Buku Panduan Neraka - Chapter 310
Su Jin beristirahat selama satu minggu. Kali ini dia benar-benar beristirahat. Seminggu penuh dia tidur sepanjang hari di dalam rumahnya. Dia telah mematikan teleponnya dan mengunci pintu kamarnya. Dia harus beristirahat dengan baik karena ke depannya dia mungkin tak bisa melakukannya untuk waktu yang lama.
Setelah dia terbangun, Su Jin menyadari kalau segel yang telah dipasang oleh si Tukang Topi Gila mengalami sedikit kerusakan. Belakangan ini dia telah melalui beberapa pertempuran besar dan beberapa kali menguras psikokinesisnya. Alhasil, hal itu membuat psikokinesisnya yang ada di dalam segel bergerak dan membuat segelnya retak.
“Tiga puluh ribu?” Su Jin mengernyit. Ini mungkin masih berada dalam batasan yang bisa diterima oleh Buku Panduan, dan dia rasa dirinya takkan bisa memengaruhi jalannya Buku Panduan untuk saat ini.
Dia pun memasuki Bar Neraka dan bersiap membeli minuman enak untuk dirinya sendiri. Dia toh jarang berkeinginan minum atau punya waktu. Timnya sudah dibubarkan, jadi meja tim tak lagi tersedia. Dia tak punya pilihan selain duduk di bar dan memesan minuman.
Sang bos sepertinya masih ingat Su Jin, atau mungkin dia memang bisa mengingat setiap pemilih yang pernah memasuki Bar Neraka. Dia menatap Su Jin, kemudian meletakkan minuman di depannya.
“Mimpi Mabuk. Minum saja ini dan semua masalahmu akan lenyap.” Sang bos tersenyum dan mengetuk sisi gelasnya.
Su Jin tersenyum sedih. Dia mendorong kembali minuman itu pada si bos dan menggelengkan kepalanya. “Makasih, tapi sekarang… aku tak boleh terus-terusan depresi dan tak melakukan apa-apa. Minuman ini datangnya agak terlambat.”
“Kalau begitu, bagaimana kalau ini?” Sang Bos meletakkan sebuah bingkisan yang dibungkus dengan cantik di hadapan Su Jin. Ada sebuah amplop juga yang tertempel di situ.
Su Jin merasa amat kebingungan. Seseorang telah mengirimkan sesuatu kepadanya? Dia mengambil amplopnya dan seketika matanya membelalak. Pengirimnya tak lain tak bukan adalah Ye Yun. Dia merobek amplopnya hingga terbuka dan mulai membaca surat di dalamnya dengan seksama.
“Halo, Kakak Su! Pada saat kau membaca surat ini, aku pasti sudah meninggalkan dunia ini. Bagaimana bisa aku seyakin itu? Karena… aku telah membuat pengaturan agar surat ini dikirimkan kepadanya hanya setelah aku mati. Nggak pernah nyangka kan? Kakak Su-ku yang bodoh?
“Kalau dipikir-pikir, Kakak Su memang sungguh bodoh. Kau benar-benar pergi ke semesta Shen Wu cuma demi menyelamatkan aku dan nyaris kehilangan nyawamu dalam prosesnya, tapi… aku benar-benar menyukai kebodohanmu itu, dan aku benar-benar menyukai sikapmu yang bersedia mengorbankan semuanya demi aku. Tapi aku tak tahu apakah aku pantas menerima pengorbananmu.
“Ya ampun, aku jadi agak baper deh! Aku kan seharusnya adalah Ye Yun yang pemberani dan tak kenal takut! Karena aku sudah mati, kurasa ada beberapa hal yang harus kujelaskan dengan sebaik mungkin padamu. Yaitu, kenapa Shen Wu bersikeras menangkapku dan apa yang ingin dia peroleh dariku.”
“Jawabannya ada di dalam bungkusan ini. Tapi jangan dibuka di dalam Bar Neraka, benda di dalamnya mungkin akan menyebabkan kehebohan… karena itu adalah Medali Kedewaan!
“Nggak, kau nggak sedang halusinasi. Ini benar-benar Medali Kedewaan. Aku mendapatkannya dalam sebuah Tantangan Tingkat A. Aku tak pernah bisa menemukan cara untuk memakainya, tapi ini barang asli. Benda ini bisa membantu seorang pemilik biasa menjadi dewa!”
Sampai di sini, mata Su Jin nyaris meloncat keluar dari lubangnya. Ini jelas bukan alasan yang akan pernah terpikirkan olehnya. Tapi lagi-lagi, hal ini sangat masuk akal. Apa lagi yang akan membuat seseorang seperti Shen Wu, seorang pemilik tingkat atas dengan dominasi penuh atas semestanya, sampai berbuat sejauh itu demi memperolehnya?
“Aku sudah mati, jadi kalau Shen Wu atau yang lainnya berusaha mempersulitmu, katakan saja pada mereka kalau benda ini ikut mati bersamaku. Toh, semua benda yang masih menjadi kepunyaan seorang pemilik akan lenyap bersama dengan si pemilik. Medali ini memang mendatangkan masalah, tapi ini juga adalah sebuah pusaka yang langka dan berharga. Aku tak tahu apakah benda ini berguna untukmu atau bahkan cara memakainya, tapi sekarang tak ada yang bisa kulakukan soal itu. Benda ini milikmu. Kau yang putuskan apa kau ingin merebusnya, mengukusnya, menggorengnya, atau menumisnya.
“Juga, Teirma kasih karena selama ini telah menjagaku. Salam, wanita tercantik yang selalu menyusahkan, Ye Yun.”
Hati Su Jin mulai terasa amat sangat pilu ketika dia menatap surat di tangannya. Medali ini sangat berharga, namun sama sekali tak seberharga surat ini. Sama sekali tak seberharga kata-kata yang tertulis di sini.
“Kulihat emosimu sudah terpengaruh. Apa sekarang kau butuh ini?” Sang bos mendorong Mimpi Mabuk lagi ke arah Su Jin dengan senyum licik di wajahnya. Bisiknya, “Kujual dengan harga murah. Cuma 1.000 poin.”
Su Jin tersenyum sedih, kemudian mengambil gelas itu. Tapi persis ketika dia sudah akan menyentakkan kepalanya ke belakang dan meminum semua isinya dalam sekali tenggak, tiba-tiba Buku Panduannya memancarkan pendar biru. Seseorang sedang menghubunginya.
Dia membuka Buku Panduannya untuk mendapati bahwa ini adalah panggilan dari Situ Jin. Timnya memang sudah dibubarkan, tapi hal itu hanya berarti bahwa mereka tak perlu pergi menjalani Tantangan bersama-sama. Mereka terus berhubungan karena mereka tak menjadi musuh gara-gara pembubaran itu atau semacamnya.
“Situ, ada apa?” Su Jin menerima panggilan video dari Situ Jin.
Wajah Situ Jin muncul dalam Buku Panduannya dan suara pria itu terdengar gelisah, “Datanglah ke Laut N, sekarang juga!”
“Laut N? buat apa?” Su Jin kebingungan.
Situ Jin meneruskan, “Beberapa orang dari Dewan Kegelapan telah tiba pakai kapal dan mereka bersikeras membuat masalah karenamu. Aku tak bisa bertahan terlalu lama… sial… jumlah mereka ada lebih dari 20 orang dan kesemuanya petarung ahli, jadi cepatlah kemari!”
Sang bos cuma mengangguk dan tak mengatakan apa-apa. Su Jin pun menyambar bungkusan itu. Bungkusan ini berisi Medali Kedewaan! Astaganaga – tak heran Shen Wu sampai jadi sinting demi mendapatkannya.
Setelah dia meninggalkan Bar Neraka, Su Jin menyelimuti dirinya dengan psikokinesis, kemudian terbang ke langit dan menuju Laut N. Tak butuh waktu baginya untuk sampai. Setitik psikokinesis yang dia tinggalkan pada Situ Jin masih ada dan berfungsi sebagai semacam GPS. Asalkan Su Jin tak terhubung pada psikokinesis itu, maka hal itu tidak memakan sedikit pun energinya, jadi dia bisa terus menempatkannya di sana dalam waktu amat sangat lama.
“Di sana?” Tubuh Su Jin bergerak seperti kilasan cahaya perak, menjangkau jarak beberapa mil dalam hitungan detik. Dia pun tiba di tempat Situ Jin dalam waktu kurang dari 30 detik.
Menghadapi Situ Jin ada 20 orang yang mengenakan jubah pendeta hitam. Di antara mereka ada tiga orang yang sebelumnya telah membuat masalah dengan Su Jin di Afrika. Namun mereka jelas-jelas tak memiliki posisi tinggi di dalam Dewan Kegelapan, jadi mereka harus berdiri di bagian belakang kelompok.
Pemimpin kelompok itu adalah seorang pria tua dengan rambut putih sepenuhnya. Orang ini tampak cukup ramah, namun ketika Su Jin menatap ke dalam matanya, dia hanya melihat agresi di dalamnya.
“Wah, berat ini,” gumam Su Jin sebelum terbang ke arah Situ Jin. Ketika dia tiba, semua persenjataan yang ada pada kapal perangnya bergerak untuk diarahkan kepadanya.
Situ Jin menggelengkan kepala sebagai sinyal. Persenjataan itu tak beralih, namun Su Jin toh mendarat dengan selamat di samping Situ Jin. Tentu saja, persenjataan itu sama sekali tak membuatnya gentar. Selain bom nuklir, persenjataan dari jaman ini tak mampu melukai dirinya.
“Orang yang kau cari ada di sini. Kau bisa bicara padanya,” seru Situ Jin keras-keras. Kemudian dia berbisik pada Su Jin tanpa menggerakkan bibirnya, “Mereka datang secara khusus untuk mencarimu. Takutnya orang-orang ini tidak berniat baik.”
“Itu sih lumayan jelas. Mereka datang dalam kelompok sebesar ini dan tak keberatan kalau sampai bentrok dengan orang dari pemerintahan Tiongkok. Jelas mereka kemari bukan untuk kunjungan persahabatan,” ujar Su Jin dengan senyum samar.
Pria tua yang memimpin kelompok dari Dewan Kegelapan itu berkata, “Kau Su Jin?”
“Benar, aku Su Jin.” Su Jin mengangguk pelan, kemudian bertanya, “Apa kita… mau mulai bertarung saja? Atau kau mau bicara sebentar sebelumnya?”
Para anggota Dewan Kegelapan langsung merasa kalau Su Jin sungguh terlalu arogan dan ekspresi mereka pun menggelap. Kemudian lagi, orang ini juga adalah sosok yang berhasil mengalahkan Abbas sang pengendali mayat, seorang pemilik yang menempati posisi seratus besar. Su Jin punya segala hak untuk jadi arogan.
“Halo, Tuan Su. Aku adalah pemimpin Dewan Kegelapan, Satan!” ujar si pria tua kepada Su Jin dengan suara lantang.
“Satan? Nama sang Iblis? Pak tua ini punya penyakit chuunibyou yang serius.” Baik Su Jin maupun Situ Jin sama-sama tak bisa menahan diri untuk tersenyum. Mau ini adalah nama aslinya ataupun nama yang diberikan pada diri sendiri, yang mana pun tetap saja kedengaran aneh. Entah ada berapa banyak orang di belahan bumi Barat yang akan mendengus atau memutar mata mereka saat mendengar nama semacam itu
“Halo, Tuan Satan. Saya tak yakin kenapa Anda membawa orang sebanyak ini ke negara saya,” ujar Su Jin dengan nada serius.
“Aku kemari untuk satu alasan sederhana. Kuharap kau bisa bergabung dengan Dewan Kegelapan dan menjadi salah satu anggota kami,” jawab Satan.
Su Jin mengangkat sebelah alisnya. Dia tak menyangka akan dapat jawaban itu. Situ Jin berkomentar, “Mereka tak bisa mengalahkanmu, jadi mereka pun memintamu bergabung dengan mereka?”
“Jadi Anda berusaha menarikku ke dalam organisasi?” tanya Su Jin seraya tersenyum.
Satan ikut tersenyum dan berkata, “Aku takkan menganggapnya seperti itu. Kami tak tahu akan jadi seperti apa dunia ini di masa mendatang, dan aku yakin Tuan Su akan bisa melihat kalau cuma orang-orang seperti kita yang bisa menjadi pemimpin dunia, bukannya para manusia biasa. Kau sangat kuat – fakta bahwa kau berhasil membunuh Abbas adalah buktinya – dan aku tak mau melihat sosok hebat sepertimu mati dalam konflik. Jadi, bergabung dengan kami adalah pilihan terbaikmu.”
Su Jin melirik Tracy, yang berdiri persis di bagian belakang kelompok. Ujarnya tenang, “Aku tak yakin soal seberapa besar ketulusan kalian, terutama karena aku sudah membunuh ayah dari wanita itu. Nona Tracy, apa kau yakin kau tak punya rencana apa pun untuk balas dendam?”
Tracy agak bergidik dan memelototi Su Jin dengan sorot mata penuh dendam dan amarah, namun kata-katanya tenang dan acuh, “Akulah orang yang telah menyinggungmu lebih dulu dan ayahku mati karena ketidaktahuanku. Sejak awal semua ini adalah kesalahanku, jadi tak ada alasan bagiku untuk membalas dendam padamu.”
Plok plok! Su Jin bertepuk tangan untuk Tracy dan tertawa. “Haha! Sungguh menarik, sungguh amat menarik! Demi memperoleh lebih banyak kekuatan, kau bersedia menekan perasaanmu yang sebenarnya. Tapi Tracy, kupikir kau sudah lupa kalau sama sepertimu, aku punya psikokinesis. Dan bagi orang-orang seperti kita, sangat mudah untuk menemukan apa yang orang-orang lain pikirkan, kan?”
Sejenak Tracy kebingungan ketika dia menyadari secercah kecil kilau keperakan di bahunya. Ternyata Su Jin sudah membaca pikiran mereka sejak awal dan menemukan kalau orang-orang ini sama sekali tak berminat untuk merekrut dirinya. Mereka berusaha menipunya untuk memasuki kerangkeng yang telah mereka buat secara khusus untuknya. Mereka telah gagal untuk membunuhnya, jadi rencana mereka selanjutnya adalah mengurung dia untuk selamanya.
“Sudah cukup semua omong kosong ini! Cuma salah satu dari kita yang akan hidup untuk melihat hari esok! Antara Dewan Kegelapan atau aku!” ujar Su Jin tenang.