Buku Panduan Neraka - Chapter 313
Su Jin dan Su Qing terperanjat ketika si dokter tiba-tiba roboh. Salah seorang pramusaji menjerit karena mata si dokter telah berputar ke atas.
Manajer yang berwenang di area makan utama dari Restoran Delapan Rasa langsung berlari-lari menghampiri untuk menanyakan apa yang terjadi. Ketika dia mendapati kalau jantung si dokter tak lagi berdetak, dia jadi terlalu syok untuk bicara.
Saat ini, Su Jin jadi agak malu. Yang terjadi pada si dokter sebenarnya sangatlah sederhana. Psikokinesis Su Jin telah membuat si dokter kalah. Matanya adalah sumber keluarnya psikokinesisnya, dan dia sudah lupa untuk menekannya ketika tadi si dokter menatap langsung ke dalam matanya itu. Kesadaran si dokter pun langsung runtuh, dan menghasikan situasi ini.
“Dokter! Kalian, panggil dokter!” seru si manajer panik.
“Dialah dokternya!” Si pramusaji sangat panik dan malah menuding ada pria yang berbaring di lantai alih-alih memanggil dokter lain.
Su Jin menghela napas pelan dan berkata, “Tak usah panik. Tuan ini cuma… mengalami pusing akut. Menyingkirkan, beri dia sedikit ruang untuk bernapas.” Kemudian Su Jin berjongkok dan menempelkan kedua tangannya di atas dada si dokter seakan dia sedang melakukan CPR. Tapi sebenarnya, dia mengirimkan psikokinesisnya ke dalam kesadaran si dokter lewat telapak tangan untuk membantu menyusun ulang jiwanya.
Beberapa detik kemudian, perlahan si dokter menghembuskan napas, kemudian membuka matanya untuk menatap bingung pada orang-orang yang berkerumun di sekitarnya. Perlahan kerumunan pun bubar ketika mereka melihat kalau si dokter sudah sadar kembali.
“Syukurlah! Dokter Xu, barusan tadi Anda benar-benar membuat kami ketakutan!” Si manajer begitu lega ketika melihat si dokter kembali berdiri. Kalau sampai terjadi sesuatu yang tak diharapkan pada dokter ini di dalam restoran, maka pihak restoran akan harus bertanggungjawab secara penuh.
“Apa… yang barusan terjadi padaku?” Si dokter masih kebingungan.
“Dokter Xu, tadi Anda jatuh pingsan dan jika bukan berkat tuan ini, Anda mungkin sudah tak terselamatkan,” ujar si pramusaji pada si dokter.
Si dokter menoleh untuk menatap ke arah Su Jin dan mendadak bergidik. Dia sudah akan mengatakan sesuatu ketika melihat kilatan perak di dalam mata Su Jin. Hal itu membuatnya ketakutan dan dia pun langsung tutup mulut, bertanya-tanya apakah Su Jin adalah monster yang ingin membungkamnya.
“Baiklah, karena semuanya sudah baik-baik saja, kirimkan makanan kami secepatnya!” Su Jin tersenyum. Dia bisa saja menghapus ingatan si dokter, tapi hal itu sebenarnya tak perlu. Kalau si dokter tak sebegitu penasarannya, hal ini takkan terjadi.
Si dokter buru-buru mengangguk dan bergegas meminta agar makanan dipersiapkan. Jantungnya terus berdebar kencang setelah dia meninggalkan ruang makan utama. Saat tadi dia memeriksa denyut nadi Su Jin, denyut nadi yang luar biasa kuat dan sehat itu saja sudah membuatnya syok. Kemudian ketika dia menatap ke dalam mata Su Jin, dia merasa seakan otaknya meledak dan setelahnya dia tak bisa ingat apa-apa.
“Xu, kenapa kau cuma berdiri di sini?” Koki yang dipasangkan dengan dokter ini menyadari kalau si dokter cuma bersembunyi di dalam area khusus staf. Si koki berjalan menghampirinya dan berkata, “Ada banyak orang yang menunggu makanan mereka, jadi apa kau bisa sedikit lebih cepat?”
Si dokter mengangguk kuat-kuat. Dia tak berani berlama-lama dengan makanan Su Jin, jadi dia pun mempersiapkan makanan mereka dalam waktu singkat.
Su Jin dan Su Qing mencicipi makanannya, dan rasanya memang cukup enak. Lalu mengenai apakah makanan itu sungguh bermanfaat bagi tubuh, Su Jin tak terlalu peduli. Asalkan Su Qing menikmatinya, dia sudah senang.
Mereka sedang menikmati makanan mereka ketika seorang pemuda berusia dua puluhan tiba-tiba berderap menghampiri meja mereka dan berkata dengan ekspresi wajah songong, “Apa kalian berdua yang tadi membuat masalah?”
Su Jin memasukkan sesuap makanan ke dalam mulutnya, menatap si pemuda, lalu berkata dengan nada serius, “Apa kau bilang aku telah membuat masalah? Aku cuma ingat soal menyelamatkan orang, aku tak ingat soal membuat masalah.”
Kelihatan jelas kalau pemuda ini sudah mabuk karena napasnya berbau alkohol. Dia langsung mengamuk ketika mendengar tanggapan Su Jin dan memaki, “Berhenti pura-pura denganku! Kau tahu siapa yang memiliki Delapan Rasa? Berani-beraninya kau membuat masalah di restoranKU?! Kau pasti sudah bosan hidup!”
Su Qing amat ketakutan. Dia baru saja tiba di Kota S, dan dalam jangka waktu satu kali makan, dia sudah melihat seseorang jatuh pingsan, dan kini, seseorang yang lain datang untuk mempersulit mereka. Kesannya terhadap kota kosmopolitan ini pun merosot drastis.
Su Jin mengernyitkan alisnya dan berkata pada si pemuda, “Minta maaf.”
“Apa katamu?” Si pemuda tertegun sejenak sebelum terbahak. “HAHA! Kau menyuruhku minta maaf? Kau pasti orang bego!”
“Baiklah kalau begitu.” Su Jin mengangguk. Kilasan perak melintas di matanya, kemudian si pemuda itu pun gemetar dan roboh dengan suara berdebum keras, persis seperti yang telah terjadi dengan Dokter Xu tadi.
Si manajer tak mampu memercayai matanya sendiri. Pemuda ini tak lain tak bukan merupakan putra dari bos restoran. Si pemuda tadi sedang minum-minum dengan teman-temannya di sebuah ruang pribadi dan sudah mabuk saat mendengar kalau telah terjadi keributan di ruang makan utama. Dalam kondisi telernya, dia keluar untuk mengkonfrontir orang yang menyebabkan keributan. Begitu mendengarnya, si manajer pun buru-buru berlari menghampiri untuk menghentikan si pemuda melakukan hal yang tak sepantasnya, namun dirinya sudah terlambat. Si pemuda telah berbaring di lantai ketika dia tiba.
“Tuan… Tuan Muda!” Si manajer berlari mnghampiri untuk membantu si pemuda bangkit, tetapi ketika dia menempatkan satu jari di bawah lubang hidung si pemuda, dirinya ketakutan saat mendapati kalau pemuda itu tak lagi bernapas. Dia membungkuk untuk mendengarkan detak jantung si pemuda, namun tak terdengar sedikit pun. Itu berarti… si pemuda sudah mati.
Seluruh restoran pun mulai kasak-kusuk. Dalam waktu kurang dari setengah jam, dua orang sudah roboh di ruang makan utama. Tempat ini dikutuk atau bagaimana?
Su Qing lebih kaget lagi. Apa yang terjadi dengan orang-orang di kota ini? Kenapa mereka jatuh pingsan di tempat umum seperti itu? Dan terjadinya berentetan pula. Apakah ini adalah cara istimewa orang-orang Kota S untuk menyapa orang dari luar kota?
“Abaikan saja dia. Makan ini lebih banyak lagi, bagus untukmu,” Su Jin berkata pada Su Qing. Si tuan muda dari restoran ini yang cari perkara, jadi tak ada gunanya mempertahankan nyawa manusia sampah macam ini.
Si manajer menatap Su Jin dengan sorot mata penuh permohonan, tapi Su Jin tak peduli dan lanjut makan dengan adiknya. Si manajer pun tak punya pilihan selain buru-buru memanggil ambulans. Dokter-dokter di restoran ini berkemampuan tinggi, tapi mereka tak terlatih dalam penanganan kondisi darurat seperti halnya dokter-dokter pengobatan barat.
Dalam waktu singkat, ambulans pun datang. Setelah itu, sepasang suami istri yang berpakaian sangat bagus memasuki restoran. Si wanita berlari masuk dengan air mata mengalir deras di wajahnya. Wanita itu mungkin adalah ibu si pemuda.
Yang pria jauh lebih tenang, namun terus berkata pada tim medis, “Dokter-dokter sekalian, bisakah kalian bergegas? Bagaimana kondisi putraku? Bagaimana dia?”
Dokter yang datang bersama ambulans memeriksa si pemuda secara menyeluruh, kemudian menggelengkan kepalanya. “Tuan Lin, harap tenang. Berdasarkan yang saya lihat, putra Anda tak lagi menunjukkan tanda-tanda vital apa pun. Tentu saja, jika… Anda bersikeras ingin menyelamatkan dia, kami tetap akan berusaha sebaik mungkin.”
Orangtua si pemuda tertegun. Ketiadaan tanda-tanda vital pada dasarnya berarti bahwa putra mereka sudah mati. Si wanita langsung pingsan.
Tuan Lin memaksa dirinya sendiri tetap tenang ketika dia menggertakkan gigi dan berkata kepada si dokter, “Selamatkan dia! Bagaimanapun caranya, kita harus mencoba apa pun yang kita bisa!”
Tim medis tidak menolak. Tak peduli apakah si pemuda bisa dihidupkan kembali atau tidak, orangtuanya tetap akan membayar jasa mereka, jadi semua orang pun mengangkut si pemuda ke dalam ambulan beserta dengan ibunya yang tak sadarkan diri.
Ambulan melaju pergi dengan cepat, tapi Tuan Lin tak meninggalkan restoran. Dia menemukan apa yang telah terjadi dari si manajer, kemudian berjalan menghampiri meja Su Jin dan Su Qing. Dia memelototi Su Jin dan berkata, “Tuan, bukankah sepertinya Anda hutang penjelasan pada saya mengenai putra saya?”
Su Jin menatapnya dan tak bisa menahan diri untuk tersenyum. Ayah dan anak ini sungguh setali tiga uang. Dia pun berkata tenang, “Menjelaskan? Saya hutang penjelasan macam apa pada Anda? Saya cuma datang untuk makan di restoran Anda dan putra Anda datang untuk mencari masalah dengan saya. Saya bahkan tak menyentuhnya. Anda ingin penjelasan seperti apa?”
“Sobat, berhenti berpura-pura. Putra saya baru mengatakan beberapa hal pada Anda lalu dia mati? Anda tak melakukan apa-apa padanya sama sekali? Saya takkan memercayainya!” ujar Tuan Lin dari sela-sela gigi yang digertakkan.
Orang ini cukup pintar, batin Su Jin. Dia pun tersenyum dan berkata, “Anda mau percaya pada saya atau tidak itu tak ada hubungannya dengan saya. Kalau Anda pikir sayalah masalahnya, maka silakan buktikan saja. Kalau Anda tak bisa membuktikannya, harap berhentilah mengganggu acara makan saya.”
Su Qing agak gugup ketika melihat kakaknya berdebat dengan Tuan Lin. Dia merasa kalau kakaknya berada di pihak yang benar. Memang benar kalau mereka tak melakukan apa-apa pada si pemuda. Si pemudalah yang telah coba-coba membuat masalah dengan mereka.
Tuan Lin begitu marah sampai-sampai tangannya gemetaran. Dia memelotot keji pada Su Jin dan berkata, “Jangan berani-beraninya berpikir Anda bisa bergantung pada polsi atas semua hal di dunia ini…. Anak muda, kalau Anda benar-benar telah melakukan sesuatu, lebih baik Anda minta maaf sekarang juga dan katakan apa sebenarnya yang telah Anda lakukan. Kalau Anda melakukannya, saya mungkin akan membiarkan Anda keluar hidup-hidup dari sini.”
“Tentu. Anda bisa panggil siapa pun yang Anda suka, saya tak peduli mereka bekerja untuk hukum atau tidak.” Su Jin tak mau membuang-buang waktu untuk berdebat dengannya. Tapi segera setelah dia selesai bicara, ada orang lain yang memasuki restoran.
Dia mendongak dan menyadari kalau orang ini ternyata adalah Han Mengyao. Apakah wanita itu datang karena polisi khusus telah diberitahu tentang kasus ini? Tak pernah dia tahu kalau polisi khusus ternyata seefisien ini. Dan jika Han Mengyao berada di sini bukan karena itu, maka apakah wanita ini kemari untuk memberinya masalah?
“Nona Han!” Tuan Lin langsung melompat menegakkan diri ketika melihat Han Mengyao, seakan baru saja melihat secercah sinar harapan di dalam kegelapan. Dia pun buru-buru berkata, “Nona Han, Anda sudah kejadiannya? Saya tahu orang ini pasti telah melakukan sesuatu! Tangkap dia! Tangkap dia dan selamatkan putra saya!”
Han Mengyao tampak benar-benar kebingungan. Dia kemari bukan untuk bekerja. Hari ini adalah hari liburnya, dan dia kemari untuk mencari Su Jin. Dia tak tahu apa yang akan dia lakukan begitu menemukan pria itu, tapi dia memang merasa ingin mencarinya. Atau lebih tepatnya, Han Mengyao bahkan tidak yakin apakah dia akan menemukan Su Jin di sini. Dia bertingkah lebih seperti seorang penggemar yang mendengar kalau idolanya ada di sekitar sini.
“Tuan Lin, aku… aku tak mengerti apa yang sedang terjadi,” ujar Han Mengyao dengan raut wajah kebingungan.
Tuan Lin tak menyangka akan mendapat tanggapan seperti itu. Buru-buru dia menjelaskan, “Putra saya tadi bicara sebentar dengan pria ini, kemudian… kemudian dia roboh dan mati. Saya curiga kalau orang ini sudah melakukan sesuatu padanya. Nona Han, saya tahu departemen Anda bekerja di bagian apa. Sekarang Andalah satu-satunya orang yang bisa menyelamatkan putra saya.”
Han Mengyao melirik Su Jin, kemudian bertanya pada Tuan Lin, “Anda yakin dia pelakunya?”
“Benar, pasti dia! Salah seorang dokter di restoran saya tadi bicara dengannya lalu jatuh pingsan, kemudian hal yang sama terjadi pada putra saya, jadi pelakunya pasti dia.” Tuan Lin ini mampu mengambil kesimpulan dengan tepat. Dia yakin Su Jin-lah sumber masalahnya.
Bibir Han Mengyao melengkung membentuk seulas senyum samar. Dia berkata serius pada Tuan Lin, “Tuan Lin tak usah cemas. Melindungi penduduk Kota S adalah tanggungjawab saya. Saya akan bawa dia bersama saya sekarang juga.”