Buku Panduan Neraka - Chapter 98
Xu Songde memukuli dadanya, mengubah tubuhnya yang setinggi kira-kira 1,7 meter menjadi raksasa setinggi 3 meter dalam hitungan detik. Tubuhnya mengeluarkan sedikit uap, seakan hujan sedang menjatuhi baja panas membara. Satu-satunya masalah adalah bahwa uap itu bukan karena hujan. Dinding pembatas dari cahaya itu masih menahan hujan tetap di luar.
Si pria berjaket panjang menarik keluar sebuah benda logam yang seukuran telapak tangannya. Dia mendekati para prajurit besi, kemudian bergerak mundur secepat mungkin. Seketika setelah dia mundur, para prajurit kayu pun meledak berkeping-keping dan berserakan di seluruh permukaan tanah.
Kini Xu Songde menerjang ke arah pria lainnya. Saat ini dirinya setinggi raksasa, jadi satu langkah darinya setara dengan beberapa langkah manusia biasa. Tiap langkah yang diambilnya begitu kuat dan menghasilkan hembusan angin.
Si pria berjaket panjang langsung meremukkan dua botol kaca kecil mungil dan menjejalkan dua benda berbentuk pipih yang mirip dengan permen karet ke dalam mulutnya. Tapi alih-alih melawan Xu Songde secara langsung, dia berbalik dan berlari pergi.
Xu Songde begitu kuat dan mampu menghasilkan banyak kerusakan, tapi dalam ukuran ini dia tak terlalu gesit. Sangat sulit untuk memojokkkan pria lainnya di dalam batasan dinding cahaya.
“Kau itu cuma kecoa yang cuma terus berusaha kabur! Jadi, kau kira aku sudah kehabisan ide?” Xu Songde meraung marah sebelum tiba-tiba berhenti berlari dan menusuk perutnya sendiri dengan vajranya. Perutnya mulai berguncang hebat segera setelah dia melakukannya.
Pria berjaket panjang merasa terancam oleh tindakan-tindakan Xu Songde, jadi dia menekankan satu tangan pada Buku Panduannya dan sebuah bola kaca tembus pandang pun muncul di tangannya.
“Waktunya mati!” raung Xu Songde seraya mencabut vajra itu dari perutnya. Seluruh vajra tersebut berlumuran darah segar, menegaskan tiap ukiran di permukaannya dengan jelas. Sedetik kemudian, kilasan cahaya menyilaukan bersinar dari vajra itu dan menyapu udara.
Cahaya dari vajra itu hampir seterang matahari. Cahayanya memenuhi seluruh area di dalam dinding cahaya dan bahkan tampak seolah akan memecahkan dinding cahaya tersebut. Tapi bahkan meski dinding cahayanya berhasil tetap utuh, maka berarti pria dalam jaket panjang akan mati, karena dinding cahayanya juga memutus jalur pelarian untuk dirinya sendiri.
Xu Songde tampak agak kelelahan setelah melakukan serangan ini, tapi luka pada perutnya sudah sembuh sepenuhnya bahkan meski waktu hanya berlalu beberapa detik. Kemampuan untuk menyembuhkan diri dengan begitu cepat yang mengerikan ini membuat Xu Songde nyaris mustahill untuk dibunuh.
Namun Xu Songde dibuat tertegun oleh apa yang dia lihat berikutnya. Sebuah gelembung besar melayang di dalam dinding cahaya dan pria berjaket panjang itu sedang berdiri di dalam gelembung tersebut, sepenuhnya tak tersentuh. Kekuatan luar biasa yang dikeluarkan oleh vajra tadi ternyata tak mampu memecahkan satu gelembung pun.
Begitu pria berjaket panjang merasa yakin kalau Xu Songde telah menyelesaikan serangannya, dia melompat keluar dari gelembung dengan penuh percaya diri dan menatap jamnya sebelum berkata pada Xu Songde, “Bubuk hijau yang kukeluarkan ke udara sebelumnya terbuat dari kombinasi bisa-bisa binatang. Racun-racun dalam bubuk campuran ini akan bergerak bersama dengan aliran darah dan menyerang jantung korban secara langsung. Melihat pada bagaimana kau bergerak-gerak tadi, kurasa saatnya sudah hampir tiba.”
Xu Songde tertegun sejenak sebelum dia mulai mengamati dirinya sendiri. Tiba-tiba dia menyadari kalau jantungnya berdebar lebih cepat daripada biasanya dan kecepatannya semakin bertambah.
“Tapi kita ada di dalam sebuah ruang tertutup. Kalau aku keracunan, kau pasti juga telah keracunan! Apa kau gila? Apa kau benar-benar berniat binasa bersamaku?!” Xu Songde kini mulai merasa takut. Dia kuat dan memiliki kemampuan untuk pulih dengan luar biasa cepat dari luka-luka luar, tapi dia tidak kebal terhadap racun. Racun masih bisa membunuh dirinya.
Si pria berjaket panjang menggelengkan kepalanya dan menunjukkan permen karet di dalam mulutnya kepada Xu Songde, kemudian lanjut mengunyahnya seraya berkata, “Orang selalu bisa… makan penawarnya lebih dulu.”
Xu Songde bisa merasakan seluruh tubuhnya gemetar tak terkendali. Gemetaran ini membuatnya murka. Dia memandang dirinya sendiri sebagai dewa dan berpikir bahwa dewa seharusnya tidak takut pada apa pun. Dia memberitahu dirinya sendiri kalau dia tidak takut. Dia hanya marah. Dia masih punya kesempatan. Asalkan dia membunuh pria lain itu dan merampas penawarnya, dia akan hidup.
Dengan pemikiran itu dalam benaknya, Xu Songde melompat dari tanah seperti rudal, menembakkan dirinya sendiri ke arah pria berjaket panjang untuk melakukan satu pertarungan terakhir. Tapi pria berjaket panjang tidak tampak cemas dan bahkan tak mengelak.
“Yap! Waktunya habis!” ujar si pria berjaket panjang seraya melihat jam tangannya.
Tiba-tiba Xu Songde merasakan jantungnya berdebar gila-gilaan dengan tak beraturan. Tubuhnya meringkuk di tengah udara karena rasa sakit dan jatuh dengan keras ke tanah.
“Racun ‘Kacamata’ benar-benar luar biasa! Dan sangat bisa diandalkan,” gumam pria berjaket panjang seraya mengangguk puas.
Xu Songde merintih kesakitan di tanah. Dia memegangi kaki pria berjaket panjang dan memohon putus asa, “Kumohon padamu, kumohon, kumohon, lepaskan aku! Beri aku kesempatan! Aku… aku janji akan membuka lembaran baru! Aku janji! Beri aku… beri aku penawarnya!”
Si pria berjaket panjang menunduk menatap dingin pada Xu Songde. Ketidakpedulian di dalam matanya berubah menjadi amarah murni ketika dia meraung, “Kau mau kesempatan? Saat ketiga puluh satu orang wanita itu memohon kepadamu agar memberi mereka kesempatan, apa kau memberi kesempatan pada mereka? APA KAU MEMBERINYA?!”
Dia berteriak begitu keras sehingga semua urat di dahinya bertonjolan. Dia mencengkeram leher tebal Xu Songde dan meraung, “Pergilah! Ke! Neraka!”
Perlahan sorot mata Xu Songde memudar ketika jantungnya yang berdebar liar akhirnya berhenti berdetak. Seorang pemilik Buku Panduan yang kuat yang telah selamat dari tujuh Tantangan kehilangan nyawanya di atas sebuah jembatan layang terpencil pada hari berhujan ini.
Pria berjaket panjang melepaskan kepala Xu Songde. Cat di wajahnya masih kelihatan seperti baru saja dilukiskan. Dia berkata pada jam tangannya, “Pukul 10.31 malam. Target 1 dipastikan sudah mati.”
Kemudian dia melompat turun ke tanah. Dia telah memenangkan pertempuran ini murni karena dia memiliki sumber daya yang tepat untuk menghadapi serangan-serangan Xu Songde. Kalau dia harus bertarung melawan Xu Songde tanpa sumber daya-sumber daya itu, dia akan kalah dalam pertempuran bahkan jika dirinya ada sepuluh.
“Untung saja, aku punya banyak sumber daya di tanganku. Dan ketika aku melanjutkan perburuanku atas lebih banyak lagi pemilik semacam ini… aku yakin aku cuma akan jadi lebih kuat.” Dia memungut vajra di tangan Xu Songde dan memastikan kepercayaan dirinya sendiri.
Beberapa saat kemudian, dinding cahaya itu menghilang. Dia mengeluarkan ponselnya untuk menelepon, dan ketika pihak lainnya mengangkat, dia berkata, “Guru Besar, seseorang telah membuat laporan tentang sebuah insiden di atas jembatan layang di pinggiran distrik selatan. Apa kau bisa mengirim beberapa orang ke sana untuk memeriksanya?”
“Tentu saja! Tapi Tuan Situ, Anda ada di mana? Sudah berhari-hari kami tak melihat Anda!” ujar orang di sisi lain.
“Aku sedang mencari beberapa orang. Beberapa… orang yang sepertinya tak bisa bersikap dengan baik.” Seulas senyum menyebar di bibirnya ketika dia menutup teleponnya dan sekali lagi menghilang ke dalam kegelapan.
****
Su Jin menghabiskan 200 poin lagi untuk mendapat akses memasuki Bar Neraka dan memanggil para rekan satu timnya yang lain agar ikut bergabung dengannya dan Kano Mai. Ketika Su Jin dan Kano Mai tiba di meja untuk tim mereka, mereka mendapati kalau pria paruh baya yang menukarkan Jari Anubis untuk sehelai daun dari Pohon Kehidupan sedang menunggu mereka.
“OH! Akhirnya kau datang juga! Selama ini aku sudah menunggumu!” Si pria langsung tampak cerah begitu melihat Su Jin.
Su Jin dan Kano Mai merasa rambut halus di tubuh mereka berdiri tegak. Kalau seorang pria berumur empat puluhan tiba-tiba mulai tersenyum padamu seakan dia mabuk kepayang padamu, siapa pun akan merasa ngeri.
“Eh… halo, Pak. Apa… ada sesuatu yang penting?” Su Jin memaksa dirinya sendiri untuk tersenyum.
Si pria mengangguk dan menepukkan sebelah lengannya pada bahu Su Jin sebelum berkata antusias, “Bro, apa kau punya daun-daun itu lagi? Sebutkan hargamu, aku ambil semuanya!”
“Semuanya? Aku tak bisa memberikan semuanya padamu. Timku juga membutuhkan daun-daun itu. Kalau kau cuma mau satu atau dua lembar, aku tak keberatan, tapi tidak semuanya.” Su Jin langsung menggelengkan kepalanya. Daun-daun dari Pohon Kehidupan adalah satu-satunya benda yang dimiliki oleh timnya yang bisa memberi mereka energi tambahan. Daun-daun itu pasti akan berguna pada suatu Tantangan di masa mendatang.
Si pria tampak kecewa, tapi dia lalu menyahut dengan cepat, “Yah, pokoknya sebutkan hargamu. Asalkan masuk akal, kita bisa membuat kesepatan lain.”
“Aku cuma menginginkan apa pun yang bisa memulihkan kekuatan roh atau apa pun yang akan membantuku mendapatkan sesuatu semacam itu.” Permintaan Su Jin sangat sederhana. Misi pertamanya adalah untuk memulihkan kekuatan roh Kano Mai dan Yang Mo.
Si pria menatap keheranan pada Su Jin dan bertanya lirih, “Apa kau sudah menggunakan Jari Anubisnya?”
“Ya, dan aku memang mendapatkan setetes Darah dari Roh Jantung. Tapi itu tidak cukup,” ujar Su Jin seraya mengangguk. Ada dua orang rekan satu timnya yang membutuhkan benda ini, jadi satu tetes tidak mungkin cukup. Selain itu, dia juga tak tahu apakah satu tetes ini cukup untuk memulihkan satu kekuatan roh secara penuh.
Si pria tampak kaget dan dia memandangi Su Jin dari atas ke bawah dengan penasaran sebelum berseru, “Tidak buruk! Tidak buruk sama sekali! Kukira kau mungkin akan gagal! Dulu ketika aku menyelesaikan misinya, Anubis telah hidup kembali!”
“Aku cukup beruntung sih.” Su Jin tak mau menjelaskan secara detil.
Si pria mengangguk dan berkata, “Baiklah kalau begitu, aku akan coba mendapatkan apa yang kau mau. Aku punya beberapa koneksi di bar ini, jadi kau bisa lepas pengumumanmu di dari papan pengumuman. Tidak banyak benda yang bisa membantu dalam hal kekuatan roh dan biasanya benda-benda itu cukup langka. Sebagian besar orang takkan bersedia menjualnya kepadamu.”
Su Jin memang berpikir bahwa kata-kata pria ini ada benarnya. Hampir setengah bulan sudah berlalu tapi pria ini adalah satu-satunya orang yang datang dengan membawa sesuatu.
“Kurasa tak masalah kalau meninggalkannya di sana. Siapa tahu mungkin ada benda lain yang muncul?” Su Jin memang percaya kalau benda-benda semacam itu mungkin benar-benar sulit untuk ditemui, tapi dia juga tak mau melepaskan pengumuman itu. Dia takkan menyerah atas opsi tersebut selama masih ada kesempatan, tak peduli seberapa pun kecilnya.
Si pria hanya menggelengkan kepalanya dan berjalan pergi karena dia sudah gagal membujuk Su Jin melepaskan pengumumannya. Sebenarnya, dia cemas kalau-kalau seseorang mungkin akan maju dan membuat kesepakatan dengan Su Jin, sehingga membuatnya kehilangan kesempatan memperoleh lebih banyak lagi daun-daun dari Pohon kehidupan.
Tak lama setelah si pria meninggalkan meja mereka, tiga anggota tim lainnya tiba di bar. Karena semua orang sudah ada di sini, Su Jin meletakkan Buku Panduannya di atas meja dan berkata, “Aku berhasil mendapatkan setetes Darah dari Roh Jantung, jadi sudah waktunya bagi kita untuk mendiskusikan siapa yang akan pertama memakainya. Mai atau Yang Mo?”
Semua orang terdiam. Ini adalah sesuatu yang memengaruhi nyawa seseorang, jadi tak satu pun yang punya keberanian untuk membuat keputusan.
Pada akhirnya, orang pertama yang memecah kesunyian ternyata adalah Kano Mai. “Yang Mo adalah penyembuh tim dan dia lebih penting bagi tim. Biar Yang Mo yang pertama dapat.”
“Ap-?” Yang Mo mendongak terperanjat lalu menggelengkan kepalanya untuk menolak tawaran itu.
Tapi Su Jin mengangguk dan berkata, “Kalau begitu kita akan lakukan begitu saja. Yang Mo, setetes Darah dari Roh Jantung adalah milikmu.”
Yang Mo menatap penuh terima kasih kepada Kano Mai, kemudian menerima setetes darah itu dari Su Jin. Dia tak membuang-buang waktu lagi dan langsung menelan tetesan itu.
Namun beberapa saat kemudian, ada seberkas samar kekecewaan di matanya. Dia berkata pada yang lainnya, “Tetes darah ini memang membawa banyak kekuatan roh dan aku merasa rohku sudah jadi jauh lebih kuat daripada sebelumnya. Tapi… tapi masih kurang sedikit sesuatu. Aku tak bisa benar-benar menjelaskannya, tapi tetes ini kekurangan satu hal kecil itu.”
Kata-kata Yang Mo membuat semua yang lain juga jadi agak kecewa. Tapi tak ada waktu untuk dibuang-buang. Dengan cepat mereka kembali ke semesta mereka sendiri untuk bersiap menjalani Tantangan mereka yang berikutnya.
Dua minggu kemudian, Su Jin dan Kano Mai berdiri bersisian. Mereka mengeluarkan Buku Panduan mereka dan menghubungi anggota tim mereka yang lain. Tantangan pertama mereka sebagai sebuah tim beranggotakan lima orang akan dimulai!