Buku Panduan Neraka - Chapter 307
“Kesepakatannya sangat sederhana. Sejak saat ini, kita akan bekerjasama. Aku akan membawamu pergi dari pulau ini, tapi kau juga harus meminjamkan kekuatanmu padaku,” ujar Su Jin.
Chi Mei Wangliang tidak ragu-ragu dan menyetujuinya. “Kesepakatan yang sederhana, ya. Kalau begitu sepakat. Tapi jangan berani mencoba macam-macam, atau kau akan menyesalinya.”
“Tentu saja.” Su Jin mengangguk.
“Bos, kau sudah selesai bicara belum? Aku sudah hampir mati nih,” suara lemah Chu Yi terdengar. Dirinya tergeletak tak begitu jauh dari tempat Su Jin dan berlumuran darah. Tungkai-tungkainya telah terkoyak lepas, jadi kini dirinya tak lebih dari kepala dan badan.
Su Jin terperanjat. Sebelumnya dia telah tenggelam dalam duka dan tak memerhatikan hal lain di sekitarnya. Dia sudah lupa kalau Chu Yi masih ada di sini.
“Chu Yi! Kau baik-baik saja?!” Su Jin bergegas lari menghampiri Chu Yi.
Chu Yi balas memelototi Su Jin dan menghela napas. “Lihat aja kondisiku sekarang. Apa aku kelihatan baik-baik saja?”
“Tak bisa kupercaya kau belum mati kehabisan darah dengan luka seperti itu.” Su Jin sangat terkejut. Kalau dipikir secara logis, saat ini Chu Yi seharusnya sudah mati kehabisan darah akibat luka separah itu.
“Sebenarnya aku harus berterima kasih pada si Miyamoto Tooru itu untuk hal ini. Dia sepertinya bertekad menyiksaku, jadi setiap kali pedangnya memotong tubuhku, dia menyegel pembuluh darahku. Kalau tidak, aku pasti sudah mati sejak lama.” Chu Yi menatap sedih pada jenazah Ye Yun dan Kano Mai. Dia berharap dirinyalah yang mati saja sebagai gantinya.
Su Jin menghela napas dan mereka pun sama-sama membisu ketika kesedihan melanda. Namun beberapa saat kemudian, Su Jin berkata, “Jangan khawatir, aku akan menghidupkan mereka kembali. Aku bersumpah!”
“Menghidupkan mereka kembali?” Chu Yi bisa mendengar apa yang tadi Su Jin katakan, tapi dia tak bisa mendengar perkataan Chi Mei Wangliang, jadi dia tak tahu kalau dewa memiliki kekuatan untuk mengubah Buku Panduan dan membangkitkan orang mati.
“Aku harus menjadi dewa! Chi Mei Wangliang memberitahuku bahwa asalkan aku menjadi dewa, aku akan dapat kesempatan untuk membangkitkan mereka,” ujar Su Jin.
Sorot mata Chu Yi berbinar dan dia pun mengangguk kuat-kuat. Su Jin berusaha menggendongnya namun Chu Yi menggelengkan kepala dan menolak. Dia merasa kalau dirinya adalah beban, jadi jika Su Jin menggendongnya, dia cuma akan menyusahkan Su Jin.
“Omong kosong apa itu! Apa kau pikir aku akan meninggalkanmu begitu saja di sini? Selain itu, sekarang aku dapat bantuan dari Chi Mei Wangliang, jadi kita pasti akan selamat di pulau ini,” ujar Su Jin seraya menepuk-nepuk bahu Chu Yi.
Chu Yi melirik Pedang Sakura Darah. “Kurasa lengan Miyamoto Tooru itu bukan lengannya sendiri. Apa pedang inilah yang memberi dia lengan itu?”
“Benar. Pedang Sakura Darah tak sekuat aku, tapi tetap saja sangat kuat. Asalkan dia diberi waktu yang cukup, suatu hari kelak dia akan mencapai tingkatanku.” Mata Su Jin berubah menjadi buram ketika Chi Mei Wangliang memakai tubuh Su Jin untuk bicara pada Chu Yi. Dia tak keberatan menunjukkan dirinya sendiri di hadapan Chu Yi.
“Kalau begitu, apa aku bisa memakai kekuatannya? Setidaknya aku akan bisa bergerak sendiri di pulau ini,” ujar Chu Yi seraya menatap Su Jin.
“Tentu saja. Anggap itu sebagai kompensasi karena tak bisa memenuhi bagianku dalam kesepakatan!” Su Jin berjalan menghampiri pedang itu dan memakai Chi Mei Wangliang untuk menyentuh pelan pedang tersebut.
Karat pada bilah Pedang Sakura Darah langsung rontok dan pedang itu pun kembali menjadi merah cerah. Pedang itu langsung melayang di tengah udara begitu segel yang menyelimutinya lepas.
“Chi Mei Wangliang, kau sudah menang!” Suara Pedang Sakura Darah menggema di dalam kepala Su Jin dan kedengaran sangat geram.
“Itu tidak penting. Pedang Sakura Darah, aku akan memberimu kesempatan. Jadilah rekan orang ini dan setidaknya dia akan bisa membawamu pergi dari pulau ini. Kau akan bisa meninggalkan sepetak tanah mati yang terbengkalai ini,” ujar Chi Mei Wangliang lewat Su Jin.
Si pedang meragu sejenak. “Kau cuma ingin memakai kekuatanku untuk memulihkan tubuhnya, kan?”
“Itulah harga yang harus kau bayar. Kau harus paham bahwa harga yang kau bayar setara dengan upah yang kau terima. Budak pilihanmu sudah mati, jadi kau bisa pilih untuk menjadi rekannya atau… kau bisa tetap tinggal di pulau ini,” ujar Chi Mei Wangliang.
Pedang Sakura Darah tak punya banyak pilihan. Sebenarnya, dia cuma mencari seseorang untuk membawanya pergi dari pulau ini. Mulanya dia memilih Miyamoto Tooru cuma karena sebelumnya pria itu berada paling dekat dengannya.
“Baiklah kalau begitu, sekarang kau adalah budakku!” Pedang Sakura Darah mengumumkan dengan bangga ketika dia melayang ke arah Chu Yi.
Chu Yi tertegun sejenak sebelum memprotes, “Aku tak mau jadi budakmu!”
Pedang Sakura Darah tak menyangka mendapat penolakan itu. Suara Chi Mei Wangliang pun menggema kembali, “Kubilang, kau akan menjadi rekannya, jadi kalian setara, bukan majikan dan budak!”
“Mustahil! Aku adalah Pedang Sakura Darah! Bagaimana bisa seorang manusia biasa berdiri sejajar denganku?!” cibir si pedang.
Chi Mei Wangliang menatapnya dan berkata dingin, “Sosok yang membuat kita berdua dulunya juga adalah manusia biasa, dan seperti yang sebelumnya sudah kukatakan, kau tak punya pilihan kecuali kau memilih untuk tinggal di sini. Kau putuskanlah.”
Pendar semerah darah pada bilah pedang itu berkedip sejenak, tapi akhirnya dia pun menyerah. “Baiklah, untuk sementara waktu aku akan menyetujuinya.”
Chi Mei Wangliang tak melanjutkan bicaranya, sementara Chu Yi tak lagi memprotes karena Pedang Sakura Darah bersedia menjadi rekannya dan bukan majikannya.
Pedang Sakura Darah mengirimkan pancaran cahaya merah ke arah Chu Yi yang berubah menjadi keempat tungkainya, memberinya tangan dan kaki yang menyerupai tangan dan kaki iblis. Tapi Chu Yi tak keberatan. Asalkan dia bisa kembali ke Domain Neraka Pribadinya, dia bisa memulihkan kembali tubuhnya.
Chu Yi berdiri, menggenggam pedang itu dan mengangguk puas. Dia dan Su Jin pun lanjut menggendong Kano Mai dan Ye Yun. Mereka tak mau meninggalkan kedua wanita itu di sini begitu saja.
Dengan Chi Mei Wangliang serta Pedang Sakura Darah, sekarang pulau ini pun tak lagi membahayakan bagi mereka, kecuali si harimau dan si badut berusaha menyerang mereka. Namun kemungkinan terjadinya hal itu tidak tinggi.
Mereka berdua berhasil tiba di pantai tanpa kesulitan, hanya untuk mendapati bahwa tak ada satu orang pun di sini. Su Jin dan Chu Yi sama-sama menghela napas. Pulau ini sungguh berisi terlalu banyak bahaya. Kemungkinan bagi ke-36 pemilik selamat semua nyaris 0. Tetapi mungkin saja beberapa di antaranya telah memilih untuk menyembunyikan diri dan tidak pergi menuju pantai.
Sekali lagi malam datang dan mereka pun lanjut menunggu. Akhirnya, beberapa orang muncul dalam penglihatan mereka. Yang datang adalah kelompok yang terdiri dari tujuh orang, namun mereka tampak sangat panik karena ada seekor harimau raksasa ganas berada tepat di belakang mereka.
“Sial!” Su Jin langsung bangkit berdiri dan berniat lagi menghampiri untuk membantu mereka, namun Chi Mei Wangliang berkedip samar dan Su Jin jadi tak bisa bergerak sama sekali.
“Jangan pergi ke sana. Yang di sana itu adalah Dewa Hewan Buas dan tidak kalah kuat dariku. Orang-orang itu adalah mangsanya, jadi kalau kau menghampiri mereka, kau akan terlibat dalam pertarungan dengan harimau itu dan aku takkan bisa melindungimu,” Chi Mei Wangliang memperingatkan Su Jin.
Sementara mereka bicara, si harimau telah menyapu ketujuh orang itu ke dalam mulutnya. Potongan-potongan anggota tubuh dan teriakan bercampur baur ketika si harimau menelan mereka semua.
Su Jin dan Chu Yi sama-sama merasa agak sedih. Bagaimanapun juga, orang-orang itu adalah para pemilik seperti mereka. Namun, mereka sudah dilahap hanya dalam hitungan detik.
Persis pada saat itulah, sosok lain muncul dari arah berbeda. Sosok itu juga membawa orang lain di punggungnya. Su Jin memicingkan matanya untuk melihat dan matanya pun berkilat. Orang itu adalah Situ Jin dan Bo Ya.
Si Dewa Hewan Buas menyadari keberadaan Situ Jin pada saat bersamaan dan melompat ke arahnya. Situ Jin akan menjadi cemilan yang lezat.
Namun Su Jin mengeluarkan raungan marah dan memelesat lari, mengabaikan peringatan Chi Mei Wangliang. Chu Yi juga menerjang ke arah si Dewa Hewan Buas dengan Pedang Sakura Darah di tangannya. Mereka berhasil menghentikan harimau itu sebelum berhasil mendapatkan Situ Jin.
Si Dewa Hewan Buas menunduk menatap kedua pria tersebut dengan sorot merendahkan dan mendengus. “Minggir! Chi Mei Wangliang telah memilihmu, jadi aku takkan membunuhmu. Tapi kalau kau berani menghalangiku memburu mangsaku, itu sama saja dengan menyatakan perang terhadapku!”
“Mereka cuma dua orang pemilik, jadi bukan apa-apa bagimu. Bagaimana kalau kau melepaskan saja mereka?” Suara Chi Mei Wangliang berkumandang. Karena Su Jin telah bersikeras untuk menyelamatkan Situ Jin, Chi Mei Wangliang harus membantu Su Jin, kalau tidak dia akan kehilangan kesempatannya meninggalkan pulau ini. Siapa yang tahu berapa lama lagi waktu yang dibutuhkan sebelum kumpulan pemilik lain datang ke pulau ini?
“Humph! Karena kau cuma benda, kau dapat kesempatan untuk meninggalkan pulau ini. Tapi aku tak punya kesempatan itu! Bagiku, kenikmatan terbesarku adalah melahap manusia-manusia ini! Mereka lezat sekali! Dan sekarang kau coba-coba menghentikanku?!” raung si harimau murka.
“Dewa Hewan Buas yang agung! Mari kita buat kesepakatan!” seru Su Jin tiba-tiba.
Si Dewa Hewan Buas melontarkan tatapan merendahkan pada Su Jin, tapi keberanian Su Jin sepertinya telah menarik minatnya. “Kesepakatan? Kecepakatan macam apa?”
“Kalau aku menjadi dewa, aku akan membebaskan pulau ini dan aku akan memulihkan kebebasanmu!” seru Su Jin lantang.
Si Dewa Hewan Buas sejenak terkejut mendengar kata-kata ini sebelum tawanya meledak. “Kau? Seorang manusia biasa? Apa menurutmu menjadi dewa itu mudah sekali? Dari semua pemilik Buku Panduan, kesempatan untuk menjadi dewa itu kurang dari 10%!”
“Aku pasti akan masuk ke dalam yang 10% itu!” ujar Su Jin tanpa ragu.
Si Dewa Hewan Buas melihat kepercayaan diri dan tekad di mata Su Jin, dan tiba-tiba merasa kalau sepertinya kata-kata manusia ini bisa dipercaya. Dia melirik Situ Jin yang depresi dan tiba-tiba berbalik pergi.
“Anak muda, camkan kata-katamu itu!” Suara si Dewa Hewan Buas menggema lantang, namun dirinya sudah pergi cukup jauh.
Su Jin menghembuskan napas lega. Seperti perkataan Chi Mei Wangliang, kalau mereka sampai bertarung, maka dia dan Chu Yi pasti akan mati, bahkan meski Chi Mei Wangliang tidak takut pada si harimau. Situ Jin juga akan binasa, jadi membereskan masalah ini secara damai adalah satu-satunya cara supaya mereka semua bisa keluar hidup-hidup dari situasi ini.
“Situ, kau baik-baik saja? Apa yang terjadi pada Kak Bo Ya?” tanya Chu Yi lirih ketika dia menghampiri Situ Jin.
Situ Jin mendongakkan kepalanya dengan ekspresi wajah linglung. Akhirnya dia menyadari kalau orang-orang yang berdiri di depannya adalah Su Jin dan Chu Yi. Bibirnya amat kering dan pecah-pecah, mulutnya berlapis sel kulit mati.
“Su Jin… Bo Ya… sudah mati….” Maju selangkah saja sepertinya sudah menguras semua tenaga Situ Jin, dan kemudian dia terhuyung.
Chu Yi dan Su Jin buru-buru menangkapnya. Pada saat bersamaan, kini mereka bisa melihat jelas Bo Ya yang sudah tak bernyawa di punggungnya.