Legend of Concubine’s Daughter Minglan - Chapter 196
- Home
- Legend of Concubine’s Daughter Minglan
- Chapter 196 - Makan di Luar, Hal Keluarga, Hal Negara, Hualan, Menusuk (3)
He Youchang sangat menghargai istrinya. Dia tersenyum dan berkata, “Tentu saja! Sebelum kita meninggalkan keluarga kita, ayahku telah menceramahiku selama dua malam penuh. Beliau bilang kalau yang terbaik adalah bila kita bisa memiliki seorang nyonya yang bijaksana. Beliau juga memeberitahuku kalau selama kita setia kepada nyonya kita, kita takkan diperlakukan secara buruk.”
Pada kenyataannya, Minglan tak mau membuat Cuiwei terlalu sibuk. Bukan hanya karena putri Cuiwei masih terlalu kecil, Minglan juga ingin Cuiwei memiliki lebih banyak putra sehingga Cuiwei bisa memiliki seseorang untuk diandalkan di masa mendatang. Lagipula, dirinya berada di masa kuno. Sebagai contohnya, kalau Minglan harus memilih salah satu antara Hai-shi dan Hualan untuk melahirkan putra, dia akan memilih Hualan untuk memiliki putra dan Hai-shi memiliki putri. Karena Hualan masih mengalami masa-masa sulit sekarang sementara Hai-shi hidup dengan cukup baik.
Beberapa hari kemudian, seseorang datang untuk melaporkan bahwa Hualan benar-benar telah melahirkan seorang putra.
Supaya tidak terlambat, Minglan mulai berdandan sejak pagi-pagi sekali untuk Hari Pemandian Tiga. Dia mengenakan mantel putih rembulan polos bersulamkan benang-benang warna gelap berpola bunga serta jubah sepinggang ungu dengan pola yang sama. Para pelayan telah menyisir rambutnya membentuk sanggulan miring yang dibawahnya terdapat tiga hingga empat butir mutiara besar bulat dan bersih. Kemudian setelah sebuah tusuk rambut emas sangat halus dengan kupu-kupu penuh warna di puncaknya telah disematkan di bawah sanggulan rambut itu, penataan rambutnya pun selesai. Gerombolan kupu-kupu itu terus bergoyang. Kemudian, Xiaotao membawakan sepelukan bunga segar yang masih memiliki embun pagi di atasnya. Minglan memetik sekuntum bunga magnolia yang sebesar pinggiran cangkir teh dan menyelipkannya di pelipis. Saat dia menatap dirinya sendiri di cermin, dia mendapati dirinya sendiri tampak lebih jelita daripada sebelum dilingkupi keharuman.
Ini adalah kali kesekian Minglan harus mengesah dan membiarkan imajinasinya berkeliaran bebas. ‘Wajah ini sungguh sangat cantik! Kalau aku berkelana kembali ke zaman kekacauan aku bahkan pantas untuk menjadi Selir Kekaisaran yang memikat. Hanya tidak tahu apakah aku akan mati bersama dengan si Kaisar mesum atau menikahi Kaisar berikutnya.’
Wisma Marquis Zhongqin terletak di Jalan Lingkar Ketiga. Jadi butuh dua jam bagi Minglan untuk tiba di sana. Xiaotao memanjat ke dalam kereta dan membantu Minglan membetulkan riasannya. Kemudian mereka berdua turun dari kereta. Wang-shi, melihat Minglan tiba begitu pagi, menampakkan seulas senyum di wajahnya. Bibi Kang masih berdiri di sana dengan sarkasme di wajahnya. Begitu Rulan melihat Minglan berada di sana, dia menarik lengan baju Minglan dan berbisik ke telinga Minglan seraya tersenyum, “Hari ini suamiku akan menjemputku!” Pada kata-kata ini, dia melirik Minglan dengan seulas senyum cerah, tampak luar biasa puas diri.
Minglan benar-benar tak mampu berkata-kata. Setelah dia menggertakkan giginya, dia juga mendekati Rulan dan berbisik, “Memang sepadan dengan menemui dia secara pribadi di tengah malam.”
Rulan langsung merona seraya memelototi Minglan dengan kesal. Akan tetapi, senyum di wajahnya sulit untuk ditutupi. Kemudian dia mencubit lengan Minglan kuat-kuat, yang mana membuat Minglan mengerang dengan suara pelan. Si serigala yang ada di rumahnya baru saja mencubitnya kemarin.
Molan hanya menatap mereka dengan acuh tak acuh di samping.
Saat Minglan bertemu Hualan, dia terkejut. Saat ini, Hualan sedang berselonjor di atas ranjang dengan sapu tangan bersulamkan bunga-bunga musim semi di kepalanya. Meski jelas terlihat bahwa dia telah merapikan bajunya, wajah cekung dan kuyunya masih tak bisa ditutupi. Bila dibandingkan dengan Hai-shi yang montok dan sehat, Hualan tampak seakan dirinya sedang menderita penyakit serius alih-alih melahirkan bayi.
Wang-shi serta merta melemparkan dirinya sendiri pada Hualan seraya berseru, “Putriku!”
Hualan hanya tertawa dan berkata, “… Aku sedang tidak berada dalam kondisi yang baik saat aku mengandung bayinya. Hanya butuh beberapa waktu untuk memulihkan diri. Aku akan baik-baik saja.” Dia mengucapkan kata-kata tersebut dengan lemah dan tak bisa menahan engahannya.
Si bayi juga tampak penyakitan. Anak itu kurus dan bahkan tidak mengeluarkan tangisan. Saat pada pelayan melepaskan pakaiannya untuk memandikannya, bayi itu hanya terisak singkat seperti seekor kucing sakit sebelum berhenti bergerak. Minglan masih ingat saat putri Hai-shi dimandikan; sepasang tangan gendut bayi perempuan kecil itu telah meronta begitu kuatnya sehingga dia memercikkan air ke seluruh lantai. Yang itu benar-benar seorang bayi yang kuat!
Semua tamu jadi curiga dan berbalik untuk menatap Nyonya Besar Yuan dan Nyonya Pertama Yuan. Yang terakhir disebut tampak tidak tenang dan hanya bicara pada ibunya, Bibi Zhang, dengan kepala ditundukkan. Akan tetapi, Nyonya Besar Yuan luar biasa tenang. Melihat keraguan di mata yang lainnya, dia hanya menyebutkan pelan, “Aku sudah memberitahu menantu keduaku kalau dia harus lebih berhati-hati kali ini karena kondisinya tidak terlalu baik selama kehamilannya. Tapi dia malah…..”
Saat dia bicara, dia bahkan berusaha memberi kesan bahwa Hualan-lah yang harus disalahkan atas semua ini. Para tamu yang lain merasa tidak pantas untuk menanggapinya, jadi mereka hanya mendengarkan dia seraya tersenyum. Wang-shi, merasakan kebencian terhadap Nyonya Besar Yuan dalam hatinya, tak bisa mempertanyakan yang bersangkutan di depan semua orang. Jadi dia harus menahan perasaan itu dengan gigi digertakkan. Molan, dengan raut tenang di wajahnya, hanya menundukkan kepalanya dan meminum tehnya, merasa cukup gembira.
Minglan kemudian melirik Hualan, mendapati Hualan menundukkan kepalanya dengan kebencian samar di matanya. Minglan yang merasa sangat sedih duduk di samping ranjang Hualan dan menyentuh tangan kurus kakak pertamanya itu. Tiba-tiba, Minglan merasakan sesuatu yang panas terjatuh ke tangannya. Kemudian dia melihat setitik air mata di bagian punggung tangannya.
Hal itu memberi perasaan pahit pada Minglan. Kemudian digenggamnya tangan Hualan erat-erat.
Rulan, yang tidak sensitif, selalu bereaksi lebih lambat daripada yang lainnya. Butuh waktu sangat lama baginya untuk mengetahui kalau Hualan tidak terlalu sehat. Setelah itu, Rulan langsung kehilangan kesabarannya. Dia berdiri dan berkata lantang pada Nyonya Besar Yuan, “Kenapa kakakku kurus sekali? Apa dia sakit?”
Setelah Rulan mengatakan hal itu, terdapat kesunyian mutlak di dalam kamar. Terkadang hanya sikap kasar yang bisa menakhlukkan kelancangan. Rulan memelotot tepat pada Nyonya Besar Yuan dan Nyonya Pertama Yuan. Kemudian dengan wajah Nyonya Besar Yuan langsung tampak dongkol, dia berkata, “Kenapa kau bicara seperti ini, adik dari menantuku? Setiap wanita yang hamil akan jatuh sakit! Kau akan lihat saat kau hamil!”
Kata-kata itu mungkin akan berguna untuk menegur nyonya-nyonya normal. Akan tetapi, Rulan adalah seorang nyonya yang cuma ada satu di dunia. Dia adalah Cui Yingying (T/N: Seorang karakter wanita di novel terkenal pada Dinasti Tang) dari generasi ini yang telah memanjat gunung untuk berjumpa dengan kekasihnya di tengah malam. Seperti yang sudah diduga, dia melangkah maju dan berkata dengan suara yang lebih keras lago, “Aku tak mau menunggu untuk itu. Biarkan aku tanya saja padamu! Apa kau sudah mengirim sekelompok gadis pada kakak iparku lagi?” Itu adalah hal yang telah dilakukan Nyonya Besar Yuan ketika Hualan mengalami kegugurannya yang pertama.
“Apa-apaan yang kau bicarakan?!” Wajah Nyonya Besar Yuan penuh dengan rona merah dan cangkir teh di tangannya terus berguncang. Sudah ada suara kikikan di sekitarnya.
“Kalau begitu kau pasti telah memaksa kakakku untuk berdiri sepanjang hari saat dia hamil!” Rulan menuding Nyonya Besar Yuan dengan jarinya nyaris menyentuh hidung Nyonya Besar Yuan – itu adalah hasil karya Nyonya Besar Yuan saat Hualan sedang mengandung Zhuang.
“Kau gadis kasar! Beraninya kau!” Nyonya Besar Yuan gemetaran sekarng sementara para tamu sudah berhenti menyembunyikan sorot ironi di mata mereka.
“Atau kau telah memaksa kakakku untuk menangani urusan-urusan keluarga untukmu pada saat dia sedang hamil!” Nyonya Besar Yuan bukan Sheng Hong, jadi Rulan tak punya rasa takut terhadapnya sama sekali – Itu adalah langkah baru Nyonya Besar Yuan saat Hualan sedang mengandung Shi.
“Kau, kau, kau….” Ini adalah kali pertama Nyonya Besar Yuan bertemu dengan seorang gadis yang begitu terang-terangan dan provokatif seperti itu. Jadi dia bahkan tak tahu apa yang harus dikatakannya selama sesaat. Sementara itu, Minglan hanya merasa ingin bersorak diam-diam.
Selain istri dari Marquis Shoushan yang tak bisa datang karena dia harus menangani masalah di kota kelahirannya dan Yuan Wenying yang baru saja menikah, sebagian besar dari para nyonya yang hadir hari ini adalah kenalan lama keluarga Marquis Zhongqin dan tahu banyak detil tentang Keluarga Yuan. Dan banyak dari tamu yang hanya menonton keramaian dengan gembira. Hanya sedikit yang agak mengernyit.
Nyonya Pertama Yuan memapah ibu mertuanya dengan tangannya dan berkata dengan suara tajam, “Nyonya, tolong hemat kata-katamu. Apa kau akan menyalahkan kami atas semua hal yang terjadi pada adik iparku?”
Akan tetapi, Rulan hanya menyanggahnya dengan kepercayaan diri yang besar, “Ya tentu saja! Selama ada sesuatu yang buruk terjadi pada kakakku, kau dan ibu mertuamu pasti berada di belakangnya! Lihatlah kalian berdua, begitu gendut dengan dagu ganda! Kalau kalian benar-benar memperlakukan kakakku dengan baik, kalian seharusnya jadi lebih kurus karena merawat dirinya!”
Minglan nyaris meledak tertawa. Rulan sama tidak masuk akalnya seperti biasa dan Wang-shi tak punya niat untuk menghentikannya. Lalu Nyonya Besar Yuan tak bisa melakukan apa-apa selain terdiam dan diam-diam membelai dagu gandanya. Setelah itu, dia hanya berbalik dan duduk dengan kepala tertunduk, merasa luar biasa dipermalukan. Hualan berkata lemah, “Rulan, berhenti mengatakan apa-apa…..”
Kemudian Nyonya Besar Yuan yang akhirnya mendapatkan kembali kesadarannya berseru marah, “Kalian wanita-wanita Sheng semuanya adalah gadis-gadis rapuh. Keluarga kami tak mampu menjaga Hualan! Silakan bawa dia pulang ke kediaman kalian!”
Melihat situasinya menjadi tegang, para tamu pun mulai membujuk Nyonya Besar Yuan agar tenang. Akan tetapi, Nyonya Besar Yuan masih berlagak dengan wajah dingin. Hualan merasa marah sekaligus gelisah. Pada saat itu, Minglan tiba-tiba berdiri dan menatap Nyonya Besar Yuan dengan sorot mata dingin, “Nyonya Besar Yuan, tolong lebih spesifik! Apa maksud Anda dengan membawa dia pulang? Apa Anda ingin menunjukkan kepada kami surat cerainya?!” Dia terdengar kejam dan tangguh.