Buku Panduan Neraka - Chapter 312
Su Jin sama sekali tak menyangka hal ini akan terjadi. Dia tadinya berharap untuk melampiaskan amarah yang mendidih di dalam dirinya pada orang-orang ini, tapi pada akhirnya dia malah menerima mereka seperti selayaknya menerima murid baru. Memang benar bahwa di sebagian besar novel kultivasi, si tokoh utama hanya perlu memamerkan kekuatan yang sebenarnya dan puluhan orang akan berkerumun di sekelilingnya dan meminta untuk jadi muridnya. Tapi entah bagaimana… situasi ini terasa agak berbeda.
“Baiklah, baiklah, aku akan menerima halaman-halaman ini. Aku takkan ikut campur dengan apa pun yang kalian lakukan, tapi kalian harus ingat dua hal,” Su Jin berkata seraya memindai para anggota yang selamat. “Pertama, kalau ada dari kalian yang berani membuat masalah di dalam Tiongkok, aku akan membunuhnya! Kedua, pastikan kalian melakukan hal yang masuk akal. Aku akan bunuh siapa pun yang membuat dunia ini kacau balau. Jika ada pemilik di belahan bumi barat yang berani melukai orang lain di dunia nyata, kalian semua bertanggungjawab untuk menjaga ketertiban. Mengerti?”
“Mengerti.” Ada raut pahit di wajah Murray. Dewan Kegelapan didirikan untuk menindas orang lain demi kesenangan mereka sendiri, tapi kini, Su Jin menyuruh mereka menjaga ketertiban di dunia. Bukankah itu berarti mengubah mereka jadi SJW (Social Justice Warrior – Pejuang Keadilan Sosial)? Memangnya sekarang Dewan Kegelapan adalah Justice League (Liga Keadilan)?!
“Kalian boleh pergi sekarang.” Su Jin melambaikan tangannya dan bola psikokinesis yang mengelilingi mereka pun menghilang.
Para anggota itu tak berani berlama-lama di situ dan buru-buru pergi dengan raut wajah gondok. Su Jin menghampiri kapal perang tempat Situ Jin berada. Situ Jin berkata, “Kau sudah bunuh cukup banyak dari mereka?”
“Kira-kira separuhnya. Tapi kau tak perlu cemas lagi, mereka takkan pernah lagi datang kemari dan membuat masalah,” ujar Su Jin.
Situ Jin mengangguk. “Makasih banyak.”
“Tak perlu terima kasih padaku. Masalah ini toh dimulai gara-gara aku. Di samping itu, bahkan jika aku tak melakukan apa-apa, kau pasti akan menghubungi Xu Ran.” Su Jin terkekeh sebelum keduanya terdiam sejenak. Mereka bukan lagi rekan satu tim dan masih tak terlalu terbiasa dengan hal itu.
Setelah berpamitan pada Situ Jin, Su Jin kembali ke Kota S. dia baru saja tiba di rumah ketika menerima telepon dari Su Qing. Gadis itu sedang liburan dan ingin mengunjungi Kota S untuk bersenang-senang. Karena Su Jin adalah kakaknya, Su Qing pun mengharapkan Su Jin membawanya jalan-jalan.
“Tentu saja, datanglah sesukamu. Kabari aku saat kau sudah hampir sampai sehingga aku bisa berangkat menjemputmu,” Su Jin langsung setuju menjadi tuan rumahnya. Sebentar lagi Su Qing akan mengikuti ujian SMU-nya, dan bagus juga kalau menjalani liburan yang menyenangkan sebelum ujian.
Keesokan paginya, pesawat Su Qing tiba di Kota S. Su Jin langsung berangkat ke bandara setelah menerima telepon. Dia tak membeli mobil karena tak membutuhkannya, jadi dia pun memakai taksi.
Pesawat mendarat tak lama setelah Su Jin tiba di bandara. Su Qing tadinya berharap bersembunyi dalam kerumunan dan mengagetkan kakaknya, tapi psikokinesis Su Jin telah menemukan keberadaannya begitu gadis itu turun dari pesawat, jadi kejutan ini takkan pernah terjadi. Sebaliknya, Su Qing-lah yang kaget ketika Su Jin tiba-tiba muncul di belakangnya.
“Astaga! Aku bahkan nggak dengar suara langkahmu! Mengagetkan saja!” Su Qing begitu kaget, sampai terus menepuk-nepuk dadanya.
Su Jin membelai lembut kepala sang adik. Dia sudah tak bertemu Su Qing selama satu tahun dan gadis itu sudah tumbuh menjadi seorang gadis muda yang cantik, ditambah lagi tinggi Su Qing hampir menyamainya. Lumayan juga untuk ukuran anak perempuan.
“Ayo! Kubawa kau makan enak!” ujar Su Jin seraya tertawa riang. Mata Su Qing sarat dengan kegembiraan. Sudah setahun dia tak bertemu dengan kakaknya dan dia amat merindukannya.
Tetapi ketika mereka berjalan keluar dari bandara, tiba-tiba Su Jin menyadari sesuatu. Dia ingin mengajak Su Qing jalan-jalan untuk bersenang-senang, tapi dia tak tahu tempat mana yang bagus di Kota S. Hal itu menempatkannnya dalam situasi canggung, karena sekarang ini dia sudah tinggal di Kota S cukup lama.
Bahkan setelah terdiam untuk berpikir, tetap saja tak terpikirkan apa-apa. Dia juga tak punya teman yang bisa ditanyai. Tang Ning pastinya akan punya banyak rekomendasi, tapi dia baru saja mengubah ingatan wanita itu, jadi tak mungkin kalau dia menelepon Tang Ning untuk urusan ini.
“Oh, bagaimana kalau dia saja?” Su Jin menepuk dahinya. Dia sebenarnya mengenal seseorang yang akan tahu hal-hal seperti itu – Han Mengyao dari polisi khusus. Dia tak suka berurusan dengan departemen itu, tapi dia menyadari kalau takkan jadi masalah jika sekedar menelepon mereka soal sesuatu seperti ini.
Dengan pemikiran itu, Su Jin pun menelepon Han Mengyao. Han Mengyao sedang tidur ketika Su Jin meneleponnya, jadi dia terbangun dengan rengutan marah di wajah dan rambut acak-acakan di depan separuh wajahnya. Tetapi ketika dia melihat kalau si penelepon ternyata adalah Su Jin, tanpa disadari matanya langsung berbinar.
“Halo, Tuan Ahli. Kenapa kau meneleponku?”
Su Jin agak tercengang. Wanita itu kedengaran agak kesal. Apa ada orang yang membuatnya marah?
“Nona Han, aku, uh… adik perempuanku sedang main di Kota S dan aku ingin mengajaknya makan enak di luar serta membantunya bersantai. Tapi aku tak terlalu familier dengan Kota S, jadi apa Anda punya rekomendasi yang bagus?” Su Jin sedang minta bantuan, jadi dia harus terdengar seramah dan sesopan mungkin.
“Adik perempuanmu? Kalau kalian cuma ingin makan, ada beberapa restoran yang lumayan di dekat dermaga. Di dekatnya juga ada jalan perbelanjaan, jadi kalian bisa ke sana dan melihat-lihat.” Tentu saja Han Mengyao kesal. Setelah insiden di Gunung Awan, Su Jin tak menghubunginya lagi. Bahkan meski hal itu sudah bisa diperkirakan, Han Mengyao merasa dirinya telah ditinggalkan.
“Makasih!” Su Jin mengucapkan terima kasih dengan ceria, kemudian menutup telepon sebelum Han Mengyao sempat mengatakan apa-apa sebagai tanggapannya. Su Jin tak mau percakapan mereka tiba-tiba berbelok pada apa pun yang berhubungan dengan polisi khusus.
“Halo? Halo?! ARGH! Dasar keparat!” Han Mengyao melompat bangkit dari ranjangnya dengan marah. Sekarang dia merengut lebih marah lagi.
Su Jin mana tahu seperti apa ekspresi Han Mengyao. Dia berkata pada Su Qing, “Baiklah! Aku akan tunjukkan sisi megah dari kota ini!”
Su Qing juga kegirangan. Dia memercayai kakaknya tak peduli apa pun yang pria itu katakan. Bahkan jika Su Jin bilang akan membawanya ke bulan, mungkin Su Qing juga akan memercayainya.
Su Jin memanggil taksi dan menyuruh si pengemudi menuju ke dermaga. Sekalian, dia meminta rekomendasi pada si pengemudi. Si pengemudi adalah orang yang cerewet, jadi begitu mulai bicara, dia tak bisa berhenti.
“Tempat untuk makan? Kalau begitu Anda harus pergi ke Restoran Delapan Rasa! Dengar-dengar mereka memasak makanan dengan herba dan hanya memakai herba paling mahal dan langka. Harganya tidak murah, tapi makan sehat sedang kekinian, kan? Selain itu, makanan mereka benar-benar lezat. Aku juga dengar kalau sebelum Anda memesan, seorang dokter akan memeriksa nadimu dan mengecek kondisi tubuhmu. Si dokter kemudian akan bekerjasama dengan koki untuk memastikan kau mendapatkan makanan yang paling cocok untuk tubuhmu.”
“Jin, lupakan saja, kedengarannya restoran itu benar-benar mahal. Kita cukup makan sesuatu yang sederhana saja.” Su Qing tahu kalau selama bertahun-tahun ini kakaknya sudah bekerja amat keras demi memenuhi kebutuhan hidup, hanya saja tak memberitahu keluarganya. Jadi, ketika dia mendengar kalau harga makanannya tidak murah, dia langsung menolak untuk pergi ke sana.
Su Jin menepuk-nepuk rambutnya dan berkata, “Tak usah cemas, aku masih mampu memberimu makan, kok.”
Si pengemudi mengantar mereka langsung ke depan pintu Restoran Delapan Rasa. Begitu turun dari mobil, mereka langsung merasa kalau tempat ini jelas bukan tempat biasa. Restorannya bertempat di sebuah bangunan ala Tiongkok kuno, namun tempat itu bukan sekedar bangunan yang didesain untuk kelihatan seperti bangunan tua. Tempat itu kelihatan seperti kalau seseorang telah mengangkut sebuah bangunan kuno dari suatu tempat lain, lalu memindahkannya ke sini dan menghiasnya. Itu saja sudah butuh banyak tenaga dan biaya.
Begitu mereka melangkah masuk, seorang pelayan menghampiri mereka. Su Jin ingin mentraktir adiknya makan, jadi dia takkan berhemat dan langsung memesan ruang pribadi. Si pelayan tampaknya berpikir bahwa berdasarkan pada cara berpakaian Su Jin, dia takkan mampu keluar banyak, jadi setelah meragu sejenak, si pelayan pun berkata kalau tak ada ruang pribadi yang tersisa.
Tapi pelayan mana pun yang mampu mempertahankan pekerjaan di restoran mahal seperti itu jelas takkan bodoh-bodoh amat. Bahkan setelah dia memberitahu Su Jin kalau Su Jin tak bisa mendapat ruang pribadi, si pelayan tetap menempatkan sepasang kakak beradik itu di tempat yang cukup tenang.
Su Jin tahu apa yang dipikirkan oleh si pelayan, tapi dia cuma ingin makan enak dengan adiknya, jadi dia pun memutuskan untuk tidak mengejar urusan ini lebih jauh lagi. Persis seperti yang telah diberitahukan oleh si pengemudi taksi pada mereka di perjalanan menuju restoran ini, begitu mereka duduk, seorang pria paruh baya yang tampak seperti seorang tabib pengobatan tradisional Tiongkok menghampiri mereka dan menawarkan untuk memeriksa nadi mereka.
Su Jin mengisyaratkan agar Su Qing dulu yang diperiksa. Si dokter memeriksa nadinya, sedikit memicingkan mata, kemudian melepaskan tangannya setelah lewat semenit. Si dokter lalu mengambil lembaran kertas kosong yang telah disiapkan untuknya dan mulai menulisinya dengan cepat sebelum memberikannya kepada pelayan, yang kemudian akan meyerahkannya langsung pada koki. Para pelanggan di sini sama sekali tak perlu memesan makanan mereka sendiri. Sang dokterlah yang melakukannya untuk mereka.
Kedua kakak beradik itu berpikir kalau ini adalah ide yang sangat baru dan menarik. Si dokter berkata pada Su Qing, “Nona, akhir-akhir ini Anda cukup kelelahan dan telah menguras banyak energi. Kalau hal ini terus berlanjut, Anda bisa jatuh sakit. Saya sudah minta bagian dapur untuk menyiapkan beberapa makanan untuk memulihkan energi Anda. Akan tetapi, makanan hanya berfungsi sebagai suplemen. Kalau Anda ingin menyingkirkan masalah ini di akarnya, Anda butuh istirahat lebih banyak lagi, berhentilah begadang dan pastikan Anda tak terlalu stres.”
Tabib ini ternyata lumayan juga. Su Qing sudah belajar siang malam demi mempersiapkan diri menghadapi ujian SMU-nya, jadi gadis itu jelas lebih dari sekedar sedikit kelelahan.
“Saya mengerti! Terima kasih banyak, Dokter,” Su Qing mengucap terima kasih kepada si dokter dengan sopan. Si dokter balas tersenyum dan mengangguk pelan.
“Tuan, sekarang giliran Anda.” Si tabib berpaling untuk menatap Su Jin.
“Uh… tak usah, saya cukup sehat.” Su Jin merasa kalau kesehatannya tak perlu diperiksa, jadi dia pun membuat alasan sekedarnya.
Tapi si dokter terus bersikeras, “Anda adalah pelanggan, dan karena Anda mengeluarkan uang di Delapan Rasa, maka merupakan kewajiban bagi kami untuk menyediakan jasa sesuai dengan yang telah kami janjikan kepada semua pelanggan.”
“Baiklah kalau begitu!” Su Jin tersenyum. Si dokter toh cuma memeriksa nadi, jadi dia tak terlalu memikirkannya.
Su Jin mengulurkan tangannya dan si dokter pun menempelkan jemarinya pada pergelangan tangan Su Jin. Namun beberapa detik kemudian, si dokter menggeser sedikit jarinya, kemudian melakukannya lagi beberapa detik setelahnya.
Su Jin merasa ingin tertawa ketika melihat apa yang sedang dilakukan oleh si dokter. “Dokter, apa Anda kesulitan menemukan nadi saya?”
Ekspresi si dokter tampak agak kesal, bukan karena Su Jin sedang menggodanya tapi karena dia merasa kalau nadi pemuda ini terasa seperti bukan manusia. Denyut nadi Su Jin begitu kuat dan sehat, sampai-sampai gajah juga bukan tandingannya.
Dia berkata pada Su Jin, “Tuan, apa Anda keberatan kalau saya memeriksa mata Anda?”
“Mataku?” Su Jin mengernyit. Sekarang acara makan ini jadi agak terlalu merepotkan.
“Jin, biarkan saja dokter memeriksanya!” Su Qing mulai cemas. Dia mengira si dokter telah mendeteksi suatu penyakit dan ingin melakukan pemeriksaan lebih banyak lagi pada Su Jin.
Su Qing sangat bersikeras, jadi Su Jin tak punya pilihan selain menyetujuinya. Si dokter pun langsung duduk di depan Su Jin dan meminta Su Jin membuka matanya lebar-lebar. Namun ketika si dokter menatap ke dalam mata Su Jin, dia langsung membeku, lalu jatuh ke lantai dengan suara gedebuk keras beberapa detik kemudian dan berhenti bernapas.