Eternally Yearning For You / Lost You Forever / 長相思 - Chapter 2
- Home
- Eternally Yearning For You / Lost You Forever / 長相思
- Chapter 2 - Jalan Di Depan Tidak Diketahui
Kota Qing Shui tidaklah besar, namun merupakan sebuah tempat yang sangat unik dalam alam liar yang luas. Dari Utara ke Selatan, kota itu di dibatasi ketat oleh jajaran pegunungan yang kejam, menciptakan dinding pelindung alam. Setelah Kerajaan Shen Nong dihancurkan, Jenderal Gong Gong dari Kerajaan Shen Nong menolak untuk menyerah. Dia mengendalikan puluhan ribu prajurit yang ditempatkan pada area di sisi Timur Kota Qing Shui dan dari sana dia terus bertempur melawan Huang Di.
Sebagai tambahan dari pasukan Jenderal Gong Gong di Timur, Kota Qing Shui terletak di sebelah Barat Kerajaan Xuan Yuan dan Utara dari Kerajaan Gao Xing. Kota itu tidak berada di bawah kendali baik Jun Di dari Kerajaan Gao Xing maupun Huang Di dari Kerajaan Xuan Yuan. Perlahan-lahan Kota Qing Shui menjadi sebuah wilayah yang campur aduk dengan pengaruh dari ketiganya namun tak satu pun dari ketiga kekuatan itu yang mampu mengendalikannya.
Di dalam Kota Qing Shui, tidak ada kekuasaan bangsawan, tidak ada keluarga-keluarga berpengaruh, tidak ada yang miskin maupun kaya, dan tentu saja tidak ada perbedaan antara para dewa dan iblis.
Bila seseorang memiliki kemampuan, tak peduli apakah dia dewa ataupun iblis, dulunya pejabat ataupun penjahat, orang itu bisa mencari penghidupan secara terbuka dan tak seorang pun yang peduli tentang masa lalu. Perlahan-lahan segala macam orang pun berkumpul di sini.
Akibat peperangan tanpa henti selama beberapa ratus tahun terakhir, darah, jenazah, dan kehidupan kembali menempa banyak pandai besi dan penyembuh. Senjata dan keahlian medis dari Kota Qing Shui cukup ternama.
Bila ada pandai besi dan penyembuh, maka orang-orang akan datang untuk membeli senjata dan mencari pertolongan medis. Di mana ada laki-laki, maka akan ada rumah bordil. Dimana ada wanita, maka akan ada pembuat topi. Bila ada pria dan wanita, maka muncullah restoran dan kedai teh….
Tidak jelas apakah ayam atau telur yang muncul duluan, tetapi kini Kota Qing Shui ramai dengan orang dan bahkan tak kelihatan seperti sebuah lokasi di garis depan dari perang yang sedang berlangsung.
Klinik Hui Chun terletak di sebuah lokasi kecil di sisi Barat kota. Karena kompetisinya keras dan sebuah klinik tentunya sulit untuk dijalankan, Ma Zi dan Chuan Zi memberitahu Ye Shiqi bahwa dulu pernah ada orang yang datang untuk menutup klinik mereka. Tetapi Lao Mu dulunya adalah deserter dari pasukan Xuan Yuan, dan meski hanya merupakan dewa tingkat rendah dia masih memiliki sejumlah kekuatan spiritual dan mampu menangani beberapa orang. Keahlian medis Xiaoliu hanya rata-rata jadi klinik-klinik lain bahkan tak mau repot-repot berusaha memenangkan kembali bisnis. Jadi bisnis di Klinik Hui Chun hanya biasa-biasa saja, cukup untuk memberi makan dan pakaian bagi mereka berlima.
Dua tahun telah berlalu dan Shiqi masih kelihatan kurus dan lemah. Tetapi tenaganya lebih besar daripada yang dikira siapapun. Membawa ember-ember air, memotong kayu, merebus obat, menggiling tanaman obat, dia bisa melakukan semuanya. Dia juga memiliki ingatan yang sangat kuat.
Ma Zi dan Chuan Zi sudah mengikuti Xiaoliu selama lebih dari sepuluh tahun dan masih tak mampu mengingat beberapa tanaman obat. Shiqi berbeda, tanaman obat apapun, begitu dia mendengarnya dari Xiaoliu, dia akan mengingatnya.
Lama-kelamaan Xiaoliu mulai mengajaknya ke mana-mana. Dia kuat, memiliki ingatan yang bagus, sangat tenang, melakukan apapun yang disuruh, secara harafiah dia adalah orang yang sempurna bila disuruh melakukan hal-hal buruk seperti membunuh dan menganiaya.
Setelah makan malam, pada malam itu mereka berlima duduk bersama-sama. Di bawah permohonan Ma Zi dan Chuan Zi, Xiaoliu menghitung semua uang mereka dan mendesah. “Ada lebih banyak pria di Kota Qing Shui ketimbang wanita. Menemukan seorang wanita untuk ditiduri selama beberapa kali berarti membuang uang ke rumah bordil. Namun menikahi seorang istri untuk tidur bersama setiap malam akan berat. Dalam jangka pendek, tidur dengan seorang pelacur adalah kesepakatan yang lebih baik. Tetapi dalam jangka panjang, menikahi seorang istri untuk tidur bersama di rumah adalah penawaran yang lebih baik.”
Ma Zi dan Chuan Zi keduanya terbengong-bengong menatap Xiaoliu. Wajah tua Lao Mu berkerut seperti krisan sementara Shiqi menundukkan kepalanya namun bibirnya sedikit miring ke atas. Xiaoliu bertanya kepada mereka, “Apa kalian ingin meniduri wanita beberapa kali sekarang, atau menunda dan menahan diri selama beberapa tahun lagi hingga kalian telah menabung cukup uang untuk menemukan seseorang yang bisa ditiduri setiap malam?”
Ma Zi berkata dengan sangat kaku. “Kak Liu, menikahi seorang istri bukan berarti membawanya pulang untuk ditiduri setiap malam.”
“Kau menghabiskan uang dalam jumlah besar untuk menikahi seorang wanita dan kau tak mau tidur dengannya?” Xiaoliu sudah akan membalikkan meja.
“Tentu saja bukan begitu. Maksudku dia bukan HANYA untuk ditiduri. Dia ada untuk diajak makan dan bicara bersama, seorang teman hidup.”
Xiaoliu mendengus. “Aku makan bersamamu dan bicara denganmu dan menemanimu. Jadi kenapa kau masih menginginkan seorang istri?”
“Karena istriku bisa tidur bersamaku dan kau tidak.”
“Maka kau menikahi seorang istri hanya untuk tidur dengannya.”
Ma Zi duduk dengan lelah. “Baiklah, anggap saja menikahinya untuk ditiduri.” Dia meraih tangan Chuan Zi. “Jangan dengarkan Kakak Liu, bersabar dan tabunglah uang. Istri-istri kita sendiri lebih baik ketimbang pelacur. Benar-benar bukan hanya untuk ditiduri.”
Lao Mu tertawa dan menepuk-nepuk Ma Zi. “Jangan khawatir, Adik Liu dan aku akan membantu kalian menabung cukup banyak uang.”
Ma Zi dan Chuan Zi pergi tidur dan Shiqi disuruh kembali ke kamarnya juga.
Lao Mu berkata pada Xiaoliu, “Chuan Zi bisa menunggu tetapi pernikahan Ma Zi tak bisa ditunda lebih lama kagi. Ma Zi menyukai putri dari Tukang Daging Gao dan bila kita tak memberikan penawaran pernikahan maka istri yang bagus untuk Ma Zi akan diambil. Aku berpikir akan pergi ke pegunungan untuk menggali tanaman obat yang lebih bagus, dan mungkin bila aku beruntung bisa menemukan tanaman-tanaman dewa….”
Xiaoliu berkata, “Pegunungan adalah wilayah pasukan perlawanan Shen Nong. Kau adalah seorang deserter pasukan Xuan Yuan, pergi ke sana berarti mencari mati. Ditambah lagi kau tak mengenal tanaman-tanaman itu. Aku yang akan pergi.”
Lao Mu menimpali, “Gong Gong yang mengendalikan pasukan perlawanan itu adil dan berprinsip, mereka takkan mencelakai orang yang tak bersalah dan bahkan manusia biasa juga tidak takut berlari ke dalam pasukan Shen Nong. Tetapi Letnan Jenderal Xiang Liu sangat menyulitkan. Rumor mengatakan bahwa dia adalah Iblis Berkepala Sembilan. Dia memiliki sembilan nyawa dan karenanya berjulukan Sembilan Nyawa. Dia ganas dan brutal.”
Xiaoliu tertawa. “Aku bukannya pergi untuk memata-matai, aku pergi untuk mendapatkan tanaman dewa. Dia mungkin ganas tetapi dia harus mengikuti aturan keprajuritan. Ditambah lagi aku takkan pernah berlari ke arah seseorang sekuat dan sepongah Jenderal Xiang Liu.”
Lao Mu memikirkan hal yang sama. Dia sebelumnya pernah berada dalam banyak peperangan dan lupa tentang Xiang Liu si Sembilan Nyawa, dia bahkan tak pernah bertemu dengan pejabat pasukan yang berkedudukan beberapa tingkat di atasnya sebelumnya.
Lao Mu merasa tenang dan mengingatkan Xiaoliu untuk berhati-hati dan jangan pergi ke tempat yang tidak diperlukan dan bila tak ada tanaman dewa yang ditemukan maka harus kembali dan mereka bisa memikirkan jalan yang lain.
Xiaoliu khawatir kalau-kalau Ma Zi dan Chuan Zi akan menghentikan dirinya, jadi dia bersiap-siap dan pergi sebelum matahari terbit. Menggumamkan nada pendek dan mengunyah kaki ayam, Xiaoliu berjaan dan merasakan ada sesuatu yang salah. Dia berbalik dan mendapati Shiqi sedang berdiam diri di belakangnya. Xiaoliu melambai, “Kenapa kau mengikutiku? Aku akan pergi ke pegunungan untuk mengumpulkan tanaman obat. Kau cepatlah pulang.”
Xiaoliu terus berjalan namun demikian juga halnya dengan Shiqi yang terus mengikuti. Xiaoliu meletakkan tangannya pada pinggul dan menaikkan suaranya, “Hei! Aku sudah menyuruhmu untuk pulang. Apa kau mendengarkanku?”
Shiqi berdiri diam dengan mata ditundukkan dan sikap diamnya menunjukkan tekadnya. Mungkin memang merupakan takdir mereka yang dimulai dengan rasa kasihan sehingga Xiaoliu dengan cepat melunak terhadapnya. Dia bertanya, “Apa kau seorang desertir Shen Nong?” Shiqi menggelengkan kepalanya. “Apa kau seorang prajurit Xuan Yuan?” Shiqi menggelengkan kepalanya. “Apa kau mata-mata Gao Xing?” Shiqi menggelengkan kepalanya. Xiaoliu tersenyum. “Kalau begitu kau bisa naik ke gunung. Ikuti aku.”
Shiqi mengambil keranjang dan tas cemilan kecil dari punggung Xiaoliu. Xiaoliu selesai menggerogoti kaki ayam dan Shiqi mengoperkan tas kepadanya dan dia pun mengambil leher bebek. Dia menghabiskan leher bebeknya dan sudah akan menyekakan tangannya pada baju saat sehelai kain bersih diserahkan kepadanya. Xiaoliu terkikik dan menyeka tangannya hingga bersih. Shiqi memberikan kepadanya wadah air dan Xiaoliu pun menenggak arak plum lalu bersendawa. Dia merasa kalau kehidupan pada hari-hari ini sungguh manis! Mereka berdua pun berjalan seharian dan hari sudah senja ketika mereka memasuki wilayah pegunungan.
Xiaoliu menemukan sebuah area di dekat sumber air dan menebarkan bubuk tanaman untuk membuat lingkaran di sekitar mereka. “Ada banyak hewan buas di pegunungan. Jangan melangkah ke luar lingkaran pada malam hari. Aku akan pergi mengambil air dan kau carilah kayu. Cepat kembali sebelum hari gelap.”
Xiaoliu kembali membawa air bersama dengan sejumlah sayuran liar. Shiqi belum kembali dan Xiaoliu sudah akan pergi mencarinya saat Shiqi kembali dengan kayu di punggungnya dan ayam liar di tangannya. Xiaoliu begitu gembira. “Kau nyalakan api, aku akan memasak sesuatu yang lezat untukmu.”
Xiaoliu membersihkan ayamnya lalu memasukkan sejumlah jamur ke dalam sela-selanya, menggarami bagian luarnya, memercikinya dengan arak plum, membungkusnya dengan beberapa lembar daun lebar, dan menguburnya di bawah tanah kuning di sebelah api. Dia kemudian membuat penyangga batu sederhana dan memakainya untuk merebus sayuran bersama dengan jerohan ayam.
Shiqi mengamati Xiaoliu yang sibuk bekerja dalam diam. Xiaoliu mengaduk rebusan dan berkata sambil tertawa, “Aku sudah tinggal di pegunungan selama bertahun-tahun. Apa yang bisa dimakan dan tidak bisa dimakan, aku sudah memakan semuanya. Bersama denganku di sekitar pegunungan, kau pasti akan mendapatkan sesuatu yang lezat.”
Saat waktunya sudah tiba, Xiaoliu menggali gumpalan tanah yang keras itu lalu memecahkannya hingga terbuka. Aroma yang harum menguar. Xiaoliu membelah ayamnya menjadi tiga bagian, satu bagian masuk ke dalam kantong makanan, dia kemudian memberikan kepada Shiqi sisa bagian yang paling besar. “Kau harus menghabiskannya, kau terlalu kurus.”
Xiaoliu memakan bagiannya dan mengamati Shiqi. Pria itu masih sama seperti sebelumnya, setiap gesturnya elegan dan halus, seakan dia duduk di sebuah perjamuan yang paling agung dan memakan makanan yang paling luar biasa. Xiaoliu mendesah, “Shiqi, kau akan pergi cepat atau lambat.”
Shiqi melirik padanya, “Aku. Tidak akan.”
Xiaoliu tersenyum dan menghabiskan rebusan jamurnya lalu pergi ke ngarai untuk membersihkan tubuh.
Xiaoliu terbangun di pagi harinya untuk menemukan Shiqi sudah menyalakan api dan merebus air. Xiaoliu mengeluarkan ayam yang tersisa dan memotong-motngnya lalu melemparkannya ke dalam air untuk membuat sup. Dia mengambil roti kering dari dalam kantong dan membaginya dengan Shiqi. Begitu mereka selesai dengan supnya dan mematikan api, mereka pun lanjut mendaki gunung.
Xiaoliu membawa Shiqi dan mengumpulkan hanya tanaman-tanaman obat yang paling berharga di sepanjang perjalanan. Setelah tiga hari berjalan, mereka pun memasuki bagian terdalam dari pegunungan. Xiaoliu berjongkok dan menatap setumpukan kotoran binatang. Alisnya mengernyit seakan sedang memutuskan sesuatu. Shiqi membawa semua bawaan mereka dan mengamati Xiaoliu tanpa bersuara.
Xiaoliu berdiri dan berkata, “Kau tetap di sini, aku harus pergi sendiri untuk menemukan sesuatu.” Shiqi tak mengangguk, ke mana Xiaoliu pergi dia juga pergi. Xiaoliu memelototinya, “Kau bilang kau akan mematuhiku. Kalau kau tidak patuh, aku tak menginginkanmu lagi.” Shiqi menatapnya dalam diam dan berkas cahaya matahari yang menembus pepohonan menyinari bekas lukanya di sepanjang garis rambut serta cahaya kesedihan di matanya.
Xiaoliu melunak dan melangkah maju dengan niat meraih lengan Shiqi tetapi teringat kalau pria itu tak suka disentuh, jadi dia pun mencengkeram lengan bajunya. “Shiqi adalah yang paling baik dan paling patuh dan paling mampu, aku takkan membuangmu. Aku tidak membawamu adalah karena di sana berbahaya. Makhluk itu terlalu cerdas dan bila dia mengendus sesuatu dia akan ketakutan dan akan berlari ribuan mil dalam sekejap. Satu-satunya jalan untuk mendekatinya adalah dengan menyebarkan kotorannya ke tubuh tetapi tidak ada cukup banyak kotoran di sini sehingga hanya aku yang bisa pergi. Bila aku tak bisa menangkapnya, aku akan langsung kembali kemari, jadi tunggulah aku di sini.”
Xiaoliu menelengkan kepalanya dan tersenyum dan akhirnya Shiqi mengangguk.
Xiaoliu memungut kotoran itu dan menjauh untuk mengoleskannya ke lengan. “Ini menjijikkan, kan? Kau mungkin tak pernah melihat ini di tempatmu tumbuh besar. Sebenarnya tak sekotor itu. Ada banyak obat yang dibuat dengan kotoran hewan, lho.” Xiaoliu berbalik dan Shiqi sudah berada tepat di sebelahnya dan dia pun terdiam. Shiqi membenarkan lengan bajunya dan berkata, “Hati-hatilah.”
Xiaoliu tertawa. “Aku sudah hidup sendirian di gunung selama bertahun-tahun. Saat aku lapar, aku bahkan mencuri telur dari bawah Siluman Ular Seribu Tahun. Bahkan hewan buas yang paling ganas pun tidak berbahaya bagiku. Sejujurnya, tak ada monster maupun hewan yang lebih menakutkan ketimbang manusia….” Xiaoliu membetulkan sabuknya dan melambai. “Aku pergi dulu.”
“Aku. Menunggumu.” Shi Qi berdiri di bawah pohon.
Tak ada orang yang akan menunggu yang lainnya seumur hidup. Xiaoliu tersenyum lalu dengan satu lompatan dan satu lesatan menghilang ke dalam pepohonan.
Xiaoliu ingin menangkap seekor Jiu Jiu, hewan kecil yang mirip dengan musang. Hewan itu memiliki ekor putih yang panjang dan bisa mengambil kesedihan orang. Hewan itu populer di antara para bangsawan dan bisa dijual dengan harga tinggi. Jiu Jiu tak memiliki kemampuan menyerang tetapi sangat sangat pintar juga mudah dibuat ketakutan sehingga kabur dengan cepat. Sangat sulit menangkapnya. Tetapi Xiaoliu punya cara untuk mengurusnya. Jiu Jiu suka mendengar nyanyian seorang wanita muda. Jiu Jiu akan tertarik dengan lagu sedih wanita muda itu dan tubuhnya akan bergerak mendekat untuk membantu gadis itu melupakan kesedihannya. Xiaoliu menemukan sebuah tempat yang cocok untuk memasang jebakan.
Xiaoliu terlebih dahulu melompat ke dalam air untuk membersihkan kotorannya, kemudian merangkak ke atas batu dan duduk. Batu itu telah dihangatkan oleh cahaya mentari dan Xiaoliu duduk di sana, membetulkan rambutnya, lalu menyanyi. Lagunya dibawa oleh angin. Xiaoliu menyanyikan sebuah lagu tentang merindukan seseorang selamanya dan tak pernah bisa melupakan.
Suaranya merdu dan lagunya penuh kesedihan sehingga Jiu Jiu terpancing keluar oleh lagu itu. Mulanya makhluk itu ketakutan sehingga bersembunyi dalam kegelapan. Saat Jiu Jiu tak merasakan adanya bahaya, dia tak mampu menahan insting alaminya untuk membantu orang melupakan kesedihannya sehingga dia pun melangkah keluar dan mulai berkicau.
Xiaoliu merapikan rambutnya dan menatap makhluk itu. Jiu Jiu memiliki mata sebulat piring dan amat sangat menggemaskan. Makhluk itu akan berkicau dan menggoyangkan ekor putihnya yang besar, melakukan salto kecil atau mendangkan kakinya atau memukul dadanya. Dia melakukan segala hal menggemaskan untuk membuat Xiaoliu tertawa.
Xiaoliu mendesah keras dan membubarkan jebakannya. “Kau makhluk bodoh, kau kaburlah sekarang, aku takkan menangkapmu untuk dijual demi uang.”
Jiu Jiu menatap Xiaoliu dengan sorot bertanya-tanya saat mendadak sebuah suara menderu membahana dari atas dan seekor rajawali berwarna emas dan putih berusaha menangkap Jiu Jiu. Makhluk itu tak punya tempat untuk bersembunyi sehingga langsung memelesat ke dalam pelukan Xiaoliu.
Rajawali putih keemasan itu berdiri di depan Xiaoliu dan menatapnya, sekana berkata, “Aku mau makan itu! Kalau kau tak mau mati maka enyah!” Xiaoliu merasa bahwa rajawali ini belum memiliki pertapaan yang cukup untuk mendapatkan bentuk manusia, tetapi dia jelas memahami bahasa lisan.
Xiaoliu mendesah dan membungkuk penuh hormat. “Tuan Rajawali, bukannya saya tidak mau bersikap tidak hormat, Anda tahu kalau sulit untuk menangkap seekor Jiu Jiu dan bila saya tak memancingnya keluar maka Anda takkan mampu berusaha memakannya.”
Si rajawali mengepakkan sayap raksasanya dan sebongkah batu besar pun hancur berkeping-keping. Amarahnya tampak jelas. Xiaoliu tak mau mundur karena hal itu akan memancing isting menyerang dari seekor hewan buas. Rajawali ini bisa berpikir tetapi insting alaminya pasti masih ada.
Cakar Jiu Jiu mengais ke dalam Xiaoliu dan berusaha membuat tubuhnya jadi sekecil mungkin. Xiaoliu memegangnya dengan satu tangan dan tangan yang lain melemparkan semacam bubuk. matanya mengamati si rajawali dan dia berkata dengan cara yang sangat tulus dan tidak mengancam, “Tuan Rajawali begitu tampan dan perkasa. Kekuatan sayap Anda begitu mengesankan. Sekali lihat saja dan sudah jelas kalau Anda adalah raja di antara para rajawali, sang penguasa angkasa. Saya sangat kagum… tetapi saya minta maaf karena saya tak bisa membiarkan Anda memakannya hari ini.”
Si rajawali ingin menghancurkan bajingan di hadapannya ini namun tiba-tiba dia merasa pusing seperti waktu itu saat dia mencuri arak, tetapi dia tak mencuri arak sedikit pun hari ini…. Setelah terhuyung ke kiri dan ke kanan, di rajawali pun ambruk.
Xiaoliu sudah akan kabur saat sebuah suara terdengar dari arah atas. “Bola Bulu, sudah kubilang padamu berkali-kali, manusia itu licik. Kali ini kau akan mengingatnya, kan?”
Seorang pria berambut putih yang mengenakan pakaian putih di sekujur tubuhnya duduk dengan elegan di atas sebuah cabang pohon menyeringai denagn ceria pada si rajawali yang ambruk. Xiaoliu mengesah dalam hati, bahaya yang sesungguhnya sudah tiba. Dia melemparkan Jiu Jiu itu ke arah pepohonan, mengetahui bahwa dengan kecepatannya, makhluk itu akan bisa kabur. Siapa yang tahu bahwa Jiu Jiu malah jatuh dan berdiri tegak mematung di hadapan pria itu. Dia bahkan tak punya keberanian untuk kabur! Kalau Jiu Jiu tak mau lari, maka Xiaoliu yang akan kabur!
Xiaoliu melemparkan bubuk pada pria itu dan kemudian berbalik untuk kabur saat pria berbaju putih itu menghadang jalannya.
Xiaoliu melemparkan bubuk lagi tetapi orang itu mengernyitkan alisnya dan berkata, “Kalau kau terus melemparkan sampah tak berguna itu dan mengotori pakaianku, aku akan memotong tanganu.”
Xiaoliu langsung berhenti, lawannya begitu kuat sehingga racun dan bubuk penidur tak berguna pada dirinya. Xiaoliu juga tak bisa melawannya, jadi hanya ada satu pilihan yang tersisa – berlutut dan memohon.
Xiaoliu menjatuhkan diri di atas lututnya dan dengan jumlah air mata serta ingus yang memadai dia menghiba, “Tuanku, saya hanya seorang penyembuh kecil dari Kota Qing Shui yang datang ke pegunungan untuk untuk mengambil tanaman obat demi mendapatkan uang. Kedua saudara saya memerlukannya untuk menikahi istri….”
Pria itu merabai si rajawali dan berkata, “Penawar.”
Xiaoliu merangkak mendekat dan menyerahkan penawar kepadanya. Pria itu menyuapkannya pada si rajawali dan akhirnya menatap Xiaoliu. “Rajawali tungganganku telah memakan puluhan ribu ular beracun, bahkan racun yang dibuat oleh para tabib istana di Kerajaan Xuan Yuan tak berfungsi padanya. Menarik saat mengetahui bahwa bahkan seorang penyembuh kecil di Kota Qing Shui ternyata seberbakat ini.”
Xiaoliu merasakan hembusan angin dingin merayap naik di tulang belakangnya dan dia pun memaki diam-diam. “Hanya sedang beruntung. Saya tidak berbohong, saya adalah seorang penyembuh kecil yang mengkhususkan diri pada kemandulan. Klinik Hui Chun di Kota Qing Shui. Bila Tuanku memiliki seorang istri yang tidak kunjung hamil….”
Seorang prajurit kecil datang berlari-lari dan membungkuk penuh hormat, “Tuanku!”
Pria itu menendang Xiaoliu dan menyalak, “Ikat dia!”
“Siap Pak!”
Xiaoliu pun diikat dan dia menghela napas lega. Ini adalah pasukan perlawanan Shen Nong. Meski Huang Di menyebut mereka sebagai segerombolan pengkhianat keji, dalam beberapa ratus tahun terakhir ini mereka tak pernah mengganggu orang dan selalu mempertahankan pasukan yang teratur.
Xiaoliu tahu bahwa semua yang dia katakan memang benar, jadi begitu mereka memastikannya, dirinya akan dilepaskan. Namun dia tahu bahwa orang ini sanagt berbahaya… dia mengintip pada pria berjubah putih yang sedang memeriksa si rajawali dengan penuh perhatian.
Penawarnya asli dan si rajawali akan segera sadar. Tetapi Jiu Jiu bodoh itu masih membeku di tanah. Xiaoliu tertawa dan berkata, “Harap Tuanku bersedia membiarkan Jiu Jiu itu pergi.” Si pria tampaknya tak mendengar dan terus saja membelai punggung si rajawali. Si rajawali berdiri dan mengguncangkan bulunya sebelum melayang dan mencabik Jiu Jiu itu.
Jeritannya sudah lenyap sebelum mendarat. Xiaoliu menurunkan matanya dan melihat bulu putih bernoda darah mendarat di atas sepatunya. Pria itu menunggu sampai si rajawali selesai makan sebelum semua orang pergi menuju perkemahan.
Xiaoliu terus memejamkan matanya rapat-rapat, menolak untuk melihat rutenya. Berdasarkan bunyi dari suara-suara yang ada, tempat ini bukanlah perkemahan besar dan sepertinya hanya sementara. Xiaoliu dilemparkan ke atas tanah dan suara dingin pria itu memasuki telinganya. “Sepasang telinga yang sangat bagus seringkali lebih berguna daripada sepasang mata.”
Xiaoliu membuka matanya dan dari sudut pandangnya yang terbatas hanya bisa melihat pinggang orang itu. “Saya sudah tinggal di Kota Qing Shui selama lebih dari dua puluh tahun, satu pemeriksaan cepat akan memastikannya.”
Pria itu mengabaikan Xiaoliu saat dia mengganti jubahnya dan duduk di belakang mejanya untuk memeriksa dokumen-dokumen. Barulah pada saat itu Xiaoliu akhirnya melihat wajah si pria dengan jelas. Rambut putih bagai awan yang tidak diikat membentuk cepolan namun justru sehelai tali sewarna kumala digunakan untuk mengikatnya dengan rapi ke belakang dan membiarkannya menjuntai di belakang kepalanya. Wajahnya begitu luar biasa tampan sehingga nyaris tidak nyata. Sekujur tubuhnya begitu bersih tanpa noda sehingga mendirikan bulu kuduk.
Pada saat ini dia sedang memegang sebuah dokumen di satu tangan sementara matanya terangkat membentuk cemoohan. Dia merasakan bahwa Xiaoliu sedang menatapnya dan tersenyum ke arah Xiaoliu yang merinding dan langsung memejamkan mata. Sorot itu hanya pernah Xiaoliu lihat sekali saat dirinya masih kecil, itu adalah cara tatap seorang iblis raksasa yang terkenal di dunia. Sebuah tatapan yang yang hanya mampu diberikan oleh seseorang yang telah menginjak mayat yang tak terhitung jumlahnya.
Xiaoliu menerka siapa orang itu, si iblis pembunuh jahat yang ketampanan legendarinya tak tertandingi, Iblis Berkepala Sembilan – yang memiliki sembilan nyawa, Xiang Liu.
lengan dan kaki Xiaoliu diikat dan dia tak bisa bergerak jadi setelah beberapa saat berlalu tubuhnya jadi sangat mati rasa. Malamnya para prajurit membawakan makanan dan Xiang Liu makan dengan santainya. Xiaoliu merasa haus dan lapar dan saat melihat bahwa Xiang Liu takkan memberinya makan dia pun berusaha memikirkan sesuatu yang lain.
Dia mengra kalau Shiqi pasti akan datang mencarinya, tetapi tak mungkin Shiqi bisa menemukan tempat ini. Shiqi mungkin sudah kembali ke kota. Xiang Liu selesai makan dan dengan malas berbaring di atas dipan untuk membaca buku dengan santai.
Seorang prajurit datang untuk mengantarkan sebuah dokumen dan cepat-cepat pergi. Xiang Liu membacanya lalu menatap Xiaoliu sambil berpikir. Xiaoliu menerka kalau dokumen itu adalah laporan tentang dirinya dan berusaha tersenyum dengan amat tulus. “Tuanku, semua yang telah pelayan ini katakan adalah benar. Saya memiliki keluarga yang menunggu saya pulang ke rumah.”
Xiang Liu berkata dingin, “Aku hanya mempercayai instingku. Siapa kamu?”
Xiaoliu memutar matanya. “Saya adalah Wen Xiaoliu, seorang penyembuh dari Klinik Hui Chun.”
Xiang Liu menatapnya dan mengetuk-ngetukkan jarinya. Xiaoliu mulai gemetaran, insting primitive makhluk hidup yang takut pada kematian. Xiaoliu tahu kalau Xiang Liu tak punya kesabaran untuk mencari tahu kenapa dirinya tampak mencurigakan dan akan memakai cara yang paling efisien dan efektif untuk menyelesaikan masalah yaitu kepada takdir yang sama dengan Jiu Jiu.
Ketika aura kematian datang menghampiri, Xiaoliu berguling dan berusaha menghindar sambil berkata, “Tuanku, saya sungguh Wen Xiaoliu. Mungkin saya bukan HANYA Wen Xiaoliu, tetapi sya tak punya maksud untuk mencelakai pasukan perlawanan di bawah Jenderal Gong Gong. Saya bukan orang Kerajaan Xuan Yuan, ataupun Kerajaan Gao Xing, dan juga bukan orang Kerajaan Shen Nong. Saya hanya….”
Xiaoliu terdiam dan berpikir, “Siapa aku?”
Dia mendongakkan kepalanya dan membiarkan seluruh ekspresinya terlihat oleh Xiang Liu. “Saya hanya seseorang yang telah dibuang. Saya tidak memiliki kemampuan untuk melindungi diri saya sendiri, saya tak punya seorang pun yang bisa saya andalkan, saya tak punya tempat untuk pergi, jadi itulah sebabnya saya memilih untuk menjadi Wen Xiaoliu di Kota Qing Shui. Bila Tuanku mengizinkan, saya berharap saya bisa menjadi Wen Xiaoliu seumur hidup saya.”
Xiang Liu menatapnya dan Xiaoliu tak berani bergerak, tetapi bulir-bulir keringat dingin bercucuran dan ada air mata yang merebak di matanya karena cangkang perlindungan keras yang telah ditempatkan selama sepuluh tahun terakhir ini dikelupas secara paksa.
Beberapa saat kemudian, Xiang Liu berkata tenang, “Kalau kau ingin hidup, bekerjalah untukku!”
Xiaoliu tak mengatakan apa-apa. Xiang Liu meniup lampu-lampu hingga padam. “Kau punya waktu satu malam untuk memikirkannya.” Mata Xiaoliu terbuka dan dia menatap lurus ke depan.
***
Fajar tiba dan Xiang Liu berpakaian lalu bertanya, “Apa kau sudah memutuskan?”
Xiaoliu dengan malas berkata, “Masih berpikir. Saya sanagt haus, saya ingin air terlebih dahulu.”
Xiang Liu tertawa dingin dan berkata, “Bawa dia keluar.”
Dua orang prajurit menyeret Xiaoliu keluar dan Xiang Liu berkata kalem, “Cambuk dia, dua puluh kali lecutan.”
Cambukan dari pasukan itu bisa membuat prajurit iblis yang paling ganas sekalipun menyerah, sampai seperti itulah rasa sakitnya. Dan orang yang Xiang Liu si Sembilan Nyawa kirim untuk mencambuk Xiaoliu memiliki lengan yang mengejutkan kuatnya. Pernah, hanya dengan seratus dua puluh kali cambukan dia telah membunuh seorang prajurit iblis yang berusia lebih dari seribu tahun. Cambuk itu setebal ekor lembu dan turun melecut dengan bunyi berderak saat Xiaoliu menjerit, “Aku sudah selesai berpikir, selesai berpikir….”
Setelah dua puluh kali cambukan selesai, Xiang Liu menatap Xiaoliu dan bertanya, “Apa keputusanmu?”
Xiaoliu terengah, “Aku hanya punya tiga syarat.”
Cambuk terayun dan Xiaoliu mendengking, “Dua syarat, satu syarat….”
Dua puluh cambukan lagi diberikan dan seluruh punggung Xiaoliu berlumuran darah sehingga dia mengalami rasa sakit yang luar biasa. Xiang Liu menatapnya dingin dan bertanya, “Ada syarat lagi?”
Xiaoliu bermandikan keringat dan mulutnya berdarah sehingga dia tak mampu mengucapkan kalimat penuh. “Kau… bisa membunuhku, tapi alu… tetap… punya satu syarat.”
Xiang Liu tersenyum dengan sudut mulutnya dan berujar, “Katakan!”
“Aku… aku tak mau meninggalkan Kota Qing Shui.” Xiaoliu mengerti bahwa Xiang Liu tertarik pada kemampuannya dalam membuat racun dan selama dia tak meninggalkan Kota Qing Shui maka Xiang Liu takkan bisa mengirim dirinya untuk membunuh para jenderal serta pejabat Xuan Yuan. Xiang Liu juga takkan bisa mengirim dirinya untuk membunuh para bangsawan dan keluarga kerajaan Gao Xing. Xiang Liu tampaknya mengerti pemikiran Xiao Liu dan hanya menatapnya tanpa ekspresi apapun.
Xiaoliu telah bertingkah sebagai pengecut sepanjang waktu ini tetapi kali ini dia tidak mundur dan menatap Xiang Liu lurus-lurus. Maksudnya sudah jelas, kalau pria itu tak setuju maka bunuh saja dia sekarang juga. Sesaat kemudian, Xiang Liu berkata, “Baik!”
Xiaoliu menghela napas lega dan kemudian roboh.
Xiaoliu diseret oleh para prajurit ke dalam kamar dan tabib pasukan melepaskan pakaiannya lalu menerapkan obat pada punggungnya. Xiang Liu berdiri di pintu tenda dan mengamati dengan raut dingin. Xiaoliu terbaring di atas papan kayu dan dengan patuh membiarkan tabib pasukan untuk memeriksanya. Saat obatnya sudah dioleskan dan semua orang pergi, Xiang Liu berkata pada Xiaoliu, “Buatlah ramuan apapun yang kuminta darimu. Di waktu yang lain kau bisa terus menjadi kau yang seorang penyembuh di Kota Qing Shui. Tapi saat aku memanggilmu kau harus langsung mematuhinya.”
“Baiklah, tetapi itu bukan berarti saya akan mampu membaut apapun yang Tuanku minta.”
“Kalau kau tak bisa membuatnya, maka kau bisa menukarkannya dengan tubuhmu.”
“Huh?” Xiaoliu tak pernah membayangkan kalau Xiang Liu akan menyukai laki-laki dan dengan hati-hati berkata, “Tuanku begitu tampan tanpa banding. Bukannya saya tidak mau melayani Anda, tetapi….”
Xiang Liu menyeringai dan mengangkat kakinya lalu perlahan menginjak luka Xiaoliu hingga darah mulai merembes keluar. “Satu kali kau tak bisa membuatnya, maka gunakan satu bagian dari tubuhmu sebagai gantinya. Kali pertama, telingamu. Kali kedua, hidungmu. Tanpa hidungmu, apakah….”
Xiang Liu menaikkan tekanannya. “Jangan cemas, aku takkan memotong tanganmu, kau memerlukannya untuk membuat ramuan.”
Xiaoliu begitu kesakitan hingga dia merintih, “Sa… saya mengerti.”
Xiang Liu menarik kembali kakinya dan menyeka darah yang menempel di sana ke baju Xiaoliu. “Kau licin seperti belut, satu saat tidak memperhatikan dan esmua yang tersisa hanyalah lumpur. Tetapi sifatku, kau seharusnya menanyakannya ke sekeliling.”
Xiaoliu mendengus, “Saya tak perlu bertanya ke sekeliling untuk mencari tahu.”
Suara seorang prajurit memanggil, “Tuan, seseorang telah menyerbu barak.”
Xiang Liu keluar dan keributannya berhenti. Xiaoliu mendengar seorang prajurit bertanya, “Siapa kamu dan kenapa kamu menyerang basis pasukan Shen Nong?”
Sebuah suara parau menjawab, “Ye Shiqi. Xiaoliu.”
Itu Shiqi! Dia datang? Xiaoliu merangkak keluar dan menyeru, “Tuanku Xiang Liu, tolong jangan sakiti dia. Dia adalah pelayan saya dan datang untuk mencari saya.”
Shiqi berlari ke arah Xiaoliu dan kekuatan spiritualnya kebih kuat dari yang diperkirakan karena dia menangkis semua prajurit yang berusaha menghentikannya. Namun mereka ini adalah para prajurit terlatih dan bila menjatuhkan dua maka empat lagi akan maju, sehingga Xiaoliu berteriak, “Shiqi, hentikan! Perintahku!”
Shiqi berhenti dan para prajurit pun mengepung dan memelototinya, namun Shiqi bahkan tak menatap Xiaoliu dan hanya menandangi Xiang Liu. “Aku. Menjemput Xiaoliu.”
Xiaoliu berupaya untuk terlihat menarik dan berseru, “Tuanku! Saya sudah menjadi orangmu!”
Kata-kata itu… membuat semua prajurit yang ada di perkemahan meringis.
Xiang Liu mengernyitkan alisnya namun menurunkan tangannya dan para prajurit pun membuka jalan. Shiqi memelesat ke sisi Xiaoliu dan setengah menggendong setengah menyangga dia untuk bangkit. Tangan Shiqi dengan lembut melingkari punggung Xiaoliu. Mungkin itu adalah penenangan batin tetapi Xiaoliu ssungguh-sungguh merasakan sakitnya berkurang. Shiqi berlutut, “Ayo pulang.”
Xiaoliu merangkak di punggungnya dan tersenyum kurang ajar pada Xiang Liu. “Tuanku, saya akan pulang sekarang.”
Xiang Liu terus menatap Shiqi dan Xiaoliu pun menjadi gugup dan benar-benar memegang wajah Shiqi seperti yang akan dilakukan oleh anak-anak dan berseru, “Jangan berpikir macam-macam tentang dia. Dia milikku.”
Xiang Liu terpana dan sudah akan tersenyum tetapi menghentikan dirinya sendiri. Dia terbatuk beberapa kali. “Setelah menyelidiki dan memastikan kalau kau memang adalah warga Kota Qing Shui dan bukan merupakan ancaman bagi pasukan Shen Nong, kau bebas untuk pergi.”
Xiaoliu melanjutkan sandiwaranya dan berkata, “Terima kasih Tuanku, setelah saya kembali saya pasti akan menyebarkan cerita tentang kebajikan Tuanku yang begitu besar.”
Para prajurit pun pergi dan Shiqi menggendong Xiaoliu di atas punggungnya lalu bergegas pergi. Barulah setelah tak ada suara di belakangnya Xiaoliu berkata lelah, “Shiqi, aku haus.”
Shiqi dengan lembut menurunkannya dan mengeluarkan sebuah tempat air untuknya. Xiaoliu meminum beberapa teguk dan menghela napas panjang. “Ayo cepat pergi sebelum Xiang Liu itu berubah pikiran.”
Shiqi berlutut dan Xiaoliu teringat bahwa pria itu tak suka disentuh, namun saat ini tak ada jalan lain sehingga Xiaoliu dengan hati-hati memanjat ke punggungnya. “Maafkan aku, aku tahu kalau kau tak ingin menggendong seseorang. kau boleh membayangkan kalau aku adalah sebongkah batu dan batu tak membuat suara…. Atau kau bisa membayangkan kalau aku adalah seekor babi, seekor babi yang bisa bicara. Oh, tapi apa kau tak suka babi? Maka kau bisa membayangkan kalau aku adalah….”
Suara Shiqi terdengar rendah, “Aku akan berpikir kalau itu adalah kamu. Aku bersedia membawa… kamu.”
Xiaoliu terdiam dan menggumam, “Baiklah, maka kau anggap saja kalau aku adalah aku.” Setelah berkata demikian dia pun menyadari apa yang telah dia katakan dan tertawa beberapa kali lalu berhenti. “Shiqi, punggungku sakit, apa kau bisa bicara denganku?”
“Ya.”
“Shiqi, bagaimana caramu menemukanku?”
“Jejak. Bisa ikuti.”
“Oh, kalau begitu kau hebat dalam mencari jejak. Apa kau sudah mempelajarinya sejak dahulu?” Xiaoliu kemudian menyadari bahwa Shiqi mungkin tak suka memikirkan tentang masa lalu. “Maaf, kau tak harus menjawab.”
“Shiqi, Xiang Liu itu sangat jahat, kalau kau melihatnya kelak, berhati-hatilah. Jangan sampai dia menemukan kalau kau punya kegunaan untuknya. Kemudian dia akan mendapatkan ide tentangmu.”
“Ya.”
Nnnggg, kali ini sungguh sebuah kegagalan! Tidak dapat uang dan kehilangan diri sendiri. Bagaimana aku bisa sampai ditemukan oleh Xiang Liu si iblis besar itu? Akan jadi bagaimana hari-hari ke depannya?
Shiqi melambatkan langkah dan berbalik untuk menatap Xiaoliu dan bibirnya pun menyentuh dahi Xiaoliu. Napasnya yang panas menerpa wajah Xiaoliu dan Shiqi berpaling kaku. “Jangan… takut.”
Mungkin itu karena dirinya baru saja disiksa oleh Xiang Liu. Atau karena cangkang kerasnya yang telah dibuka paksa belum tertutup sepenuhnya. Xiaoliu sungguh mendambakan perasaan ketergantungan ini dan dia pun memejamkan matanya lalu menyandarkan kepalanya pada bahu Shiqi, kepalanya menekan leher Shiqi. Dirinya seperti seekor kucing yang meringkuk pada pria itu. “Aku tidak takut padanya. Aku tak percaya kalau tak ada racun di dunia ini yang bisa menjatuhkan dia. Saat aku berhasil membuat racun itu suatu hari nanti, aku akan….”
Xiaoliu memakai tangannya untuk membuat kepalan seakan sedang meremukkan sesuatu. “Shiqi, saat kita kembali, jangan bilang apa-apa. Jangan biarkan Lao Mu dan yang lainnya tahu. Lao Mu menghabiskan seumur hidupnya bertarung melawan Shen Nong dan dia cukup takut pada Xiang Liu si iblis besar itu. Ma Zi dan Chuan ZI telah berusaha mengorek informasi darimu tapi selama dua tahun terakhir ini mereka sudah mengatakan padamu berapa banyak bisul yang mereka punya dan masih tak tahu apa-apa tentang dirimu….”
Langkah kaki Shiqi melambat dan Xiaoliu memberikan tepukan menenangkan ke dadanya. “Aku tahu, kau adalah Shiqi. Kuharap kau tetap menjadi Shiqi seumur hidupmu, Tapi aku tahu kalau hal itu tidak mungkin. Namun untuk setiap hari kau tidak pergi, maka kau adalah Shiqi selama satu hari lagi, dan kau harus mematuhiku….”
“Mmm hmmm.”
“Kau harus mematuhiku!”
“Mmm hmmm.”
Xiaoliu sama gembiranya dengan seekor tikus yang berhasil mencuri minyak dan dia merasa sakit di punggungnya berkurang. Berbaring di punggung Shiqi, perlahan-lahan dia tertidur.
Shiqi berusaha membuatkan ranjang rumput yang paling nyaman untuk Xiaoliu dan mengubah gua menjadi rumah sementara mereka. Mereka berdua seperti menjalani kehidupan seorang pemburu di atas gunung. Setiap hari, Shiqi keluar dan memburu hewan-hewan kecil. Saat dia kembali, Xiaoliu memberi pengarahan dan Shiqi mengerjakannya dan bersama-sama mereka memasak makan malam. Shiqi jelas tak pernah melakukan hal ini sebelumnya dan dia kikuk serta terus membuat kesalahan. Xiaoliu akan tergelak riang, namun Shiqi terlalu cerdas dalam beberapa kali percobaan dia sudah menguasainya dan itu membuat kegembiraan dalam diri Xiaoliu berkurang.
Siang dan malam di pegunungan terasa sangat terpencil dan mereka yang tak mampu bergerak menjadi lebih kesepian lagi. Xiaoliu meraih Shiqi untuk bicara dengannya – semua hal yang ada di kolong langit mereka bicarakan. Makanan yang lezat, matahari terbenam yang spektakuler…. Shiqi mendengarkan semua itu dengan tenang.
Terkadang Xiaoliu merasakan secercah rasa bersalah. “Apa aku terlalu banyak bicara? Aku tinggal sendiri selama dua puluh sekian tahun dan selama masa itu aku mengembangkan sifat aneh. Aku takut bertemu orang dan berkeliaran sendiri. Mulanya aku tak pernah bicara, tapi saat hari-hari berlalu, suatu hari di gunung aku lupa nama sejenis buah. Mendadak aku jadi sangat takut meski aku tak tahu apa yang kutakuti. Sejak saat itu, aku bicara pada diriku sendiri, dan hal paling menakjubkan yang kulakukan adalah aku menangkap seekor monyet dan bicara padanya sepanjang hari. Monyet itu tak tahan lagi dan benar-benar berusaha bunuh diri dengan menghantamkan kepalanya ke dinding gua….”
Xiaoliu tertawa keras-keras tapi Shiqi hanya menatapnya dalam diam.
Setiap hari Xiaoliu harus mengganti perbannya dan dengan berani dia mepelaskan pakaiannya dan menunjukkan punggungnya pada Shiqi. Xiaoliu tak bisa melihat ekspresi Shiqi dan menggoda, “Aku sudah melihat seluruh tubuhmu dari atas hingga bawah tapi semua yang bisa kau lihat adalah punggungku. Sepertinya itu tidak adil ya?” Shiqi tak mengatakan apa-apa dan Xiaoliu terkikik.
Luka-luka Xiaoliu sangat parah dan Shiqi mulanya berpikir kalau mereka harus menghabiskan satu atau dua bulan di gunung, tetapi pada hari kesepuluh Xiaoliu sudah bisa berdiri dengan mengenakan kruk. Dua hari kemudian Xiaoliu memutuskan untuk pulang.
Saat Xiaoliu mengumpulkan tumbuh-tumbuhan obat, dia menemukan dua buha tanaman obat yang sangat langka dan bertanya apakah Shiqi yang mengumpulkannya. Shiqi mengangguk, “Lihat saat berburu. Kau pernah sebutkan sebelumnya.” Pada saat ini, Shiqi menghabiskan waktu bersama Xiaoliu dan ucapannya semakin membaik. Xiaoliu kegirangan dan ingin memeluk serta mencium Shiqi. “Hebat! Ma Zi dan Chuan Zi bisa mendapatkan istri sekarang.”
Shiqi berlutut untuk menggendong Xiaoliu di punggung tetapi Xiaoliu meangkah mundur. “Tak usah, aku akan jalan.” Sebelumnya dia tka punya pilihan lain, tetapi sekarang karena dia bisa berjalan, mana bisa dia memanfaatkan kebaikan Shiqi? Shiqi berdiri diam dan mengikuti di belakang Xiaoliu.
Keduanya kembali ke Kota Qing Shui dan Lao Mu muncul dengan menghunus pedang serta menuntut, “Kenapa kalian pergi begitu lama? Bukankah aku sudah mengatakan pada kalian ke mana kalian tidak boleh pergi?”
Xiaoliu dengan gembira menunjukkan tanaman-tanaman langka itu pada Lao Mu. “Tentu saja aku tidak ke sana! Shiqi tak tahu keadaan di pegunungan dan kami tersesat selama beberapa hari, tapi sekarang kami sudah pulang dengan selamat, kan?”
Lao Mu melihat tanaman langka itu dan jadi begitu senang, mengambilnya untuk disimpan dengan hati-hati. Xiaoliu mengedip pada Shiqi kemudian menyiulkan sebuah nada dan berjalan kembali ke kamarnya.
Sebulan kemudian, di bawah pengaturan Lao Mu, Ma Zi dan putri Tukang Daging Gao pun bertunangan. Semuanya kembali normal dan setiap hari sama seperti sebelumnya – begitu tenang hingga membosankan, begitu membosankan hingga terasa damai, begitu damai hingga terasa membahagiakan.
Selain itu, kadang-kadang seekor rajawali putih kecil akan datang menemui Xiaoliu, membawa sesuatu dan mengambil sesuatu. Xiaoliu membuat racun untuk Xiang Liu namun selalu menahan sesuatu. Bila racunnya kelewat mematikan sehingga sesuai dengan permintaan Xiang Liu, tetapi kemudian racun itu akan memiliki warna atau bau yang aneh. Apapun alasannya, mustahil menggunakan racun itu untuk membunuh orang-orang kuat yang berada di bawah perlindungan ketat.
Xiaoliu mengira bahwa seiring berlalunya waktu Xiang Liu akan datang untuk membuat keributan, namun Xiang Liu tampaknya tak peduli tentang ‘warna, bau, dan rasa’ dan selama racunnya sesuai dengan permintaannya, Xiang Liu menerima semuanya.
Xiaoliu memakai keahlian medis serta racunnya yang macau balau untuk menyimpulkan bahwa Xiang Liu adalah sosok yang sangat unik dan kekuatannya datang dari penggunaan racun untuk berlatih. Semua racun yang Xiaoliu buat sepertinya dikonsumsi oleh Xiang Liu sendiri.
Setelah menyadari hal ini, Xiaoliu menghela napas lega, dan kembali membuat racun dengan rasa paling mengerikan yang pernah ada.
Setelah lewat setahun, Lao Mu mengadakan sebuah upacara pernikahan sederhana untuk Ma Zi dan Chun Tao, putri dari Tukang Daging Gao. Ma Zi adalah anak korban perang, seorang yatim piatu yang dulunya pengemis yang mempercayai bahwa takdirnya adalah suatu hari nanti menjadi mayat di pinggir jalan yang digerogoti oleh anjing liar. Saat para anjing memakannya, mereka akan melolong dengan gembira. Itulah takdir dari sebagian besar yatim piatu di masa-masa yang keras ini.
Namun Xiaoliu dan Lao Mu mengubah takdir Ma Zi. Baik Xiaoliu maupun Lao Mu sama-sama bukan manusia. Saat Ma Zi berusia tujuh tahun dia ditolong oleh Xiaoliu dan setelah lebih dari sepuluh tahun berlalu, dia tumbuh hingga setinggi enam kaki serta kuat dan kini Xiaoliu tampak lebih muda daripada dirinya. Namun Ma Zi selalu merasa bahwa Xiaoliu dan Lao Mu adalah para tetuanya. Di depan semua tamu dia menggandeng tangan Chun Tao dan berlutut untuk membungkuk sebanyak tiga kali di hadapan mereka. Lao Mu begitu tersentuh hingga menyeka air matanya dan bahkan Xiaoliu secara tidak biasa menjadi serius dan memerintahkan kepada Ma Zi: “Tidurlah lebih sering dengan Chun Tao dan miliki lebih banyak anak.”
Ma Zi ingin mengucapkan lebih banyak kata-kata dari dasar hatinya tetapi saat dia mendengar Xiaoliu mengucapkan hal tersebut dia pun tak berani bicara lagi. Bila Chun Tao tahu bahwa Ma Zi menikahi dirinya supaya pria itu bisa tidur bersamanya setiap malam dan itu lebih murah daripada pergi ke rumah bordil, maka istrinya pasti akan meninggalkannya. Ma Zi meraih tangan Chun Tao dan buru-buru mengundurkan diri.
Xiaoliu terkikik licik dan Shiqi tersenyum padanya. Lao Mu sibuk mengantar tamu pergi dan Xiaoliu duduk di sudut halaman dan dengan penuh semangat menggerogoti paha ayam. Chuan Zi tiba-tiba menerobos masuk dan berkata terbata-bata, “A… ada tamu.” Dia menarik Xiaoliu ke luar dan di sana tampaklah Xiang Liu, berpakaian serba putih, berdiri di depan pintu klinik. Sosoknya yang tinggi begitu tanpa noda bagai sekuntum lili putih yang telah dibasuh oleh air hujan selama tiga hari berturut-turut. Begitu bersih hingga membuat orang ingin berlari pulang dan mandi saat itu juga.
Lao Mu tidak merasa bahwa merupakan suatu hal yang benar bila menerima hadiah dari Xiang Liu dan terus menyekakan tangannya ke baju, takut bila bahkan keringatnya akan mengotori tubuh pria itu. Xiaoliu menyeringai dan melangkah maju, melemparkan paha ayamnya ke tanah dan memakai kedua tangannya yang berminyak untuk menerima hadiah dari Xiang Liu, dan bahkan berani menggosokkan telapak tangannya ke tangan Xiang Liu beberapa kali. Senyum Xiang Liu tak pernah memudar dan dia hanya melontarkan lirikan pada Chuan Zi yang berdiri di belakang Xiaoliu, dan serta merta Xiaoliu langsung berubah bijak. Xiaoliu menyerahkan hadiahnya kepada Chuan Zi dan langsung membungkuk pada Xiang Liu lalu berkata sopan, “Silakan masuk untuk beristirahat sejenak.”
Xiang Liu duduk dan tak ada satu orang pun yang berani berada dalam jarak kurang dari tiga kaki darinya, entah itu karena takut ataupun hormat. Shiqi tanpa bersuara datang untuk duduk di samping Xiaoliu dan Xiaoliu melontarkan tatapan tajam padanya sebelum kemudian beralih pada Xiang Liu dengan wajah penuh senyum. “Saya telah membuat semua obat yang Anda minta. Tidak ada kesalahan, kan?”
Xiang Liu tersenyum. “Kau melakukannya dengan baik. Itu sebabnya aku kemari untuk membawakan hadiah.”
Xiaoliu tak mampu berkata-kata – jadi kau datang untuk mengingatkanku bahwa kau tidak hanya punya tiga sandera, sekarang kau punya empat.
Di halaman, sekelompok tamu pernikahan yang masih muda memainkan permainan untuk menggoda Ma Zi serta Chun Tao dan suara tawa terkadang akan terdengar keluar. Anak-anak mengunyah gula-gula dan berlarian keluar masuk sementara Lao Mu dan Tukang Daging Gao minum-minum dan mengobrol.
Xiang Liu menatap kehidupan rakyat jelata yang riuh kemudian bertanya mencemooh, “Saat mereka semua telah mati, kau masih akan tetap seperti dirimu yang sekarang. Apakah semua ini menarik bagimu?”
Xiaoliu menjawab, “Aku takut pada kesendirian. Aku tak bisa menemukan pendamping untuk selamanya, maka teman untuk sementara juga boleh.” Xiang Liu menatap Xiaoliu yang dengan gembira menuangkan arak untuknya. “Karena kau sudah di sini, minumlah arak pernikahan buatanku sendiri.”
Xiang Liu menyesap dan dengan santai berkomentar, “Selain racun, tak ada yang patut disebutkan dalam arak ini.”
Xiaoliu bertanya cemas, “Apa kau keracunan?”
Xiang Liu menatap Xiaoliu dan Xiaoliu pun langsung tutup mulut. Xiang Liu bertanya, “Apa kau benar-benar ingin meracuniku sampai mati?”
Xiaoliu menjawab jujur, “Aku bukan prajurit di pasukan Xuan Yuan, kau dan aku tak punya dendam berdarah, aku hanya ingin mencambukmu delapan puluh hingga seratus kali.”
“Teruslah bermimpi dalam masa hidup ini.” Xiang Liu meminum araknya lagi dan kemudian pergi.
Xiaoliu berkata pada Xiaoqi sambil mendengus marah, “Suatu hari nanti aku akan menemukan kelemahannya. Kalau aku tak bisa meracuni dia maka aku akan berjalan mundur.”
Ada tawa dalam mata Shiqi dan Xiaoliu tak tahan melihat pria itu selalu tampak melayang di atas segalanya sehingga dia pun menuangkan secawan arak untuknya. “Minum ini!” Shiqi mengambil dan menenggaknya.
Xiaoliu tercengang. “Araknya beracun.”
Tawa di mata Shiqi tak pernah menghilang saat tubuhnya roboh perlahan-lahan. Dengan panik Xiaoliu memberi dia penawarnya dan berseru, “Kau idiot!” sementara hatinya merasakan suatu perasaan yang tak tergambarkan ini.
Setelah pernikahan Ma Zi, Xiang Liu si Sembilan Nyawa kadang-kadang akan datang dan duduk di halaman klinik lalu meminum beberapa cawan arak Xiaoliu dan mengudap beberapa cemilan Xiaoliu. Saat dia pergi wajahnya tak pernah berubah ekspresi dan detak jantungnya tak pernah sekalipun melompat. Perilaku Xiang Liu yang tak pernah menganggap serius pada Xiaoliu inilah yang membuat kesal Xiaoliu.
Saat Xiaoliu memasuki profesi medis, semuanya dimulai dengan niat yang salah. Dia ingin belajar membunuh seseorang dan bukannya belajar menyelamatkan seseorang. Tetapi di sini malah muncul Xiang Liu yang memakan racunnya seperti permen! Xiaoliu berpikir dan berpikir dan memutuskan untuk terus belajar, belajar cara membunuh seseorang. Dia bersumpah untuk terus melangkah di jalan yang salah dengan tujuan meracuni iblis besar ini cepat atau lambat!