Buku Panduan Neraka - Chapter 80
Su Jin tak punya pengalaman dalam peperangan yang sebenarnya dalam bentuk apa pun dan hanya pernah terlibat dalam pertarungan-pertarungan jarak dekat dengan jumlah orang sangat sedikit. Tetapi dia memiliki tubuh yang telah diperkuat hingga level di atas manusia biasa, sebilah pisau tajam serta sebuah pistol yang bekerja dengan sangat baik ketika dia tidak berada di bawah air. Api Hitam paling berguna ketika dipakai pada sekelompok besar orang.
Tubuh Chu Yi tidak kelihatan jauh lebih lemah daripada Su Jin. Dia memiliki Kekuatan Jiwanya sendiri dan bagian baik tentang Kekuatan Jiwanya adalah bahwa Kekuatan itu memperkuat tubuh si pemilik seiring dengan peningkatannya. Dengan kata lain, sementara Su Jin membutuhkan Eliksir Penguat Tubuh dengan tingkat lebih tinggi untuk meningkatkan kekuatan fisiknya, Chu Yi hanya perlu terus melatih Kekuatan Jiwanya dan dia akan menyusul atau bahkan melampaui Su Jin.
Dihadapkan dengan kedua tubuh manusia super serta senjata mereka ini, para prajurit sama sekali tak mampu bertahan dan terbantai dengan cepat. Gu Ming mengikuti di belakang mereka karena dia tidak mahir dalam perkelahian.
Su Jin mencemaskan tentang kedua gadis itu, jadi dia hanya fokus dalam membabat jalannya melewati para prajurit. Dia menangkap salah satu dari mereka dan memaksa si prajurit memberitahukan kepadanya di mana kedua gadis itu berada, namun si prajurit tetap setia kepada sang Pangeran dan tak mau memberitahukan apa-apa kepadanya. Su Jin memakai sedikit Kekuatan Jiwanya yang tersisa untuk melihat ke dalam ingatan si prajurit dan menemukan ke mana kedua gadis itu telah dikirimkan.
Mereka bertiga membunuhi semua musuh yang mengadang menuju ke istana utama dan mereka tak bisa menahan diri untuk berhenti dengan ngeri ketika mereka melangkah melewati gerbang. Balairung istana itu lebih kelihatan seperti tempat penjagalan – mayat-mayat wanita bergelimpangan di mana-mana. Tak peduli berapa pun usianya, tubuh-tubuh telanjang mereka terbaring sembarangan di lantai, dan beberapa bahkan mulai bertumpukan.
Gu Ming adalah orang pertama yang muntah, sementara Su Jin dan Chu Yi m memucat. Mereka buru-buru berjalan lebih jauh memasuki istana dan menyadari bahwa banyak kaki dari wanita-wanita ini telah dimutilasi dengan pisau, sementara kaki beberapa wanita lainnya ditempeli oleh daging kaki wanita lainnya lagi.
“Kakak Su!” Chu Yi menarik-narik Su Jin dan mengisyaratkan kepadanya agar melihat ke depan.
Su Jin mengikuti arah pandangan Chu Yi dan menyadari bahwa Ning Meng dan Liu Jingjing tergantung-gantung di tengah udara. Ekspresi mereka ketakutan karena seorang pria berzirah putih sedang berdiri di sebelah mereka dengan sebilah pisau tajam di satu tangan sambil membandingkan kaki kedua gadis itu dengan sebuah sepatu kaca berlumur darah.
Wuush! Dor! Dor!
Su Jin melontarkan Rumor dan menarik pelatuk Api Hitam pada saat bersamaan. Rumor mengarah tepat ke kepala pria itu sementara dua peluru memutus tali yang menahan tubuh kedua gadis itu di udara.
Chu Yi juga memelesat maju dan menggunakan Kekuatan Jiwanya untuk menciptakan dua angin puyuh yang meniup Ning Meng dan Liu Jingjing ke arah kelompok mereka.
Si pria mengulurkan tangannya ke atas dan zirah putihnya menghadang serangan Rumor. Ketika dia kembali menurunkan tangannya, dia memelototi Su Jin dengan mata menonjol.
“Ternyata kamu! Kamu ternyata masih hidup!” Pria ini tak lain tak bukan adalah Pangeran Tampan. Tetapi dibandingkan dengan bagaimana penampilannya di dalam kisah Putri Duyung Kecil, di sini sang Pangeran kelihatan sudah sedikit menua.
“Kelihatannya seperti… aku sudah pergi cukup lama, eh?” Su Jin tersenyum ketika dia menangkap Rumor yang terbang kembali dan bersiap untuk melemparkannya kapan saja.
Sang Pangeran tersenyum samar dan mengangguk. “Benar. Sudah lewat sepuluh tahun, tapi kalian semua… kelihatan sama. Aku mengerti. Waktu itu kalian pasti sudah memakan daging putri duyungnya!”
Su Jin tak menyangka kalau sang Pangeran akan menafsirkan situasinya dengan cara seperti ini, tapi dia tak mau repot-repot menjelaskan semuanya. Chu Yi sudah menyelamatkan kedua gadis itu, jadi satu-satunya hal yang perlu dia lakukan sekarang adalah mendapatkan sepatu kaca itu dari sang Pangeran.
“Jadi sudah lewat sepuluh tahun? Tampaknya minat Yang Mulia juga sudah berubah. Anda tak lagi tertarik pada harta karun di laut dalam dan kini Anda seorang nekrofilia?” Su Jin sengaja berusaha memancing kemarahan sang Pangeran dengan harapan menemukan kesempatan untuk menyambar sepatu kaca itu.
Namun sang Pangeran sama sekali tidak terpengaruh. Alih-alih, dia mengangguk dan berjalan menghampiri salah satu mayat di lantai. Dia berusaha memasang sepatu kacanya pada kaki si mayat, tapi kaki wanita ini jelas-jelas jauh terlalu besar untuk sepatunya.
Sang Pangeran mendesah dan menggelengkan kepalanya. Dia mencabut pedang panjangnya dan beberapa gerakan cepat kemudian, kaki si wanita pun sepenuhnya tertutup oleh darah. Namun ketika sang Pangeran mencoba memasang sepatu tersebut pada kaki berlumur darah itu, kini sepatunya pas.
Su Jin memicingkan matanya. Sang Pangeran jelas-jelas sudah jadi gila sepenuhnya, tapi tindakan nemasang sepatu kaca pada mayat acak ini merupakan hal yang bagus, karena mempermudah Su Jin menyambarnya. Namun kendali luar biasa sang pangeran atas pedangnya merupakan sesuatu yang harus diwaspadai.
“Kakak Su, apa yang harus kita lakukan sekarang?” bisik Chu Yi.
“Kita berdua akan fokus dalam melawan sang Pangeran, Gu Ming dan yang lainnya bisa mencoba mencari kesempatan untuk mendapatkan sepatu kaca itu,” ujar Su Jin dengan suara lirih. Merampas sepatu kaca tidak membutuhkan keahlian khusus ataupun kemampuan berkelahi sedikit pun, jadi dia merasa kalau tiga orang lainnya seharusnya tak terlalu kesulitan dengan hal ini.
Setelah dia memberi instruksi tersebut, Su Jin menerjang ke arah sang Pangeran dan Chu Yi mengikuti. Su Jin telah menggunakan semua Kekuatan Jiwanya sampai habis, tapi dia masih punya Kekuatan Jiwa Raja Iblis di tangannya. Dia tak perlu mencemaskan soal Kekuatan Jiwa Raja Iblis menggerogotinya karena hal itu hanya akan membantu melatih Kekuatan Jiwa Psikokinesisnya. Ditambah lagi, Chu Yi sendiri masih memiliki sisa Kekuatan Jiwa untuk membantu melawan sang Pangeran.
Mereka berdua bergerak secepat kilat dan muncul di hadapan sang Pangeran dalam sekejap mata. Sebenarnya, Chu Yi sedikit lebih cepat daripada Su Jin.
“Tusukan Qi Ganda! HAA!”” Chu Yi melontarkan tinju ke pelat dada sang Pangeran, yang bergetar sebelum meledak.
Buum! Sang Pangeran terlontar ke belakang dan Su Jin sudah menunggunya di sana. Su Jin melemparkan Rumor dan Api Hitam ke udara, menggenggam Pisau Tulang erat-erat dengan kedua tangan, kemudian menggunakan pisau itu untuk mengiris punggung sang Pangeran.
Klang! Zurah putih sang Pangeran terbelah membuka dari belakang. Su Jin menusukkan pisaunya ke lantai, kemudian kembali menangkap Rumor dan Api Hitam. Percikan api dari Rumor ketika mengenai sang Pangeran berkoordinasi sempurna dengan peluru-peluru Api Hitam ketika keduanya menyerang punggung sang Pangeran tanpa henti.
“Tusukan Qi Lipat Tiga! Macan Menerkam!” Chu Yi berseru rendah seraya mengepalkan tinju kanannya dan selapis Kekuatan Jiwa mengelilinginya, kemudian meninju sang Pangeran kuat-kuat di bagian dada.
Buum! Buum! Buum! Tiga lapis Qi menghantam sang Pangeran dengan kekuatan sama ganasnya dengan harimau. Dada sang Pangeran mencekung secara harafiah.
Dengan Chu Yi menyerang memakai kekuatan sebesar itu dari depan dan Su Jin menyarangkan serangan tanpa henti dari belakang, Su Jin sangat yakin kalau tak ada seorang pun yang akan bisa selamat dari hal ini.
Namun begitu serangan-serangan mereka melambat sejenak, seulas senyum membekukan muncul di wajah sang Pangeran. Dia mengoyak zirah yang sudah hancur dari tubuhnya untuk menampakkan tubuh yang sehat dan praktis tak terluka sama sekali.
Tubuhnya yang sepertinya tak bisa dihancurkan mengepulkan uap dari hasil terjangan Tusukan Qi Lipat Tiga, sementara di punggungnya ada bekas-bekas goresan putih dan juga sekumpulan titik-titik merah kecil di seluruh permukaan kulitnya. Kesemuanya itu dihasilkan oleh Pisau Tulang, Api Hitam, dan Rumor.
Su Jin menganga syok. Pisau Tulang sangat tajam, hingga mampu memotong logam seperti tahu. Tapi pisau itu hanya meninggalkan bekas putih pada punggung sang Pangeran. Orang ini terbuat dari apa sih?
“Kalian manusia-manusia bodoh! Apa kalian pikir kalian bisa benar-benar mengalahkan seorang setengah dewa?” Sang Pangeran mendengus dan mengangkat telapak tangannya. Kelap-kelip cahaya berkumpul dan dengan cepat membentuk sebatang tombak panjang di tangan sang Pangeran.
“Sial!” maki Su Jin ketika dia mengambil Busur Panjang Raja Iblis dan tanpa ragu menembakkan Raungan Raja Iblis.
Kelap-kelip cahaya dari anak panah Su Jin bertabrakan dengan tombak sang Pangeran dan bahkan meski tombaknya kuat, tetap saja tak mampu bertahan melawan kekuatan Raja Iblis. Tombak itu langsung pecah berkeping-keping dan kelap-kelip cahaya mengelilingi sang Pangeran.
“Ambil sepatu kacanya dan lari! Sang Pangeran masih hidup!” seru Su Jin sebelum roboh ke tanah. Melemparkan Rumor tadi juga telah memakai Kekuatan Jiwa Raja Iblis, namun jumlahnya hanya satu poin untuk setiap kalinya. Raungan Raja Iblis telah memakai 150 poin sekaligus, tapi sisa Kekuatan Jiwa Psikokinetiknya tinggal kurang dari 10 poin, jadi mustahil untuk bertahan melawan serangan dari Kekuatan Jiwa Raja Iblis. Tubuh Su Jin langsung roboh ke tanah akibat rasa sakit yang dia rasakan di dalamnya.
Chu Yi buru-buru menangkap Su Jin sebelum kepalanya membentur lantai. Sementara itu, Gu Ming dan kedua gadis tersebut berusaha mengambil sepatu kacanya dari kaki si mayat wanita. Namun begitu mereka berhasil memegang sepatu kacanya, mayat wanita itu tiba-tiba terduduk dan mencengkeram leher Gu Ming.
“Ughhh… ghhh!” Mata Gu Ming melebar. Mayat wanita itu mencengkeram lehernya begitu kuat, membuatnya hampir kehabisan napas.
“Minggir!” seru Chu Yi sambil meletakkan tubuh Su Jin dan menerkam ke arah si mayat wanita. “Tusukan Qi Ganda! HAA!”
Serangan Chu Yi mengenai lengan si mayat wanita, membuatnya meledak dan melepaskan Gu Ming dalam prosesnya. Kemudian Chu Yi menghujamkan tapak sekali lagi ke arah kaki si mayat wanita dengan harapan untuk menghancurkannya sepenuhnya.
Namun si mayat wanita sepertinya mampu memperkirakan apa yang hendak Chu Yi lakukan, jadi dia melompat mundur dan mengelak dari serangan itu. Persis pada saat itulah, tiba-tiba Ning Meng berseru, “Chu Yi, hati-hati!”
Perhatian Chu Yi terpusat pada si mayat wanita dan sang Pangeran, namun sang Pangeran masih diselubungi oleh kelap-kelip cahaya dari panah Su Jin sementara si mayat wanita telah melompat menjauh darinya, jadi dia tak bisa mengerti harus hati-hati dari apa. Namun segera dia merasakan sakit yang amat sangat di punggungnya dan berbalik dengan rasa tak percaya.
Sebelah tangan Gu Ming diselimuti asap hitam dan kini tampak seperti tangan milik sesosok iblis. Tangan iblis itu telah melemparkan sebilah pedang panjang pada Chu Yi dan kini pedang itu mencuat dari punggung Chu Yi.
“Kau?” Chu Yi tak bisa mengerti kenapa Gu Ming melakukan hal semacam itu. Apa dia berada dalam kendali sang Pangeran?
“Heh heh… jangan… jangan salahkan aku karena melakukan hal ini! Aku harus membunuh salah satu dari kalian untuk mendapatkan poin-poin kalian pada akhir Tantangan! Cara itu… adalah satu-satunya cara aku bisa jadi lebih kuat! Cukup kuat… untuk bertahan hidup!” Gu Ming jelas-jelas dipenuhi ketakutan dan matanya sarat dengan kengerian, tapi ketamakan juga bisa terlihat di dalam matanya itu.
“Buku Panduan memiliki sebuah misi pribadi yang berkata bahwa jika kau membunuh pemilik lain, kau akan memperoleh semua poin yang seharusnya diperoleh si pemilik itu pada akhir Tantangan!” Ning Meng berseru keras-keras. Namun pada saat bersamaan, Chu Yi melihat kalau Liu Jingjing telah mengangkat sebilah pisau tajam di belakang Ning Meng.
“Seorang pengkhianat pantas mati!” Tiba-tiba Chu Yi berseru lantang dan tubuhnya bergetar ketika tenaga dalamnya memaksa pedang panjang di punggungnya terlontar keluar lagi. Ini adalah kekuatan seorang veteran, kemampuan dari Kekuatan Jiwa yang melampaui imajinasi pemilik Buku Panduan biasa mana pun.
Gu Ming begitu ketakutan sampai-sampai berusaha melarikan diri, tapi Chu Yi menghantamkan satu tapak ke arah Gu Ming, sehingga dia roboh dengan lemas ke lantai dan berhenti bernapas. Sementara itu, Chu Yi juga telah mengarahkan pedang yang telah terlontar dari punggungnya ke arah Liu Jingjing dan senjata itu pun memenggal kepala gadis tersebut.
“Manusia rendahan, waktunya bertemu dengan penciptamu!” Persis pada saat itu, sang Pangeran akhirnya berhasil melepaskan diri dari kepungan cahay kelap-kelip. Dirinya telanjang bulat dan kulit pada dadanya telah digerogoti oleh cahaya kelap-kelip itu, sedemikian rupa sehingga tulang-tulang rusuknya bisa terlihat. Namun sang Pangeran sama sekali tak kelihatan terpengaruh oleh kondisi kekurangan daging sebanyak ini.
Sang Pangeran mencengkeram udara dengan satu tangan dan Chu Yi serta Ning Meng langsung mulai meronta, seakan dia telah mencekik mereka dari jarak jauh. Penglihatan kedua orang itu memburam dan akhirnya mereka kehilangan kesadaran.
Sang Pangeran menatap para pemilik yang tergeletak di lantai di hadapannya dan terkekeh. “Orang-orang bodoh! Inilah yang kalian dapat karena telah begitu lancang di hadapan seorang setengah dewa!”
“Begitukah? Kedengarannya itu seperti apa yang akan kukatakan kepadamu!” Su Jin berdiri dari belakang sang Pangeran dengan seulas senyum keji di wajahnya.