganga lebar.
“Aku tak mengerti kenapa sekaget itu padahal kalian hanya diminta berkeliling sementara yang lainnya mengurus penampungan.”
Pada akhirnya, Vetere mengajukan kesepakatan dan mereka pun berkompromi. Mereka akan mengunjungi keenam penampungan hari ini, tapi mereka akan membutuhkan waktu dua hari, dihitung tiga hari mulai besok.
****
“Ini adalah satu-satunya tempat yang telah kami lihat, tapi wabahnya telah ditangani dengan cukup baik. Kita seharusnya akan bisa menangani wabahnya tanpa mengalami terlalu banyak kesulitan. Tapi gelombang iblis wabah yang menyerbu masuk akan jadi besar kalau wabahnya menyebar seluas ini, jadi kita tak boleh menurunkan kewaspadaan hanya karena wabahnya tampak mulai mereda.” Santa Tania berpaling pada para pendeta. “Para iblis wabah takkan menyerah, tapi kita bisa menyucikannya jika mereka ditemukan sebelum mereka menancapkan akar dalam tubuh inangnya. Kalian harus rajin-rajin memperbarui pemberkatan kalian sendiri untuk menjauhkan penyakit, karena berkat kalian sendiri perlahan akan memudar ketika kalian terus tinggal di sini.”
“Bahkan meski dibilang merupakan wabah tanpa iblis, kalau para pasiennya memiliki kondisi buruk atau jika mereka masih kecil, mereka takkan mampu mengatasinya dengan mudah, jadi para pendeta penyembuh pada masing-masing klinik harus fokus pada pasien-pasien itu. Berhati-hatilah pada kekuatan iblis ketika menyucikan atau ketika bersama dengan pasien yang sakit parah.”
Para pendeta mengangguk dan mulai saling memberkati. Tania melambaikan ringan tangannya ke udara, dan energi suci pun menyebar keluar. Para pendeta menatap terkagum-kagum pada kekuatan suci itu.
Sang Santa punya satu nasihat terakhir. “Bulan depan ini ketika wabahnya mulai memudar akan jadi sangat penting. Inilah saat ketika kita harus membasmi wabahnya hingga ke akar.”
Killian berpikir bahwa Tania telah bicara berputar-putar panjang lebar untuk memberitahu mereka agar melakukan yang terbaik dalam pemberkatan, pemurnian, penyucian, dan penyembuhan mereka.
Dengan tenang Killian membaca-baca dokumen di tangannya. Dokumen-dokumen itu adalah daftar persediaan yang dibutuhkan dari masing-masing penampungan, dokumen-dokumen yang mencatat tentang bagaimana masing-masing penampungan itu menggunakan uang bantuan, opini-opini tertulis dari para tabib yang melaporkan tentang status para pasien, dan selembar kertas berisi biaya perjalanan yang diminta oleh para pendeta dari Alpheter, bersama dengan kontrak yang menegaskan tagihan jasa Santa Tania.
Memang, biaya jasa Tania teramat menakutkan sehigga bahkan para bangsawan juga akan dibuat syok. Biaya jasa Santa Tania dua puluh kali lipat lebih tinggi daripada total biaya yang diminta oleh kelima belas orang pendeta digabung jadi satu, hanya untuk satu orang.
Tapi skala bayaran seorang pendeta memang tidak mengejutkan.
Killian, yang tak punya apa-apa selain uang, menandatangani kertas-kertas itu tanpa terlalu banyak perubahan pada ekspresinya.
Para pendeta menyebar ke seluruh penampungan. Di sini adalah penampungan terbesar, tapi semuanya berhasil diurus dalam sekejap karena sekarang mereka punya banyak pendeta. Ketiga pendeta dari Axias tampak nyaris menangis.
Tanpa bersuara Tania mengamati pria yang kekuatannya seperti manusia super itu, sedemikian kuatnya sampai-sampai wajah tajam pria itu bahkan tak menunjukkan betapa lelah dirinya. Sudah barang tentu, pria itu telah menjalani jadwal yang bahkan lebih mengerikan daripada para pendeta yang sudah setengah mati itu. Tania telah berkelana ke seluruh benua selama dua puluh tahun tapi dia belum pernah bertemu dengan penguasa yang sedemikian intens, juga wilayah yang telah mengendalikan wabah dengan sesempurna ini.
Mata merah nan tenang di bawah rambut sehitam gagak. Tania memikirkan kembali tentang bagaimana dirinya melihat Killian sepuluh tahun yang lalu.
Sebelum mantan pangeran yang kenamaan itu menjadi Duke Agung Axias. Sama seperti bagaimana Peziarah Tania mulai dipanggil Santa Tania, Tania telah mengunjungi Axias.
Mantan pangeran yang masih muda yang diusir dari keluarga kekaisaran itu sedang berdiri di atas mayat seorang musuh, berlumuran darah para penjarah. Orang gila nan kejam yang akan menebas saudara-saudaranya sendiri. Nama kejam dan semena-menanya tidak berubah, dan pria itu memiliki mata kering yang sama, namun kini sepasang mata itu tampak sepuluh tahun lebih mendalam.
Santa Tania mengetahui beberapa rahasia tentang Keluarga Lillefeiam kekaisaran, rahasia yang tidak diketahui oleh rakyat jelata, termasuk mengapa sang Kaisar tak bisa meninggalkan istana sejak lama. Di antara rahasia-rahasia itu, Beliau mengetahui kebenaran tentang bagaimana Ratu Ariadne telah menjadi mayat hidup ketika ‘insiden itu’ terjadi tiga belas tahun yang lalu. Itu adalah topik yang sangat rahasia, hanya diketahui oleh beberapa orang pendeta yang mengawasi pencarian di kastel, serta beberapa orang bangsawan, yang memiliki hubungan darah dengan keluarga kekaisaran.
Namun seperti yang lainnya, Tania tak mungkin mengetahui apa persisnya yang telah terjadi pada waktu itu, juga mengapa Killian tetap menutup mulutnya hingga akhir. Alasan mengapa dia membunuh saudara-saudaranya tiga belas tahun yang lalu. Dan mengapa dia tidak membuka mulutnya untuk membela diri, sepatah kata pun tidak.
“Yang Mulia. Kami ingin membantu Anda. Harap katakanlah sesuatu untuk menjelaskan ini.”
“.…”
“Kalau Anda bersikap tidak mau bekerjasama, kami sendiri tak mampu melakukan apa-apa untuk membantu Anda.”
“.…”
“Apakah Anda benar-benar meninggalkan Baginda seperti ini?”
“.…”
Memang ada ruang untuk rasa kasihan jika dia berusaha bicara untuk membela diri. Yang itu memang mayat hidup, namun ‘makhluk itu’ adalah ibundanya. Makhluk itu memiliki penampilan Ratu Ariadne, wanita yang dicintai oleh sang Kaisar.
Tak peduli meski keluarga kekaisaran tidak menoleransi tindak pembunuhan terhadap keluarga, sang Kaisar bersikukuh melindungi dirinya. Banyak terjadi fenomena yang menghancurkan tradisi itu. Pangeran Killian sebenarnya bisa mempertahankan haknya untuk naik tahta, kekuasaannya, serta nama keluarga kekaisarannya, Lillefeiam.
Namun bahkan ketika sang Kaisar menelan kesedihan Beliau dan berjuang untuk melindungi dirinya, Killian tak mengucapkan sepatah kata pun di depan Dewan Bangsawan tentang mengapa dia membantai saudara-saudaranya beserta para kesatria mereka. Satu-satunya petunjuk yang mereka punya adalah apa yang dia katakan ketika dia melemparkan kepala William di depan kaki sang Kaisar. Bagaimana saudara-saudaranya itu adalah ‘musuh ibunya’.
“Seperti yang kau ketahui, dia adalah mayat hidup…. Makhluk terkutuk! Dia bukan lagi ibu Yang Mulia!”
“.…”
“Mengapa Anda melakukan ini, Yang Mulia? Mengapa Anda melakukannya…. Yang Mulia, Anda bukanlah orang yang bisa melakukan sesuatu seperti ini.”
“.…”
“Yang Mulia, kami mohon…. Kami bersikap seperti ini bukan karena kami tidak sedih atas apa yang telah terjadi pada Baginda Ratu.”
“.…”
“Apakah Anda benar-benar hendak meninggalkan kami seperti ini….”
“.…”
Sang Ratu sudah meninggal sejak lama karena sakit. Tak ada seorang pun yang tidak tahu tentang hal ini, karena Beliau telah mengidap penyakitnya dalam waktu lama.
Kesimpulan yang bisa diterka dari situasi ini sudah jelas. Bahkan seorang pangeran yang begitu bijak tak bisa menolak godaan dari makhluk terkutuk yang memakai tubuh ibunda tercintanya. Wanita itu bukan lagi ibundanya melainkan mayat hidup….
Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh William dan Salerion terhadap iblis yang mengambil alih tubuh sang Ratu sebagai inangnya hanya bisa dipandang sebagai pembelaan diri melawan monster, tak peduli apa pun yang telah mereka lakukan. Tanggapan Killian tentu saja berlebihan. Kedua saudara itu, beserta dengan para kesatria mereka, totalnya ada dua puluh tujuh mayat. Tak ada satu pun yang dibiarkan sekedar terluka untuk berperan sebagai saksi mata. Mereka semua sudah mati.
Mayat kedua bersaudara itu begitu rusak parah sampai-sampai bisa disebut sebagai perusakan atas mayat mereka, dan kepala William dilempar ke depan kaki sang Kaisar dan Permaisuri. Seorang calon putra mahkota, yang telah menjadi harapan semua orang untuk menjadi seorang penguasa bijak, telah menjadi pembunuh gila hanya dalam waktu satu pagi. Dia terus menutup mulutnya rapat-rapat, tidak menjawab satu pertanyaan atau interogasi pun. Tak mungkin bisa melindungi seseorang yang menolak bicara untuk membela dirinya sendiri, bahkan untuk sang Kaisar.
Tetap saja, sang Kaisar secara sepihak memutuskan bahwa Killian akan kehilangan nama Lillefeiam, bukan nyawanya, dan hal itu akan dilakukan saat itu juga.
Santa Tania menatap Killian Axias, yang telah menerima nama baru, mulai dari tiga belas tahun yang lalu. Seperti pada waktu itu, ketika Killian melindungi wilayah gersang ini dengan sebilah pedang terhunus, wilayah ini yang telah menjadi sebuah kota raksasa, bukan lagi tanah buangan nan gersang, sang duke agung yang kini berusia tiga puluh tahun melindunginya.
****
Setelah mereka menyelesaikan pekerjaan mereka, mereka pun mengumpulkan kuda-kuda mereka di depan penampungan untuk berangkat ke tempat-tempat lainnya. Sekarang mereka akan pergi ke lima penampungan lainnya, menugaskan sepasang pendeta penyembuh ke masing-masing penampungan, memperkenalkan para tabib, pemberi berkat, dan pasien pada masing-masing tempat itu dan menjelaskan situasi masing-masingnya, dan membuat para pendeta penyuci familier dengan penampungan-penampungan yang harus mereka urus masing-masing.
Sebelum menaiki punggung kuda mereka, semua pendeta saling memberkati tubuh satu sama lain dan juga memberkati kuda-kuda yang akan mereka tunggangi. Kuda Killian, Rhea, juga diberkati oleh para pendeta.
Tapi anehnya, tak ada seorang pun yang mendekati Killian. Dia memandangi para pendeta yang sibuk berkeliling, memberkati satu sama lain, tapi tak ada seorang pun yang memberkatinya. Mereka pun mulai menaiki kuda-kuda mereka, berkata bahwa mereka sudah selesai memberkati di antara mereka sendiri. Apa mereka tak tahu bahwa tak ada seorang pun yang memberkati dirinya?
“Kau, yang di sana.” Killian jadi agak merasa diabaikan. “Kenapa belum juga ada pendeta yang memberkatiku? Bahkan orang yang tak berperasaan tetap saja hanya seorang manusia di hadapan wabah.”
“Maaf?” Para pendeta mulai menatap bingung padanya, seakan mereka sama sekali tak paham apa yang dia bicarakan. “A-Anda belum menerima pemberkatan?”
Killian melontarkan tatapan dongkol pada mereka. “Belum, sementara bahkan kudaku juga sudah diberkati.”
Bahkan pendeta yang memberkati Rhea hanya menatap Killian lalu pergi melewatinya begitu saja. Dia telah menunggu, berpikir bahwa hal itu akan dilakukan oleh orang lain, tapi ternyata tak ada seorang pun yang melakukannya.
Para pendeta mulai mengocehkan alasan mereka, kelabakan.
“Ka-kami mengira Anda sudah diberkati oleh Santa….”
“Sudah ada berkat yang kuat pada diri Anda, lebih hebat daripada yang kami harap bisa kami berikan.”
Killian mengernyit. “Bagaimana bisa aku sudah diberkati, padahal hari ini bahkan tak ada seorang pun yang mendekatiku?” Mata merah yang tampak tidak senang itu tertuju pada Santa Tania, yang sedang berdiri tak jauh dari situ. “Santa Tania. Apakah Anda sudah memberikan berkat pada tanpa sepengetahuan saya?”
Kuda sang Santa pasti terluka karena Beliau sedang berjongkok di samping kaki hewan itu, melakukan sihir penyembuhan kepadanya. Beliau mendongak pada Killian ketika mendengar yang bersangkutan menyebut namanya. Santa Tania memiringkan kepalanya ke satu sisi setelah memandangi Killian dari atas ke bawah.
“Tidak, tapi tampaknya Anda memang sudah diberkati. Apakah ada benda yang sudah diberkati pada diri Anda?”
Benda yang sudah diberkati?
“Aku tidak….” Secara terlambat Killian terpikirkan tentang kalung yang telah Rietta berikan kepadanya. Tapi hal itu terjadi beberapa bulan yang lalu. Bukankah pemberkatan pada barang biasanya tidak bertahan selama itu? Killian tampak skeptis ketika dia mengeluarkan kalung itu dari balik pakaiannya.
“Mungkinkah benda ini?”
Mata Santa Tania melebar. Beberapa orang pendeta yang sensitif terhadap energi suci juga tersentak.
“Jadi memang ada. Kenapa Anda berpikir sebaliknya?”