Buku Panduan Neraka - Chapter 75
Angin laut yang asin menghembus wajah Su Jin. Kini dia sedang berjalan menyusuri sebuah pantai yang luas. Gelombang lautan tampak sambung-menyambung selamanya.
“Yah, sekarang karena kita sudah ada di sini – namaku Su Jin dan ini adalah Tantangan keempatku. Siapa nama kalian?” Karena mereka akan bekerja bersama-sama, hal paling kecil yang bisa dia laukan adalah mengenal mereka.
Si gadis menjawab terlebih dahulu, “Namaku Ning Meng dan ini adalah Tantangan keduaku.”
“Namaku Gu Ming dan ini adalah Tantangan ketigaku. Erm… apakah ini sungguh baru Tantangan keempatmu? Kau cuma melewati satu Tantangan lebih banyak daripada aku? Apa kau bisa memberitahuku bagaimana caramu mengaktifkan Kekuatan Jiwamu?” Gu Ming menatap Su Jin dan sungguh tak bisa mengerti bagaimana seseorang yang cuma menyelesaikan satu tantangan lebih banyak daripada dirinya bisa memperoleh Kekuatan Jiwa.
Tapi kalau Su Jin punya jawaban atas pertanyaan itu, maka baik Kano Mai dan Yang Mo akan sudah bisa mengaktifkan Kekuatan Jiwa mereka pada saat ini. Maka dia hanya bisa menggelengkan kepalanya dan berkata, “Aku benar-benar minta maaf tapi takutnya tak ada seorang pun yang punya jawaban atas pertanyaan itu. Pengaktifan Kekuatan Jiwa sama sekali tidak ada dalam kendali kita. Kau mungkin lebih baik tanya pada peramal atau semacamnya.”
Gu Ming sangat kecewa ketika mendengar jawaban ini. Dari tiga Tantangan yang telah dia lalui, dia telah bertemu dengan seorang veteran pada dua Tantangan pertamanya. Dia masih tak bisa melupakan betapa kuatnya veteran itu.
“Jadi, apa yang harus kita lakukan selanjutnya?” Ning Meng tak tahu tentang Buku Panduan sebanyak Gu Ming, tapi dia tahu kalau dirinya harus melakukan sesuatu.
Su Jin berkata, “Kita ada di dalam kisah Putri Duyung Kecil dan pusakanya adalah sisik ikannya. Jadi jelas, itu adalah sasaran kita.”
Apa kita perlu masuk ke laut? Tapi aku tak bisa berenang!” ujar Gu Ming cemas. Dia bahkan tak bisa berenang di sungai kecil, apalagi di lautan yang luas.
Su Jin berkata, “Mungkin akan sedikit terlalu sulit bagi kita untuk berkeliling mencari Putri Duyung Kecil, jadi kupikir akan lebih baik kalau mencari seseorang yang pasti akan berhubungan dengannya.”
“Apa yang kau maksudkan adalah… Pangeran Tampan?” Gu Ming menyadari apa yang Su Jin niatkan. Putri Duyung Kecil berjumpa dengan Pangeran Tampan merupakan titik pemicu dari kisahnya, jadi kalau mereka bisa menemukan Pangeran Tampan, maka pada akhirnya mereka akan menemukan Putri Duyung Kecil.
“Tapi kita harus pergi ke mana untuk menemukan dia?” tanya Ning Meng kebingungan. Lautan begitu luas. Berusaha menemukan sang pangeran di lautan sama saja seperti mencari sebatang jarum di dalam tumpukan jerami.
Su Jin menatap ke kejauhan dan melihat kalau sekumpulan kapal laut raksasa perlahan mendekati mereka. Kapal-kapal itu tampak seperti raja lautan, sementara perahu-perahu kecil yang tak terhitung banyaknya bergerak dalam satu formasi.
“Tampaknya kita tak perlu pergi mencari dia!” Su Jin tertawa dan berkata, “Ayo pergi! Karena kapal-kapalnya mengarah kemari, pasti ada pelabuhan di dekat sini. Kita harus mencari cara untuk memasukkan diri kita ke atas kapal-kapal itu.”
Mereka bertiga meninggalkan pantai dan pergi menuju tempat di mana kapal-kapal itu sepertinya mengarah. Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk tiba di sebuah kota pelabuhan yang ramai dengan orang-orang.
Dari kejauhan, Su Jin sudah menyadari kalau semua orang di kota pelabuhan di depan sana itu mengenakan pakaian dari Barat abad pertengahan. Kalau mereka bertiga berusaha menghampiri orang-orang ini tanpa mengganti pakaian mereka, mereka akan tampak sangat tidak sesuai.
“Kita harus mencari cara untuk mendapatkan pakaian-pakaian itu, kalau tidak akan sulit bagi kita untuk berkeliaran di sana,” gumam Su Jin pada dirinya sendiri.
“Apa ini akan bisa?” Segera setelah Su Jin menggumamkan kata-kata tersebut, Ning Meng mengambil sejumlah pakaian dari dalam Buku Panduannya. Pakaian-pakaian ini memang tampak mirip dengan apa yang dikenakan oleh orang-orang di sini.
Ning Meng melihat raut aneh di wajah kedua pria itu dan dengan agak canggung berkata, “Yah, aku… Domain Neraka Pribadiku menawariku sebuah Lemari Ajaib, jadi aku menukarkan poinku untuk lemari itu.”
“Cewek!” Gu Ming menggelengkan kepalanya. Baginya, poin sangatlah berharga di dalam semesta ini. Poin merupakan cara terbaik bagi seorang pemilik untuk membuat dirinya menjadi lebih kuat selain memperoleh Kekuatan Jiwa. Tak bisa dia percaya kalau Ning Meng akan menghambur-hamburkannya pada barang seperti itu.
Tapi Su Jin tak berpikir demikian. Ada saat-saat di mana sebuah Lemari Ajaib akan berguna, seperti situasi tempat mereka berada sekarang ini. Kalau mereka tidak punya pakaian untuk mengganti pakaian mereka, mereka akan tampak mencolok seperti jempol sakit dan dengan cepat akan menjadi sasaran. Hal itu akan membuat urusannya jadi sangat sulit bagi mereka. Dengan pakaian yang tepat, mereka akan bisa membaur dengan kerumunan dan berkeliaran tanpa diketahui. Sebenarnya, kalau Lemari Ajaib ini harganya tidak mahal, Su Jin mempertimbangkan akan mengambilnya juga.
Setelah mereka berganti pakaian, ketiganya pun saling berpandangan satu sama lain dan berusaha untuk tidak tertawa. Kini mereka tampak lebih seperti hendak pentas di panggung sandiwara. Pakaian-pakaian itu kelihatan sangat aneh pada diri mereka sendiri.
“Ning Meng, apa kau punya sesuatu yang lebih… sesuai untuk rakyat jelata? Pakaian-pakaian ini kelihatan seperti jenis pakaian yang hanya akan dikenakan oleh kaum bangsawan dan ningrat, jadi kurasa ini tidak lebih baik daripada pakaian kita sendiri!” komentar Su Jin seraya terbahak.
Ning Meng tampak agak menyesali pilihannya dan buru-buru mengambil tiga set pakaian lainnya. Pakaian-pakaian yang ini kelihatan jauh lebih biasa, jadi mereka pun segera berganti pakaian lagi.
Akhirnya mereka mulai berjalan menuju kota pelabuhan setelah berganti pakaian untuk yang kedua kalinya. Kota ini luar biasa sibuk dan dipenuhi oleh segala macam orang. Menilik dari pakaian mereka, sebagian besarnya mungkin adalah para pedagang atau pelaut.
Namun mereka bertiga dicegat tepat di luar gerbang kota. Ternyata mereka harus membayar pajak sebelum bisa memasuki kota, namun tak satu pun dari mereka yang membawa mata uang kota ini.
Ning Meng dan Gu Ming tak tahu harus bagaimana. Sebaliknya, Su Jin melihat sekeliling, kemudian berjalan ke arah seorang pedagang yang kelihatan cukup kaya. Setelah memutari pedagang itu, Su Jin kembali pada kedua rekannya dengan sekantong besar uang di tangannya.
“Wuah! Tuan Su, kau… benar-benar luar biasa!” Gu Ming berseru.
Su Jin menggosok hidungnya dengan agak malu. Dia bukan pencopet, tapi tubuhnya kini berada pada tingkat kegesitan dan kecepatan yang melampaui manusia biasa mana pun. Kalau dia ingin menjadi pencopet, dia akan menjadi mahaguru kaum pencopet. Mencuri sekantong uang adalah hal sepele baginya.
Mereka membayar pajak yang dibutuhkan dan akhirnya berhasil memasuki kota. Dibandingkan dengan area pelabuhan yang hiruk-pikuk, kotanya sendiri jauh lebih teratur. Bahkan ada prajurit yang berpatroli di kota untuk memastikan keamanan masyarakat.
Di dekat gerbang kota terdapat sebuah papan pengumuman yang ditempeli oleh beberapa pengumuman, tapi tak satu pun dari mereka yang bsia memahami apa yang dikatakan oleh pengumuman-pengumuman itu. Kata-kata pada pengumuman tersebut kelihatan seperti Bahasa Inggris, tapi tidak terlalu mirip juga.
Untung saja, Su Jin punya Jam Penerjemah di tangannya. Setelah dia menghabiskan seratus poin, kini dia fasih dalam bahasa ini.
“Ini adalah iklan lowongan kerja?” Su Jin menatap seksama pada pengumuman-pengumuman tersebut dan menyadari kalau sebagian besarnya adalah iklan untuk mencari pekerja. Ada iklan untuk semua pekerjaan dari bartender hingga pelayan. Juga, tak ada persyaratan ataupun kualifikasi yang dibutuhkan. Asalkan kau bisa melakukan pekerjaannya, tidak menjadi masalah kalau sebelum ini kau adalah seorang bandit atau perampok.
“Yang ini merekrut pelaut!” Mata Su Jin berbinar. Iklan tertentu ini telah dipasang oleh sang pangeran. Sang pangeran mencari para pelaut yang mampu demi mencari harta karun di lautan. Tapi pangeran ini agak pelit dan tunjangannya bahkan lebih buruk daripada iklan yang mencari koki. Ada satu klausa yang amat sangat menarik tapinya. Sang pangeran berjanji akan membagi hasil yang diperoleh.
“Pangeran ini lebih seperti semacam salesman penipu, membuat orang bekerja keras untuknya demi bayaran yang mungkin tidak ada sama sekali.” Su Jin menggelengkan kepalanya. Tapi mereka bertiga tak punya pilihan selain mengambil pekerjaan ini.
“Kawan-kawan, apa kalian berdua mudah mabuk laut?” Su Jin bertanya kepada Gu Ming dan Ning Meng dengan seulas cengiran jahil.
Su Jin mencatat alamat pada pengumuman itu dan memimpin dua orang lainnya menuju tempat di mana tes penerimaannya dilaksanakan. Gu Ming mendesah dan berkata, “Tuan Su, aku setuju kalau secara teori ini adalah rencana yang bagus. Tapi aku tak bisa berenang! Bagaimana aku bisa menjadi pelaut kalau seperti ini?”
“Tuan Gu, kau itu cuma tak punya cukup keyakinan pada dirimu sendiri. Luffy juga tak bisa berenang, tapi dia ingin menjadi Raja Bajak laut!” ujar Su Jin ceria.
“Siapa Luffy?” Gu Ming tampak benar-benar kebingungan.
“Kau tak membaca komik?”
“Uh… aku akan baca beberapa saat kita sudah selesai dengan Tantangan ini…,” ujar Gu Ming dengan agak malu.
“Ooh! Aku punya setumpuk rekomendasi untukmu! Nanti akan kuberi kau daftarnya!” Su Jin adalah tipikal otaku yang jadi benar-benar kegirangan ketika berhubungan dengan hobinya.
Tak lama kemudian, mereka pun tiba di tempat tujuan. Pria yang bertugas dalam tes penerimaan tampak seperti seorang juru tulis tipikal yang akan kau temukan dalam buku anak-anak – seorang pria kurus dengan kacamata bertengger di hidungnya.
“Tuan yang terhormat, aku dan saudara-saudariku ingin menjadi bagian dari kapal Yang Mulia Pangeran,” ujar Su Jin sangat sopan kepada si juru tulis.
Su Jin agak mencemaskan tentang semua ini karena pada sebagian besar budaya di dunia, wanita di atas kapal pada umumnya dianggap sebagai kesialan dan bisa mendatangkan bencana.
Namun di sini sepertinya hal ini tidak menjadi masalah. Si juru tulis mengangguk tanpa ragu sedikit pun dan berkata, “Terima kasih atas minat Anda. Akan merupakan kehormatan besar bagi kalian untuk menjadi bagian dari armada Yang Mulia Pangeran, tapi apakah kalian bisa menjadi pelaut untuk Yang Mulia atau tidak tergantung pada apakah kau merupakan orang yang Beliau butuhkan.”
“Tuan yang terhormat, kami bertiga sangat mampu, jadi saya yakin Yang Mulia Pangeran akan membutuhkan kami,” ujar Su Jin seraya tersenyum lebar.
“Bukan kau yang bisa memutuskannya. Anak-anak!” Si juru tulis berseru lirih dan tiga orang pria yang berpakaian seperti pelaut berjalan mendekat. Mereka luar biasa berotot dan tampak sangat hebat dalam berkelahi.
Gu Ming dan Ning Meng langsung terperangah dan mundur selangkah, yang merupakan tanda bahwa tak satu pun dari mereka bisa berkelahi. Tapi meski memang masuk akal bahwa sebagai seorang pemilik baru, Ning Meng tak tahu cara untuk berkelahi, Su Jin terkejut karena Gu Ming juga tak bisa melakukannya.
“Astaga, apa kau bahkan tak berusaha meningkatkan kemampuan berkelahimu untuk Tantangan-tantangan di masa mendatang?” Su Jin mendesis lirih pada Gu Ming.
“Aku sudah meningkatkan kemampuan panahanku!” Gu Ming berbisik lewat sela-sela giginya tanpa menggerakkan bibir, seakan dia adalah seorang ventriloquist.
“Tuan yang terhormat, kami bertiga mahir dalam hal-hal yang berbeda. Aku mahir dalam berkelahi, saudaraku ini mahir dalam menembak, sementara adik perempuanku ini….” Su Jin melirik pada Ning Meng.
Ning Meng buru-buru menyahut, “Aku mahir dalam memasak! Aku bisa memasak masakan paling lezat di dunia dan aku yakin Yang Mulia Pangeran akan menikmatinya.”
Si juru tulis mengernyit dan berkata, “Masing-masing dari kalian harus mengalahkan seorang pengawal Yang Mulia Pangeran. Itulah aturan yang ditetapkan oleh Yang Mulia. Kalau kalian tak bisa melakukannya, maka takutnya aku tak bisa membiarkan kalian bergabung dalam armada.”
“Pak, apa menurut Anda kami bisa melakukan ini dengan cara berbeda? Bagaimana kalau Anda biarkan saya saja yang menghadapi mereka bertiga?” Su Jin mendekati si juru tulis dan diam-diam menyelipkan kantong uang yang telah dia curi sebelumnya ke tangan si juru tulis.
“Hmm… yah, tak ada yang salah dengan kadang-kadang menjadi fleksibel dan Yang Mulia memang menyukai pelayan yang cerdas. Kalau begitu aku akan membiarkanmu menghadapi mereka bertiga sendiri! Tapi kau harus melawan mereka bertiga sekaligus.” Si juru tulis harus sedikit mengalah karena dia telah menerima sogokan dari Su Jin, tapi dia tak berpikir kalau Su Jin yang tampak kurus mampu mengalahkan ketiga pengawal itu. Pengaturan ini bekerja dengan sangat bagus bagi si juru tulis. Dia bisa menyimpan uangnya tanpa melanggar aturan sang pangeran.