Eternally Yearning For You / Lost You Forever / 長相思 - Chapter 4
- Home
- Eternally Yearning For You / Lost You Forever / 長相思
- Chapter 4 - Berkumpul Adalah yang Tersulit, Berpisah Adalah yang Temudah
Siang hari di musim gugur adalah saat yang paling indah dalam sehari. Saat tak ada seorang pun yang sakit parah, Xiaoliu suka memakai daun palem lili besar untuk menutupi matanya dan berbaring di atas dipan jerami yang dipakai untuk mengeringkan tanaman obat. Diangkatnya kedua tangan ke atas kepala menutupi telinganya dan kedua kakinya secara alami juga akan diselonjorkan dengan jempol kaki mencuat. Sekujur tubuhnya lurus seperti sebuah garis dan dalam bayangannya, tubuhnya bisa menjulur selamanya. Perasaan merentang itu, dipadukan dengan matahari yang hangat, palem lili yang harum, bagaikan meminum arak hingga ke tulang dan menjadi sedikit mabuk.
Dia telah membujuk Ma Zi dan Lao Mu untuk berjemur sinar matahari dengan cara yang sama namun keduanya merasa hal itu sangat memalukan dan tak mau menirunya. Jadi perasaan luar biasa ini, Xiaoliu hanya bisa mengalaminya seorang diri.
Xiaoliu sudah selesai merenggangkan tubuh dan menurunkan lengannya lalu melepas daun palem dari matanya untuk menatap Shiqi yang sedang memotong tanaman obat. Setelah Ma Zi memiliki bayinya, dia nyaris tinggal setiap saat di tempat Tukang Daging Gao. Biasanya Chuan Zi yang akan melakukan beberapa tugas namun selama tiga bulan terakhir ini dia selalu keluar dari klinik untuk mengerjakan hal entah apa. Hanya Shiqi yang tetap berada di klinik tetapi Xiaoliu tak merasa kalau beban pekerjaannya meningkat dan alih-alih malah merasa lebih santai. Apapun yang ingin dia lakukan, dia akan mendapati bahwa Shiqi telah mengerjakannya.
Xiaoliu duduk di atas dipan dan memasang daun palem di atas kepalanya kemudian dengan seksama menonton Shiqi bekerja. Dengan kepala tertunduk Shiqi memotong obat-obatan dan setelah dia selesai kemudian meletakkan onat-obatan itu ke dalam kantong, dia langsung pergi mengerjakan tumpukan yang lain.
Xiaoliu memanggil, “Shiqi.”
Shiqi berhenti dan menatap Xiaoliu dengan diam. “Hhhmmm….”
Xiaoliu menggelengkan kepalanya. “Bukan apa-apa.”
Shiqi menundukkan kepalanya dan kembali bekerja.
“Shiqi.”
Shiqi berhenti lagi namun kali ini tidak mendongak pada Xiaoliu meski dia mendengarkan.
“Kau istirahatlah sebentar!”
“Tidak lelah.” Shiqi kembali bekerja.
Xiaoliu melepaskan daun palemnya dan menatap Shiqi, menyobek daun itu tipis-tipis. Lao Mu dan Chuan Zi tak pernah merasakan Xiaoliu marah pada Shiqi. Namun Xiaoliu dan Shiqi sama-sama tahu – mulanya Shiqi ingin minta maaf tetapi Xiaoliu berpura-pura tidak tahu dan justru malah menjadi lebih sopan dan santun. Perlahan-lahan Shiqi berhenti berusaha dan hanya akan mengikuti Xiaoliu dalam diam seperti bayangan, menyelesaikan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh tiga orang.
“Shiqi….” Shiqi mendongakkan kepalanya untuk menatap Xiaoliu tetapi Xiaoliu tak tahu apa yang ingin dia katakan. Dia menggigit bibirnya dan tiba-tiba tersenyum lalu menepuk-nepuk tempat di sebelahnya. “Kau kemarilah, aku akan menunjukkan sesuatu yang menyenangkan padamu.”
Shiqi meletakkan pekerjaannya dan menghampiri. Xiaoliu berbaring dan menjelaskan pada Shiqi apa yang harus dilakukan, menunjukkan pada pria itu cara berjemur di bawah mentari seperti yang dia lakukan. Shiqi tidak seperti Ma Zi dan Chuan Zi dan langsung mengikuti. Xiaoliu memicingkan mata saat dia mengihtung awan-awan di atas kepala, merasa puas dan menghela napas. Meski yang menghangatkan dirinya masih matahari yang sama, dirinya juga berbaring di dipan yang sama, namun dua orang yang berjemur di bawah mentari terasa sanagt menyenangkan untuk beberapa alasan.
Xiaoliu nyaris tertidur saat suara Shiqi berkata, “Takkan ada kali kedua.”
“Hhmmm?” Xiaoliu dengan mengantuk membuka matanya.
“Tak peduli apapun alasannya, takkan ada kali kedua saat kau membutuhkanku tetapi tak bisa menemukanku.” Xiaoliu kini sadar sepenuhnya dan tiba-tiba menyadari bahwa amarah piciknya terhadap Shiqi sama sekali tak bermakna. Shiqi yang malang menghabiskan seluruh waktunya untuk untuk memikirkan hal tersebut. Xiaoliu bangkit dan sudah akan mengatakan sesuatu sambil tersenyum ketika Lao Mu datang berlari-lari masuk dan meraih Xiaoliu lalu langsung memelesat keluar pintu.
“Sepatu, aku belum pakai sepatu!” Xiaoliu mengenakan sepatunya dan berlari keluar pintu tetapi memanggil Shiqi, “Ayo pergi bersama!”
Xiaoliu berlari pontang-panting di belakang Lao Mu hingga mereka tiba di ujung jalan. Xiaoliu menyerukan salam pada Xuan dan Lao Mu menariknya ke belakang beberapa gentong arak lalu membuat gestur pada Xuan yang mengangguk, jelas memahami apa yang harus dilakukan. Seseorang meringkuk di belakangnya dan Xiaoliu tahu kalau orang itu adalah Shiqi. Dia berbalik dan memasang wajah konyol pada Shiqi sebelum berbalik untuk melihat hal menarik apa yang akan terjadi.
Xuan terbatuk beberapa kali dan Lao Mu langsung menegang. Xiaoliu mengintip dari balik gentong. Tiga orang pelacur menghampiri untuk membeli arak, dua meminumnya dan pergi tapi satu tetap tinggal. Xiaoliu mulai merasa bosan ketika Lao Mu menyodoknya dan saat itulah Chuan Zi datang kemudian berjalan pergi dengan pelacur yang tersisa. Mereka berjalan hingga sosok mereka tak terlihat lagi.
Lao Mu menarik Xiaoliu dan mereka berpacu melewati banyak gang hingga mereka melihat Chuan Zi dan si pelacur sampai ke sudut yang tertutup bayangan. Kemudian mereka mulai berciuman dan Xiaoliu menonton dengan cengiran lebar namun Lao Mu marah dan kecewa. Xiaoliu mengintip Shiqi yang sedang berdiri tegak namun matanya terus menatap sepatunya dan memberi mereka privasi.
Kedua orang yang menyandar di tembok itu menjadi lebih panas dan si gadis membuat suara-suara melenguh. Lao Mu ingin menyerbu keluar tetapi tak tahu bagaimana harus menangani situasi canggung ini. Dia berkata pada Xiaoliu, “Kau uruslah ini!” sebelum mendengus pergi.
Xiaoliu tak mau repot-repot dengan Lao Mu dan malah tertawa pada Shiqi dan merapat. “Keturunan dari keluarga baik-baik, bahkan bila belum menikah pastinya ada gadis-gadis pelayan cantik di rumah. Bagaimana para gadis pelayan di sekitarmu bila dibandingkan dengan gadis ini?”
Shiqi tak mengatakan apa-apa dan berusaha menjauh dari Xiaoliu tetapi dirinya sudah terpepet di tembok. Xiaoliu menahan tawanya dan terus menjadi dirinya yang jahat. Dia menekankah tangannya ke tembok mengelilingi Shiqi dan mengurungnya, sangat mirip dengan seorang playboy yang berusaha menggoda seorang gadis lemah lembut. “Gadis macam apa yang kau suka? Tipe yang berwajah polos nan segar, atau gadis yang penuh hasrat seperti itu?”
Dilatarbelakangi suara-suara lenguhan si wanita, wajah Shiqi mulai berubah menjadi semerah bit dan Xiaoliu tertawa tanpa suara dengan sedemikian kerasnya hingga nyaris memecahkan isi perutnya. Sisi nakal dan jahatnya sedang mengambil kendali dan dia menekan dekat pada wajah Shiqi dan bertanya, “Kau juga mau?”
Tanpa diduga, Shiqi mendongakkan kepalanya dan meski ada rona samar, matanya yang jernih sarat dengan tawa. Xiaoliu terpana dan satu-satunya pemikiran yang ada di kepalanya adalah ‘Serigala berbulu domba!’
Xiaoliu begitu malu dan kini gilirannya untuk merona merah, jadi dia melampiaskan rasa frustrasinya pada Chuan Zi. Dia menyerbu maju dan berseru, “Chuan Zi! Dari mana kau dapat nyali untuk belajar mencari pelacur! Dari mana kau dapat uangnya?”
Chuan Zi begitu ketakutan hingga dia menarik celananya dan sudah akan kabur seperti kebiasaannya tetapi setelah berjalan dua langkah dia berbalik untuk melindungi wanita itu. Si wanita sama sekali tak kelihatan malu saat dia membetulkan pakaiannya. Dia mendorong Chuan Zi ke samping dan membungkuk pada Xiaoliu. “Saya adalah Xian Tian’er, kekasih Kakak Chuan dan saya tidak mengambil sedikit pun uangnya.”
Xiaoliu tertawa. “Kau adalah seorang pelacur, kalau kau tidur dengannya secara cuma-cuma, bukankah itu buruk untuk bisnis?”
Xian Tian’er tersenyum, “Saya senang melakukannya!”
Xiaoliu bertanya, “Apa kau ingin tidur dengannya selama sisa hidupmu?”
Xian Tian’er terdiam dan tampak menyadari apa yang Xiaoliu tanyakan namun tak bisa memercayainya. Chuan Zi buru-buru angkat bicara. “Aku bersedia! Aku bersedia tidur dengannya selama sisa hidupku!”
Xiaoliu menendangnya kuat-kuat. “Enyah kau, aku sedang bicara dengan dia!”
Chuan Zi menatap Xian Tian’er dengan mata seperti anak anjing dan terus menganggukkan kepalanya. Xian Tian’er akhirnya memercayai apa yang Xiaoliu minta padanya dan ada air mata di matanya. Dia berlutut. “Saya bersedia.”
Xiaoliu menambahkan, “Kau yakin? Mengikuti Chuan Zi berarti bekerja keras dan akan menjadi kehidupan yang berat.”
‘Saya bersedia.”
“Beres. Kau pulang dan tunggulah. Pikirkan tentang bagaimana kau ingin upacaranya dilakukan.”
Xian Tian’er tak bisa memercayainya dan terus menatap Chuan Zi. Semudah ini? Chuan Zi menariknya bangkit. “Kakak Liu mungkin memang benar-benar kejam, tapi dia selalu melakukan apa yang dia katakan.”
Xiaoliu menarik telinga Chuan Zi dan menyeretnya pergi. “Kau benar-benar sudah dewasa!” Chuan Zi gembira karena mimpinya telah menjadi nyata jadi alih-alih berteriak kesakitan, dia malah tertawa gembira pada Shiqi yang mengikuti di belakang hanya dengan sorot mata penuh senyum untuk Xiaoliu.
Melewati kedai arak, Xiaoliu berseru pada Xuan, “Terima kasih!”
Xuan mengintip pada Xiaoliu yang sedang menarik telinga Chuan Zi dan membentangkan tangannya. “Kalau ada acara pernikahan, jangan lupa untuk membeli dari kedai.”
“Beres, kau bisa mendiskusikannya dengan Lao Mu saat waktunya tiba.”
Xiaoliu menyeret Chuan Zi di sepanjang perjalanan kembali ke klinik dan saat tepat berada di luar pintu dia berbisik, “Sekarang mulai berteriak dengan lebih menyedihkan.” Chuan Zi bereaksi dan mulai melolong serta menangis saat Xiaoliu menendang dan memukulinya masuk ke halaman hingga dirinya berada di hadapan Lao Mu. Hati Lao Mu pun melunak. “Dia sudah dewasa, jangan pukuli dia di depan umum. Setidaknya tunggu sampai pulang ke rumah untuk memberinya sedikit muka.”
Lao Mu mulanya masih marah, tetapi setelah melihat cara Xiaoliu menangani Chuan Zi, dia tak tahu apa yang selanjutnya harus dilakukan. “Xiaoliu, apa yang akan kita lakukan? Bagaimana Chuan Zi bisa sampai terlibat dengan seorang pelacur?”
Xiaoliu berkata, “Pikirkan cara untuk membeli kebebasan perempuan itu. Setelah kita membebaskannya, kita akan lakukan apa yang telah kita lakukan untuk Ma Zi.”
Kalau Lao Mu berasal dari Kerajaan Shen Nong maupun Gao Xing, bahkan bila dia menyayangi Chuan ZI, dia akan kesulitan untuk menerima bahwa Chuan Zi akan menikahi seorang pelacur. Namun dia berasal dari Suku Dewa Xuan Yuan, yang sarat dengan kebebasan liar dan cemoohan terhadap norma-norma sosial, jadi setelah dia berjongkok di ambang pintu selama beberapa saat dan memikirkannya, dia pun memutuskan bahwa tak ada yang salah dengan hal itu. Jadi demikianlah pernikahan Chuan Zi ditetapkan.
Begitu Lao Mu telah memutuskan, dia pun pergi untuk membuatnya jadi nyata. Namun pihak rumah bordil memutuskan untuk menaikkan harganya setinggi langit dan biaya untuk membeli kebebasan Xian Tian’er bisa membuat Ma Zi menikahi sepuluh orang Chuntao. Lao Mu berusaha mencari orang untuk menjadi penengah tetapi sia-sia belaka bahkan dengan relasi dia serta Xiaoliu selama dua puluh tahun lebih di Kota Qing Shui.
Lao Mu begitu marah tetapi tak ada yang bisa dia lakukan. Rumah-rumah bordil di Kota Qing Shui itu spesial, sebuah tempat di mana informasi disebarluaskan dan dikumpulkan, sarat dengan gadis-gadis yang paling cantik dan berbakat, di mana orang-orang berkuasa akan sering berkunjung. Ada beragam kekuatan yang bermain di sana, bukan hanya Shen Nong, Gao Xing, dan Xuan Yuan, tetapi juga keluarga-keluarga bangsawan dari Keluarga Chi Shui di Dataran Tengah hingga Keluarga Fangfeng dari Utara.
Lao Mu mengernyitkan alisnya dan mendesah. “Aku melihat kalau Tian’er sungguh ingin bersama dengan Chuan Zi kita dan sekarang lebih pilih dipukuli daripada menjumpai pelanggan lain. Si nyonya tua itu sungguh keji!” Ma Zi merasa tidak enak dan berusaha bicara pada Chuan Zi supaya menyerah. Tak peduli betapapun cantiknya Xian Tian’er, dia bukanlah orang yang cocok untuk pria seperti mereka. Wajah Chuan Zi menjadi kelabu dan dia hanya akan duduk di serambi halaman sambil memegangi kepalanya sepanjang malam tanpa tidur.
Di dalam kamar, Xiaoliu berbaring di atas dipannya dengan kaki dinaikkan sambil menatap cermin kecil pusakanya dan terkikik. Bayangan di dalam cermin adalah hasil karyanya yang memukau pada malam itu. Dia telah menggambar sembilan kepala pada wajah Xiang Liu dan mata dingin pria itu memelototi dirinya seperti belati.
Xiaoliu menatap cermin dan menyentil kepala Xiang Liu. “Ayo mengamuklah! Ayo mengamuklah!” Setelah dia selesai menyentil, disekanya cermin dan benda itu pun kembali ke kondisinya semula. Cermin itu hanya kelihatan sedikit lebih berhias daripada cermin biasa tetapi tak ada tanda-tanda bahwa benda itu mengandung apapun dari masa lalu.
Cermin yang tampak biasa ini sebenarnya dibuat dari esensi spiritual seekor monster berjenis gorilla mistis di wilayah gurun liar bagian dalam. Makhluk itu ganas dan memiliki kekuatan untuk melihat ke masa lalu. Kekuatan itu bekerja bertentangan dengan alam sehingga sulit untuk mengembangkan kemampuan ini dan monster-monster tersebut bahkan lebih sulit lagi untuk ditemui. Dan cermin yang tercipta dari esensi spiritual dari monster semacam itu, hanya ada satu. Alasannya adalah bahwa demi menyegel esensi spiritual dari monster semacam itu ke dalam benda sihir dan membuatnya bisa menunjukkan masa lalu membutuhkan kesediaan sepenuhnya dari si monster tanpa ada secercah pun kemarahan. Namun tak ada monster seperti itu, yang telah menanggung pelatihan menyakitkan untuk mengembangkan kekuatan seperti melihat masa lalu, yang akan bersedia mati tanpa ada kemarahan.
Xiaoliu menyimpan cerminnya dan meletakkan tangan di belakang kepalanya. Setelah malam itu, berbulan-bulan telah berlalu dan Xiang Liu tak pernah muncul lagi. Begitu banyak orang yang ingin menakhlukkannya sehingga normal bagi pria itu untuk tidak muncul. Bila dia muncul, Xiaoliu akan merasa kalau hidupnya telah sampai pada akhir. Jadi Xiaoliu berdoa setiap hari supaya semakin banyak orang yang ingin menangkap Xiang Liu. Membuat hidup Xiang Liu begitu sibuk sehingga dia sama sekali lupa tentang Kota Qing Shui dan satu orang Wen Xiaoliu.
Tapi, sekarang… aish!
Seekor rajawali putih yang merupakan proyeksi astral dari Bola Bulu, si rajawali putih raksasa itu melayang masuk lewat jendela dan dengan songongnya mendarat di hadapan Xiaoliu.
Xiaoliu bicara padanya, “Melihatmu begitu pongah, rasanya aku ingin mencabuti semua bulu-bulumu, memanggang sisi kananmu, merebus sisi kirimu, dan setelah memakan habis tubuhmu kemudian melemparkan tulang-tulangmu untuk anjing.”
Bola Bulu menyerbu Xiaoliu yang menangkap kepalanya dan berguling di bawah dipan. “Katakan pada majikanmu kalau aku harus bertemu dengannya. Ini penting.” Bola Bulu melotot marah pada Xiaoliu sebelum membentangkan sayapnya dan terbang menuju kegelapan malam. Xiaoliu merasa kalau merupakan ide buruk bila bertemu Xiang Liu di dalam kamar. Lingkungan yang sama bisa jadi membuat dia teringat pada penghinaan pada kali terakhir dan orang itu akan mudah mengamuk.
Xiaoliu meninggalkan rumah dan berjalan mengikuti sungai ke arah hulu hingga dia meninggalkan Kota Qing Shui dan memasuki hutan lebat yang dalam. Dia melihat sebatang pohon yang begitu tebalnya sehingga akan membutuhkan lima hingga enam pria dewasa untuk mengelilinginya lalu memanjat pohon itu dan menemukan sebuah tempat yang nyaman lalu mendudukinya.
Pohon itu sangat tinggi dan membuatnya bisa melihat jauh dari titik yang menguntungkan. Sungai yang berkelok berkilau keperakan dalam cahaya rembulan dan andai sekarang bukan pertengahan musim dingin dengan angin yang bertiup kencang, maka pemandangannya akan jadi sempurna.
Dia di sini!
Xiaoliu mendongakkan kepalanya dan seekor rajawali putih yang membawa Xiang Liu meluncur turun dari tengah-tengah rembulan. Rambut putih, jubah putih, melayang turun dari angkasa bagai salju yang berguguran, perlahan dia mendarat di sisi Xiaoliu.
Xiaoliu berkata, “Tiga pilihan. Cambuk aku empat puluh kali. Tendang aku jatuh dari sini. atau dengarkan aku mengatakan sesuatu yang penting. Penting!”
Xiang Liu bertanya, “Kau sudah mandi?”
Xiaoliu masih tebal muka. “Sudah mandi dengan amat sangat bersih, hanya menantikan Tuanku tiba.”
Tangan Xiang Liu mencengkeram bahu Xiaoliu dan dia menundukkan kepalanya. Dengan pasrah Xiaoliu memiringkan lehernya ke belakang dan ketika taring tajam Xiang Liu menghujam kulitnya dan mulai meminum darahnya, XIaoliu tak memejamkan matanya dan alih-alih menatap rembulan.
Xiang Liu tak menahan diri dan kepala Xiaoliu sedikit demi sedikit mulai terasa melayang. “Apa kau berencana mengisapku sekaligus sampai kering? Bahkan bila kau punya sembilan kepala, aku tak pernah dengar kalau kau punya sembilan lambung! Tak bisakah kau mengiritnya untuk lain kali?”
Bibir Xiang Liu masih berada di leher Xiaoliu dan tepat berada di arteri yang langsung mengarah ke jantung. “Menurutmu kapan aku harus menggigit tepat di sini? Malam ini?”
Xiaoliu langsung menangkis, “Jangan malam ini karena terlalu bermasalah. Membunuhku adalah suatu hal yang mengacaukan suasana, tunggulah sampai pada hari di mana aku benar-benar ingin membunuhmu.”
“Kau tak ingin membunuhku?”
Xiaoliu tersenyum. “Tidak! Kau jelas-jelas tahu kalau aku tak ingin membunuhmu, dan aku tak akan membunuhmu.”
“Entahlah. yang kutahu adalah kau pasti membenciku.”
“Kau tak tahu dan kau berani datang menemuiku saat masih merawat lukamu? Kau benar-benar memandangku sama tak berbahayanya seperti seekor kelinci? Atau apakah kesembilan otakmu saling bertengkar dan sekarang kau jadi bodoh karena tak satupun di antaranya yang bekerja?”
Xiang Liu merunduk, jelas-jelas untuk melanjutkan acara makannya, jadi Xiaoliu segera menambahkan, “Karena aku kesepian!” Bibir Xiang Liu ditekankan pada leher Xiaoliu dan tidak bergerak.
“Tak peduli apakah kau memercayaiku atau tidak, tapi aku sungguh tak membencimu sama sekali dan tak ingin membunuhmu. Karena aku sangat kesepian. Aku telah mengembangkan sebuah sifat antic saat aku bersembunyi jauh di dalam pegunungan dan melalui waktu bertahun-tahun tanpa bertemu dengan orang lain. Aku menangkap seekor monyet dan mulai bicara padanya sepanjang hari. Monyet itu berusaha melarikan diri dan saat dia tak bisa melakukannya, dia sungguh-sungguh menghantamkan kepalanya pada dinding gua dan bunuh diri. Kemudian, aku bertemu dengan seekor ular yang ingin memakanku dan nyaris menggigit lepas kakiku. Tapi dia bisa memahami apa yang kukatakan dan bereaksi pada apapun yang kuucapkan. Aku tahu kalau itu berbahaya tapi aku tak tahan dan hanya bisa terus melompat-lompat di hadapannya. Ular itu begitu murka hingga nyaris menjadi gila. Dengan adanya dia, di pegunungan rasanya tak terlalu kesepian lagi.” Xiaoliu tertawa, “Setelah beberapa saat berlalu, dia mendapati kalau aku sangat licik dan ingin pergi, tapi aku tak membiarkannya dan terus mengganggunya sehingga dia terus berusaha membunuhku.”
Xiaoliu mendongak menatap rembulan dan terlihat suatu kesedihan yang tak tergambarkan di matanya. “Merka bilang kalau Langit menyukai suku-suku Dewa, tetapi kupikir Langit sebenarnya menyukai umat manusia. Mereka sanagt mirip dengan para Dewa dalam segala hal kecuali pada hidup mereka yang begitu singkat bila diperbandingkan. Lihatlah rembulan, sudah ada di sana seperti itu selama seribu tahun terakhir. Tak peduli betapapun indah pemandangannya, orang tetap akan merasa bosan dengannya.”
“Ular itu, apa yang terjadi setelahnya?”
“Mati!”
“Kau yang membunuhnya?”
“Bukan, Raja dari suku rubah.”
“Rubah berekor sembilan?”
Xiaoliu memejamkan matanya. “Si Rubah Berekor Sembilan ingin membunuhku, tapi si ular percaya kalau hanya dia yang bisa memakanmu, jadi dia menghadang jalan rubah ganas itu… lalu dia pun mati!”
Xiang Liu terkekeh pelan. “Menarik. Dan si rubah?”
“Aku membunuhnya.”
“Kau sekuat itu?”
Dia seharusnya membunuhku begitu dia berhasil menangkapku. Tetapi dia dikuasai oleh kebencian dan keserakahan. Dia memakai beragam makhluk khusus untuk memberiku makan, memaksaku makan begitu banyak benda menjijikkan, semuanya itu supaya dia bisa membuatku lezat dan montok sebelum dia memakanku. Dia berniat memakai darah ajaibku untuk membantu dia memulihkan kekuatannya yang hilang…. Oh, aku lupa mengatakan padamu, waktu itu dia bukan Rubah Berekor Sembilan, hanya berekor delapan karena satu ekornya dipotong sehingga kekuatannya sangat berkurang. Dia merawatku selama tiga puluh tahun dan tepat saat dia sudah akan mengambil kejayaannya, suatu hari dia mabuk di hadapanku.”
“Dia terus menguncimu di dalam kurungan?”
“Yap.”
Xiang Liu terdiam selama sesaat dan tangannya memijat leher Xiaoliu. “Apa aku adalah ular yang membantumu menghilangkan kesepianmu?”
Xiaoliu tersenyum. “Siapa tahu? Mungkin akulah ular yang sedang emnghiburmu.”
Xiang Liu melepaskannya. “Urusan pentingnya!”
“Apakah rumah bordil di Jalan Gui Dong itu milik kalian?”
“Kenapa kau bertanya?”
“Chuan Zi menginginkan seorang pelacur dari sana.”
“Kau ingin memintaku membantumu mengamankan kebebasannya?”
“Apakah rumah bordil itu milik kalian? Kurasa tidak. Lagipula itu toh tak kelihatan seperti cara kalian beroperasi.” Xiaoliu tersenyum dan ada sinar berkilau di matanya. “Tak usah membantuku, aku akan minta bantuan orang lain.”
Bola Bulu si rajawali putih terbang kembali dan berputar-putar di atas kepala. Xiang Liu melompat ringan dan mendarat pada punggung rajawali itu. “Apa ini urusan pentingmu?”
“Er… pernikahan Chuan Zi itu penting…. Ah —-“
Cabang yang diduduki Xiaoliu tiba-tiba patah jadi dua dan dia pun terjatuh, menimpa beragam cabang lain dan membuat Xiaoliu mulai memuntahkan darah. Bruk! Xiaoliu akhirnya mendarat di tanah dengan pusaran debu membubung di sekitarnya.
Bola Bulu begitu senang dan berputar-putar rendah di atas kepala untuk mengejek Xiaoliu. Xiang Liu berdiri di punggung rajawali itu sambil tersenyum. “Kau adalah telur ular yang bisa dimakan oleh semua orang.” Bola Bulu terbang lebih tinggi dan Xiang Liu pun pergi.
Xiaoliu menunggu beberapa saat sebelum perlahan mendudukkan diri. Kepalanya serasa berputar dan dia tak bisa melihat dengan jelas dan kakinya begitu sakit hingga dia tak bisa berjalan. Tupai yang kaget mengintipnya dan Xiaoliu tersenyum, “Liat-liat apa? Lihat aku dijadikan olokan? Aku tak menjadi bahan olokan dengan cuma-cuma, aku menukarkan sesuatu yang kecil untuk hal yang besar. Kali berikutnya aku bertemu dengan iblis besar itu, dia takkan ingin memuntir leherku….”
Matahari bahkan belum terbit saat Shiqi berhasil melacaknya dan menemukan Xiaoliu meringkuk di dalam jalinan ranting-ranting patah. Dia tampak babak-belur habis-habisan tapi tertidur dengan seulas senyum samar di wajahnya. Shiqi berlutut lalu perlahan menyingkirkan daun-daun yang ada di kepalanya dan melihat adanya dua bekas gigitan yang masih baru di leher Xiaoliu. Bekas itu agak tersembunyi di balik kerah bajunya dengan tanda kemerahan yang samar-samar menampakkan bentuk sepasang bibir.
Kelopak mata Xiaoliu mengerjap terbuka. “Shiqi?” Dia membuka matanya dan tersenyum, “Aku tak bisa berjalan lagi.”
Shiqi menggendong Xiaoliu yang patuh di punggungnya. Xiaoliu beristirahat selama tiga hari dan saat dia mampu bergerak dengan memakai kruk, dia pun menyuruh Lao Mu membuat beberapa jenis masakan lalu mengundang Xuan untuk minum-minum.
Xuan tiba dan Xiaoliu dengan sikap hangat menuangkan semangkuk arak untuk semua orang. Lao Mu dan Chuan Zi meminum arak mereka dan langsung jatuh tertidur. Xuan tersenyum pada Xiaoliu sementara Shiqi duduk diam di samping. Xiaoliu berkata pada Xuan, “Aku mengundangmu kemari untuk meminta sesuatu.”
“Katakanlah.”
“Chuan Zi menginginkan Xian Tian’er, jadi apa kau bisa bantu mengabulkannya?” Xuan tak mengatakan apa-apa. Dengan tulus Xiaoliu menambahkan, “Aku tahu kalau hal ini sepertinya cukup mendadak, tapi pernikahan Chuan Zi sanagt penting jadi aku dengan menebalkan muka minta tolong padamu.”
“Menurut Kakak Liu apa yang bisa saya bantu?”
“Aku tak tahu identitasmu dan Ah Nian yang sebenarnya, tapi aku tahu kalau kalian bukan dari latar belakang yang biasa. Aku penasaran dan ingin mencari tahu tapi kau sudah mengendusnya. Kalau Kakak Xuan mau membantu maka kau pasti bisa.” Xiaoliu berusaha bersikap sok akrab dan memanggil dia Kakak Xuan.
Xuan melirik Shiqi. “Ah Nian dan aku hanya ingin hidup dengan tenang.”
“Ya, ya, aku tahu. AKu janji aku takkan pernah mengganggu kalian lagi.”
Xuan menatap Xiaoliu yang tersenyum-senyum. “Aku sudah tinggal di Kota Qing Shui ini selama lebih dari dua puluh tahun. Aku hanyalah aku.”
Xuan bangkit untuk pergi. “Ingatlah untuk mengundangku ke perjamuan pernikahannya.”
Wajah Xiaoliu penuh senyuman. “Tentu, tentu!”
Lao Mu bangun dengan mengantuk. “Bagaimana aku bisa mabuk begitu cepat?”
Xiaoliu tertawa. “Siapa suruh kau minum secepat itu. Lain kali makanlah sesuatu sebelum minum. Besok pergi dan cobalah untuk membeli kebebasan Xian Tian’er lagi.”
“Tapi….”
“Kalau aku menyuruhmu pergi, ya pergi saja.”
Di dalam Klinik Hui Chun, sepertinya Lao Mu lah yang memegang kendali, namun ketika Xiaoliu membuat keputusan akhir maka Lao Mu melakukan sesuai yang dia katakan. Keesokan harinya Lao Mu menyiapkan dirinya dan pergi untuk membeli Tian’er. Germo tua itu benar-benar menerima harga yang ditawarkan dengan ganti Xiaoliu memberi mereka ramuan untuk mencegah kehamilan. Lao Mu girang bukan kepalang dan langsung setuju. Transaksinya disepakati dan Lao Mu membawa Xian Tian’er kembali ke klinik.
—–
Saat Chuan Zi melihat Tian’er, dia tak mampu memercayai matanya sendiri. perlahan-lahan matanya jadi berkabut dan hidungnya menjadi mampet, jadi dia menundukkan kepalanya dan dengan parau berkata, “Aku akan pergi ke tempat Kakak Ipar untuk meminjam beberapa pakaian untukmu.”
Xiaoliu tersenyum dan berkata pada Lao Mu, “Siapkan beberapa macam makanan enak untuk merayakannya malam ini.”
“Tentu!” Lao Mu mengambil keranjang belanja dan dengan riang pergi menuju pintu.
Wajah Xiaoliu menjadi dingin saat dia menatap pada Xian Tian’er. “Apa kau percaya kalau aku bisa membuatmu berharap untuk mati saja?”
Tian’er mendudukkan diri. “Aku percaya padamu.”
“Kau bekerja untuk siapa?”
Xian Tian’er menyentuh wajahnya. “Dengan menggunakan penampilan saya, Kakak Liu tak memberi nilai cukup untuk kemampuan saya dan pasti bukan pria-pria itu!”
“Kenapa kau menggoda Chuan Zi? Aku tak percaya kalau kau akan meliriknya dua kali.”
“Saya telah menemui pelanggan sejak saya berusia tiga belas tahun dan dalam dua belas tahun ini saya sudah menemui cukup banyak orang. Chuan Zi mungkin tidak punya banyak, tapi dia adalah satu-satunya yang bersedia menikahi saya.” Tian’er tersenyum. “Tiga bulan yang lalu, seorang pria datang menemui saya dan memberi saya uang untuk menggoda Chuan Zi. Saya tidak punya posisi tinggi di rumah bordil, jadi bila saya tidak menyisihkan uang, maka saya akan mati kelaparan saat saya tua nanti. Saya setuju dan Chuan Zi tak pernah berhubungan dengan wanita sebelumnya, jadi saya hanya membuatnya mencicipi apa yang bisa diberikan oleh seorang wanita dan dia langsung bersumpah untuk menikahi saya. Sejak saya berusia tiga belas tahun, kata-kata itu telah membuat saya mati rasa dan saya tak pernah memercayainya. Tetapi dengan tak bisa dipercayanya kalian benar-benar datang dan membeli kebebasan saya. Sang nyonya membenci kenyataan bahwa saya telah menemukan seorang pria di belakang punggungnya, jadi dia dengan sengaja menaikkan harganya setinggi mungkin. Tapi semalam pria itu datang lagi dan kembali memberi saya sekantong uang dan berkata kalau kesepakatan di antara kami telah selesai. Kalau saya ingin menikahi Chuan Zi, maka pakailah uang itu untuk membeli kebebasan saya sendiri.”
“Apa kau kenal orang itu?”
Tian’er menggelengkan kepalanya. “Kakak Liu tahu, para dewa dan iblis semuanya bisa mengubah penampilan mereka. Saya hanya seorang manusia.” Tian’er berlutut. “Dua belas tahun menjadi seorang pelacur dan hati saya dingin serta keras. Bahkan sekarang pun saya tak percaya kalau Chuan Zi takkan membuang saya suatu hari nanti dan berencana untuk menjalani seumur hidupnya bersama dengan saya. Tetapi saya bisa emncobanya, kalau Chuan Zi sungguh ingin bersama dengan saya….” Tian’er mendongakkan kepalanya, “Saya sepenuh hati bersumpah kepada Langit bahwa saya akan tulus kepadanya.”
Xiaoliu menatap Tian’er dan tak mengatakan apa-apa.
Tian’er menundukkan kepalanya dan suaranya melembut. “Hati yang dingin dan keras bisa menangkal rasa sakit, tetapi juga menangkal kebahagiaan. Saya benar-benar ingin seorang pria berpaling kepada saya sejak dua belas tahun yang lalu, membiarkan hati saya melunak supaya saya bisa menangis dan tertawa. Kalau Chuan Zi adalah pria itu, maka saya akan menghargai dia lebih daripada nyawa saya sendiri.”
Chuan Zi menyeret Ma Zi dan berlari masuk. “Kakak Ipar bilang….”
Dia berhenti saat melihat Tian’er berlutut di hadapan Xiaoliu yang kemudian tertawa, “Apa? Istrimu berlutut padaku, dan kau punya masalah dengan itu?”
Chuan Zi menatap Tian’er dengan wajah merah tersenyum-senyum dan Tian’er seperti mendadak telah melepaskan sebuah beban berat ketika dia menjatuhkan diri ke depan dan dengan tulus berkowtow pada Xiaoliu. Ketika wanita itu mengangkat kepalanya, ada air mata di matanya.
Xiaoliu melambaikan tangannya. “Apa kau bisa memasak? Kalau tidak, pergilah ke dapur dan belajar dari Lao Mu!”
Setelah makan malam Chuan Zi dan Tian’er pergi berjalan-jalan menyusuri sungai. udara dingin membekukan, namun tak satu pun yang merasa gentar dan perlahan berjalan sambil bicara. Xiaoliu menyandar pada kruknya dan menatap mereka dari kejauhan dengan Shiqi di sisinya. Xiaoliu mulai menggerutu, “Ini sebenarnya adalah pertaruhan yang menarik. Tian’er tak percaya kalau Chuan Zi akan mau bersama dengan dirinya selamanya, jadi saat ini dia memberi Chuan Zi cinta kasih yang palsu. Tapi semakin Tian’er bersikap baik kepadanya, semakin Chuan Zi bersikap baik pada Tian’er. Cinta kasih palsu perlahan-lahan akan bercampur dengan perasaan yang sebenarnya, dan ketika satu masa kehidupan berjalan, bahkan yang palsu akan menjadi asli. Tetapi selama proses ini bukannya tanpa risiko. Tian’er bertaruh dengan hatinya dan bila Chuan Zi berani meninggalkannya maka salah satu dari mereka akan berakhir dengan kematian.”
Xiaoliu tertawa. “Hidupku ini sangat panjang, aku bisa menunggu untuk melihat hasilnya.”
Shiqi menatap kedua orang itu. “Xuan, kenapa?”
Xiaoliu menjawab, “Sebelumnya aku pernah menyelinap ke tempatnya untuk makan ayam dan dia mulai jadi waspada terhadapku. Dia menggunakan Tian’er untuk mencari tahu siapa yang ada di belakangku. Kalau aku meminta Xiang Liu membantu, maka nantinya akan menyebabkan masalah yang lebih besar lagi. Meski dia tak menganggapku bisa dipercaya sepenuhnya, tetapi waktu akan menunjukkan kepadanya bahwa aku benar-benar tidak terlibat dalam apapun. Ayo kita kembali supaya tidak terkena flu bersama dengan mereka.”
Xiaoliu menyerahkan kruknya pada Shiqi dan dengan riang melompat-lompat kembali ke rumah. Ketika dia melompat di atas ambang pintu, ternyata ada selapis tipis es yang tidak diperhatikannya sehingga dia pun terjatuh ke lengan Shiqi. Xiaoliu berusaha meraih kruk yang ada di tangan Shiqi tetapi berakhir dengan tangan kosong dan terjatuh lagi ke lengan pria itu.
Mereka berdua saling tatap dalam kesunyian. “Itu… terima kasih.” Xiaoliu berbalik dan melompat kembali ke dalam rumah.
Pada musim semi saat ratusan bunga berkembang adalah ketika Chuan Zi dan Xian Tian’er menikah. Pernikahannya sederhana dan hanya teman-teman dekat Ma Zi dan Chuan Zi yang diundang beserta dengan Tukang Daging Gao dan Xuan. Chuntao sedang hamil lagi dan dia duduk sembari tersenyum tetapi tak pernah bicara dengan Tian’er. Saat putrinya berlarian, Chuntao akan menariknya menjauh dan berkata pada gadis kecil itu supaya tidak mengganggu bibi.
Chuan Zi begitu gembira sehingga dia tak menyadari banyak hal, namun suara tawanya berkumandang dan membawa kegemiraan ke seluruh rumah. Xiaoliu mengunyah leher bebek dan mengamati mereka sambil tersenyum. Semua ini adalah manis, asam, dan pahitnya kehidupan biasa. Entah apakah merupakan teh yang manis atau pahit, separuhnya tergantung pada Langit dan separuhnya tergantung pada orang tersebut.
Di tengah-tengah perjamuan, Ah Nian datang. Ketika Xiaoliu berbalik, Shiqi sudah lenyap. Lao Mu menyambut gadis itu dengan hangat dan Ah Nian balas mengangguk pada Lao Mu sembari berkata pada Xuan, “Kak Xuan, Hai Tang bilang kau ada di perjamuan pernikahan ini.”
Ah Nian melirik pada Chuan Zi dan Xian Tian’er. Itu adalah lirikan menghina yang tak ditahan-tahan yang bahkan Chuan Zi yang sedang bahagia hingga sinting juga bisa merasakannya. Wajah Chuan Zi mengeras namun Tian’er tak merasa kesal karena dengan cepat dia menyadari bahwa tampang menghina Ah Nian ditujukan kepada semua orang di perjamuan ini. Penghinaan Ah Nian berasal dari sebuah tempat yang begitu tinggi, yang sama sekali tak tersentuh, hingga membuat semua orang merasakan rendahnya posisi mereka sendiri. Tukang Daging Gao teringat bahwa dirinya sering berbau seperti daging, Chuntao khawatir kalau kuku-kukunya kotor….
Ma Zi dan Chuan Zi mengepalkan tinju mereka erat-erat tetapi Ah Nian tak melakukan apa-apa dan tak mengatakan apa-apa. Dia hanya berdiri di sana memandangi semua orang. Xiaoliu terkesan – sebenarnya bagaimana anak ini dibesarkan? Bagaimana dia bisa begitu arogan dan berlagak, dengan penghinaan menghujani semua orang, namun semua orang merasa dia memang benar bila memandang rendah mereka seperti itu?
Xuan berdiri untuk pergi namun Ah Nian meletakkan sebuah sapu tangan dan duduk. “Kak Xuan, aku tak pernah melihat perjamuan semacam ini sebelumnya, biarkan mereka meneruskan.”
Xiaoliu sudah akan muntah darah dan bahkan Chuan Zi hampir membalikkan meja, namun Xian Tian’er menghentikannya sambil tersenyum, “Mari kita menyulangi Nona ini.”
Ah Nian mendongakkan hidungnya tinggi-tinggi. “Aku tak mau minum karena cawan kalian tidak bersih.”
Xiaoliu terus mengulang lagi dan lagi, “Aku harus menahannya, aku harus menahannya….”
Xuan mengambil cawan dari Chuan Zi dan menenggak isinya. Ah Nian mengernyitkan alisnya namun tak mengatakan apa-apa. Dengan penasaran dia memandangi makanan-makanannya dan berkata pada Lao Mu, “Kudengar makanan itu menunjukkan seberapa penting sang mempelai wanita. Karena makanannya kelihatan payah, kalian pasti tak terlalu tinggi menganggap sang mempelai wanita.”
Sekarang bahkan wajah Tian’er telah merosot dan Xiaoliu memutuskan untuk mengantar tamunya pergi sekarang juga. Dia pun berkata pada Xuan serta Ah Nian, “Kalian mau pergi? Tidak tinggal? Kalau begitu berhati-hati dan selamat jalan!”
Xuan menarik Ah Nian bangun dan berjalan ke pintu sembari meminta maaf pada Xiaoliu. Ah Nian memelototi Xiaoliu, “Setiap kali aku melihatmu aku jadi membencimu. Kalau bukan karena kakak, maka aku akan memerintahkan supaya kau dicambuk.”
Xiaoliu membatin, “Kalau bukan demi kakakmu, maka aku akan mencambukmu.” Setelah Xuan dan Ah Nian pergi, Xiaoliu pun menghela napas lega. Dia berkeliling di sisi luar rumah dan melewati petak-petak tanaman obat kemudian menuju sungai. Dia melihat Shiqi sedang duduk di sana memandangi air. Xiaoliu berdiri di sampingnya. “Enam tahun yang lalu pada musim semi, kau berbaring di tumpukan kayu.”
Shiqi berbalik untuk menatap Xiaoliu sambil tersenyum. “Enam tahun.”
Xiaoliu berjongkok di sebelah Shiqi dan berkata sembari tersenyum, “Bahkan Chuan Zi dan Ma Zi tahu kalau kau bukan milik Klinik Hui Chun. Xuan bisa melihatnya dengan jelas. Karena dia sudah waspada denganku, sepertinya dia sudah mengirim orang untuk menyelidiki latar belakangmu.”
“Um.” Mata Shiqi jernih dengan jejak senyuman, tetap tenang dan damai seakan dia berada di atas segala kekacauan ini. Seakan dia menyatu dengan pegunungan dan sungai dan angin dan bunga.
Xiaoliu mendesah. Sebenarnya Shiqi adalah tipe lain dari perangai angkuh. Tipe yang dimiliki Ah Nian membuat Xiaoliu ingin membantingnya dan melecutnya. Tipe Shiqi membuat Xiaoliu ingin mengoleskan kotoran di seluruh tubuh Shiqi sehingga dia ikut menjadi kotor, sehingga dia takkan menghilang tertiup angin dan menjadi seperti awan.
Xiaoliu memungut sebuah batu dan melemparkannya ke air dan batu itu pun memercikkan butir-butir air pada wajah Shiqi. Hal itu membuat Xiaoliu gembira dan ketika Shiqi mengelurkan sehelai kain untuk menyekanya, Xiaoliu melarangnya. Shiqi tak mengerti tapi berhenti menyeka dan alih-alih memakainya untuk menyeka air dari wajah Xiaoliu.
Bola Bulu si rajawali meluncur ke arah mereka dekat dengan permukaan air dan Xiang Liu menatap mereka dengan ekspresi takjub. Xiaoliu langsung bangkit dan melangkah maju, bahkan tidak menolehkan kepalanya saat dia berkata pada Shiqi, “Kau pulanglah duluan!” Shiqi khawatir dan mulanya tka mau pergi, tetapi kemudian dia teringat pada bekas ciuman di balik kerah baju dan dia pun menundukkan kepala lalu pergi tanpa suara.
Xiaoliu berdiri di dalam air dan menengadah menatap Xiang Liu. “Datang untuk memberikan hadiah pernikahan?” Untuk mengingatkanku bahwa ada satu lagi sandera?
Bola Bulu terbang lebih rendah dan Xiang Liu mengulurkan tangannya. Xiaoliu meraih tangan itu dan melenting ke atas punggung rajawali sebelum mereka mendadak berada di antara awan. Xiaoliu menekankan tubuh pada punggung si rajawali dan melihat ke bawah. Bola Bulu terbang begitu rendah sehingga Xiaoliu bisa melihat pemandangan di tanah hingga mereka membubung di atas lautan. Bola Bulu begitu gembira sehingga dia memekik dan berputar di udara. Kekuatan spiritual Xiaoliu begitu rendah sehingga dia mencengkeram punggung si rajawali dengan wajah kelabu. Ujarnya pada Xiang Liu, “Lebih baik kau membunuhku dengan mengisap semua darahku hingga kering daripada jatuh sampai mati.”
Xiang Liu bertanya, “Kenapa kekuatan spiritualmu rendah sekali?”
“Rubah jahat itu tak mau membuang-buang kekuatanku, jadi dia memakai obat-obatan untuk mengisapnya keluar dariku dan perlahan meneteskannya ke dalam darahku supaya rasanya lebih baik saat dia memakanku.”
Xiaoliu tertawa. “Kudengar rasa sakit ketika kekuatan dihisap keluar itu seperti kalau tulang-tulangmu dicabuti. Tampaknya keempat puluh cambukan itu terlalu lunak, aku harus menemukan metode penyiksaan yang baru.”
Wajah Xiaoliu pucat pasi. “Apa kau pikir itu seperti menyanyi, orang akan jadi lebih baik bila semakin banyak berlatih? Karena waktu itu rasanya begitu menyakitkan, itulah sebabnya aku lebih takut pada rasa sakit apapun ketimbang siapapun!”
Xiang Liu menepuk-nepuk Bola Bulu yang langsung berhenti main-main dan mulai terbang dengan benar. Siaoliu menghela napas lega dan kembali duduk dengan benar. Bola Bulu terbang pelan dan tenang sementara Xiang Liu menatap pada cakrawala, wajahnya bagai air yang tenang, tanpa emosi apapun. Xiaoliu bertanya, “Kau sedang dalam suasana hati yang buruk?”
Xiang Liu bertanya lirih, “Selama tiga puluh tahun saat kau dikunci dalam kurungan itu. Bagaimana kau bertahan?”
“Mulanya aku ingin melarikan diri. Aku akan berteriak, berusaha membuatnya kesal. Kemudian aku berhenti dan hanya menolak bekerjasama dengan diam. Aku berusaha membunuh diriku sendiri berkali-kali tapi tak pernah berhasil. Akhirnya aku menyerah dan berusaha menemukan kesenangan dalam situasiku. Aku akan bertaruh dengan diriku sendiri tentang apa benda menjijikkan baru yang akan dibawa oleh si rubah jahat itu. Aku muak dan benci kepadanya dengan seluruh serat yang ada dalam diriku. Aku mulai mengumpulkan bahan-bahan untuk dicoba dan membuat racun, berpikir kalau saat dia memakanku aku akan memakan racun itu duluan dan meracuni dia sampai mati.”
Xiaoliu bergeser mendekat pada Xiang Liu. “Tapi hati orang itu aneh. Kebahagiaan ataupun penderitaan, semua itu relatif. Kalau seseorang hanya memiliki sekeping roti kering sehari tapi kemudian melihat para pengemis yang membeku di jalanan, dia akan merasa senang karena dirinya tak separah itu. Tetapi bila dia melihat semua temannya menjadi kaya maka dia akan merasa sedih karena hidupnya begitu buruk. Apa kau benar-benar ingin aku menyebutkan lebih mendetil tentang masa laluku yang mengerikan? Aku bisa mempertimbangkan untuk menambah-nambahinya sehingga kau akan berpikir kalau masa laluku bukan hanya parah, tetapi yang paling buruk yang pernah ada!”
Xiang Liu mengangkat tangannya untuk memukul Xiaoliu yang langsung memejamkan matanya dan mengerutkan diri seperti reaksi otomatis dari hewan yang dipukuli untuk mengantisipasi lebih banyak rasa sakit. Tangan Xiang Liu diturunkan dan dia menempatkannya ke leher Xiaoliu. Xiaoliu melihat bahwa pria itu tak memukul ataupun menggigitnya dan jadi sedikit lebih berani. “Kau benar-beanr berbeda malam ini. Apa kau tumbuh di lautan?”
Xiang Liu tak menjawab dan Bola Bulu menurunkan ketinggiannya hingga dia berada tepat di atas permukaan lautan. Xiang Liu turun dari punggung si rajawali dan alih-alih tercebur ke dalam air, dia berdiri di atas permukaannya seperti sedang berada di daratan. Dia mengulurkan tangannya pada Xiaoliu dan Xiaoliu pun langsung meraihnya dan merosot turun dari rajawali. Bola Bulu sebenarnya takut dengan air dan serta merta membubung kembali ke udara.
Xiang Liu melangkah di atas gelombang bersama dengan Xiaoliu. Tak ada secercah pun cahaya, lautan hitam pekat, tak ada apa-apa di depan mereka, tak ada apa-apa di belakang mereka. Dunia begitu luas dan Xiaoliu merasa amat kecil seakan ombak bisa menelannya kapan saja. Dia memegangi tangan Xiang Liu erat-erat.
Xiang Liu tiba-tiba berhenti dan Xiaoliu tak tahu sebabnya namun dia tak mengajukan pertanyaan apapun. Dia beringsut mendekat ke arah Xiang Liu dan menemaninya memandang ke arah Timur. Beberapa saat kemudian, rembulan terbit dari ujung lautan dan keindahan yang sunyi itu begitu kuat sehingga Xiaoliu merasa bahwa cangkang keras di hatinya melunak. Di antara suara gelombang-gelombang lautan, suara Xiang Liu berkata, “Selama ada pemandangan seperti ini di dunia, maka hidup itu sangat berharga.”
Xiaoliu menggerutu, “Pemandangan yang paling berharga pun akan jadi usang setelah terlalu sering melihatnya. Hanya bila seseorang melihatnya bersamaku. Pemandangan adalah benda mati, hanya bila ada orang yang bisa menghargainya lah maka pemandangan itu punya arti.”
Tidak jelas apakah Xiang Liu mendengar apa yang Xiaoliu katakan, tetapi dia tak merespon. Pemandangan yang paling indah telah berlalu dan Xiang Liu memanggil Bola Bulu untuk membawa mereka pulang. Xiang Liu memejamkan matanya dan ada rasa lelah di alisnya. Xiaoliu bertnaya, “Kenapa suasana hatimu buruk?”
Xiang Liu mengabaikannya, jadi Xiaoliu hanya bicara keras-keras, “Sejak Zhu Rong kecil mengambil alih dalam menjalankan Dataran Tengah, kudengar Dataran Tengah mulai terurus dengan baik. Huang Di pada akhirnya pasti akan menangani Jenderal Gong Gong. Struktur kekuatan di dunia ini tak bisa dibalik, dan jelas tidak oleh keinginan satu orang saja. Kusarankan kau pergi, lebih cepat lebih baik. Sebenarnya, kau bukan hanya sekedar iblis, tetapi juga iblis berkepala sembilan yang dibenci. Dengan para Dewa gila hormat dari Suku Shen Nong itu, di mata mereka kau adalah… kau bahkan lebih rendah daripada bukan apa-apa. Kenapa kau harus mencemaskan tentang pasukan pemberontak Shen Nong? Apa yang bisa kau dapatkan dengan mengikuti Jenderal Gong Gong? Apa kau suka dengan kekuasaan? Lalu kenapa kau tak mengkhianati Gong Gong dan memasang pertaruhanmu pada Huang Di….”
Xiang Liu membuka matanya dan mata itu sudah semerah darah dengan sorot mata iblis. Xiaoliu terguncang oleh tatapannya hingga tubuhnya seakan membatu dan darah mulai menetes dari hidung dan ujung-ujung jarinya. “Aku… salah… salah….” Xiang Liu memejamkan matanya dan tubuh Xiaoliu pun ambruk ke depan pada punggung si rajawali bagai lap bekas. Saat mereka hampir sampai di Kota Qing Shui, Xiaoliu duduk tegak dan menyeka darahnya sebelum tanpa berkata-kata menjatuhkan diri ke samping ke dalam sungai.
Xiaoliu mengambang di sungai dan membiarkan air membasuh bersih semua jejak darah. Xiaoliu menatap bulan purnama di angkasa yang menyinari seluruh daratan. Xiaoliu memanjat ke darat lalu mendorong pintu hingga terbuka dengan tubuh basah kuyup. Shiqi langsung berdiri dari dalam dapur dan Xiaoliu tersenyum padanya. “Ada sup panas? Aku mau.”
“Ya.”
Xiaoliu berjalan ke dalam kamarnya dan melepaskan pakaiannya, mengeringkan dirinya sendiri sebelum mengenakan pakaian bersih dan mengubur diri di bawah selimut hangat yang bersih. Shiqi masuk dengan semangkuk sup dan Xiaoliu duduk lalu meminumnya perlahan. Tubuhnya pun menghangat. Shiqi mengambil sebuah handuk untuk mengeringkan rambutnya dan Xiaoliu menyandarkan kepalanya ke belakang kemudian memejamkan matanya.
Shiqi menatapnya dan tak melihat adanya bekas bibir sedikit pun di leher Xiaoliu. Bibirnya melengkung naik. Shiqi selesai mengeringkan rambut Xiaoliu tetapi tak mau berhenti, jadi dia mengambil sebuah sisir dari meja dan menyisirinya.
Xiaoliu berkata pelan, “Kau tak seharusnya memanjakanku. Kalau aku jadi terbiasa, apa yang akan kulakukan saat kau pergi?”
“Aku takkan pergi.”
Xiaoliu tersenyum, jutaan orang telah membuat janji, namun sukar untuk menemukan satu yang menepatinya. Kalau dia hanyalah Shiqi, mungkin akan jadi lebih mudah. Tetapi dia bukan hanya Shiqi.
Sekarang ada tambahan seorang wanita di Klinik Hui Chun, namun tak banyak yang berubah. Lao Mu mengurus tungku dapur dan Tian’er sudah berusaha belajar, tapi kelihatannya kekurangan bakat bawaan tersebut. Chuan Zi masih mencuci bajunya sendiri sejak Tian’er menghancurkan tiga pakaian secara berturut-turut saat mencucinya. Kehidupan bersama Chuan Zi dan Tian’er tidak dimulai dengan mulus tetapi Tian’er berusaha dan Chuan Zi sangat penyayang serta pengertian, jadi mereka berdua sangat bahagia.
Shiqi masih seorang pria yang irit kata namun seorang pekerja keras. Xiaoliu masih penuh energi pada suatu ketika, dan sama sekali pemalas di saat lainnya.
Saat ini adalah tengah hari di musim panas dan tidak banyak orang di jalan karena udaranya begitu panas. Tanpa ada pasien, Xiaoliu duduk di bawah naungan atap sambil mengipasi dirinya sendiri dan terkantuk-kantuk.
Sebuah kereta yang berhias meriah menderu lewat dan angin meniup tirainya untuk menampakkan seorang wanita yang menawan di dalamnya. Xiaoliu terhenyak melihat wanita cantik itu dan matanya pun mengikuti kereta itu. Kereta tersebut berhenti di luar toko perhiasan yang dijalankan oleh Yu Shin si pemilik yang kemudian keluar dan menyambut sang wanita. Yu Shin adalah sosok yang terkenal di Kota Qing Shui bukan karena toko perhiasannya begitu menguntungkan, tetapi karena dia memiliki semua toko di jalan ini. Satu kali dalam setahun, Lao Mu harus pergi ke toko perhiasan itu untuk membayar biaya sewa klinik.
Kota Qing Shui mungkin seperti sekuali pasir yang berserakan, tetapi tidak berantakan sepenuhnya berkat Yu Shin. Dia bukan seorang pejabat pemerintah namun bekerja keras untuk mejaga peraturan dan tata tertib di sini. Seperti yang terlihat, Yu Shin separuhnya seperti pihak berwenang di Kota Qing Shui. Jadi saat dia membungkuk kepada orang lain, hal itu membuat semua orang di jalan tercengang. Semua orang ingin mendiskusikannya namun terlalu takut untuk mendiskusikannya. Ingin melihat tapi tak berani melihat. Dalam sekejap seluruh suasana di jalan pun berubah.
Xiaoliu bukan hanya tercengang. Dia sangat tertarik karena Klinik Hui Chun adalah tempat di mana dia telah menghabiskan lebih dari dua puluh tahun hidupnya. Dia berencana untuk terus menghabiskan masa hidupnya di sini dan dia menyukai semua tetangga di jalan ini juga tak mau melihat apapun berubah.
Keesokan harinya, datang kabar bahwa Yu Shin ingin mengambil kembali beberapa toko. Lao Mu mengesah dan bahkan Chuan Zi serta Ma Zi terbengong-bengong. Tukang Daging Gao mendengar kabar itu dan datang untuk menyampaikan bahwa Yu Shin ingin mengambil kembali Klinik Hui Chun karena letaknya dekat dengan sungai dan terdapat petak tanah subur yang lain. Lao Mu memaki karena saat dia pertama kali menyewa tempat ini, di sini hanyalah sebuah petak kosong yang telah dia usahakan dengan keras untuk menjadikannya subur. Namun di hadapan pihak berwenang Kota Qing Shui, tak ada yang bisa dia lakukan selain menanggung satu malam tanpa bisa tidur.
Xiaoliu menyukai air dan tak mau meninggalkan tempat ini, jadi dia memutuskan untuk menemui Yu Shin si pihak berwenang. Shiqi bisa melihat Xiaoliu membersihkan diri untuk keluar, jadi dia pun mengikuti di belakang. Xiaoliu disambut oleh halaman yang berdekorasi megah untuk menemui Yu Shin. Xiaoliu dan Shiqi sama-sama membungkuk dan bertanya apakah memang benar Yu Shin akan mengambil kembali beberapa toko? Yu Shin mengakuinya dan Xiaoliu meminta supaya bisa terus menyewa bila Yu Shin menginginkan uang sewa yang lebih tinggi.
Yu Shin kelihatannya berpikir bahwa merupakan hal yang lucu bila Xiaoliu membicarakan tentang uang dengannya. “Lupakan soal pendapatan sewa untuk satu toko, pendapatan sewa untuk semua toko di jalan ini juga tak pantas untuk disebut-sebut.”
Xiaoliu tak memahami bisnis jadi dia tak mengerti apa yang Yu Shin katakan. Beberapa saat kemudian dia bertanya, “Jadi apa yang ingin Tuan Yu lakukan dengan semua toko itu?”
Yu Shin menambahkan, “Kau sudah tinggal di sini selama dua puluh tahun, jadi aku akan blak-blakan padamu. Aku ini hanya seorang pelayan dan keluarga majikanku melampaui kaya raya. Lupakan soal satu toko, mereka bisa mampu membiarkan seluruh Kota Qing Shui teronggok tak berguna dan kosong hanya karena mereka menginginkannya.” Yu Shin selesai bicara dan mengantar mereka pergi.
Xiaoliu menundukkan kepalanya untuk pergi. Kalau ini adalah sebuah muslihat maka dia tak bisa menemukan cara untuk menyelesaikannya. Seorang pemilik ingin mengambil kembali sebuah toko itu sangat legal dan tak ada yang bisa dia lakukan tentangnya.
“Berhenti!” Suara seorang wanita terdengar dari atas. Xiaoliu berhenti dan menengadahkan kepalanya untuk melihat si wanita cantik dari kereta. Shiqi tak berhenti dan terus berjalan sementara gadis itu begitu gelisah sehingga dia melompat turun dari lantai dua dan berlari untuk memeluk Shiqi dengan air mata mengalir turun di wajahnya. “Tuanku, Tuanku….”
Shiqi berdiri setegak tiang dan tak berbalik. Wanita itu jatuh di atas kakinya dengan berlinangan air mata. “Mereka semua bilang kalau Tuanku sudah mati… tapi tak seorang pun dari kamu yang memercayainya! Sembilan tahun! Sembilan tahun! … Langit telah mendegarkan kami, membiarkan saya pelayan Anda ini menemukan Anda.”
Mendengar si wanita menangis, Yu Shin bergegas keluar dan ketika dia melihat si wanita berlutut di kaki Shiqi dia pun langsung ikut berlutut. Si wanita sambil menangis bertanya, “Tuanku, kenapa Anda tidak bicara. Ini Jing Ye pelayan Anda. Apa Anda lupa? Dan Lan Xiang juga. Anda biasa menggoda kami tentang nama kami…. Yu Shin, cepatlah dan kirim kabar kepada Nyonya Besar bahwa kami telah menemukan Tuan Kedua kami. Tuanku, apakah Anda juga telah melupakan Nyonya Besar?”
Shiqi berbalik dan menatap Xiaoliu, beberapa langkah pendek di antara mereka telah menjadi bentangan jarak yang begitu lebar hingga tak bisa dijembatani. Ada suatu kesedihan di matanya. Xiaoliu tersenyum padanya dan berjalan menghampiri untuk mengatakan sesuatu, tetapi lidahnya yang biasanya lincah justru gagal berfungsi. Dia hanya bisa berusaha lebih keras lagi untuk terus tersenyum dan tersenyum. Dia memberi isyarat pada Shiqi untuk mengurus masalah keluarganya dan dia pun pergi.
Xiaoliu kembali ke Klinik Hui Chun. Chuan Zi dan Tian’er sedang keluar mencari toko lain sementara Lao Mu duduk terbengong-bengong di sana sambil mendesah. Xiaoliu duduk di sebelahnya dan memandangi halaman. Lao Mu berkata, “Sudah tinggal di di sini selama dua puluh tahun, aku akan merindukannya!”
Xiaoliu bergumam, “Jangan khawatir, sekarang sudah tidak apa-apa, kita bisa tinggal selama yang kita inginkan, bahkan bila kita tak membayar sewa, tak seorang pun yang akan mengambilnya kembali.”
Lao Mu terpana selama sesaat. “Apa kau telah meyakinkan si pemilik?”
“Kau bisa anggap begitu.”
Lao Mu berterima kasih kepada Langit.
Xiaoliu menambahkan, “Jangan khawatir, aku akan bersama denganmu hingga kau tua dan mengantar kepergianmu. Jangka hidupmu lebih pendek, jadi aku akan bersama denganmu sampai kau wafat. Aku takkan membiarkanmu sendirian saja, tanpa ada orang yang bisa diandalkan dan tanpa ada yang diajak bicara. Siapa yang tahu siapa yang akan bersama denganku sampai aku mati….”
Lao Mu mengguncang Xiaoliu, “Kau mulai mengasihani dirimu sendiri….”
Xiaoliu berkata, “Lao Mu, setidaknya kau bisa diandalkan!”
Lao Mu mengusap kepala Xiaoliu. “Xiaoliu-ku adalah anak yang baik, Langit pasti akan menjagamu.”
Xiaoliu tersenyum dan menepuk pundak Lao Mu. “Pergilah bekerja.”
Saat makan malam Tian’er bertanya ke mana perginya Shiqi dan semua orang menatap Xiaoliu yang tersenyum, “Dia sudah pergi, tak usah membuat jatahnya lagi.”
Lao Mu mendesah, “Bagus, aku selalu khawatir tentang dia.”
Chuan Zi dan Tian’er kembali makan. Shiqi sangat sedikit bicara sehingga Chuan Zi tak pernah merasa kalau dia ada, dan Tian’er baru berada di sini belakangan sehingga tak terbiasa dengan Shiqi.
Malam itu, Xiaoliu berjalan di sepanjang jalan batu melintasi petak tanaman obat menuju sungai. Dia menyusuri sungai dan seseorang mengikuti di belakangnya, menjadi cepat dan lambat bersama dengan dirinya. Hembusan angin musim panas membawa aroma hop dan hal itu menenangkan Xiaoliu. Dia berhenti dan berbalik. Shiqi berdiri di belakangnya dengan mengenakan baju kain rami tua yang sama yang telah dicuci dan kini beraroma seperti dupa harum.
Xiaoliu berkata, “Aku tak suka baumu ini.”
Shiqi menundukkan kepalanya dan Xiaoliu tersenyum, “Aku suka bau tanaman-tanaman obat. Lain kali saat aku datang menemuiku, aku akan memberimu sekantong tanaman obat.” Shiqi mengangkat kepalanya dan seakan bitang-bintang telah jatuh ke dalam matanya ketika sepasang mata itu berkilau dengan harapan. Xiaoliu tersenyum dan terus berjalan, jadi Shiqi bergegas berjalan di sisinya.
Sejak saat itu, Shiqi akan selalu mengenakan baju kain rami yang sama dan datang untuk berjalan-jalan bersama Xiaoliu setiap malam di tepi sungai. Keduanya akan berjalan hingga Xiaoliu merasa lelah dan pulang untuk tidur, dan kemudian Shiqi akan pergi. Hari-hari tampaknya berlalu dengan tidak terlalu berbeda dari sebelumnya, kecuali bahwa topik percakapan mereka telah berubah.
Xiaoliu akan bertanya, “Ada berapa pelayan yang kau punya?”
“Dua.”
“Berapa banyak uang yang kau punya?”
“….”
“Bertahun-tahun yang lalu… apa itu karena perebutan warisan?”
“Ya.”
“Apa Jing Ye yang lebih cantik? Atau Lan Xiang?”
“….”
“Apa kau ingat semua tanaman obat yang telah kuajarkan padamu?”
“Ya.”
“Ingat-ingatlah dengan baik karena tanaman-tanaman itu kelihatan biasa tetapi bila kau menambahkan hal kecil padanya, tanaman itu bisa menjatuhkan bahkan seorang Dewa ataupun iblis.”
“Ya,”
“Kau bukan Xiang Liu si monster berkepala sembilan itu, yang punya sembilan nyawa dan bisa makan apapun yang dia inginkan.”
“Ya.”
“Apa Jing Ye yang lebih cantik? Atau Lan Xiang?”
“….”
“Para pelayan biasanya adalah yang paling tidak bisa dipercaya. Kau berhati-hatilah.”
“Ya.”
“Juga… jangan memakai kekerasan. Berpura-puralah bodoh dan bertahanlah. Kalau memakai kekerasan maka kau harus melakukannya sampai tuntas dan mengakhirinya di sana pada saat itu juga.”
Shiqi tak mengatakan apa-apa.
Xiaoliu mendesah. “Kalau kau benar-benar tak bisa mengalahkan mereka, maka kembalilah. Kau bisa terus merebus obat untukku, setidaknya kau takkan kelaparan sampai mati.”
Shiqi menatap Xiaoliu dan ada gelombang yang bergulung-gulung di matanya yang tampaknya mengisap Xiaoliu ke dalamnya.