Eternally Yearning For You / Lost You Forever / 長相思 - Chapter 3
Tukang Daging Gao hanya punya satu anak dan Ma Zi tak punya orangtua, jadi setelah pernikahan itu Ma Zi menjadi seperti seorang putra bagi Tukang Daging Gao dan sering pergi untuk membantu. Perlahan-lahan dia jadi lebih sering tinggal di rumah Tukang Daging Gao dan semakin jarang kembali ke klinik.
Chuan Zi tertawa pada tawar-menawar Tukang Daging Gao yang cerdas, mendapatkan uang untuk menikahkan seorang putri dan mendapatkan tambahan seorang putra untuk dirinya sendiri. Xiaoliu dan Lao Mu tak peduli – bagi Xiaoliu, memiliki satu Shiqi sama dengan sepuluh Ma Zi, dan bagi Lao Mu, dia cukup senang saat melihat Ma Zi menjalani kehidupan yang bahagia serta damai.
Jadi ketika suatu hari Ma Zi dibawa ke klinik oleh Tukang Daging Gao dan Chuntao, Lao Mu merasa tidak yakin sementara Xiaoliu mengernyitkan alisnya. Kalau Chuan Zi yang dipukuli, hal itu takkan mengejutkan Xiaoliu. Chuan Zi bisa jadi mengesalkan dan pantas untuk dihajar. Tetapi Ma Zi tidak seperti itu. dia tinggi dan kuat tetapi sangat penuh pertimbangan dan bersedia mengalah pada orang lain.
“Apa yang terjadi?” Lao Mu bertanya. Chuntao menyeka air matanya dan menjelaskan, “Setelah memotong seekor domba pagi ini, aku sedang mengantar darah domba saat tiba-tiba aku bertabrakan dengan seorang nyonya. Aku meminta maaf kepadanya dan menawarkan untuk membayar kerusakannya, tetapi gadis pelayan sang nyonya berteriak bahwa aku takkan sanggup menggantinya. Ayahku jadi gugup dan beberapa kata diucapkan dan kemudian tinjunya melayang. Ma Zi berusaha melindungi ayahku dan dipukuli.”
Kota Qing Shui tak memiliki pemerintahan ataupun penegak hukum, dan satu-satunya hukum adalah hukum rimba.
Chuan Zi sudah cukup mendengarkan dan mengambil kantong obatnya lalu berangkat. Saat masih kecil Chuan Zi sangat kurus kering dan Ma Zi lah yang merawatnya dengan baik. Keduanya sering bertengkar sepanjang hari namun mereka lebih dekat bahkan daripada saudara kandung yang sesungguhnya. Xiaoliu memanggil, “Lao Mu” dan Lao Mu pun langsung berlari keluar mengejarnya.
Lulka-luka Ma Zi tidak begitu parah dan setelah Xiaoliu merawatnya dan Chuan Zi serta Lao Mu masih belum kembali, dia berkata pada Chuntao, “Kau rawatlah Ma Zi, aku akan pergi memeriksa.”
Tukang Daging Gao meraih pisau jagalnya dan ingin mengikuti tetapi Xiaoliu tertawa. “Bisnismu tak bisa ditinggalkan jadi kembalilah untuk bekerja. Lao Mu dan aku akan mengurusnya.”
Shiqi mengikuti di belakang Xiaoliu dan saat mereka tiba di penginapan, mereka melihat Lao Mu sedang bertarung dengan seorang gadis berbaju kuning. Xhuan Zi terbaring di tanah dan saat melihat Xiaoliu, dia pun menggerutu, “Kak Liu, aku tak memulai apa-apa. Sebelum aku mendekati mereka, aku sudah dihajar.”
Xiaoliu meliriknya dan kemudian menatap pada Lao Mu yang jelas-jelas bukan tandingan untuk gadis berbaju kuning itu. Gadis itu seperti sedang bermain-main dengan monyet saat dia menari di sekeliling Lao Mu, dengan seorang gadis bercadar berdiri di atas undakan batu di sampingnya. Si gadis tertawa saat menonton dan akan menyerukan perintah, “Hai Tang, aku ingin lihat dia jatuh di atas pantatnya”, dan gadis berbaju kuning itu benar-benar membuat Lao Mu terjatuh pada bokongnya. Gadis muda itu terkikik dan bertepuk tangan, “Lompat, aku ingin lihat dia melompat seperti kodok!”
Lao Mu tak mampu mengendalikan tubuhnya dan dia dipaksa melompat seperti seekor kodok seakan ada orang lain yang menekannya. Gadis kecil itu tertawa hingga terbungkuk-bungkuk dan semua orang yang berkumpul untuk menonton adegan itu juga melongo.
Xiaoliu menerobos ke depan dan membungkuk pada si gadis muda sebelum berbalik pada Hai Tang, “Dia sudah kalah, mohon Nona Muda bersedia untuk berhenti.”
Hai Tang menatap pada si gadis muda tetapi si gadis muda meneruskan seakan dia tak mendengar apa-apa. “Aku ingin lihat dia terguling.” Lao Mu kemudian terguling di lantai sementara si gadis muda tertawa dan kerumunan juga ikut tertawa.
Xiaoliu berkata tenang, “Aturan di Kota Qing Shui menyebutkan untuk tahu kapan harus berhenti ketika tak ada permusuhan berdarah.”
Si gadis muda menatap Xiaoliu, “Aturanku adalah siapapun yang menyinggungku harus mati! Kakak Xuan takkan membiarkanku melukai siapapun jadi aku takkan melukai siapapun, tapi aku akan membuat dia berakrobat.”
Lao Mu adalah seorang pria tua yang sudah lelah dengan kepayahan di medan perang dan ada air mata di matanya saat dia memohon pada Xiaoliu, “Bunuh aku!” Dia adalah seorang prajurit pelarian dari Pasukan Xuan Yuan, namun dia hanya kabur dari perang tanpa akhir dan bukan kabur dari harga diri seorang pria. Niat membunuh Xiaoliu terpantik dan dia pun melangkah maju.
Tiba-tiba Lao Mu berhenti berguling dan Chuan Zi buru-buru menghampiri untuk membantunya bangkit. Si gadis muda tidak senang. “Hai Tang, apa aku mengizinkanmu berhenti?”
Hai Tang melontarkan tatapan pada Shiqi yang berdiri di kerumunan. “Bukan saya pelayanmu ini yang melakukannya.” Perlahan dia mundur dan berdiri di depan si gadis muda dengan mata terpancang pada Shiqi.
“Kalau bukan kamu, lalu siapa? Makhluk rendahan menyedihkan mana yang berani?” Si gadis muda ingin mendorong Hai Tang ke samping dan melihatnya sendiri, tetapi Hai Tang memegangi gadis muda itu erat-erat dan berkata dengan suara rendah, “Orang itu memiliki kekuatan yang lebih tinggi daripada saya. Mari kita tunggu sampai Tuan Xuan kembali.” Hai Tang memeluk gadis itu dan buru-buru meninggalkan penginapan.
Xiaoliu menatap punggung mereka yang menjauh dan tersenyum, “Aku akan menunggumu di klinik.”
Lao Mu mengenali suatu nama di jalan, tetapi penghinaan yang dia derita hari ini membuat wajahnya menggelap dan dia pun masuk ke dalam rumah tanpa berkata-kata. Xiaoliu sudah tahu kalau dia takkan bisa menenangkan pria tua itu, jadi dia pun menyuruh Chuan Zi untuk mengawasi Lao Mu kalau-kalau dia berusaha membunuh dirinya sendiri karena malu.
Xiaoliu duduk di ruang depan sementara Shiqi berdiri di pojokan dalam bayang-bayang. Xiaoliu memainkan secawan arak dan berkata dengan gayanya yang biasa, “Lao Mu, Ma Zi, Chuan Zi, mereka semua berpikir kalau aku adalah orang yang paling baik. Tetapi sebenarnya aku telah membunuh orang sejak aku masih sangat kecil…. Aku belum membunuh siapapun dalam waktu lama tetapi hari ini aku ingin membunuh mereka.”
“Mereka adalah para Dewa.” Shiqi tiba-tiba angkat bicara.
“Terus kenapa?” Xiaoliu tampak tidak gentar.
Shiqi terdiam. Xiaoliu meliriknya. “Apa kau mau membantuku?” Shiqi mengangguk. Xiaoliu tersenyum dan tiba-tiba tak merasa ingin membunuh orang lagi. Xiaoliu menenggak seguci arak dan akhirnya orang yang dia tunggu-tunggu pun tiba.
Gadis muda itu melepaskan cadarnya dan sosoknya cukup biasa tetapi dengan sepasang mata yang ekspresif yang hanya dengan itu saja mampu menaikkan parasnya dari nilai lima menjadi delapan. Pria yang berdiri di sisi gadis itu sangat luar biasa – matanya hangat dan pembawaannya halus seperti sungai dan pegunungan dalam kelenturan serta kekuatan.
Pria itu membungkuk pada Xiaoliu. “Saya Xuan dan ini adalah sepupu saya Ah Nian. Gadis pelayan kami Hai Tang telah diracuni oleh Tuan Muda, jadi saya datang sendiri untuk meminta Tuan Muda memberi kami penawarnya.”
Xiaoliu bermain-main dengan guci arak di tangannya dan berkata sambil tersenyum. “Tentu, kalau dia berlutut dan membungkuk mohon maaf kepada kakakku.”
Ah Nian memelototi Xiaoliu. “Mau gadis pelayanku membungkuk minta maaf kepada kakakmu, apa kau sudah bosan hidup?”
Dengan sorot dingin Xiaoliu menatap Hai Tang yang tampak amat kesakitan ketika dia berpegangan pada tembok dan perlahan merosot ke lantai. Ah Niang merengek, “Kakak Xuan, kau lihatlah! Mereka telah datang mencari masalah. Aku tak melukai mereka dan hanya sedikit bermain-main, tetapi mereka menanggapi dengan berusaha membunuh kami. Kalau aku tak membawa E… manik penahan racun milik ayah, maka aku pasti sudah keracunan.”
Hai Tang mengerang kesakitan dan Xuan menatap Xiaoliu. “Tolong beri saya penawarnya!”
Xiaoliu tertawa dingin. “Apa? Kau ingin mengambilnya secara paksa? Silakan saja!”
Xuan mengulurkan tangan untuk meraih obatnya dan Xiaoliu langsung mundur. Xiaoliu sudah tahu kalau Shiqi berada di belakangnya dan bila Shiqi menangkis untuk Xiaoliu, maka dia bisa melihat jenis kekuatan apa yang dimiliki oleh Xuan dan meracuninya sesuai keadaan. Tetapi Shiqi tidak maju dan saat Xiaoliu melihat kembali, sudut ruangan itu kosong dan Shiqi sudah menghilang.
Xiaoliu dihantam oleh Xuan dan roboh. Xuan terkejut karena Xiaoliu ternyata begitu lemah karena dia terlihat begitu kasar dan dengan cepat menarik baik tenaganya. “Maafkan aku, akut ak tahu kau….” Dia mengangkat Xiaoliu untuk memeriksa luka-lukanya dan sungguh melegakan bahwa Xuan tak pernah berniat melukainya sehingga Xiaoliu sepertinya hanya merasa pusing. Xiaoliu bersandar di bahu Xuan dan seulas senyum kecil tampak di bibirnya dan matanya sarat dengan cemoohan. Terkadang orang hanya bisa menertawai seluruh dunia.
Xuan terhenyak.
Ah Nian mengambil botol penawarnya dan menyuapkan sebutir pil pada Hai tang yang menelannya mengekspresikan aura ‘inilah penawarnya’. Ah Nian mencela Xiaoliu, “Kau sepayah ini dan kau berani menentang kami?”
Xiaoliu mendorong Xuan jauh-jauh dan berjuang untuk bangkit. “Enyah!”
Ah Nian ingin menyerang tetapi Xuan menghentikannya. “Karena racunnya telah disembuhkan, ayo kita pulang saja.” Dia menatap Xiaoliu sekali lagi sebelum menyeret Ah Nian di belakangnya. Ah Nian melihat ke belakang dan mengucapkan hinaan tanpa suara, “Pecundang rendahan!”
Xiaoliu berjalan ke halaman lalu duduk di atas undakan batu dan Shiqi berjalan di belakangnya. Xiaoliu tersenyum pada matahari terbenam dan mengesah keras-keras. Dia salah, dia seharusnya tak pernah boleh mengandalkan orang lain.
Shiqi berlutut di samping Xiaoliu dan menyerahkan kepadanya keranjang cemilan. Xiaoliu bertanya, “Apa kau mengenal mereka?”
Shiqi mengangguk.
“Mereka adalah nona muda dan tuan dari sebuah keluarga bangsawan dalam Suku Dewa?”
Shiqi terdiam sesaat sebelum mengangguk perlahan.
“Kau takut kalau mereka akan mengenalimu jadi kau bersembunyi? Atau kau berpikir kalau aku seharusnya tidak membuat masalah dengan mereka sehingga kau bersembunyi supaya mereka bisa mendapatkan penawarnya?”
Shiqi menundukkan kepalanya dan Xiaoliu menjungkirkan keranjangnya sehingga sepiring leher dan ceker angsa pun berjatuhan ke tanah. Xiaoliu berjalan keluar pintu saat Shiqi berusaha bangkit. “Jangan ikuti aku!” dan perintah Xiaoliu membuat Shiqi berhenti.
Xiaoliu berjalan ke tepi sungai dan memandanginya mengalir dengan suara berdeguk. Dia tidak marah karena Shiqi membiarkan Xuan mengambil penawarnya. Dia marah karena saat dia mengandalkan seseorang, adalah untuk berbalik dan mendapati bahwa orang itu tak ada di sana. Dia marah pada dirinya sendiri karena memiliki harapan yang menyedihkan ini. Xiaoliu melompat ke dalam sungai dan berenang menuju hulu. Sungainya menjadi semakin lebar dan semakin lebar lagi dan arusnya semakin lama semakin kuat.
Sungai yang sedingin esberderu melewati semuanya, siang dan malam, tak pernah berhenti. Xiaoliu membiarkan arus air menerpanya dan merasakan suatu ketidakberdayaan. Suara-suara tawa terdengar dari arah atas dan Xiaoliu mengangkat kepalanya untuk melihat Xiang Liu yang dengan santai menunggangi rajawali putih keemasannya dan menunduk menatap Xiaoliu. “Memancing di malam hari?”
Xiang Liu mengulurkan tangannya dan Xiaoliu meraihnya lalu bersalto ke atas punggung si rajawali. Rajawali itu membubung ke udara hingga ke awan dan Xiaoliu basah kuyup sehingga dia kedinginan dan menggigil. Xiang Liu menyerahkan sebotol arak kepada Xiaoliu dan dia pun dengan cepat menenggak beberapa tegukan. Alkohol kuat di lambungnya langsung menghilangkan sedikit hawa dingin.
Xiang Liu mencondongkan tubuh ke belakang dan menatap Xiaoliu yang merasa agak berani dengan adanya alkohol di lambungnya. “Kau lihat-lihat apa? Aku ini bukan wanita!”
“Hanya ada sangat sedikit Dewa yang memiliki tunggangan bersayap mereka. Dan bahkan seorang Dewa yang kekuatannya tidak terlalu rendah, saat menunggang di atas punggung tunggangan bersayap masih akan merasa gelisah. Tetapi kamu… kamu merasa nyaman dan jauh terlalu santai.”
“Terus kenapa?”
“Aku hanya mendapati diriku sendiri semakin dan semakin penasaran dengan masa lalumu.”
Xiaoliu menelengkan kepalanya ke belakang dan menenggak araknya.
“Siapa yang membuatmu kesal?”
“Bukan urusanmu!”
“Apa kau gatal ingin dicambuk?”
Xiaoliu dengan dongkol tak mengatakan apa-apa.
Si rajawali terbang menuju danau, dan dengan rembulan menggantung di langit gelap yang menyinari air biru gelap sehingga berkelip keperakan dan begitu sunyi sampai rasanya waktu seperti terkunci.
Xiaoliu menyerahkan botolnya pada Xiang iu dan berdiri. Dia merentangkan tangannya dan melolong pada angin sebelum tiba-tiba terjatuh dari rajawali seperti bintang jatuh yang terjun ke dalam danau. Xiang Liu bergerak dan si rajawali mulai terjun juga.
Xiaoliu bagai seekor kupu-kupu indah yang terjatuh ke dalam air keperakan dan menghilang menuju kedalamannya. Air beriak dari tempat dirinya menghilang dan ketika riak terbesar telah lenyap, saat itulah Xiaoliu meluncur keluar dari air seperti naga yang berenang. Tangannya mencengkeram leher si rajawali dan bertanya, “Apa kau bisa berenang? Mau bertanding?”
Xiang Liu mendengus.
Xiaoliu menambahkan, “Kalau kau berani , jangan gunakan kekuatanmu.” Xiang Liu mendongakkan kepalanya untuk menatap rembulan. Xiaoliu meneruskan, “Takut? Tak mungkin kan? Iblis Sembilan Nyawa Xiang Liu tak mungkin sepengecut itu!”
Xiang Liu akhirnya menatap langsung pada Xiaoliu. “Melihat caramu memohon padaku, aku akan melakukannya.”
“Aku memohon padamu?”
“Bukankah begitu?”
Kepala Xiaoliu menyandar pda leher si rajawali. “Baiklah, anggap saja aku memohon padamu.”
Perlahan Xiang Liu melepaskan jubahnya dan melompat ke dalam air. Xiaoliu berenang ke tepian dengan segenap kekuatannya dengan Xiang Liu tepat di sisinya. Air di danau sedingin es dan tubuh Xiaoliu menghangat dalam setiap dorongan majunya yang kuat. Dia bisa melupakan segalanya dan kembali ke masa kanak-kanak ketika segalanya begitu bebas, begitu santai, begitu gembira. Satu-satunya tujuannya adalah kembali ke tepian, sungguh begitu sederhana.
Satu jam kemudian Xiaoliu akhirnya sampai di tepian. Xiang Liu duduk di samping api yang bergemuruh dan pakaiannya sudah kering. Xiaoliu memanjat ke daratan. “Kau menang, tapi…,” dia menarik keluar seekor ikan dari lengan bajunya. “Aku telah menangkap seekor ikan. Ayo masak ini, aku lapar.”
Xiaoliu mulai memasak ikannya sementara Xiang Liu berkata, “Kau tumbuh di sebuah tempat dengan banyak air.”
“Kau mengatakan itu kepada siapapun yang bisa berenang?”
“Bukan hanya karena kau bisa berenang, berenanglah yang memberimu kebahagiaan yang tak terkekang. Orang-orang mencari hal-hal yang familier yang akan membuat mereka santai dan merasakan kebebasan serta kegembiraan dari masa kanak-kanak.”
Xiaoliu bersiul. “Mereka bilang kau adalah Iblis Berkepala Sembilan, dan dengan sembilan kepalamu yang berpikir bersama-sama, pastinya memang berguna. Bahkan yang kau katakan begitu mendalam.”
“Apa kau tak tahu kalau itu adalah topik yang tabu?”
Xiaoliu tidak takut dan meneruskan, “Aku penasaran, bagaimana cara sembilan kepalamu diatur? Dalam satu baris? Yang satu di atas yang lainnya? Atau tiga di setiap sisi dari tiga di bagian tengah? Yang mana yang maju duluan saat kau makan? ….” Xiaoliu mendadak tak bisa membuka mulutnya lagi.
“Nnnggg… nnnggg….”
Xiang Liu mengambil ikan yang sudah matang itu lalu perlahan mulai memakannya dan Xiaoliu hanya mampu melihat. Setelah dia menghabiskan ikannya, dia pun menatap Xiaoliu. “Aku sebenarnya paling suka memakan orang. Ukuranmu sempurna jadi masing-masing kepalaku bisa menggigit sekali.”
Tangannya membelai wajah Xiaoliu kemudian mencondongkan diri lalu meraih leher Xiaoliu. Tubuh Xiaoliu gemetar dan dia pun memejamkan matanya. Lidah Xiang Liu mencicipi darah dan sebuah kesadaran menyambar dalam benaknya. Perlahan dia mengisap beberapa kali sebelum mendongakkan kepalanya. “Apa kau berani bicara omong kosong lagi?”
Xiaoliu mati-matian menggelengkan kepalanya. Xiang Liu melepaskan dirinya dan Xiaoliu merangkak sejauh yang dia bisa. Xiang Liu memanjat si rajawali putih dan menekuk jarinya pada Xiaoliu. Xiaoliu tak berani mendekat dan malah mundur beberapa langkah. Xiang Liu menatap sambil tersenyum, “Apa kau ingin aku ke sana?” Xiaoliu cepat-cepat menggelengkan kepalanya dan dengan patuh mendekat kemudian memanjat punggung si rajawali.
Saat mereka kembali ke Kota Qing Shui, Xiang Liu menendang Xiaoliu dari punggung rajawali tanpa peringatan dan Xiaoliu pun terjatuh ke sungai. Dia tercengang dan mengambang di permukaan air sambil menatap si rajawali terbang pergi. Suasananya begitu gelap dan sunyi sehingga dia bahkan tak punya tenaga untuk menyumpahi.
Xiaoliu memejamkan matanya dan membiarkan sungai menghanyutkan dirinya ke hilir dan begitu dia merasa kalau sudah dekat dengan klinik, dia pun membalikkan tubuh dan berenang ke tepian. Dia memanjat ke daratan dalam kondisi basah kuyup dan hal pertama yang dia lihat adalah Shiqi yang sedang berdiri di sana. Xiaoliu tersenyum padanya. “Masih bangun? Jaga dirimu sendiri dan beristirahatlah.” Dia berjalan melewati Shiqi yang mengekorinya tetapi Xiaoliu bersikap seakan tidak mengetahuinya. Dia berjalan menuju kamarnya dengan Shiqi masih mengikuti, namun begitu dia masuk kamar, ditutupnya pintu di belakangnya tanpa melihat ke belakang.
Xiaoliu segera melepaskan pakaiannya yang basah dan mengeringkan tubuhnya sebelum memanjat ke balik selimut dalam kondisi telanjang. Selimut yang biasanya dingin ternyata tidak dingin dan malah ada sebutir bila dupa hangat di dalamnya yang membuat selimut itu hangat dan wangi. Chuan Zi dan Lao Mu jelas-jelas bukan jenis yang teliti dan penuh pertimbangan. Xiaoliu tersenyum dan membalikkan tubuh sebelum tertidur, tubuhnya begitu lelah hingga tak ada satu mimpi pun yang tersisa.
Keesokan harinya, Xiaoliu bertingkah seakan tak ada yang terjadi dan kembali ke urusan biasanya. Karena Ma Zi sedang memulihkan diri di tempat Tukang Daging Dao dan Lao Mu kelihatan baik-baik saja tetapi tak mau pergi ke klinik untuk menemui siapapun, hanya tersisa Xiaoliu yang harus melakukan jauh lebih banyak pekerjaan. Untung saja Shiqi begitu membantu dalam mengurus pasien, membuat obat… setelah hari sibuk yang panjang dan setelah makan malam selesai dan Chuan Zi melihat Lao Mu masuk ke dapur, dia berpaling pada Xiaoliu, “Apa kita akan membiarkan hal ini begitu saja?”
Xiaoliu mengunyah leher bebek. “Kalau kita tidak membiarkannya, apa yang ingin kau lakukan tentang hal itu?”
Chuan Zi menendang penggiling. “Aku kesal!”
Xiaoliu menampar Chuan Zi dengan leher bebek. “Kupikir aku sudah memanjakanmu selama bertahun-tahun ini sehingga kau tak tahu seperti apa yang sebenarnya ada di luar sana! Dalam hidup ini, selama kau masih hidup maka akan ada saat-saat ketika kau harus menahan bahkan bila kau sudah tak tahan lagi. Mundur bahkan saat kau tak mau mundur. Bahkan para pangeran dan tuan putri itu juga hidup seperti ini!”
Chuan Zi teringat saat dirinya masih kecil dan betapa besar dia telah menderita dan terpaksa mengakui bahwa Xiaoliu memang benar. Dirinya hanya seorang manusia dan bertahan adalah sebuah keharusan. Namun dia masih menggumam, “Kau bicara seperti kau tahu, tapi kau kan bukan pangeran ataupun tuan putri!”
“Dasar kau anak kura-kura! Kalau aku tak menghajarmu beberapa kali dalam seminggu, kau langsung lupa siapa majikannya!” Xiaoliu melompat dan meraih sapu lalu mulai memukul sementara Chuan Zi memegangi bokongnya dan menundukkan kepalanya dan berlari ke dalam kamarnya lalu mengunci pintu. Xiaoliu menghantam pintu kamar Chuan Zi dengan sapu dan bereriak, “Apa kau mengerti apa yang kukatakan?!”
Lao Mu berdiri di pintu dapur dan berkata, “Xiaoliu, aku sudah dengar apa yang kau katakan dan aku mengingat semuanya. Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja.” Lao Mu menutup pintu dapur dan berjalan kembali ke kamarnya. Xiaoliu langsung menjadi tenang dan melemparkan sapu itu ke sudut halaman.
Chuan Zi membuka sedikit jendelanya dan melontarkan tatapan cemas ke arah kamar Lao Mu. Xiaoliu mengetuk kepala Chuan Zi dan berkata dengan suara rendah, “Orang-orang itu hanya melewati Kota Qing Shui. begitu mereka pergi, waktu akan menghapus semuanya dan Lao Mu akan kembali pada dirinya yang biasa.” Chuan Zi mengangguk dan menutup jendelanya.
Shiqi menyerahkan keranjang cemilan pada Xiaoliu dan dia mengambil beberapa buah ceker bebek. Mata Shiqi berbinar. Xiaoliu dengan sopan mengulas senyum ‘terima kasih’ dan sinar mata Shiqi pun meredup. Xiaoliu mengunyah ceker bebek dan berjalan ke kamarnya lalu menendang pintu hingga tertutup. Shiqi memegangi keranjang dan berdiri di sana dengan kepala ditundukkan.
—
Kini enam bulan sudah berlalu dan Ah Nian serta Xuan tidak meninggalkan Kota Qing Shui seperti yang telah diperkirakan Xiaoliu. Chuan Zi dengan marah menyiangi tanaman obat dan memprotes, “Kak Liu, si pelacur dan si perlente muka-pucat itu membuka kedai arak di jalan. Aku akan memanggil beberapa pengemis untuk pergi mengacaukan bisnis mereka.”
Xiaoliu menendangnya. “Kalau kau punya kemampuan untuk mengacaukan bisnis orang maka kau bukan Chuan Zi.” Chuan Zi menghantamkan cangkulnya ke tanah dan Xiaoliu menyuruh, “Hati-hatilah, kalau kau sampai menghancurkan tanaman obatku, aku akan menghantamkan cangkul itu padamu!”
Chuan Zi menggumam, “Lao Mu belum melangkah keluar sekalipun sejak saat itu. Kalau mereka tetap berada di kota, Apa yang akan Lao Mu lakukan?”
Xiaoliu menyandar pada sebuah ember dan mengunyah sehelai rumput dan menimbang-nimbang. Bukan hanya Lao Mu yang tidak meninggalkan rumah, Shiqi juga jarang keluar rumah dan saat dia melakukannya, dia akan mengenakan topi anyam yang menutupi wajah.
Xiaoliu tak tahu sebabnya. Shiqi tak punya tak punya pilihan lain karena dia tak bisa kembali ke rumah asalnya, tetapi si pria cantik dan si gadis Ah Nian itu sepertinya hidup lebih dari berkecukupan jadi kenapa mereka malah hinggap di Kota Qing Shui dan tidak pergi juga? Apakah karena tentangan keluarga sehingga mereka tak bisa bersatu makanya kawin lari? Apakah si pria adalah pria cantik miskin yang menggoda seorang nona kalangan atas, makanya si nona membawa gadis pelayannya dan kabur dan sekarang mereka adalah sepasang kekasih yang tidak direstui yang sedang dalam pelarian….
Chuan Zi berlutut di hadapan Xiaoliu. “Kakak Liu, apa yang sedang kau pikirkan?”
Xiaoliu menjelaskan, “Kalau dipikir-pikir, sulit untuk mendapatkan penghasilan di Kota Qing Shui, mereka takkan bertahan lama dan toko mereka pada akhirnya akan tutup.” Chuan Zi memikirkan tentang hal itu dan setuju. Kedai-kedai arak yang sudah ada akan berusaha menyingkirkan pendatang baru, dan pria cantik itu sama sekali tidak kelihatan seperti pebisnis. Chuan Zi jadi gembira lagi.
Sayangnya tiga bulan kemudian baik Chuan Zi maupun Xiaoliu dikecewakan.
Kedai arak si pria cantik bukan hanya berjalan mulus di Kota Qing Shui, sebenarnya bisnisnya bahkan lumayan bagus. Chuan Zi murka. “Para pelacur itu menyukai wajah tampan dan mereka membuat bisnis si pria cantik terus berjalan. Aku melihat mereka semua berdandan dan berkeliaran di sana untuk membeli arak. Si pria cantik itu juga sangat tidak tahu malu, main mata dengan para pelacur….”
Xiaoliu melirik Lao Mu yang masih tak mau melangkahkan kaki ke luar dan memutuskan untuk pergi melihat-lihat kedai arak itu. Xiaoliu melangkah keluar dan Shiqi mengikuti, jadi Xiaoliu berkata, “Aku akan pergi ke kedai arak si pria cantik. Cuma melihat, bukan berkelahi.” Langkah Shiqi berhenti dan Siaoliu tersenyum kemudian lanjut berjalan. Beberapa saat kemudian Shiqi kembali mengikuti, kali ini dengan mengenakan topi. Xiaoliu melirik ke belakang padanya dan tak mengatakan apa-apa.
Xiaoliu masuk ke dalam restoran di seberang kedai arak dan memesan dua makanan. DIa duduk dan dengan berani mengamati sementara Shiqi duduk di belakangnya setenang seperti kalau dirinya tidak ada. Tak terlihat adanya Ah Nian maupun Hai Tang, dengan perangai mereka sepertinya mereka takmenunjukkan wajah mereka pada para pelanggan dan tetap tinggal di belakang.
Si pria cantik sibuk menjalankan kedai, mengenakan jubah serat biasa saat dia menerima uang dan menyerahkan arak sambil menyambut pada pelanggan. Dia tak mencuat keluar seperti jempol sakit dan sebenarnya membaur dengan jalanan.
Para pelacur cantik datang untuk membeli arak dan dia tersenyum dengan kehangatan serta kejernihan di matanya, mengurus pembelian mereka seperti yang akan dia lakukan bila si wanita adalah ibu rumah tangga biasa. Para pelacur juga sangat kalem dengan seulas senyum kecil, sangat menghormati pria itu seperti mereka menjadi diri mereka sendiri. Xiaoliu mengunyah roti kering dengan ganas – para pelacur suka berbisnis dengan pria itu bukan karena dia sangat tampan, melainkan karena dia tak memedulikan baik penampilannya sendiri maupun penampilan para pelacur itu.
Setelah bisnisnya mereda, di pria cantik membawa sekendi arak dan berjalan menghampiri. “Saya masih cukup baru di sini dan memakai resep turun-temurun keluarga dalam membuat arak sebagai matapencaharian. Kelak, bersediakah Kakak Liu menjaga toko ini dengan baik.”
Xiaoliu telah tinggal di Kota Qing Shui selama lebih dari dua puluh tahun dan juga seorang tabib, jadi semua orang yang berbisnis di jalan ini memanggil dia kakak Liu. Setidaknya si pria cantik tahu sopan santun.
Xiaoliu tertawa. “Tentu. Dan kalau kau tak bisa membuat dia mengandung anak laki-laki juga datanglah menemuiku dan aku akan memastikan kalau dia akan memberimu putra.”
Si pria cantik balas tertawa dan membuka kendi araknya lalu dengan penuh hormat menuangkan semangkuk untuk Xiaoliu. Dia minum duluan untuk bersulang, “Apa yang terjadi sebelumnya memang tidak hormat, harap Kakak Liu bersedia berbesar hati dan memaafkan.”
Kalau orang hanya sekedar lewat, maka dia bisa bertindak semena-mena dan memukuli warga, lalu pergi begitu saja. Tetapi untuk tinggal dalam jangka waktu lama, bahkan orang kuat pun perlu menurunkan kesombongannya dan menghormati aturan-aturan di tempat itu. Kalau tidak Xiaoliu bisa memasukkan racun ke dalam araknya setiap tiga hari sekali, dan menambahkan macam-macam saat dia membeli daging dari si tukang daging, dan meludahi kue-kue cemilan….
Xiaoliu melihat bahwa pria cantik itu mengerti, jadi dia pun berhenti mengacau. “Meski aku punya hati yang lebih besar, istrimu takkan melakukan hal yang sama.”
Si pria cantik menjawab, “Ah Nian adalah sepupu saya, harap Kakak Liu tidak salah paham.”
Xiaoliu tersenyum dan tak meminum arak di hadapannya. Si pria cantik mengambil mangkuk lagi dan menenggak isinya. Xiaoliu mengabaikannya dan terus mengunyah makanannya.
Si pria cantik meminum enam mangkuk berturut-turut dan mengamati Xiaoliu yang terus makan. Dia ingin menuangkan arak lagi untuk dirinya sendiri saat mendapati kalau kendinya sudah kosong. Dia pergi dan kembali membawa kendi lain dan pada saat itulah Xiaoliu menatapnya secara langsung. “Suruh sepupumu untuk minta maaf kepada Lao Mu.”
Si pria cantik berkata, “Temperamen sepupu saya tak terbengkokkan. Saya akan membawa arak dan meminta maaf kepada Lao Mu.”
“Kau jelas bersedia membungkukkan dirimu sendiri demi melindungi orang lain. Kau lebih memilih menundukkan kepalamu rendah-rendah daripada menyuruh sepupumu menelan kesombongannya.”
“Saya lebih tua darinya. Apapun yang dia lakukan, saya harus bertanggungjawab terhadapnya.”
Xiaoliu menundukkan kepalanya dan berpikir sesaat sebelum mendadak tertawa. Dia berdiri dan mengambil mangkuk arak lalu menenggaknya. Dengan tulus dia memuji, “Arak bagus!”
Si pria cantik tertawa, “Harap kelak Kakak Liu datang lebih sering.”
Xiaoliu menambahkan, “Kau tak perlu membawakan sendiri arak untuk minta maaf. Kirim saja dua kendi arak terbaikmu kepada Lao Mu.”
“Baiklah, sesuai apa kata Kakak Liu.” Si pria cantik membungkuk dan pergi untuk kembali menjalankan tokonya.
Petangnya si pria cantik datang bersama Hai Tang dan dia bahkan menyewa dia orang untuk perlahan memindahkan dua puluh kendi arak dari tokonya ke klinik. Dia melakukannya sedemikian supa sehingga semua tetangga bisa melihat dan semua itu sudah cukup untuk memberi muka pada Lao Mu. Hai Tang membungkukkan kepalanya dan meminta maaf kepada Lao Mu, sudah jelas kalau dia tidak suka melakukannya tetapi semua itu dikerjakan dengan penuh hormat dan kepantasan yang sesuai dengan orang dari rumah tangga yang berada.
Lao Mu duduk di sana dengan wajah gelap dan merutuki diri sendiri. “Aku tak sehebat Nona Muda, jadi aku tak bisa menerima permintaan maafmu.”
si pria cantik menyuruh Hai Tang pulang duluan dan dia sendiri tetap tinggal. Dia tak berbasa-badi dan membuka satu kendi arak lalu menuangkan dua mangkuk untuk dirinya sendiri dan Lao Mu. Lao Mu adalah orang yang rendah hati dan karena memang bukan si pria cantik yang telah menyalahinya, dia pun menerima arak itu dan mulai minum-minum bersama si pria cantik.
Bermangkuk-mangkuk arak ditenggak seperti air dan Lao Mu mulai bicara lebih dan lebih banyak lagi. Dia bahkan mulai melantunkan mars pasukan dengan si pria cantik! Lao Mu bukan pria berpendidikan juga tak tahu cara membaca. Mars minum ketentaraan dia pelajari saat masih di pasukan dan kata-katanya amat kasar, tapi secara mengejutkan di pria cantik mengetahuinya dengan baik.
“Kau minum untuk paha putih mulus, aku minum untuk bibir merah merona, kau minum untuk dada putih montok….” Mereka berdua menjadi semakin dan semakin mesum serta gembira sementara Chuan Zi dan Xiaoliu berdiri melongo di sana serta Shiqi duduk diam dengan kepala tertunduk.
Lao Mu terbahak pada Shiqi, “Begitu pemalu dan sopan! Cuma beberapa kata dan telingamu sudah merah?” Xiaoliu menhadari bahwa Shiqi tak bersembunyi dari si pria cantik, yang berarti bahwa orang yang dia kenal adalah Ah Nian.
Chuan Zi mencolek Xiaoliu, “Lao Mu tertawa.”
Xiaoliu melirik pada si pria cantik – orang itu jelas adalah orang patut diperhitungkan. Dari wanita hingga pria, yang elegan hingga yang kasar, dia bisa menangani mereka semua. Tak heran kalau dia bisa menggoda seorang nona kelas atas untuk kabur bersamanya.
Setelah menghabiskan dua kendi arak, Lao Mu dan si pria cantik nyaris menjadi sahabat sehidup semati dan satu-satunya yang kurang adalah menjadi saudara angkat. Setelah mengantar si pria cantik itu pergi, Dia mengingatkan pria itu untuk domba panggangnya dan lebih banyak minum-minum lagi. Lao Mu dan Chuan Zi sama-sama mabuk jadi Xiaoliu buru-buru membersihkan pecah-belahnya.
Shiqi berkata, “Aku akan melakukannya, kau istirahatlah.”
Xiaoliu tertawa, “Aku tak bisa menyuruhmu mengerjakan semuanya.”
Shiqi mencuci piring sementara Xiaoliu menyeka tungku, tak satu katap pun terucap. Shiqi melirik pada Xiaoliu beberapa kali tetapi Xiaoliu tersenyum saat mengerjakan tugasnya dan bahkan saat dia bertemu pandang dengan Shiqi dia tak mengalihkan tatapan dan malah memasang wajah konyol sambil tersenyum. Setelah Shiqi selesai dengan pecah belah dan meraih untuk mengambil kain lap Xiaoliu, Xiaoliu menahannya. “Aku sudah hampir selesai, kau pergilah istirahat.”
Shiqi berdiri diam di sana. Beberapa saat kemudian dia berkata, “Xiaoliu, kau masih lapar.”
“Huh?” Xiaoliu pura-pura tidak mengerti. “Tidak, Lao Mu sekarang berteman dekat dengan dia dan bersedia menerima Ah Nian seperti seorang adik dan membiarkan gadis itu menang kali ini, alasan apa yang kumiliki untuk masih merasa marah?”
Shiqi tahu kalau Xiaoliu menghindari topik itu dan menatapnya. “Kau tidak bicara padaku.”
“Mana mungkin? Aku kan bicara padamu setiap hari. Bukankah saat ini aku sedang bicara denganmu?”
“Aku… ingin… kau jadi seperti sebelumnya. Aku ingin mendengarmu bicara.”
“Sebelumnya?” Xiaoliu berpura-pura bodoh. “Bagaimana aku sekarang berbeda dari sebelumnya? Bukankah aku memperlakukanmu sama seperti pada Ma Zi dan yang lainnya?”
Shiqi menundukkan kepalanya dan tak lidahnya tak cukup licin untuk menangkis. Dia hanya bisa memakai sikap diamnya untuk menahan semuanya, suaranya mengandung kesepian. Xiaoliu menggantungkan kain lapnya dan menyekakan tangannya pada baju. “Baiklah, sudah beres. Waktunya istirahat.”
Xiaoliu bergegas kembali ke kamarnya, cangkang keras di sekitar hatinya sudah terkunci rapat kembali. Hanya kelunakan karena rasa kasihan lah yang telah membuat dia menjadi bingung selama sesaat, namun kini dia bisa berpikir jernih kembali. Semua orang datang sendirian ke dunia ini dan akan pergi sendirian. Tak ada seorang pun yang bisa diandalkan. Seberapa banyak harapan dan kepercayaan yang dimiliki orang pada hari ini, adalah seberapa banyak rasa sakit dan penderitaan yang akan ditanggung oleh orang itu dalam perjalanan. Daripada membiarkan hal itu terjadi, lebih baik tidak memilikinya sejak awal mula.
Karena sementara ini Shiqi tak bisa pulang, maka dia akan membiarkan Shiqi tinggal untuk saat ini. Teman untuk sementara, dan periode singkat dalam sebuah hidup yang panjang suatu hari nanti akan terlupakan.
Segalanya kembali normal dan Lao Mu mendapatkan semangat pria tua pencemasnya kembali. Dia berbelanja, dia memasak, dia pun mulai menjadi mak comblang untuk Chuan Zi. Xiaoliu adalah jenis orang yang tak pernah merasa khawatir sementara kata-kata Shiqi langka bagai emas, menyisakan Lao Mu dengan segala hal yang ingin dia diskusikan namun tak ada seorang pun yang bisa diajak bicara. Dia berakhir menjadi lebih akrab dengan Xuan si pria cantik itu.
Dia sering mampir di kedai arak setelah berbelanja bahan makanan dan akan minum-minum sedikit sambil mengeluh pada si pria cantik. Putri dari Keluarga Dong tak menyukai Chuan Zi, dan Chuan Zi tak menyukai putri dari Keluarga Xi…. Beberapa orang pemabuk di kedai arak bahkan menawarkan beberapa ide untuk Lao Mu.
Calon pasangan Chuan Zi belum juga ditemukan tetapi istri Ma Zi, Chuntao telah melahirkan untuknya seorang bayi perempuan gemuk yang membuat Lao Mu berderai air mata sukacita dan bersumpah untuk terus mengusahakan pernikahan Chuan Zi. Hari-hari yang biasa dan sibuk berlalu bagai air mengalir dan kedai arak si pria cantik akhirnya menjadi bagian dari Keluarga Kota Qing Shui dan orang-orang di Jalan Xi He akhirnya menerima Xuan dengan tulus.
Xiaoliu mulanya memikirkan kenapa Xuan tinggal di Kota Qing Shui, tetapi seiring berlalunya waktu, bahkan dia juga lupa untuk memikirkannya dan menuangkan semua perhatiannya pada penelitian obat-obatan.
Xiang Liu terus menginginkan racun-racun mematikan yang aneh sehingga Xiaoliu harus mengerahkan tenaganya untuk berurusan dengan pria itu. Xiaoliu berdiri di depan jendela dan membuat permohonan pada bulan – semoga Xiang Liu tersedak makanannya sampai mati, tersedak air minumnya sampai mati, jatuh saat berjalan dan mati.
Setelah membuat permohonan itu dia menutup jendela dan sudah akan membawa permohonan penuh harapnya yang ceria ke ranjang saat dia berbalik dan melihat Xiang Liu yang berpakaian serba putih berbaring di dipannya dengan mata dingin pria itu menatap dirinya. Xiaoliu serta merta kelepasan, “Aku tidak sedang menyumpahimu!”
“Kau barusan sedang menyumpahiku?” Xiang Liu tersenyum dan menekuk jarinya.
Xiaoliu menghampirinya selangkah demi selangkah. “Jangan pukul wajah.”
Xiang Liu tak menggunakan dan malah memakai mulutnya, dia menggigit leher Xiaoliu kuat-kuat dan mengisap darahnya. Xiaoliu memejamkan matanya dan ini bukan seperti kali terakhir yang dimaksudkan sebagai peringatan. Xiang Liu benar-benar meminum darahnya.
Setelah beberapa saat berlalu, dia melepaskan Xiaoliu tetapi bibirnya tetap tinggal di bekas gigitannya. “Takut?”
“Takut!”
“Pembohong!”
Xiaoliu kelepasan berkata, “Malam itu aku tahu kalau kau telah menemukan rahasia dengan tubuhku. Kupikir kau akan mencari cara untuk memakanku, tetapi malam ini kau datang dan yang kau inginkan adalah darahku. Aku tidak takut lagi.”
Xiang Liu berkata dengan senyum pseparuh, “Mungkin saat ini aku menginginkan darahmu, tetapi pada suatu musim dingin aku mungkin ingin merebusmu untuk memelihara diriku sepenuhnya.”
Xiaoliu tertawa dan membuka tangannya. “Saya sudah menjadi milik Tuanku. Tuanku bisa melakukan apapun yang Anda inginkan dengan saya.”
“Kau berbohong lagi!”
Xiaoliu menatap pada Xiang Liu – malam ini dia tampak berbeda. Rambut putih Xiang Liu masih tidak ada yang tidak pada tempatnya sehelai pun, jubah putihnya masih bebas noda namun tampak tak sesempurna sebelumnya. “Kau terluka.”
Xiang Liu membelai leher Xiaoliu seakan memilih titik untuk digigit selanjutnya. “Apa sebenarnya yang kau makan untuk tumbuh? Kalau para iblis menemukan bahwa darahmu lebih kuat dalam hal penyembuhan bahkan daripada pil-pil obat yang paling sakti, kau akan dimakan sampai tak ada yang tersisa.”
Xiaoliu tertawa tetapi tak merespon perkataan Xiang Liu dan alih-alih bertanya, “Apa yang membawa Tuanku datang begitu larut malam ini?”
Xiangliu melepaskan jubah luarnya dan berbaring dengan nyaman. “Meminjam dipanmu untuk tidur.”
“Lalu di mana saya akan tidur?”
Xiang Liu meliriknya dan Xiaoliu langsung berjongkok. Dia mengerti, dia bisa tidur berbaring di mana saja.
Xiaoliu memelototi dengan marah – itu selimutku, Shiqi mengeluarkan dan menganginkannya di bawah matahari yang hangat dan menggebuknya hingga nyaman dan empuk. Xiaoliu membungkus dirinya sendiri dalam selimut dan meringkuk membentuk bola di sudut dipan kemudian tertidur dengan amat kesal.
Di tengah malam, Xiaoliu memanjat ke atas tubuh Xiang Liu dan pria itu membuka matanya. Xiaoliu mencengkeram lehernya dan tertawa sinting. “Kau memakai kekuatanmu untuk menyembuhkan dirimu sendiri, kan? Jangan sampai terganggu dan berhenti sekarang kalau tidak kau akan memperparah lukamu dan mungkin bahkan akan kehilangan semua kekuatanmu dan kehilangan semua kewarasanmu.” Xiang Liu memejamkan matanya.
Xiaoliu menampar pipi kiri Xiang Liu. “Bagaimana kalau aku melecutmu empat puluh kali?” Xiaoliu menampar pipi kanan Xiang Liu. “Kau iblis tolol, kau tak takut dengan rasa sakit. Kalau aku memotong tangan kirimu kau mungkin akan memanggangnya dengan tangan kananmu dan memakannya.”
“Hee hee….” Xiaoliu melompat turun dari dipan dan berlari ke dapur untuk mengambil sejumlah arang dari tungku. Dia menyelinap kembali ke kamar dan melompat ke atas dipan lalu mengejek, “Bahkan kau punya saat seperti ini! Jangan marah dan fokuslah pada menyembuhkan lukamu, jangan sampai aku mengganggumu!” Xiaoliu memegang arang dan mulai dengan hati-hati menggambar pada wajah Xiang Liu.
Setelah Xiaoliu selesai dan puas dengan hasilnya, dia mengambil cerminnya yang berharga lalu menempatkannya di depan wajah Xiang Liu. “Lihatlah tapi jangan marah dan mengacaukan aliran tenaga penyembuhanmu.” Xiang Liu membuka matanya yang lebih tajam daripada belati tetapi Xiaoliu sudah berguling-guling. “Lihatlah!”
Di dalam cermin, di bawah mata kiri Xiang Liu terdapat tiga buah mata lagi, di bawah mata kanannya ada tiga buah mata lagi, dan ada satu lagi mata pada dahinya. Xiaoliu menghitung, “Satu, dua, tiga… totalnya ada sembilan.”
Xiaoliu memakai jari-jarinya yang menghitam untuk menggosok semua mata itu hingga menjadi kepala dan dia pun mengubah sembilan mata menjadi sembilan kepala. Xiang Liu memelototinya dan XIaoliu mengernyitkan alisnya. “Aku sungguh tak bisa membayangkan sembilan kepala itu seperti apa. Pada salah satu hari ini kau harus menunjukkan kepadaku wujud aslimu!” Bibir Xiang Liu bergerak dan dia berkata tanpa suara, “Aku akan memangsamu.”
Xiaoliu memakai jemarinya yang kotor untuk menggosok bibir Xiang Liu. “kalau kau tak keberatan menjadi begitu kotor, maka silakan makan saja!”
Xiaoliu melompat turun dari dipan dan memiringkan kepalanya untuk menatap Xiang Liu. “Aku pergi, tak usah datang untuk mencariku. Aku akan menghilang selama beberapa hari sampai amarahmu padam. Saat kau ingat dengan sisi baikku, maka aku akan kembali.” Xiaoliu mengambil sejumlah cemilan dari dapur dan sudah akan pergi saat dia melihat Shi Qi.
Xiaoliu baru saja selesai menyiksa Xiang Liu dan sedang dalam suasana hati yang sangat baik sehingga dia melambaikan sapaan pada Shiqi dengan seulas senyum cerah. Shiqi bergegas melangkah dan ada binar di matanya sampai dia menyadari bekas gigi di leher Xiaoliu. Demi segala niat dan tujuan, bekas itu kelihatan seperti bekas yang ditinggalkan oleh ciuman. Mata Shiqi memelesat ke kamar Xiaoliu dan binar itu pun lenyap dari matanya. Xiaoliu memberitahu Shiqi, “Xiang Liu ada di kamarku. Jangan ganggu dia dan biarkan dia beristirahat. Dia akan pergi begitu dia bangun. Ada sesuatu yang harus kulakukan jadi aku harus pergi. Katakan pada Lao Mu supaya jangan mencariku.”
Xiaoliu pergi tanpa menunggu Shiqi menanggapi, berpikir pada dirinya sendiri ke mana harus bersembunyi sehingga iblis besar itu tak bisa menemukan dirinya. Ke mana aku biasanya tak pernah pergi? Saat dia berpikir dan berjalan, dia berakhir menyelinap ke dalam kedai arak si pria cantik.
Matahari belum terbit dan Xiaoliu memasuki kedai saat suasananya masih hitam pekat. Dia melakukannya tanpa dipergoki dan merasa luar biasa puas pada dirinya sendiri. Dia sedang tidur dengan nyenyak bersandarkan segentong arak saat dia mendengar Xuan masuk untuk mengambil arak dan ada suara orang sedang bicara.
“Bagaimana mereka?”
“Tiga mati dan satu melarikan diri. Tuan, bukannya kami tak berguna tetapi kali ini hal tersebut telah membuat Iblis Besar Sembilan Nyawa waspada. tetapi tiga dari orang-orang kita telah merisikokan hidup mereka dan berhasil melukai dia.”
“Xiang Liu terluka?”
“Orang-orang kita di pegunungan tahu dengan sempurna kesempatan untuk menyingkirkan dia sekali dan selamanya, tapi dia tak bisa ditemukan.”
“Hhhmmm.”
“Saya pelayanmu ini akan pergi sekarang.”
Pintu gudang arak tertutup dan kesunyian pun melingkupi. Xiaoliu akhirnya perlahan menghembuskan napas yang tertahan. Dia kembali tidur, tidak merasakan apa-apa secara khusus. Jenderal Gong Gong dan Xuan Yuan telah berperang selama beberapa ratus tahun saat sekarang. Pada awalnya, Huang Di mengirimkan pasukan bantuan, namun belum juga Dataran Tengah berhasil dikuasai, Gao Xing menyerang dari sisi lain, Dong Gong pun berada di lokasi fisik yang menguntungkan sehingga Huang Di kalah dalam semua pertempurannya. Semua yang bisa dia lakukan adalah terus menyudutkan Gong Gong dan menunggu dia menyerah pada hari-hari ini.
Secara bertahap perangnya berubah dari pertempuran terbuka menjadi perkelahian diam-diam dan siasat pembunuhan di bawah tangan… apapun yang Xiaoliu tak mampu pikirkan, seseorang sudah menjajalnya.
Xuan Yuan bahkan telah mengumumkan hadiah, dan Xiang Liu adalah buruan nomor satu dalam daftar, bahkan lebih tinggi ketimbang Gong Gong. Alasannya sangat aneh – Gong Gong adalah keturunan bangsawan dari keluarga kerajaan Shen Nong sehingga bila ada yang membunuh dia demi hadiah, hal itu akan memancing amarah dari seluruh dunia. Namun Xiang Liu tidak masalah – dia hanya seorang iblis, apalagi merupakan iblis berkepala sembilan yang ganjil dan mengerikan. Jadi membunuh dia demi hadiah uang takkan membuat siapapun kepikiran hingga tidak bisa tidur.
Entah apakah Xuan menginginkan uang atau sesuatu yang lain, Xiaoliu akan perlu memikirkan tentang hal itu. Semua di dunia ini bisa dididihkan demi uang dan kekuasaan.
Xiaoliu bersembunyi dalam gudang arak selama tiga hari dan pada hari keempat dia menyelinap ke dapur untuk mendapatkan cemilan. Dengan mulut yang tersumpal penuh oleh daging angsa dia mendengar suara Xuan di belakangnya, “Ingin arak untuk diminum bersama itu?”
Xiaoliu membeku dan menolehkan kepalanya untuk melihat Xuan yang sedang menyandar pada pintu dapur menatap dirinya dengan sorot lembut.
Xiaoliu terkikik. “Aku… makananmu rasanya lebih enak ketimbang masakan Lao Mu.”
“Lebih enak lagi kalau hangat.”
“Erm… kalau begitu dipanaskan?”
“Tentu!”
Xuan meletakkan beberapa makanan di atas tungku dan kemudian menyalakannya. Xiaoliu duduk di sampingnya dan Xuan pun menuangkan untuknya semangkuk arak kemudian Xiaoliu menyesapnya perlahan. “Kalau kau suka, kau bisa minum lebih banyak.”
“Uhhm… makasih.”
Xuan menyerahkan makanan yang sudah dipanaskan kepada Xiaoliu dan kemudian duduk untuk minum bersama Xiaoliu yang berpikir bahwa bila sekarang bukan tengah malam dan dia juga tidak datang tanpa diundang, pemandangan ini pasti akan lebih hangat dan mengundang.
Xiaoliu bertanya, “Apa Ah Nian yang membuat makanannya? Dia adalah koki yang bagus.”
“Ah Nian hanya tahu caranya makan.” Suara Xuan mengandung pemanjaan yang lembut.
“Tak bisa percaya kalau kau tahu cara untuk membuat arak dan memasak. Ah Nian sangat beruntung.”
“Dia memanggilku kakak, aku harus merawatnya.”
“Aku belum melihat Ah Nian akhir-akhir ini.” Sebenarnya bukan akhir-akhir ini, melainkan nyaris tak pernah melihat dia.
Xuan tertawa. “Kakak Liu merindukan Ah Nian?”
“Tidak, tidak, cuma bertanya.” Yang paling baik adalah tak pernah melihat dia sama sekali.
“Aku memintanya untuk menyulam sebuha partisi untukku, jadi dia sedang mengerjakan itu di kamarnya.”
Xiaoliu mulai menyadari alasan gadis iblis itu begitu diam adalah karena si pria cantik memakai siasat untuk membuatnya tetap sibuk.
Xuan kelihatannya tahu apa yang dia pikirkan. “Kelak bila Ah Nian melakukan sesuatu yang kasar, harap Kakak Liu bersedia memaafkan dia dengan mempertimbangkan bahwa dia hanya seorang gadis.”
Kelak? Ada kelak… jadi Xuan takkan menyingkirkan dirinya malam ini? Xiaoliu tersenyum. “Tidak masalah, tidak masalah, aku pasti akan mengabaikannya.”
Xuan berdiri dan meminta lagi dengan tulus sehingga Xiaoliu mengatakan lagi bahwa dia akan membiarkan perilaku Ah Nian lewat begitu saja hingga hal itu menjadi sebuah janji. Xiaoliu mengesah dan berkata melamun, “Enaknya menjadi adik perempuanmu.”
Mungkin itu adalah hal paling tulus yang Xiaoliu katakan sepanjang malam dan bahkan Xuan pun merasakannya. Topeng senyumnya menghilang dan dia berkata, “Tidak, aku bukan seorang kakak yang baik.” Dalam kata-katanya terdapat jejak kesedihan.
Xiaoliu meminum araknya. “Aku akan pulang.”
Xuan berkata, “Aku akan mengantarmu keluar.”
Xiaoliu bangkit dan Xuan pun mengantarnya keluar. “Datanglah saat kau puya waktu.”
“Tentu, kau kembalilah, tak usah menemaniku lebih jauh lagi.”
Xiaoliu berlari pulang dalam sekejap mata dan melompati tembok menuju ke halaman lalu menyelinap ke dalam kamarnya dan menutup pintu. Seseorang berdiri dari sudut dipan dan Xiaoliu begitu terperanjat sehingga punggungnya mengarah ke pintu.
Berbaring ataupun berdiri tetap saja mati, jadi lebih baik segera menyelesaikannya saja. Xiaoliu memejamkan matanya dan gemetaran. “Aku… aku… aku bersalah!”
Bagai seekor kucing, yang menggunakan suara terlembutnya untuk membujuk sang pemilik agar memaafkannya, berharap Xiang Liu akan ingat dengan kemampuannya untuk membuat racun dan juga bahwa darahnya memiliki kekuatan penyembuh, lalu mungkin dia takkan dipukuli sampai setengah mati. Kecuali… beberapa saat kemudian, masih tak ada pergerakan.
Jantung Xiaoliu berdebar gila-gilaan dan akhirnya dia tak tahan lagi lalu membuka matanya. Itu. Adalah. Shi. Qi!
Xiaoliu murka! Dia sudah ketakutan setengah mati! Dia menuding Shiqi dan menggoyangkan jarinya. “Kau… kau… bagaimana bisa ternyata itu kamu?”
Wajah Shiqi kelabu dan suaranya amat sedih. “Maafkan aku kalau kau kecewa.”
“Apa yang kau lakukan di kamarku?”
Shiqi menggigit bibirnya dan menundukkan kepalanya lalu berbalik untuk pergi. Xiaoliu segera berusaha minta maaf. “Maafkan aku, kukira kau adalah orang lain. Itu… itu… nada suaraku kasar tapi jangan merasa tidak enak. Aku tak melarangmu memasuki kamarku.”
“Ini salahku.” Shiqi bergerak melewatinya dan berjalan keluar, menutup pintu rapat-rapat di belakangnya.
Xiaoliu belum mendapatkan tidur yang nyaman selama berhari-hari jadi dia dengan cepat melepaskan pakaiannya dan membenamkan diri di balik selimut. Dia memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam beberapa kali – bersih, hangat, aroma samar sabun dan sinar mentari.
Pelapisnya telah dicuci dan dijemur di bawah sinar mentari. Xiaoliu tertawa dan mengingatkan dirinya sendiri supaya tidak terbiasa dengannya. Semua orang akan pergi dan dia tak boleh bermanja-manja, hidupnya adalah untuk tidur dalam selimut dingin, dalam selimut kotor. Xiaoliu selesai mengingatkan dirinya sendiri sebelum berbalik dan tertidur lelap.