Legend of Concubine’s Daughter Minglan - Chapter 197
- Home
- Legend of Concubine’s Daughter Minglan
- Chapter 197 - Makan di Luar, Hal Keluarga, Hal Negara, Hualan, Meretas (4)
Nyonya Besar Yuan tak pernah menyadari kalau orang-orang dari Keluarga Sheng akan secara langsung menanyai dirinya. Dia mengira kalau mereka akan mengucapkan sesuatu yang baik dan memberinya jalan keluar. Saat ini, dia dibuat tercekat oleh kata-kata Minglan. Dia tak bisa berkata ya, namun berkata tidak akan mempermalukan dirinya sendiri.
Minglan sedikit memicingkan matanya dan menatap Nyonya Besar Yuan dengan sorot galak, berkata perlahan, “Nyonya Besar Yuan, harap perjelas diri Anda! Apa Anda ingin putra Anda menceraikan kakakku?!”
Meski Keluarga Sheng bukan keluarga yang paling berpengaruh, tetap saja lebih kuat daripada Keluarga Yuan. Nyonya Besar Yuan menyadari hal itu dengan jelas. Kalau Hualan diceraikan oleh putranya, dia akan diusir keluar dari Keluarga Yuan setelahnya. Kemudian Nyonya Besar Yuan pun berbalik dengan marah dan berhenti bicara.
Bibi Zhang yang telah merasakan ketegangan itu maju untuk meredam suasana, “Nyonya, Anda mengatakan hal-hal itu karena Anda sedang marah. Kakakku hanya bermaksud untuk meminta menantunya memulihkan diri di Wisma Sheng. Hal itu akan baik bagi kesehatannya, benar kan?”
“Jadi begitu ya.” Minglan terkekeh dengan raut mencela di matanya, “Ini salahku.”
Kemudian dia, setelah berjalan menghampiri Rulan, menarik si gadis marah untuk duduk dan berkata dengan mengulas senyum lembut, “Nyonya-nyonya, harap maafkan kata-kata terang-terangan kakakku. Dia adalah gadis yang paling terus terang di antara kami. Tak pernah aku melihat dia menyembunyikan perasaannya.”
Minglan telah diangkat sebagai nyonya kelas kedua dan memiliki status tertinggi di antara semua wanita di dalam kamar itu. Para tamu hanya ingin menjilatnya dan tak mungkin mereka akan mempertanyakan dirinya. Beberapa orang nyonya bahkan menjawab, “Itu benar, itu benar.”. yang mana membuat Nyonya Besar Yuan berpaling seraya mendengus.
Kemudian Minglan tersenyum dan berkata, “Kita tak bisa menyalahkan kakak kelimaku untuk membuat terkaan sembarangan. Hanya saja begitu kebetulan kalau setiap kali kakakku hamil, sesuatu yang buruk akan terjadi pada dirinya. Seseorang mungkin akan berkata, ‘kebetulan sekali!’ Yang lainnya mungkin berpikir kalau Nyonya Besar Yuan telah memperlakukan kakak pertamaku dengan kejam secara sengaja dan hanya pilih kasih kepada keponakannya sendiri! Tapi kita semua kenal tentang Nyonya Besar Yuan, dia takkan melakukan hal-hal seperti itu!”
Itu omong kosong! Bahkan bila Nyonya Besar Yuan telah melakukan hal-hal tersebut secara tidak sengaja, dia seharusnya bersikap lebih hati-hati kali ini setelah Hualan mengalami begitu banyak kecelakaan selama kehamilan-kehamilannya yang sebelumnya. Bagaimana bisa dia masih membuat masalah untuk Hualan! Saat ini, dengan dadanya bergerak naik turun, Nyonya Besar Yuan merasa jantungnya sudah akan meledak. Namun dia tak bisa mengatakan apa-apa. Para tamu semua menatap dirinya dengan sorot acuh tak acuh ataupun ironis di mata mereka, yang mana membuatnya nyaris pingsan karena marah.
“Sungguh seorang gadis yang pintar bicara,”Nyonya Besar Yuan mencibir dengan pahit, “betapa beruntungnya menikahi seorang gadis dari Keluarga Sheng!”
Minglan berkata seraya tersenyum, “Saya merasa tersanjung. Tetapi saya hanya mengatakan yang sebenarnya. Kalau saya telah mengatakan sesuatu yang salah, harap jangan salahkan saya. Tunjukkan saja kesalahan saya dan saya akan memperbaiki diri saya sendiri lain kali!”
Dengan raut di wajah Wang-shi menjadi lega, dia akhirnya bisa melampiaskan amarahnya. Sementara dia berada dalam suasana hati yang lebih baik, dia pun berkata lantang, “Nyonya Besar Yuan, kamu kamu tak perlu mencemaskan tentang urusan keluarga kami. Semua nona dari generasi Hualan telah menikah! Sekarang satu-satunya gadis yang belum ditunangkan adalah cucu perempuan montokku yang baru saja lahir beberapa belas hari yang lalu. Akan butuh waktu lama sebelum dia menikah.”
Pada kata-kata ini, seluruh ruangan pun meledak tertawa. Karena ketegangannya telah diredakan, semua tamu pun mulai mengobrol dan tertawa satu sama lain.
Nyonya Besar Yuan menatap Rulan yang masih berniat menganiayanya, kemudian pada Minglan yang memasang raut ramah sepanjang waktu. Satu dari kedua gadis itu tak punya uang dan yang lainnya adalah harimau yang tersenyum. Kemudian dia pun tahu kalau dirinya takkan pernah bisa mendapatkan keuntungan dari gadis-gadis Sheng hari ini. Jadi dia pun berhenti bicara. Merasa dongkol, Nyonya Besar Yuan bahkan membatalkan makan siang bersama semua orang lainnya dan hanya mengeluhkan tentang sakit kepala dan penyakitnya. Para tamu lain pun berpamitan saat melihat Keluarga Yuan tak berniat menahan mereka.
Minglan mengamati dengan tenang bahwa banyak dari para tamu yang merasa tidak puas dengan hal itu. Beberapa dari mereka bahkan mengucapkan kata-kata sarkastis. Kemudian dia berasumsi kalau Nyonya Besar Yuan juga tak memiliki hubungan baik dengan orang-orang lainnya.
Wan Yanjing datang untuk menjemput Rulan seperti yang diharapkan. Minglan bertanya-tanya apakah pria itu telah menunggu di sekitar Wisma Yuan sepanjang waktu untuk membuat Rulan tampak baik. Di bawah tatapan cemburu yang lainnya, Rulan berpamitan dengan penuh gaya dalam kesukacitaan. Saat Minglan sudah akan pergi, seorang shutong dari Keluarga Yuan datang untuk melapor.
“Tuan Muda Kedua bilang Beliau akan pulang bersama dengan Komandan Gu tidak lama lagi. Beliau baru saja mendengar kalau Nyonya Besar Bo jatuh sakit. Jadi Tuan Muda Kedua kita telah meminta Nyonya Gu untuk tetap tinggal dan menunggu Komandan Gu serta dirinya untuk mengunjungi pasien bersama-sama.”
Setelah Bo Tianzhou mengembalikan segel komandan, dia hampir menjalani kehidupan pensiun dan telah tinggal di kediamannya di daerah pinggiran kota, yang berada dekat dengan Wisma Marquis Zhongqin. Setelah Minglan menimbang-nimbang selama sesaat, dia menatap Nyonya Besar Yuan dan berkata penuh senyum, “Apa yang harus kita lakukan sekarang?”
Wang-shi langsung menambahkan, “Nyonya Besar Yuan, kalau kau merasa tidak nyaman untuk membiarkan dia masuk, Minglan kami bisa menunggu di pintu.”
Yang telah terjadi hari ini benar-benar telah meledakkan kepala Nyonya Besar Yuan. Wanita ini nyaris kena pendarahan otak gara-gara berdebat dengan wanita-wanita dari Keluarga Sheng. Kalau dia benar-benar membiarkan Minglan menunggu di pintu, Keluarga Yuan akan diolok-olok oleh seluruh Ibu Kota. Maka, dengan gigi digertakkan, dia akhirnya berhasil menahan dirinya dan memerintahkan pada gadis pelayan di sampingnya, “Pergi sajikan teh untuk Nyonya Gu!”
***
Minglan berjalan perlahan ke kamar Hualan. Hualan sudah mendapatkan pesan kalau dia akan datang. Melihat Minglan masuk, Hualan tertawa dan menyuruh Minglan untuk duduk di sampingnya. Kemudian dia memerintahkan para pelayan untuk meyajikan teh dan cemilan seraya menanyakan tentang kehidupan pernikahan Minglan. Saat mendengar bagian menarik dari kehidupan Minglan, Hualan pun mengeluarkan sapu tangannya untuk menutupi matanya, merasa gembira untuk adiknya. Saat Minglan bicara tentang hal-hal yang mengganggu dirinya, Hualan kemudian memberinya banyak masukan. Kedua bersaudari itu mengobrol dalam waktu lama dengan akrab.
Minglan mengedarkan pandangan dan memberi Cuichan kisikan untuk mengawasi pintu. Kemudian dia berkata dengan suara rendah, “Kakak, apa yang telah terjadi? Kakak benar-benar tak mau mengatakan apa pun? Karena Nyonya Besar He sudah memberitahumu tentang hal-hal yang membutuhkan perhatian, aku tahu kalau Kakak takkan main-main dengan tubuhmu selama kehamilanmu.”
Hualan terperangah saat mendengar kata-kata Minglan. Kemudian matanya langsung jadi basah. Berpikir kalau seorang wanita yang baru saja melahirkan tidak boleh menangis, dia pun buru-buru menahan air matanya dan hanya berkata dengan suara tercekat, “Aku tahu itu…. Orang lain mungkin bisa dibodohi. Tapi aku tak pernah bisa menyembunyikan sesuatu darimu.”
“Sebenarnya apa yang terjadi!”
Hualan tiba-tiba berkata lantang, “Cuichan, pergi jemput Shi kemari. Dan bawa Zhuang jie’er kemari juga. Yinjie’er, jaga pintu!”
Kedua gadis pelayan itu langsung menjawab dari luar.
Kemudian Hualan menggenggam tangan Minglan erat-erat dan terisak, “Itu, itu… sundal tua! Dia sudah keterlaluan kali ini! Setelah aku hamil, dia mengajukan agar Shi tinggal di kamarnya!”
“Apa?” Minglan memekik.
Hualan berkata pahit, “Bukan hal langka bila para nenek mengasuh cucu lelaki mereka dalam keluarga biasa. Tapi, tapi… si sundal tua itu telah menciptaka kesulitan-kesulitan untukku sepanjang waktu. Bagaimana kau bisa merasa tenang meninggalkan Shi kepadanya?! … Kakak iparmu juga tak bersedia mematuhinya, jadi permintaannya telah ditunda. Hingga dua bulan yang lalu, si sundal tua itu tiba-tiba berpura-pura sakit dan mengerang-erang sepanjang hari. Dia bahkan mencari seorang pendeta Tao yang terus berkata bahwa ba zi (T/N: delapan karakter yang berisi tanggal lahir) milik Shi akan membawa keberuntungan untuknya. Kemudian dia bersikeras bahwa membiarkan Shi tinggal bersamanya adalah satu-satunya cara untuk menyembuhkan penyakitnya! Kalau kakak iparmu masih tidak mematuhi keinginannya, kakak iparmu akan dituduh sebagai putra yang tak berbakti! Apa lagi yang bisa kakak iparmu lakukan!”
Minglan tak mampu berkata-kata. Langkah Nyonya Besar Yuan ini benar-benar kotor dan keterlaluan!
Nyonya Besar Yuan telah memilih waktu ketika tubuh Hualan berada dalam kondisi terlemah untuk membuat masalah. Karena dia belum mengetahui gender dari bayi Hualan yang belum dilahirkan dan Shi adalah satu-satunya putra Hualan, selama dia membawa Shi pergi, Hualan pasti akan dipenuhi oleh kecemasan siang dan malam. Karenanya Hualan telah lupa merawat tubuhnya sendiri dan harus mematuhi semua yang diperintahkan oleh Nyonya Besar Yuan.
Setelah Hualan menyeka air matanya dengan raut penuh duka di wajahnya, dia meneruskan, “Aku tak tahu bagaimana aku bisa bertahan selama dua bulan itu. Setiap kali aku memejamkan mataku, aku memimpikan sesuatu yang buruk terjadi pada Shi. Aku tak bisa makan ataupun tidur dengan baik dan nyaris jadi gila!”
Minglan sangat bersimpati pada kakaknya dan hanya membelai lembut tangan Hualan. Sebenarnya, Hualan tahu kalau Nyonya Besar Yuan takkan menyakiti cucunya sendiri. Tetapi bila ada sesuatu terjadi pada Shi, Hualan juga tak bisa meminta Nyonya Besar Yuan membayar dengan nyawanya. Pada saat itu, Nyonya Besar Yuan hanya bisa memanfaatkan kecerobohannya sendiri sebagai alasan dan Hualan akan harus menahan kesedihannya sendiri.
“Kira-kira sepuluh hari yang lalu, aku mendengar ribut-ribut datang dari halaman depan. Setelah aku menanyakan apa yang terjadi, aku nyaris pingsan,” Hualan berkata demikian dengan wajah memucat. “Sundal berpikiran jahat itu meninggalkan Shi tidur siang sendirian tanpa ada seorang pun di sekitarnya! Dia dan yang lainnya pergi untuk mengobrol dan minum teh bersama di luar! Shi sudah belajar merangkak. Saat dia bangun, dia mulai merangkak di atas ranjang. Tetapi ada pendupaan di samping ranjangnya. Putraku yang tak berdosa menabrak pendupaan itu dan jatuh dari ranjang. Api dan abunya menjatuhi tubuh Shi!”
“Ah!” Minglan berseru kaget, “Apa dia terluka?!”
“Shi-ku yang malang, dia sudah menangis dalam waktu lama tapi tak ada seorang pun yang menyadarinya.” Suara Hualan sarat dengan rasa takut. Dia berkata dengan suara gemetaran, “Untung saja Zhuang ada di sana….”
“Apa yang Zhuang lakukan di sana?”
Dengan raut bersalah tampak di wajah Hualan, dia menjawab, “… Itu semua salahku. Aku terus memikirkan tentang Shi dan mengabaikan dia. Putriku tahu tentang kecemasanku. Jadi dia selalu meninggalkan ibu susunya dan menyelinap ke halaman depan untuk memeriksa adiknya. Tak seorang pun yang akan berjaga terhadap seorang gadis kecil seperti dirinya. Jadi orang-orang di sana tak pernah menyadari tentang dirinya. Saat ibu susunya mengadukan dirinya padaku, aku masih merasa kesal jadi aku memarahi Zhuang dengan galak. Pada hari itu, Zhuang menyelinap keluar lagi. Setelah dia mendengar Shi menangis di dalam kamar, dia langsung berlari ke dalam. Kemudian dia melihat adiknya bergulingan di lantai dan menangis keras. Ada kilau di seluruh wajah dan kepala Shi ge’er akibat luka bakar! Zhuang tidak cukup kuat untuk menggendong adiknya, jadi dia hanya bisa menyeka abu panas dari tubuh adiknya itu. Putriku yang malang, bahkan tangannya juga terkena luka bakar…. Ah, kemarilah, Zhuang, Bibi Keenammu ada di sini!”