Buku Panduan Neraka - Chapter 76
“Seperti keinginan Anda, Tuan yang terhormat!” Su Jin kini praktis merupakan seorang manusia super. Kalau dia ikut serta dalam kompetisi MMA di dunia nyata, dia mungkin akan membunuh seseorang hanya dengan satu pukulan. Terlebih lagi, kini dia punya bantuan dari Kekuatan Jiwa Psikokinesisnya, jadi bahkan meski suatu monster tingkat bos muncul pada saat ini, mungkin Su Jin masih punya kesempatan.
“Ikut denganku!” Si juru tulis berjalan pergi bersama tiga orang pengawal dan Su Jin serta rekan-rekannya dengan cepat mengikuti di belakang mereka.
Mereka datang ke sebuah arena bertarung dengan beberapa ring pertarungan. Lebih dari selusin orang lainnya yang mendaftar untuk menjadi pelaut sedang bertarung di sini, tapi mereka melawan seorang pengawal satu lawan satu.
“Naiklah!” Si juru tulis melambaikan tangannya dan ketiga orang pengawal itu pun masuk ke dalam ring. Mereka berdiri di tiga titik di dalam ring untuk membentuk formasi segitiga dan menyisakan posisi tengah tetap terbuka untuk Su Jin. Pada saat bersamaan, tangan si juru tulis memancarkan cahaya putih dan ketiga pengawal itu kini bersenjata.
“Ketika berada di dalam ring, untuk menang kau harus menjadi orang terakhir yang berdiri!” seru si juru tulis lantang.
‘Apa-apaan ini?’ maki Su Jin dalam hati. Si juru tulis telah mengambil uangnya tapi toh tetap akan mengirimnya menyongsong kematian. Ketiga pengawal ini jelas-jelas dipersenjatai untuk berperang.
Tidak salah kalau tantangan ini dinamai Dongeng Horor – tak satu pun dari orang-orang di sini yang seperti dalam cerita dongeng. Sebenarnya, mereka semua bermuslihat dengan cara mereka masing-masing.
Satu orang pengawal mengenakan zirah lengkap dan sebuah tameng raksasa, satu orang membawa tombak dan mengenakan zirah rantai, dan yang terakhir memiliki busur dan panah di tangannya. Ini adalah kombinasi sempurna untuk berperang. Mereka meliputi pertahanan, pertarungan jarak jauh dan juga pertarungan jarak dekat.
“Tuan Su, kau yakin kau akan baik-baik saja?” Ning Meng jelas tampak agak cemas.
Su Jin tak menjawabnya. Dia masuk ke dalam ring dan berdiri di tengah-tengahnya. Begitu dia masuk, pertarungan-pertarungan yang terjadi di ring-ring lain pun berhenti dan semua orang berpaling untuk menonton Su Jin, karena pertandingan tiga lawan satu jelas akan jadi lebih menarik.
“Pertarungan dimulai!” seru si juru tulis.
Su Jin mengguncang pelan pergelangan tangannya dan mengambil Rumor. Pada saat bersamaan, dia mendengar suara sesuatu berdesing membelah udara. Matanya berkilat ketika dia menerbangkan Rumor bersama dengan dirinya seraya mengarahkannya tepat pada pengawal yang membawa busur dan panah. Ada orang yang bisa menyerang dari jarak jauh dalam pertarungan semacam itu jelas merupakan masalah terbesarnya.
Klang! Rumor membentur anak panah si pemanah dan kembali ke tangan Su Jin hampir seketika itu juga. Su Jin kembali melemparkannya bahkan tanpa berbalik karena dia bisa merasakan bahwa dua orang pengawal lainnya sedang mendekati dirinya.
Ring pertarungannya tak terlalu besar, jadi bahkan meski dua orang pengawal lainnya mengenakan zirah seberat itu di tubuh mereka, mereka bisa mendekati Su Jin dengan cukup cepat. Pengawal yang membawa tameng memakai tamengnya untuk menghadang serangan Rumor, tapi selain tepat sasaran, Su Jin juga bisa memakai psikokinesisnya untuk mengubah arah lemparan senjata itu.
Swoosh! Rumor terbang tepat melewati tameng dan menghujam persis ke tenggorokan pengawal yang membawa tombak. Pengawal ini mengenakan zirah rantai dan satu-satunya bagian tubuhnya yang tak terlindung adalah tenggorokannya.
Pengawal dengan tameng terkejut karena tamengnya tak mampu menghadang serangan Rumor. Ketika dia masih berusaha mencari tahu bagaimana hal itu bisa terjadi, tiba-tiba dia melihat sesuatu yang hitam terbang ke arahnya. Su Jin telah melemparkan Rumor lagi setelah senjata itu kembali ke tangannya.
Si pengawal bertameng tidak takut pada serangan Rumor karena dirinya terlindung sepenuhnya dalam zirah lengkap. Bahkan meski Rumor mengenainya, dia tidak akan mati. Tapi Su Jin tidak melempar Rumor ke arah pengawal ini untuk membunuhnya. Su Jin hanya menggunakan serangan ini untuk membuat si pengawal berzirah menjadi cukup lambat supaya dia bisa membunuh si pemanah lebih dahulu.
Secara instingtif si pengawal berzirah mengangkat tamengnya untuk menghalangi serangan Rumor. Pada saat dia meletakkan kembali tamengnya itu, tangan Su Jin sudah meninju telak ke dada si pemanah. Ini si pengawal berzirah jadi benar-benar ketakutan. Su Jin telah membunuh dua orang rekannya dalam hitungan detik.
“HA!” Si pengawal berzirah mengangkat tamengnya dan menerjang ke arah Su Jin. Dia bertugas dalam pertahanan, tapi karena dua orang pengawal yang seharusnya dia bantu lindungi sudah mati, dia pun berganti jadi menyerang. Dia tak punya senjata di tangannya, tapi zirah beratnya hampir sama kokohnya dengan tank dan mampu menggilas orang biasa dengan mudah.
Namun Su Jin bukan orang biasa. Dia melemparkan mayat si pemanah ke samping, kemudian menurunkan pusat gravitasi tubuhnya dan menerjang ke arah si pengawal dengan gaya yang sama.
Yang satu adalah seorang pria berzirah lengkap sementara satunya lagi adalah pemuda bertubuh kurus. Semua orang yakin kalau Su Jin pasti kalah, tapi hasil akhirnya benar-benar membuat kerumunan tercengang.
Bam! Si pengawal berzirah dibuat terlontar terbang seperti layangan putus setelah menghantam Su Jin. Supaya bisa tetap berdiri tegak, Su Jin telah mengentak kuat-kuat ke tanah, sampai-sampai kakinya menghasilkan cekungan dengan lebar sekitar satu meter.
Su Jin mengeluarkan raungan marah seraya mengacungkan tangan ke depan tubuhnya. Semua penonton tetap membisu. Mereka dibuat begitu ketakutan dan syok dengan cara Su Jin meraung seperti binatang serta serangan ganas yang tidak sesuai dengan perkiraan mereka atas kemampuannya.
Si juru tulis sendiri hanya bisa menatap syok dengan mata membelalak lebar. Dia memang berniat mengambil uang sogokan itu dan membiarkan Su Jin mati, tapi kini, dia sungguh tak bisa memproses apa yang baru saja terjadi.
Su Jin memutar bahunya untuk merenggangkannya, kemudian berpaling untuk mengangkat bahu pada kerumunan, dengan ekspresi yang tampak kecewa atas betapa lemahnya ketiga orang pengawal tadi.
Namun meski demikian, tak ada seorang pun yang tersinggung oleh kesombongan Su Jin. Bagaimanapun juga, Su Jin telah membuktikan bahwa dirinya benar-benar seorang petarung yang digdaya. Kalau seseorang seperti Su Jin tak punya hak untuk menyombong dan arogan, siapa yang bisa?
Pada saat bersamaan, Ning Meng dan Gu Ming tersenyum amat sangat lebar. Mereka sangat kegirangan melihat betapa kuatnya veteran di dalam tim mereka ini. Dengan adanya orang sekuat dia, mereka tak perlu mencemaskan apa-apa.
“Mengagumkan! Memang sungguh mengagumkan! Aku sudah akan pergi melakukan ekspedisi ke laut dan aku membutuhkan seorang petarung sungguhan untuk melindungiku. Apa kau mau menjadi kapten pasukan pengawalku?” Sebuah suara terdengar dari arah belakang.
Su Jin berbalik untuk menyadari bahwa suara ini adalah milik salah seorang tokoh utama dalam kisah dongeng ini, si pangeran bodoh yang dicintai oleh Putri Duyung Kecil tapi tetap tak tahu apa-apa soal seberapa besar pengorbanan sang Putri Duyung untuknya bahkan hingga akhir cerita.
Su Jin tersenyum samar ketika dia menyadari bahwa kisah dongengnya takkan membutuhkan waktu lama untuk terjadi, kalau tidak akan menghabiskan terlalu banyak waktu demi mencari ketujuh pusaka. Dia hanya perlu melakukan sesuatu dan hal itu akan mendorong maju ceritanya, serta hipotesanya ternyata tepat.
“Yang Mulia, merupakan kehormatan besar bagi saya untuk bisa melayani di sisi Anda!” Su Jin langsung membungkuk di hadapan sang Pangeran dengan raut penuh pengabdian di wajahnya.
Sang Pangeran mengenakan zirah putih nan elegan dan memang tampak seperti bayangan orang tentang penampilan sang Pangeran Tampan. Fitur wajahnya tampan dan ramah, jadi Su Jin yakin pria ini akan meraih kesuksesan di dunia nyata sebagai seorang idol yang menghasilkan uang dengan tampangnya saja.
Sang Pangeran mengangguk puas dan berbalik untuk berkata kepada yang lainnya, “Bagi semua orang yang bersedia melayaniku! Aku tak peduli apakah kalian adalah rakyat jelata atau pencuri. Asalkan kalian bersedia menyatakan pengabdian kalian kepadaku, aku akan menganugerahi kalian dengan kejayaan dan kehormatan!”
“Panjang umur Yang Mulia!” Tiba-tiba Su Jin merasa seperti sedang menonton suatu drama TV yang bersetting masa kuno. Semua orang meneriakkan ‘Panjang umur Yang Mulia’ dengan begitu lantang dan penuh semangat seakan mereka sedang dalam pengaruh obat-obatan atau semacamnya.
Setelahnya, semuanya berjalan dengan mulus. Sebagai kapten dari pasukan pengawal, Su Jin diperbolehkan membawa serta dua orang kepercayaannya. Jadi Ning Meng tak perlu menjadi koki. Dia bisa sekedar mengekori Su Jin ke mana-mana.
Su Jin menatap zirah yang diberikan kepadanya dan merasa kalau dirinya sudah mendapat keuntungan dari Tantangan ini. Kalau dia bisa membawa zirah ini kembali ke Domain Neraka Pribadinya, sepertinya dia bisa menukarkannya dengan sejumlah poin.
Zirah emas yang Su Jin kenakan berkilau cerah diterpa cahaya dan membuat dirinya tampak mengesankan, tapi Su Jin merasa kalau sang Pangeran telah dengan sengaja memberi dia barang emas berkilau-kilau ini sehingga kalau sampai terjadi bahaya, musuh akan melihat zirah emas Su Jin terlebih dahulu dan menarget dirinya. Tapi Su Jin tidak benar-benar terganggu dengan hal itu karena dia tidak benar-benar setia kepada sang Pangeran. Kalau dia bertemu bahaya, dia tinggal melepaskan saja zirah ini.
Sementara itu, Ning Meng dan Gu Ming tidak mendapatkan zirah secantik ini. Mereka diberi zirah kuningan dan hampir tak kelihatan kalau mereka berada dalam satu tim yang sama dengan Su Jin.
“Prajuritku yang pemberani, kita sudah hampir bertemu dengan angin penghukuman dari laut. Apa kau sudah siap?” ujar sang Pangeran ketika dia berdiri di atas haluan. Armadanya sudah hampir berangkat. Selain Su Jin, orang lain yang ada di samping sang Pangeran adalah si juru tulis.
Kini Su Jin adalah kapten pasukan pengawal, jadi dia harus memainkan peranannya. “Yang Mulia, saya siap melewati bahkan bahaya paling mengerikan demi Anda!”
“Luar biasa! Aku suka orang yang percaya diri. Tapi kau perlu mengetahui sasaran kita dalam pergi ke laut!” Sang Pangeran puas dengan pertunjukan kesetiaan dari Su Jin. Kemudian, dia berbalik untuk menatap ke arah lautan yang jauh seraya berpegangan pada langkan kapal.
“Jadi… kenapa kita akan pergi ke laut?” mata Su Jin berbinar. Akhirnya ceritanya akan mengarah ke suatu tempat.
“Apa kau tahu legenda seputar kaum duyung?” tanya sang Pangeran seraya menatap ke arah laut.
Su Jin mengangguk. “Saya tahu sedikit. Menurut legenda, kaum duyung adalah makhluk paling ajaib di lautan. Suara mereka begitu menawan dan mereka adalah ras yang sangat baik hati.”
Sang Pangeran mengangguk dan tiba-tiba dia mulai tersenyum. “Kau benar. Kaum duyung memang adalah makhluk yang ajaib. Tapi itu bukan semuanya. Kaum duyung juga memiliki kemampuan yang sangat istimewa… atau lebih tepatnya, mereka berguna dalam satu cara yang sangat istimewa. Apa kau tahu sesuatu soal itu?”
Sesaat Su Jin tertegun ketika sebuah legenda mengerikan terbersit dalam benaknya. Ini adalah legenda sesputar duyung yang khususnya ada di Jepang dan dia tak menyangka kalau hal ini akan muncul di sini.
“Apa yang Anda maksudkan adalah… legenda di mana orang akan memperoleh keabadian setelah memakan daging sesosok duyung?” tanya Su Jin dengan suara lirih. Gu Ming dan Ning Meng bergidik ketika mereka mendengar apa yang Su Jin katakan. Ini adalah legenda yang terkenal, tapi ini sama sekali tak kedengaran seperti sesuatu yang ada dalam kisah dongeng.
“Oh ho! Aku tak menyangka kalau rakyat jelata sepertimu juga tahu tentang legenda ini. Tapi kau benar! Di masa depan aku akan menjadi raja dari negara ini, jadi aku ingin menjadi raja selamanya!” Seulas senyum cerah mengembang di wajah sang Pangeran dan bahkan si juru tulis di sampingnya juga terus tersenyum-senyum.
Mau tak mau Su Jin dan kedua rekannya merasakan gigilan merayapi punggung mereka. Benar, ini memang adalah kisah dongeng horor. Pria ini adalah versi jahat dari Pangeran Tampan dan dia amat keji luar biasa. Su Jin jadi bertanya-tanya apakah pihak Putri Duyung Kecil dalam cerita ini juga sama ternodanya.
“Jangan cemas, kita cuma membutuhkan sepotong kecil daging dan aku akan bisa hidup selamanya. Jadi, aku akan berbagi sisanya dengan kalian semua sebagai hadiah untuk kesetiaan kalian!” ujar sang Pangeran seraya tertawa sepenuh hati.
“Panjang umur Yang Mulia Pangeran! Tidak, tunggu. Semoga Yang Mulia Pangeran hidup selamanya!” si juru tulis mati-matian berusaha menjilat sang Pangeran.
“Semoga Yang Mulia Pangeran hidup selamanya!” Su Jin dan yang lainnya membeo perkataan si juru tulis.