Buku Panduan Neraka - Chapter 303
Miyamoto Tooru bagaikan serigala kelaparan ketika dia mulai bertarung melawan semua makhluk lain yang ada di rawa. Dia adalah seorang mahaguru, jadi dia mampu mengalahkan bahkan monster-monster yang sangat kuat. Monster-monster di sini bukan cuma monster yang menyerupai manusia, tetapi kesemuanya juga adalah ahli dalam pertarungan.
“Bunuh! Bunuh! Bunuh!!!” Miyamoto Tooru mengosongkan pikirannya sepenuhnya dan satu-satunya pemikiran yang tersisa adalah melibas semua yang ada di hadapannya serta berubah menjadi budak dari pedang semerah darah itu, demi melayani pedang itu selamanya.
Pedang itu terus bergetar sementara semua makhluk terlibat dalam pertarungan, seolah sangat kegirangan. Tulang-belulang tempatnya bertengger rontok berjatuhan karena getaran kerasnya.
Pedang itu berpendar terang ketika terbang memutari medan tempur untuk memilih yang paling dia sukai. Pada saat ini, Miyamoto Tooru terbaring di tanah dan kedua lengannya telah putus, tapi dia tak mau berhenti bertarung. Ada seonggok daging di mulutnya yang dia sendiri tak tahu dari mana dia mengoyaknya.
Ketika pedang semerah darah itu memutari Miyamoto Tooru, tiba-tiba pedang itu berdengung keras. Pedang itu amat sangat kegirangan dan tampaknya telah menemukan budak yang sempurna baginya.
“Aku! Kau sudah memilihku! Aku!!” Seulas senyum sinting menyebar di wajah Miyamoto Tooru. Dia tahu kalau pedang itu telah memilih dirinya.
Pedang itu tiba-tiba terbang ke udara dan mengoyak udara. Makhluk-makhluk yang terlibat dalam pertarungan pun terpotong jadi dua di bagian pinggang, menyebabkan darah dan organ-organ dalam tumpah ke mana-mana. Beberapa makhluk yang cukup tangguh masih mampu bergerak dan merayap melewati lumpur, namun pedang itu kembali memotong udara, dan kali ini, semua makhluk itu pun mati. Tinggal Miyamoto Tooru yang masih terbaring bernyawa di tanah.
Dia terengah berat ketika berusaha bangkit mati-matian, berayun goyah ketika bergerak semakin dekat pada pedang itu lalu berlutut pada satu kaki.
“Tuanku!” ujar Miyamoto Tooru tanpa ragu.
Pedang itu tampak sangat puas, dan dua pancaran cahaya merah menyorot keluar dari bilahnya. Cahaya itu menyentuh tempat lengan Miyamoto Tooru telah lenyap dan dengan cepat berubah menjadi sepasang tangan semerah darah.
Urat-urat hitam menjulur di sepanjang lengannya, dan kedua tangannya seperti cakar-cakar iblis. Miyamoto Tooru kegirangan ketika menatap kedua lengan barunya lalu meraih pedang itu.
Pedang itu mendengung keras, dan suara yang telah Miyamoto Tooru dengar ketika dia pertama kali tiba di tempat ini bergema di dalam kepalanya.
“Bawa aku kembali! Bawa aku kembali ke dunia nyata! Bawa aku pergi dari Pulau Kesalahan ini!”
“Keinginan Anda adalah perintah saya, Tuanku!” Miyamoto Tooru mengangguk samar. Ada seulas senyum ganjil di bibirnya.
****
“Jin?”
“Kakak Su!”
Kano Mai dan Ye Yun mendapat kejutan menyenangkan. Mereka tak menyangka kalau gemerisik yang mendekati mereka ternyata adalah Su Jin.
“Ye Yun! Mai!” Su Jin sama gembiranya. Dia telah bergerak menuju pantai bersama kelima pemuja Raja Iblis, hanya untuk menemukan perangkap buatan manusia. Perangkap itu dibuat bukan untuk berburu dan kelihatan lebih seperti semacam sistem peringatan. Su Jin menerka bahwa sebagian besar makhluk di pulau ini takkan melakukan hal semacam itu dan lebih besar kemungkinan kalau para pemiliklah yang memasangnya, makanya dia menghampiri untuk memeriksa.
Dia punya lima orang pertarung hebat dalam timnya, jadi makhluk apa pun yang perlu memasang perangkap semacam itu takkan menjadi ancaman baginya. Tapi dia juga tak menyangka akan menemukan Ye Yun dan Kano Mai.
“Hati-hati, kalian berdua! Yang ada di belakang dia itu monster!” seru Ogawa Hideko ngeri. Dua pemilik lain yang bersamanya juga tampak sama ngerinya. Ye Yun dan Kano Mai segera jadi was-was. Tak mengejutkan kalau makhluk-makhluk seperti pengubah bentuk ada di pulau ini.
Ketika Su Jin melihat reaksi mereka, dia pun buru-buru menjelaskan, “Jangan cemas! Mereka adalah para pemuja Raja Iblis! Aku sudah menemukan mereka dan asalkan kita bisa kembali, Raja Iblis yang perkasa akan menyambut mereka!”
Ye Yun dan Kano Mai agak tercengang. Mereka tahu semua hal tentang Raja Iblis, karena Dewa Tua itu telah membantu menyelamatkan Ye Yun, dan sebelumnya Ye Yun juga sudah pernah bertemu dengan Raja Iblis. Jadi, ketika Su Jin menyebutkan tentangnya, mereka langsung tahu kalau ini adalah Su Jin yang asli.
“Utusan Agung, apa mereka juga sesama orang percaya?” tanya pemimpin para pemuja.
Su Jin mengangguk. “Benar. Mereka dikirim ke pulau ini bersamaku. Tapi Raja Iblis nan perkasa tak memberitahu mereka kenapa mereka harus datang kemari, karena ada begitu banyak tokoh hebat di sini. Beliau cemas kalau-kalau sampai terjadi kesalahan dan yang lainnya menemukan tentang misi kami, kami akan menarik masalah yang tidak diperlukan.”
Kelima pemuja itu mengangguk dan menerima penjelasan tersebut. Mereka mulai memuji Raja Iblis karena memiliki pandangan ke depan yang luar biasa dan juga terus-terusan mengucap terima kasih kepada para pemilik lainnya karena telah menjadi pengikut yang begitu setia dan pemberani. Para pemilik itu dibuat amat kebingungan.
Su Jin melontarkan lirikan ke arah Kano Mai, dan yang bersangkutan segera menarik para pemilik lain ke samping. Mai berbisik pada mereka, “Aku tak yakin apa persisnya yang telah terjadi, tapi ketua timku mungkin telah berhasil mengendalikan kelima monster itu dan kalian cuma perlu mengikutinya saja.”
“Tapi mereka itu monster… kami cuma perlu mengikutinya? Lantas… kalau dia sampai melakukan kesalahan, bukankah kita….” Ogawa Hideko bergidik. Dia jelas-jelas tak percaya kalau Su Jin akan bisa mempertahankan kendali atas monster-monster ini dalam waktu lama.
Kano Mai mengernyit dan berkata kepadanya, “Kalau begitu, kami takkan memaksa kalian untuk ikut. Kalian bisa memilih untuk tetap bersama kami, atau kalian bisa memilih untuk pergi.”
“Maaf, Mai, tapi aku benar-benar tak bisa menerima ide bepergian bersama para monster. Aku akan pergi,” ujar Ogawa Hideko tanpa ragu. Setelah memikirkannya selama beberapa saat, dua pemilik lainnya juga ikut memilih pergi bersamanya.
Kano Mai tak berusaha membujuk mereka lebih jauh lagi dan hanya berkata, “Baiklah kalau begitu. Kudoakan yang terbaik bagi kalian semua, dan semoga kita masih bisa bertemu di pantai.”
“Kau juga.” Ogawa Hideko memeluk lembut Kano Mai, kemudian pergi bersama kedua pemilik lainnya.
Kano Mai berjalan kembali ke tempat Su Jin dan mengangguk. “Utusan Agung, mereka bertiga harus menjalankan suatu misi khusus, jadi mereka harus pergi untuk sementara waktu ini dan takkan melakukan perjalanan bersama kita.”
Su Jin mengangguk samar, kemudian melontarkan sorot memuji pada Kano Mai karena bisa menyesuaikan diri dalam peranan ini dengan cukup cepat. Kalau perilaku mereka tidak cukup sempurna, akan sulit untuk kembali memperoleh kepercayaan penuh dari para pemuja.
Mereka berdelapan pun melanjutkan perjalanan dan segera, senja pun turun. Itu berarti mereka sudah melalui hari pertama di pulau ini. Su Jin mencemaskan yang lainnya dan bertanya-tanya bagaimana kondisi mereka/
Kelima pemuja itu melindungi ketiganya sehingga utusan mereka bisa beristirahat, dan Su Jin menyampaikan terima kasih kepada mereka. Sebenarnya, tak salah juga menyebut Su Jin sebagai utusan Raja Iblis. Begitu kembali, dia pasti akan memberitahukan tentang para pemuja ini kepada sang Raja Iblis. Tetapi apa yang sang Raja Iblis lakukan dengan informasi ini bukanlah urusannya. Dia akan melakukan apa yang harus dia lakukan dan takkan merasa bersalah atau semacamnya.
Mereka bertiga berbaring bersama untuk istirahat, yang membuat Su Jin merasa agak canggung. Namun sekarang tak ada waktu untuk memikirkan soal apa pun. Memastikan mental dan fisiknya berada di kondisi terbaik adalah yang terpenting.
Periode istirahat singkat itu telah membantu mereka memulihkan sedikit tenaga. Mereka pun melanjutkan perjalanan dan tak butuh waktu lama bagi mereka untuk menjumpai tiga mayat. Mayat-mayat itu adalah milik Ogawa Hideko dan dua pemilik lain yang tadi pergi bersamanya.
“Apa mereka bertemu dengan monster?” Su Jin menghela napas. Sangatlah normal untuk bertemu dengan monster di pulau ini, dan jika mereka tidak siap, sudah barang tentu mereka akan berakhir kehilangan nyawa.
“Kakak Su! Kak Mai! Lihat ini,” Ye Yun memanggil kedua orang lainnya seraya membungkuk untuk melihat mayat-mayat itu lebih jelas.
Mereka berjalan menghampiri untuk melihat kalau Ye Yun sedang mengamati wajah Ogawa Hideko, dan mereka pun dibuat sama kagetnya dengan Ye Yun. Ekspresi di wajah Ogawa Hideko ternyata adalah ekspresi gembira, dan tampaknya dia telah terbunuh sebelum ekspresinya sempat berubah.
“Apa ini mantra ilusi atau meme dan semacamnya?” Su Jin langsung jadi amat waspada. Kalau ada meme di sini, berarti mereka semua dalam bahaya.
“Utusan Agung, saya rasa ini bukan yang seperti itu. Saya tidak menemukan pergerakan apa pun yang seperti itu.” Cahaya merah mengilas di mata pemimpin kelima pemuja itu.
“Mata Raja Iblis!” Su Jin terkejut. Dia tak menyangka kalau para pemuja Raja Iblis akan memiliki kemampuan ini. Dia tahu persis bagaimana cara kerjanya. Mata itu mampu melihat sangat banyak hal dengan jelas, jadi akan mudah jika ingin memastikan apakah mereka bertiga mati karena terpengaruh suatu mantra.
“Kalau bukan karena ilusi atau meme, lantas apa yang mungkin bisa mereka lihat yang membuatnya begitu gembira?” Su Jin kebingungan.
Namun suatu pemikiran tiba-tiba menerpa Kano Mai. Dia berkata pada Su Jin, “Jin, ada sesuatu yang belum kukatakan padamu. Ogawa Hideko ini punya rekan satu tim dan orang itu adalah… Miyamoto Tooru!”
“Miyamoto Tooru?!” Su Jin menatap nanar ke arah Mai. “Dia belum mati?”
“Benar. Tampaknya Keluarga Miyamoto sudah menemukan suatu jalan untuk mengubah dia menjadi pemilik,” ujar Kano Mai seraya mengangguk.
Su Jin mengernyitkan alisnya. Kalau yang ada di pulau ini adalah Miyamoto Tooru yang sama, maka mereka ada dalam masalah. Miyamoto Tooru adalah mahaguru seni beladiri sungguhan, dan dia mungkin adalah yang terkuat di antara 36 pemilik di sini.
Namun Su Jin tak terlalu memikirkannya. Dia punya lima orang pemuja di sisinya dan kelima orang ini sangat kuat. Bahkan jika mereka berpapasan dengan Miyamoto Tooru, justru Miyamoto Tooru-lah yang akan kalah.
“Kita semua harus lebih berhati-hati, pastikan jangan sampai terpisah,” Su Jin memberi instruksi. Tak peduli apakah mereka akan bertemu dengan Miyamoto Tooru atau tidak, lebih baik senantiasa berhati-hati.
Mereka lanjut bergerak maju dan samar-samar Su Jin bisa mencium aroma laut, yang berarti mereka sekarang tidak jauh dari pantai. Suatu bayangan terus bersembunyi dalam hutan dan mengikuti mereka.
Setelah berjalan beberapa saat lagi, kelima pemuja itu tiba-tiba berhenti dan berbalik untuk menatap ke tempat yang sama di hutan. Mendadak suatu bayangan melompat keluar.
Seketika kelima pemuja itu langsung memasang sikap siap untuk bertarung, namun Su Jin menghentikan mereka supaya tidak turun tangan. Bayangan itu tak lain adalah Chu Yi.
“Chu Yi!”
“Chu Yi!”
Su Jin dan Kano Mai terkejut sekaligus gembira. Kini sekitar setengah dari anggota tim sudah berkumpul.
Mulanya Chu Yi tersenyum cerah ketika melihat mereka bertiga, tapi segera setelahnya, wajahnya kembali merosot dan dia tampak amat sangat kelelahan. Ujarnya pada Su Jin, “Bos, Paman Wu… Paman Wu sudah mati.”
Mereka bertiga terperanjat sebelum sepenuhnya terdiam. Su Jin sudah menyadari kalau dia mungkin akan kehilangan beberapa orang anggota tim di pulau ini, tapi Wu Chen jelas adalah salah satu orang terakhir yang dia pikir akan mati.