Buku Panduan Neraka - Chapter 305
Kelima pemuja Raja Iblis mengepung Miyamoto Tooru, kemudian menepukkan tangan mereka. Sebilah pisau tulang muncul di udara. Pemimpin mereka menyambar pisau itu dan mengayunkannya, serta merta membunuh empat orang lainnya.
Miyamoto Tooru tampak agak kaget, seakan dia tak menyangka kalau ada seorang pun di dalam kelompok ini yang akan membunuh rekan-rekannya sendiri. Namun keempat pengikut yang terbunuh berubah menjadi kepulan kabut hitam yang berkumpul pada bilah pisau tulang.
“Pedang Sakura Darah, kau mungkin adalah benda terkuat di pulau ini selain Ci Mei Wangliang, tapi… pisau tulang pemberian dewa kami juga tidak lemah. Hari ini aku akan mencari tahu apakah kau yang lebih kuat atau pisau tulang dewakulah yang lebih kuat!” ujar satu-satunya pemuja yang tersisa seraya mengacungkan pisau itu.
Miyamoto Tooru sudah hendak bicara ketika dia merasakan tubuhnya bergetar hebat. Warna semerah darah di matanya menggelap dan dia berkata, “Kalau dewa yang memberikan pisau ini padamu berniat menyerangku dengan pisau itu, aku takkan punya pilihan selain mundur. Tapi kau? Mimpi!”
Bakan meski keliatan seperti Miyamoto Tooru-lah yang bicara, si pemuja tahu kalau yang sebenarnya mengendalikan tubuh ini adalah pedang yang digenggam pria itu.
“Aku takkan kalah tanpa bertarung!” Tampak kilatan sinting di mata si pemuja. Dia adalah pemuja dari Raja Iblis, sesosok dewi yang tak punya batasan dan tak peduli pada apa pun di dunia, jadi dia juga tak ada bedanya.
Klang! Suara pisau mengenai sesuatu bergema ketika dia memakai pisau itu untuk memotong pepohonan yang mengelilingi mereka. Pohon-pohon kuno itu begitu lebar sampai-sampai butuh beberapa orang untuk berdiri mengelilingi batang dan memeluknya. Namun, semuanya terpotong dengan mudah dan meledak di udara.
“Jurus rendahan!” Miyamoto Tooru mendengus. Dia menghunus pedangnya dan seberkas cahaya merah melayang keluar, menghadang serangan apa pun yang dihasilkan oleh pisau tulang. Tak satu pun dari serangan-serangan itu yang bisa mendekatinya.
Si pemuja agak tercengang. Dia merasa geram, tapi harus diakuinya bahwa setelah Pedang Sakura Darah mengambil alih raga manusia biasa ini, pedang tersebut mampu menghasilkan kekuatan yang jauh lebih besar darinya.
“Keempat saudaraku telah mengorbankan diri mereka sendiri, jadi apa pun yang terjadi… aku harus melakukan ini demi Raja Iblis yang perkasa!” Si pemuja mengeluarkan raungan sinting, kemudian menerjang ke arah Miyamoto Tooru dengan pisau teracung tinggi-tinggi.
“Dasar tolol! Perbedaan dalam kekuatan kita sangat besar! Apa kau kira kau bisa mengatasinya hanya dengan tak merasa takut mati?!” Miyamoto Tooru tersenyum tak berperasaan ketika dia berlari ke arah si pemuja dengan menghubus pedangnya. Dua bilah senjata itu pun berbenturan di tengah-tengah padang hampa.
KLANG! Dalam sekejap kedua senjata itu berbenturan, medan energi meledak, mengubah semua pohon dan lainnya menjadi abu. Si pemuja juga meledak, hanya meninggalkan pisau tulang yang melayang-layang di udara. Tetapi sebelum pisau tulang itu bisa mendarat ke tanah, sebuah retakan muncul di udara dan mengambilnya.
Miyamoto Tooru menatap onggokan daging yang dulunya adalah si pemuja dan mendengus. “Jadi, ternyata kau bukannya tak takut mati. Kau punya tubuh yang tak bisa mati dan pada akhirnya akan hidup kembali.”
Sisa-sisa tubuh si pemuja perlahan merayap di tanah, yang merupakan tanda bahwa tubuh ini bisa meregenerasi dirinya sendiri. Miyamoto Tooru bisa memastikan kalau oran ini tak bisa lagi beregenerasi, tapi hal itu akan butuh waktu lama.
“Sial, tubuh ini cuma ingin membalas dendam. Kalau aku tak membiarkannya melakukan keinginannya, takutnya lain kali dia akan memberiku masalah.” Miyamoto Tooru menggelengkan kepalanya dengan kesal, kemudian mengabaikan si pemuja yang perlahan beregenerasi dan berlari ke arah perginya para anggota Tim Pisau Tulang.
Sementara berlari, kesadaran Miyamoto Tooru perlahan mulai pulih, dan warna merah darah di matanya dengan cepat memudar. Pedang Sakura Darah telah mengembalikan kendali tubuh itu kepadanya untuk sementara.
“Terima kasih, Tuan!” Miyamoto Tooru mengucap terima kasih penuh hormat kepada pedang itu dan pedang itu pun berdengung sebagai tanggapannya.
Dengan bantuan dari pedang itu, Miyamoto Tooru bisa berlari amat sangat cepat. Dirinya juga seorang mahaguru, jadi tak peduli siapa pun yang lebih dulu bertemu dengannya, mereka bakal mati.
Dalam waktu singkat, Miyamoto Tooru bisa merasakan seseorang berlari di depannya cengir girang muncul di wajahnya ketika dia tiba-tiba meningkatkan kecepatannya dan menyusul orang itu. Orang itu ternyata Kano Mai.
Saat Kano Mai mendapati kalau Miyamoto Tooru sudah menyusulnya, sorot matanya menampakkan keputusasaan. Menilik dari situasinya, tak mungkin dia bisa lolos hidup-hidup dari masalah ini. Tak mungkin dia bisa mengalahkan pria itu.
“Nah, apa kau sudah siap untuk menyerah dan menunggu kematian menghampirimu?” Miyamoto Tooru tersenyum dingin kepadanya. Sebenarnya, orang yang paling dibencinya bukan Su Jin, melainkan Kano Mai.
Dia selalu merasa kalau semuanya berawal dari penolakan Kano Mai terhadap pendekatannya, dan yang lebih parahnya, wanita itu juga membawa serta Su Jin untuk mempermalukannya. Kano Mai-lah biang keladinya. Jika bukan karena wanita itu, dia akan tetap menjadi jenius super dari Keluarga Miyamoto yang menikmati hidupnya sendiri, tak seperti kondisinya sekarang yang harus mencemaskan soal mati di dalam Tantangan satu kali tiap bulannya.
Kano Mai menarik napas dalam-dalam. Dia tahu kalau Miyamoto Tooru benar-benar membencinya. Dan mungkin kebencian itu tidak salah. Jika bukan karena dirinya, tak satu pun dari hal ini yang akan terjadi pada pria itu. Namun Miyamoto Tooru bukan satu-satunya korban, dan pria itu toh bukannya tak punya pilihan untuk mundur. Miyamoto Tooru telah memilih bertarung sampai mati melawan Su Jin.
“Ini toh cuma kematian. Tapi apa kau mengira kalau ketidakbahagiaanmu benar-benar karena aku?” Kano Mai tak beranggapan kalau dirinya bisa bertahan hidup, jadi dia sudah menyerah untuk berusaha. Tetapi dia berharap bisa mengulur waktu Miyamoto Tooru selama mungkin, berharap bisa memperoleh lebih banyak waktu untuk anggota timnya yang lain supaya bisa kabur. Bahkan satu menit lebih lama juga akan berguna.
Miyamoto Tooru tak bicara. Dia hanya mencengkeram pedangnya sedikit lebih erat dan memelotot lebih agresif kepada Kano Mai.
“Miyamoto Tooru, tanyalah pada nuranimu sendiri! Kalau kau tak tamak akan kekayaan dan status Keluarga Kano, akankah semuanya jadi seperti ini?” tanya Kano Mai dengan suara sendu.
Miyamoto Tooru mengernyit sedikit seraya mendengus. “Kuakui kalau aku memang menginginkanmu, tapi memangnya aku salah? Yang terkuat harus memiliki yang terbaik.”
“Yang terkuat?” Tiba-tiba tawa Kano Mai meledak. “Kau pikir kau kuat? Kalau Tantangan ini tak menekan kekuatan kita, Jin takkan jadi satu-satunya orang di dalam tim yang akan bisa membunuhmu.”
“Itu tak ada hubungannya denganku! Kano Mai, aku tahu apa yang berniat kau lakukan. Aku tahu kalau kau berusaha mengulur waktu!” ujar Miyamoto Tooru dingin ketika dia mengangkat pedangnya. “Maaf saja, masih ada orang-orang lain yang perlu kubunuh, jadi aku tak punya waktu untuk mengobrol denganmu.” Dengan kata-kata itu, dia pun mengayunkan pedangnya ke bawah.
Persis pada saat itulah, dua sosok memelesat keluar dari samping. Ye Yun menendang punggung Miyamoto Tooru. Gadis itu tak sekuat Miyamoto Tooru, tapi dia sendiri berada di tingkat ahli. Serangan mendadak yang tak terduga ini membuat Miyamoto Tooru sedikit kehilangan keseimbangannya.
Sementara itu, sosok lainnya meninju rusuk Miyamoto Tooru. Tinjuan ini sama kuatnya dengan ledakan, dan itu karena Chu Yi telah menelan sebutir pil penguat sebelum melontarkannya.
“Kak Mai, kau tak apa-apa?” Tubuh Chu Yi sedikit bergetar. Itu adalah tanda-tanda kalau tubuhnya telah menyarangkan serangan yang terlalu besar untuk ditanganinya. Namun kalau dia ingin menyelamatkan Kano Mai, dia tak punya pilihan lain.
“Apa yang kalian berdua lakukan di sini?” Kano Mai tertegun. Dia tak menyangka kalau Ye Yun dan Chu Yi bisa muncul. Dia sangat terharu, namun sama sekali tak merasa senang. Karena itu berarti bukan cuma dia seorang yang akan mati – mereka bertiga kini sudah tamat.
“HA! Kalian malah mendatangiku! Dasar bodoh!” Miyamoto Tooru menjulurkan tungkai-tungkainya dan merasa amat sangat nyaman. Kalau saja serangan Chu Yi dan Ye Yun mengenai orang biasa, saat ini orang itu akan sudah remuk. Tapi Miyamoto Tooru cuma merasa seperti digelitik.
“Aku tak peduli soal… pedang apalah itu yang kau bawa! Takkan kubiarkan kau mengganggu Kak Mai-ku!” Chu Yi mengayunkan tinjunya dengan marah.
“Oh? Kalau begitu aku takkan mengganggu dia, aku akan mengganggumu saja.” Dia melancarkan tendangan tanpa memakai sedikit pun kekuatan yang diberikan Pedang Sakura Darah kepadanya. Dia memakai kemampuan serta kekuatannya sendiri sebagai seorang mahaguru untuk menyerang Chu yi karena dia merasa kalau melakukannya membuatnya lebih bersemangat. Dia akan menyiksa para anggota Tim Pisau Tulang dan membuat Su Jin tenggelam dalam kesengsaraan!
Sementara itu, Su Jin sudah berhenti berlari. Dia duduk bersila di tanah dan memejamkan matanya. Dia tahu kalau tak ada gunanya kalau terus berlari. Kalau terus begitu, semua orang pada akhirnya akan mati di tangan Miyamoto Tooru. Kalau dia ingin membalikkan keadaan, hanya ada satu jalan untuk melakukannya.
“Bukankah kau mendambakan kehidupan? Bukankah kau juga ingin meninggalkan Pulau Kesalahan ini? Juga, aku tahu tentang betapa kau berharap bisa memakai psikokinesis untuk melatih dirimu sendiri! Jadi, datanglah padaku! Aku bisa memberikan semuanya kepadamu, asalkan kau meminjamkan kekuatanmu padaku!” Su Jin tak mengucapkan satu pun dari kata-kata ini secara lantang. Dia hanya terus memanggil dalam batin. Dia tak yakin apakah hal ini akan berhasil, tapi dia harus mencobanya.
Satu menit berlalu, kemudian dua, lalu tiga…. Panggilan-panggilan Su Jin tampaknya tak berguna dan dia sudah nyaris menyerah ketika merasakan suatu suara memasuki kesadarannya.
Dia bahkan tak berani bernapas terlalu keras. Dia mendengarkan suara itu dengan seksama dan akhirnya bisa mendengar apa yang dikatakannya.
“Kalau kau menginginkan kekuatanku, kau tetap harus membayar harganya. Aku menginginkan tubuhmu dan aku ingin kau… menjadi budakku!”
“Jadi itu yang kau mau?” Su Jin menghembuskan napas lega dan berkata tanpa ragu, “Akan kuserahkan semuanya padamu!”
“Sepakat!”
Segera setelahnya, seberkas cahaya menyorot ke arah Su Jin dan melayang-layang di udara di depannya. Benda itu adalah sebuah busur panjang, Chi Mei Wangliang, salah satu dari karakter paling kuat di pulau!
Su Jin menggenggam Chi Mei Wangliang dan energi pun mengalir ke dalam kesadarannya. Dia tahu kalau energi itu berasal dari Chi Mei Wangliang. Busur itu menguasai tubuhnya.
Beberapa saat kemudian, mata Su Jin membuka kembali. Matanya tak lagi terbagi menjadi bagian hitam dan putih melainkan hanya satu warna yang keruh.
“Pedang Sakura Darah, huh.” Su Jin merenggangkan lengannya, kemudian memelesat ke udara dan meluncur ke tempat Miyamoto Tooru berada.
Pada saat ini, Chu Yi telah kehilangan keempat tungkainya dan terbaring seperti karung di tanah. Wajah Ye Yun juga berlumuran darah. Hingga saat ini, Miyamoto belum memakai kekuatan dari Pedang Sakura Darah dan bertarung melawan mereka dengan tak lebih dari kehebatannya sebagai mahaguru. Dan pada akhirnya… perbedaan antara mereka dan Miyamoto Tooru sungguh terlalu besar untuk mereka atasi. Tak peduli mau Ye Yun yang tingkat ahli ataupun Chu Yi yang telah diperkuat dengan obat, mereka sama sekali tak mampu melawannya.
“Baiklah sekarang, aku sudah selesai bermain-main dengan kalian. Sekarang saatnya untuk mati!” Wajah Miyamoto Tooru menampakkan senyum santai ketika dia mengangkat pedangnya dan mengarahkannya pada Ye Yun.
Ye Yun memejamkan matanya dan bersiap untuk mati, tapi tiba-tiba, sebuah pilar kabut kelabu meluncur masuk dari kejauhan, menghalangi serangan Pedang Sakura Darah.