Buku Panduan Neraka - Chapter 309
Raja Iblis terperanjat. Dia sudah melihat kehebatan dari Tim Pisau Tulang. Tak ada pemilik yang bisa menyelamatkan seseorang dari Shen Wu lalu kabur tanpa terluka yang merupakan orang-orang tak berguna, dan fakta bahwa mereka telah mempertaruhkan nyawa mereka untuk membantu Su Jin berarti bahwa mereka memiliki hubungan yang amat dekat. Kenapa mereka malah bubar begitu saja?
“Lebih dari separuh anggota tim kehilangan nyawa mereka di Pulau Kesalahan. Bahkan jika kami tak bubar, tetap tak ada artinya meneruskan sebagai tim.” Suara Su Jin terdengar lirih dan dia merasa amat depresi.
Raja Iblis bisa mengerti. Sebelumnya dia sudah dengar tentang Pulau Kesalahan secara amat mendetil dari dewa-dewa lain, jadi tak mengejutkan kalau tim itu akan kehilangan begitu banyak orang di sana.
“Apa aku bisa tanya sesuatu padamu?” tanya Su Jin mendadak.
“Itu juga amat langka. Silakan tanya saja sesukamu. Aku akan jawab kalau bisa.” Sang Raja Iblis amat terkejut. Hubungan antara Raja Iblis dan Su Jin kini sudah berlangsung lama. Tanpa Su Jin, Raja Iblis pasti sudah binasa bersama dengan dunia kecil tempatnya berada, dan sama juga, tanpa bantuan Raja Iblis, Su Jin akan sudah mati di dalam Tantangan sejak lama.
Mereka berdua saling mewaspadai satu sama lain dan memiliki alasan bagus untuk demikian, tapi Su Jin benar-benar orang yang paling akrab dengan Raja Iblis. Saat ini Raja Iblis juga punya hubungan baik dengan Xu Ran, tapi dirinya memiliki hubungan yang jauh lebih baik lagi dengan Su Jin.
“Bagaimana… aku bisa menjadi dewa?” tanya Su Jin muram.
Sang Raja Iblis mengerjap kaget, kemudian terbahak. “HAHA! Menjadi dewa? Kukira kau tak peduli soal itu! Kenapa sekarang kau tiba-tiba ingin jadi dewa?”
“Aku ingin membangkitkan kembali anggota timku yang mati!” ujar Su Jin serta merta.
Raja Iblis menanggapi, “Ah, aku mengerti! Yah, memang benar kalau kau bisa membangkitkan orang mati setelah kau menjadi dewa, tapi tidak setiap dewa bisa melakukannya. Hanya dewa-dewa tingkat tertinggi yang punya kemampuan ini. Aku dulu memilikinya… tapi seiring dengan berlalunya eraku, aku tak lagi punya kemampuan ini.”
“Aku akan jadi dewa terkuat!” Su Jin amat percaya diri. Atau lebih tepatnya, dia harus sepercaya diri ini. Kalau dia ingin menghidupkan kembali anggota timnya, ini adalah satu-satunya cara.
Raja Iblis membisu sejenak sebelum menghela napas. “Sejujurnya saja, sejak saat aku membuat kesepakatan denganmu, aku punya firasat kalau… asalkan kau tak mati terlalu cepat dalam beberapa Tantangan, pada akhirnya kau akan memulai perjalananmu menuju tingkat kedewataan. Karena kau sudah tanya, maka aku takkan mengerjaimu seperti aku mengerjai Xu Ran. Aku akan memberitahumu terang-terangan – kau harus meneruskan dengan Buku Panduan. Kau baru bisa menjadi dewa setelah kau menghadapi berbagai ujian dan cobaan. Ini adalah jalan yang harus dilalui oleh setiap dewa.”
Su Jin agak terkejut. Dia memang sudah menerka sampai sejauh itu, tapi dia masih saja kaget ketika mendengarnya secara langsung dari Raja Iblis.
Tak peduli mau itu para dewa tua, dewa-dewa sekarang, ataupun dewa-dewa baru, mereka dulunya pernah menjadi pemilik Buku Panduan sebelum menjadi dewa. Dia masih tak yakin tentang apa yang sebenarnya terjadi di tengah-tengahnya, tapi bagian yang itu pasti benar.
“Terima kasih banyak,” Su Jin mengucap terima kasih setulus hati kepada Raja Iblis.
“Tak perlu. Kalau tak ada urusan lain, kututup. Banyak kegiatan yang mengantre untuk malam ini!” Sang Raja Iblis menutupnya bahkan tanpa menunggu tanggapan, disengaja untuk membuat Su Jin kesal.
Namun setelah dia menutupnya, Raja Iblis tidak benar-benar pergi untuk bermain seperti yang tadi dia kesankan. Dia duduk diam di kamarnya dalam waktu lama. Sebuah kilatan agresif melintas di matanya.
“Sudah dimulai… sudah dimulai!” gumam sang Raja Iblis.
Beberapa menit setelah Su Jin menutup teleponnya, telepon itu berbunyi lagi. Yang menelepon adalah Tang Ning. Jantung Su Jin sedikit berdebar da instingnya adalah untuk mengabaikan panggilan itu, tapi pada akhirnya dia mengangkatnya.
“Halo?” Suara Su Jin terdengar agak parau.
“Su Jin? Entah apa yang terjadi pada Ye Yun, tapi dia sama sekali tak mengangkat teleponku. Apa kau bisa beritahu dia kalau orangtuanya akan datang dua hari lagi dan dia harus menjemput mereka di bandara?” Tang Ning berkata pada Su Jin.
Su Jin membisu selama beberapa saat, dan Tang Ning mengira kalau sisi penerimanya gangguan atau semacamnya. Tapi sesaat kemudian, Su Jin berkata, “Tang Ning, apa sekarang kau ada waktu? Aku ingin bertemu.”
“Sekarang?” Tang Ning agak bingung.
“Iya, sekarang,” jawab Su Jin.
“Kalau begitu datanglah ke kantor. Aku masih kerja, tapi takkan terlalu lama. Aku juga tak boleh kerja terlalu larut,” ujar Tang Ning dengan suara lelah.
“Aku akan di sana sebentar lagi!” Su Jin menutup teleponnya. Sebuah kilau keperakan melingkupi tubuhnya, kemudian dia pun terbang ke langit. Dia tiba di kantor utama Langit Bintang dalam waktu kurang dari satu menit. Dia menutup pandangan semua orang yang ada di gedung itu dan terbang memasuki kantor Tang Ning lewat jendela.
Tang Ning sedang memijit matanya. Bertahun-tahun menangani dokumen dan menatap layar komputer telah memperburuk daya pandangnya. Diliriknya amplop manila di samping mejanya dengan kilas kesedihan di matanya.
“Tang Ning.” Suara Su Jin tiba-tiba terdengar dari belakangnya dan membuatnya terkejut. Ketika dia berbalik dan melihat kalau orang itu adalah Su Jin, Tang Ning berseru kaget, “Astaga! Padahal belum lewat dua menit sejak kita bicara di telepon tadi! Apa tadi kau sudah ada di lantai bawah?”
“Itu tak penting.” Su Jin menggelengkan kepalanya.
Sejenak Tang Ning kebingungan, kemudian tiba-tiba menatap syok pada Su Jin. “Tunggu… apa kau baru… apa kau masuk… dari jendela?!”
“Yap.” Su Jin mengangguk.
“Apa-apaan?! Ini kan lantai 19!” Mata Tang Ning selebar piring kecil. Gedung milik Langit Bintang ini tak terlalu tinggi di kota, namun sebuah bangunan berlantai 21 sama sekali bukan bangunan yang pendek, dan kantor Tang Ning sendiri ada di lantai 19. Wanita itu terus menatap syok pada Su Jin seraya berkata, “Aku memang sudah dengar dari Yun Tianye kalau kau adalah ahli sungguhan dalam seni beladiri, tapi aku tak menyangka… aku tak menyangka kalau tingkatanmu setinggi ini? Kungfu macam apa itu?! Sesuatu yang bisa membuatmu terbang?”
Su Jin tertawa dan mengangguk. “Bisa dibilang begitu!”
Tang Ning bisa melihat kalau Su Jin tak kelihatan terlalu gembira, jadi dia bertanya, “Ada apa? Kau kelihatan agak tidak gembira?”
“Memang benar. Terjadi beberapa hal dan beberapa teman dekatku sudah meninggal. Aku… merasa cukup sedih.” Su Jin menggaruk kepalanya dengan canggung.
Namun Tang Ning tersenyum sedih dan berkata, “Sebagian besar yang terjadi dalam hidup tak berlangsung seperti yang kau inginkan, jadi lihatlah sisi baiknya. Kau lebih beruntung dariku.”
“Apa maksudmu?” Su Jin bisa melihat kalau kata-kata Tang Ning mengisyaratkan sesuatu.
Tang Ning menggelengkan kepalanya dan memaksakan seulas senyum. “Bukan apa-apa. Omong-omong, kau mencariku karena urusan mendesak? Kurasa kau tak mengharapkan aku bisa menjadi terapismu atau sesuatu, kan?”
Su Jin tahu kalau Tang Ning sedang berusaha mengubah topik, jadi dia menggumam, “Maafkan soal ini,” ketika kilatan perak melintas di matanya dan dia memakai psikokinesisnya untuk memindai otak Tang Ning. Sekarang dia pun tahu kenapa Tang Ning tidak gembira.
“Kanker stadium akhir?” Su Jin juga kaget. Tang Ning menderita kanker stadium akhir. Tak pernah dia dengar Tang Ning membicarakan soal itu.
Tang Ning hanya melihat ada suatu cahaya melintas di mata Su Jin dan kemudian pria itu bisa mengungkap rahasianya. Dia berseru, “Kau… bisa baca pikiran?!”
“Tang Ning, kenapa kau tak beritahu kami soal ini?” tanya Su Jin.
Ekspresi Tang Ning berubah muram. “Saat ketahuan, sudah masuk stadium akhir, jadi apa gunanya memberitahu kalian? Aku cuma akan membuat semua orang sedih.”
“Tentu saja ada gunanya!” Su Jin mengambil Pil Penyembuh Serbagunanya dari Buku Panduan dan meletakkannya di hadapan Tang Ning. “Tang Ning, kau percaya padaku?”
“Duh! Aku sudah menitipkan biaomei-ku padamu. Memangnya aku bakal melakukannya kalau aku tak memercayaimu?” Tang Ning memelototi Su Jin.
Su Jin tersenyum. “Baguslah. Kalau begitu telan ini.”
“Apa… apa ini?” Tang Ning agak ragu, tapi tiba-tiba dia tak lagi merasa cemas ketika melihat betapa tulus raut wajah Su Jin. Dia tertawa merendahkan diri dan berkata, “Kemudian lagi, aku tak perlu takut. Toh aku sudah hampir mati.” Dia pun menelan pil itu.
Su Jin memberikan anggukan puas kepadanya, kemudian berkata, “Tadi kau meneleponku untuk menyampaikan pesan pada Ye Yun… takutnya untuk sementara waktu ini aku takkan bisa melakukannya.”
“Apa? Gadis itu sedemikian liarnya sampai-sampai bahkan KAU juga tak tahu di mana dia?” Mata Tang Ning melebar. Dia tak tahu harus bilang apa soal biaomei-nya ini. Sebelumnya, Ye Yun telah menghilang selama berbulan-bulan. Kemudian setelah kembali selama beberapa minggu, gadis itu sudah kabur lagi?!
Su Jin tak tahu bagaimana harus menjelaskan semuanya pada Tang Ning. Dia tak tahu kapan dirinya bisa menghidupkan Ye Yun kembali, dan akan terlalu sulit untuk menyembunyikan hal ini dari Tang Ning dalam waktu lama.
Dengan pemikiran itu, kilasan perak di matanya muncul kembali. Ujarnya pada Tang Ning, “Tang Ning, tatap aku.”
Tang Ning menatap lurus ke dalam mata Su Jin dan langsung tampak melamun. Beberapa detik kemudian, kilasan perak di mata Su Jin menghilang dan pria itu tersenyum pada Tang Ning. “Manajer Tang, itulah situasinya. Situasi keluarga saya saat ini agak sulit, jadi saya tak punya pilihan selain mengundurkan diri.”
Tang Ning terdiam sejenak, mengetukkan penanya beberapa kali ke meja, kemudian menghela napas sambil menggelengkan kepalanya. “Baiklah kalau begitu. Karena kau sudah memutuskan, maka Langit Bintang hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu di masa mendatang.”
Su Jin mengulurkan tangannya. “Terima kasih banyak, Manajer Tang. Kalau kelak ada kesempatan, saya harap… kita masih bisa bekerjasama.”
Dengan lapang dada Tang Ning menjabat tangan Su Jin seraya tersenyum. “Tentu. Kuharap juga begitu.”
Su Jin menarik tangannya, kemudian menggelengkan kepalanya dengan penuh sesal pada Tang Ning sebelum meninggalkan kantornya. Pada saat bersamaan, Su Jin membawa pergi laporan medis Tang Ning dan menghancurkan dokumen itu. Di dalam kantor, Tang Ning menggosok pelipisnya dengan perasaan lelah. Pengunduran diri seorang karyawan biasa tak berarti banyak bagi Langit Bintang, namun Su Jin adalah seseorang yang dia pikir punya potensi.
Su Jin merasa bersalah pada Tang Ning, tapi supaya semua orang bisa melanjutkan kehidupan mereka secara normal, dia telah memodifikasi ingatan wanita itu. Dia sudah menghapus semua ingatan Tang Ning tentang Ye Yun, dan pada saat bersamaan, dia telah meninggalkan sedikit pemicu psikokinesis. Sejak saat ini, siapa pun yang berinteraksi dengan Tang Ning, ingatan mereka tentang Ye Yun akan terhapus, asalkan mereka bukan pemilik. Hal itu termasuk juga orangtua Ye Yun.
“Aku sungguh minta maaf, tapi… mungkin melakukan ini akan membantu kalian semua menjalani kehidupan yang lebih bahagia.” Su Jin berjalan kian jauh. Dia tahu kalau ada banyak hal yang harus dia lakukan dan jalan panjang yang harus ditempuh. Jalan ini mungkin akan sulit, namun takkan pernah dia sesali.