Buku Panduan Neraka - Chapter 79
Su Jin masih punya sedikit sisa Kekuatan Jiwa Raja Iblis, tapi sekarang, dia punya satu pertimbangan lagi yang harus dibuat sebelum memakainya lagi. Dia harus mencari tahu bagaimana dia bisa menggunakan Kekuatan Jiwa Raja Iblis itu sebaik mungkin untuk menguntungkan dirinya.
Ketika dia memikirkan tentang hal-hal ini, dua sosok datang berlari keluar dari pintu portal lainnya. Mereka berdua tampak luar biasa kelelahan. Mereka adalah Chu Yi dan rekannya.
“Bagaimana kondisi kalian berdua? Apa kalian terluka?” Su Jin bertanya pada Chu Yi. Dia tak perlu menanyakan tentang apakah mereka memperoleh pusakanya karena dia bisa melihat mantel merah di tangan Chu Yi.
Chu Yi terengah berat seraya menggelengkan kepalanya. “Astaganaga itu menakutkan sekali! Mulai sekarang aku akan jadi amat sangat ketakutan pada semua gadis yang berpenampilan kecil mungil!”
“Apa si Tudung Merah sangat sulit untuk ditangani?” tanya Gu Ming penasaran.
Chu Yi langsung mengangguk dan sedikit bergidik ketika dia berkata, “Sebenarnya si Tudung Merah tak jadi masalah. Masalahnya adalah mengurus dia setelah dia berubah, dan dia berubah bukan cuma sekali, melainkan dua kali!”
“Apa maksudmu?” Gu Ming agak bingung.
Gadis yang lain mulai menjelaskan, “Setelah kami memasuki ceritanya, kami tak bertemu dengan bahaya dan kami menemukan si Tudung Merah dengan cukup cepat juga. Sebenarnya, dia sangat bersedia meyerahkan mantelnya kepada kami. Tapi… begitu dia memberikan mantel itu kepada kami, dia langsung berubah menjadi si pemburu!”
Su Jin dan kedua rekannya melebarkan mata mereka ketika mereka mendengar jadi betapa anehnya kisah dongeng lain ini juga.
Chu Yi melanjutkan dari sana, “Si pemburu tak terlalu buruk, sebenarnya. Butuh waktu lumayan tapi pada akhirnya aku berhasil membunuh dia. Tapi begitu si pemburu mati, serigala melompat keluar dari dalam perutnya! Serangan serigala ini bisa menyebabkan banyak kerusakan dan selain Kekuatan Jiwaku, tak ada apa pun yang bisa melukai dia. Kami dikejar-kejar seperti sepasang kriminal!”
Menilik dari betapa lelahnya Chu Yi terlihat, Su Jin menerka kalau si serigala berarti benar-benar sulit untuk ditangani. Kalau tidak, tak ada alasan kenapa seorang veteran akan berakhir dengan tampak begitu terkuras.
“Jadi, bagaimana cara kalian berdua menyingkirkan si serigala?” Gu Ming bertanya.
Si gadis menggelengkan kepalanya dan berkata, “Kami tidak menyingkirkan serigalanya. Kami hanya terus berlari dan berlari dan pada akhirnya melihat seberkas cahaya terang yang kelihatan seperti pintu portal, jadi kami berlari langsung ke sana dan tiba kembali kemari.”
Mereka lanjut mengobrol selagi menunggu dua tim lainnya kembali, tapi bahkan setelah menunggu selama tiga hari, tim-tim Kano Mai dan Yang Mo tidak kembali.
Su Jin jadi cemas. Mungkian sesuatu telah terjadi pada mereka? Dia berusaha berjalan memasuki pintu portal yang mengarah ke dalam kisah Putri Putih Salju, tapi pintunya menolak membiarkan dia masuk. Tantangannya sedang berlangsung dan tak ada satu orang lain pun yang diizinkan masuk pada titik ini.
“Kakak Su… apa menurutmu mereka baik-baik saja?” tanya Chu Yi cemas.
Su Jin menggelengkan kepalanya dan mengernyitkan alisnya sementara mulai menyesali keputusannya untuk membagi kelompok dengan cara ini. Membagi kelompok membuat penyelesaikan Tantangan ini jadi lebih efisien, tapi risikonya juga lebih tinggi. Mulanya dia mengira kalau sebuah Tantangan Tingkat C takkan terlalu sulit bagi orang lama seperti Kano Mai dan Yang Mo, tapi kini jelas kalau dia sudah meremehkan Tantangannya.
“Kita tak bisa cuma duduk-duduk menunggu di sini. Bahkan meski Mai dan yang lainnya tak bisa menyelesaikan misi mereka, kurasa mereka tetap akan bisa kembali hidup-hidup. Jadi, daripada cuma menunggu, bagaimana kalau kita mencoba kisah dongeng lainnya? Dengan begitu… dengan begitu, bahkan jika Mai dan yang lainnya tak pernah kembali, kita yang lainnya akan menyelesaikan Tantangannya.” Sagaimanapun juga, sungguh tidak praktis kalau berharap bahwa semua orang akan berhasil keluar dari sebuah Tantangan hidup-hidup.
Sebenarnya, Su Jin sudah siap mental kalau dirinya mungkin akan kehilangan rekan-rekan satu timnya dalam Tantangan di masa mendatang. Tapi itu tak berarti kalau dia cuma memasrahkan timnya pada takdir itu. Dia tetap akan berusaha sebaik mungkin untuk melindungi rekan-rekan satu timnya. Akan tetapi, yang bisa dia lakukan terbatas, jadi dia hanya bisa berusaha melakukan yang terbaik.
Karena dia tak bisa membantu Kano Mai dan Yang Mo secara langsung, satu-satunya hal yang bisa dia lakukan saat ini adalah mencari pusaka-pusaka lain dari kisah-kisah dongeng lainnya. Yang lainnya tak punya opini atas keputusan Su Jin.
Setelah sedikit berdiskusi, mereka memutuskan untuk memasuki kisah Cinderella. Kali ini, Su Jin tidak membagi mereka menjadi dua kelompok. Fakta bahwa tim Kano Mai dan Yang Mo masih belum kembali memberitahunya bahwa lebih baik kalau mereka semua bergerak bersama-sama.
Mereka berjalan melewati pintu portal dan mendapati diri mereka sendiri berdiri di tengah-tengah kota yang ramai. Orang-orang di sini mengenakan pakaian yang mirip dengan orang-orang dalam kisah Putri Duyung Kecil, jadi lagi-lagi Ning Meng pun mengambil pakaian dari Lemari Ajaibnya untuk semua orang. Kelihatannya seakan dia bisa mengambil pakaian dari Lemari ini secara tak terbatas, dan pada akhirnya semua orang mendapatkan satu set pakaian yang cocok.
Su Jin, Gu Ming, dan Ning Meng menyimpan zirah yang mereka peroleh dari kisah Putri Duyung Kecil ke dalam Buku Panduan mereka, dan Su Jin juga menyimpan Mantel Tritonnya.
“Aku akan meringkas ceritanya untuk semua orang, bagaimana?” Meski Su Jin cukup yakin bahwa semua orang mengetahui kisah ini, dia toh memutuskan untuk mengulasnya.
“Cinderella adalah kisah dari Grimm Bersaudara, dan pada dasarnya merupakan kisah tentang seorang gadis baik hati yang dianiaya oleh ibu tirinya. Seorang ibu peri membantunya mendapatkan kesempatan menghadiri pesta dansa di istana dan menarik perhatian sang pangeran. Namun karena efek dari sihir sang ibu peri mulai memudar, Cinderella berlari kabur sebelum efek sihirnya pudar sepenuhnya, meninggalkan sebuah sepatu kaca.”
“Sang Pangeran berkeliling untuk mencari Cinderella dengan sepatu kaca itu. Banyak wanita yang berharap bisa menikahi sang Pangeran demi alasan materialistis memikirkan segala macam cara supaya kaki mereka pas dengan sepatu kaca itu, dengan beberapa di antaranya sampai-sampai memotong tumit mereka. Namun semua kisah dongeng berakhir dengan bahagia – sang Pangeran akhirnya menemukan Cinderella, si ibu tiri dihukum, sementara Cinderella dan Pangeran Tampan hidup bahagia selamanya.”
Chu Yi terdiam untuk berpikir, kemudian berkata, “Karena kita membutuhkan sepatu kaca Cinderella, kurasa kita perlu pergi ke istana?”
“Belum tentu. Kalau ceritanya sudah sampai ke bagian di mana sang Pangeran mencari Cinderella, maka kita akan harus mendapatkan sebelah sepatunya dari sang Pangeran dan takutnya kita mungkin harus memperoleh sebelah sepatu yang ada bersama Cinderella juga. Kalau dia belum pergi ke pesta dansa, maka kita hanya perlu mencari Cinderella,” ujar Su Jin.
Semua orang mengangguk namun mereka menyerah pada upaya mencari Cinderella. Akan cukup sulit mencari seorang gadis muda yang dianiaya secara diam-diam oleh ibu tirinya di dalam kota sebesar ini.
Pada akhirnya, mereka memutuskan untuk langsung pergi ke istana saja. Di sepanjang perjalanan, Su Jin menyadari adanya beberapa papan pengumuman tapi tidak banyak orang yang berkeliaran. Ketika memeriksa lebih dekat, beberapa orang yang berkeliaran itu semuanya adalah laki-laki.
“Ini benar-benar aneh.” Su Jin adalah pemegang teguh kepercayaan bahwa tidak ada anomali yang terjadi tanpa alasan. Hal ini tak mungkin terjadi tanpa alasan yang masuk akal.
Su Jin mendekati salah satu papan pengumuman dan menyadari bahwa bahasa yang dipakai di sini sama dengan bahasa yang ada dalam kisah Putri Duyung Kecil, jadi dia tak perlu memakai lagi Jam Penerjemahnya. Tetapi setelah dia membaca pengumuman itu, akhirnya dia mengerti kenapa tidak ada satu pun wanita yang terlihat.
Pengumumannya berbunyi: Mengundang semua wanita ke istana untuk mencoba sepatu kaca. Wanita mana pun yang kakinya cocok dengan sepatu kaca akan menjadi istri sang Pangeran!
Isi dari pengumuman itu sangat sederhana tapi Su Jin masih merasa kalau hal ini aneh. Bahkan meski ada panggilan untuk semua wanita agar pergi ke istana, apakah benar-benar berarti semua wanita tanpa memedulikan usia? Kalau memang begitu, Pangeran ini pastilah punya fetish-fetish yang benar-benar aneh….
“Yah, melihat bagaimana kisah-kisah dongeng kita sudah dibengkokkan dan dibuat lebih jahat daripada yang kita ingat, ini juga tidak sepenuhnya mustahil sih,” ujar Chu Yi seraya tertawa sedih.
Namun tidak butuh waktu lama bagi kelompok Su Jin untuk menjadi bagian dari masalah ini. Sekelompok prajurit yang mewakili sang Pangeran menghadang mereka dan berkata bahwa semua wanita harus pergi ke istana sekarang juga, termasuk Ning Meng dan Liu Jingjing, gadis sebelumnya yang dipasangkan dengan Chu Yi. Mereka harus melapor ke istana sekarang juga untuk mencoba sepatu kacanya.
Su Jin dan yang lainnya tidak melawan dan mengikuti para prajurit itu menuju istana. Begitu mereka memasuki istana, para prajurit lanjut mengawal kedua gadis itu menuju bagian istana yang berbeda.
“Berhati-hatilah!” Su Jin menginstruksikan kepada mereka berdua sebelum kelompok itu berpencar.
Su Jin dan kedua pemuda lainnya diizinkan beristirahat dan Su Jin langsung menyadari kalau ada sesuatu yang salah. Dia menyadari keberadaan seseorang yang familier – si juru tulis dari kisah Putri Duyung Kecil juga ada di sini.
“Entah semua pejabat di dalam berbagai cerita memang mirip, atau… semesta dari kedua cerita ini terhubung!” Su Jin menyadari bahwa mereka mungkin akan berada dalam masalah kalau si juru tulis itu melihat dirinya dan Gu Ming.
Gu Ming jelas juga telah menemukan masalah ini, jadi dia terus melontarkan lirikan cemas pada Su Jin. Su Jin mengangguk samar dan mengisyaratkan kepadanya agar jangan berbuat apa-apa. Si juru tulis berjalan perlahan ke arah mereka dan tiba-tiba mengilaskan senyum pada Su Jin.
“Halo, tuan-tuan! Sungguh mengejutkan bertemu dengan kalian berdua di sini!” ujar si juru tulis dengan senyum sinis.
“Sekarang!” Su Jin berseru lantang. Si juru tulis jelas-jelas telah mengenali mereka, yang berarti bahwa semua ini bisa jadi sebuah jebakan. Tak ada gunanya berusaha berpura-pura kalau mereka tidak mengenal si juru tulis.
Chu Yi adalah orang yang bereaksi paling cepat dan menghentakkan tapaknya ke wajah si juru tulis. Namun selapis pendar kehijauan seketika menyelimuti si juru tulis dan serangan Chu Yi pun gagal total.
“Hentakan Qi Ganda, HAA!” Chu Yi berseru dengan suara rendah seraya melontarkan tinjuan yang berisi Kekuatan Jiwa, yang menembus pendar kehijauan di sekitar si juru tulis.
“Serangan Raja Iblis!” Su Jin mengambil Pisau Tulangnya dan memakai kemampuannya tanpa ragu dengan harapan bisa membunuh si juru tulis ini secepat mungkin.
Si juru tulis tak menyangka kalau Su Jin dan Chu Yi akan sekaligus menyerangnya dengan begitu agresif. Dia bahkan tak mendapat kesempatan untuk kabur dan akhirnya dibelah menjadi dua oleh serangan Su Jin.
“Mati!” Si juru tulis sudah dibelah jadi dua, tapi berhasil mengeluarkan satu raungan marah terakhir persis sebelum mati. Tubuhnya berubah menjadi tak lebih dari pendar cahaya kehijauan dan meledak saat itu juga.
Su Jin dan Chu Yi berada terlalu dekat dengan ledakan dan tidak sempat menyingkir. Namun persis pada saat itulah, selapis debu tiba-tiba membubung dan membentuk sebuah dinding pelindung di sekitar mereka. Gu Ming telah menggunakan sebuah gulungan sihir untuk melindungi mereka berdua.
Setelah kekuatan dari ledakan itu memudar, dinding pelindungnya pun runtuh dan mereka menyadari bahwa kini mereka dikelilingi oleh sekelompok besar prajurit. Namun asalkan tak ada di antara prajurit-prajurit itu yang sekuat si juru tulis, mereka bertiga bisa mengurus orang-orang itu dengan mudah.
“Ayo, kita harus pergi! Takutnya Ning Meng dan Jingjing berada dalam masalah!” ujar Su Jin seraya memelesat pergi lebih dulu. Para prajurit itu bukan tandingan bagi tubuh cepat, gesit, dan kuat Su Jin serta Pisau Tulangnya yang setajam silet, jadi dalam sekejap Su Jin membabat jalan melewati mereka. Bagaimanapun juga, kalau mencoba memperoleh pusakanya dengan memakai otak ternyata tidak bekerja, maka mereka harus memakai otot!