Buku Panduan Neraka - Chapter 301
Chu Yi merasa jantungnya seakan diremas kuat. Dia tak menyangka kalau Wu Chen akan mati begitu saja. Baru beberapa saat yang lalu, Wu Chen tampak begitu penuh percaya diri. Tapi bagaimanapun juga, si badut adalah personifikasi dari Buku Panduan. Wu Chen bahkan tak mendapat kesempatan untuk bicara dan langsung diledakkan menjadi serpihan.
Pemikiran untuk balas dendam sama sekali tak terpikirkan oleh Chu Yi. Perbedaan dalam hal kekuatan antara dirinya dan si badut sungguh terlalu besar. Kalau dia coba-coba balas dendam, dirinya takkan dianggap sebagai teman yang setia ataupun orang pemberani. Dia akan dianggap sebagai orang bodoh karena pada dasarnya sama saja dengan berjalan memasuki perangkap mematikan.
Chu Yi menggertakkan giginya. Dia menelan pil kedua dan berlari cepat menuju pintu masuk rumah sakit. Rekannya telah mati, tapi dia harus tetap hidup.
Namun segera setelah Chu Yi melangkah keluar dari rumah sakit, tanpa sadar dirinya bergidik. Dia berbalik untuk mendapati si badut mengulas senyum yang amat ganjil ke arahnya.
Dia tak berani terlalu memikirkannya dan berlari secepat mungkin. Si badut tak mengejarnya, hanya berbalik untuk berjalan santai mengelilingi rumah sakit seakan tak terjadi apa-apa.
Sementara itu, di bagian pulau yang berbeda, Situ Jin muntah-muntah hebat, sementara Bo Ya meninju perutnya dengan raut wajah pilu. Tinjuan-tinjuan berturut-turut itu membuat Situ Jin muntah begitu hebat, sampai-sampai dia mulai memuntahkan asam lambungnya, tapi Bo Ya tak berhenti.
“Jin!” Bo Ya tampak seperti benar-benar tak ingin terus memukulinya, tapi Situ Jin mengisyaratkan padanya untuk melanjutkan.
Bo Ya tak punya pilihan selain meninjunya lebih kuat lagi, dan Situ Jin akhirnya memuntahkan suatu benda hitam. Segera setelah sesuatu itu terlontar keluar dari mulutnya, Situ Jin dan Bo Ya melompat mundur seperti tersengat. Setelah benda hitam itu mendarat, benda itu berputar dan kembali melayang ke arah Situ Jin.
Untung saja, reaksi Bo Ya cukup cepat. Dia menyambar sebatang ranting pohon dan menghantam benda itu ke samping. Benda hitam itu tampaknya sudah kehilangan semua energinya setelah mendarat. Sekarang baru mereka bisa melihatnya dengan lebih seksama. Ternyata benda itu adalah semacam serangga yang mirip dengan berudu, kecuali dengan mulut besar penuh gigi tajam.
Serangga yang sudah setengah mati itu mengejang beberapa kali, dan air di dalam tubuhnya pun mengering dengan cepat. Hanya butuh waktu beberapa detik baginya untuk berubah menjadi sebuah cangkang kosong yang tak lagi menjadi ancaman.
Uhuk! Uhuk! Situ Jin pucat pasi dan tampak lemah. Meski tubuhnya cukup kuat, dia baru saja dipukuli kuat-kuat, jadi dia merasa nyaris pingsan. Dia berjongkok dan kelihatan seperti nyaris mati.
“Jin! Kau baik-baik saja?” tanya Bo Ya cemas.
Situ Jin melambaikan tangannya dan berkata pada Bo Ya seraya tersenyum lemah, “Bo Ya, aku bersyukur sekali kau ikut gym dengan teratur. Kalau tidak… aku benar-benar takkan bisa mengeluarkan serangga ini dari dalam tubuhku.”
Wajah Bo Ya merah padam. Dia merasa agak malu karena mampu melakukan kekerasan semacam itu meski dirinya wanita.
Tapi Situ Jin memujinya dengan tulus. Pria itu menarik napas dalam-dalam dan merasa jauh lebih baik. Tadi dia dan Bo Ya merasa amat haus dan lapar, jadi mereka pun mencari-cari buah yang bisa dimakan. Yang lebih penting lagi, dia lalu menyadari kalau ada makhluk lain yang memakan buah ini.
Yang membuatnya ngeri, setelah dia makan segigit, makhluk itu melolong kesakitan dan mati seketika. Seekor serangga yang mirip dengan serangga yang telah keluar dari dirinya itu merayap keluar dari dalam mulut makhluk tersebut, membuat Situ Jin ketakutan. Karena itulah dia langsung menyuruh Bo Ya memukuli perutnya berulang kali.
“Pulau Kesalahan ini benar-benar penuh dengan bahaya!” Situ Jin menghela napas seraya menggelengkan kepalanya. Dia bersyukur sekali berhasil memuntahkan makhluk itu. Tak ada yang menyangka kalau sebutir buah bisa berubah menjadi serangga di dalam perut mereka.
“Tapi sekarang aku benar-benar lapar….” No Ya merasa agak tidak enak hati karena mengungkit hal ini sekarang, tapi dia memang benar-benar lapar. Sudah lewat hampir satu hari sejak mereka tiba di pulau ini, dan mereka harus terus-terusan waspada setiap saat. Hal itu benar-benar membebani tubuh mereka.
Situ Jin mengangguk. Dia berjalan menghampiri makhluk mati itu dan memotong sedikit dagingnya. Mereka berdua sudah memungut beberapa bilah pisau ketika melewati rumah hantu sebelumnya dan sekarang pisau-pisau itu bisa bermanfaat.
Menyalakan api tak menjadi masalah. Ada banyak cara untuk menyalakan api di alam liar. Situ Jin menumpuk sejumlah tanaman kering, kemudian menyulut api dengan pemantik sebelum menyusun panggangan.
Mulanya Bo Ya merasa agak mual melihat daging makhluk itu, karena makhluk itu tampak benar-benar menjijikkan. Makhluk itu tampak seperti onggokan tumor. Tapi dia bukan orang yang tak mampu beradaptasi. Sudah untung ada sesuatu yang bisa dimakan di pulau terkutuk ini.
Meski daging makhluk ini kelihatan benar-benar ganjil, ternyata rasanya cukup enak. Dengan cepat mereka berdua melupakan seperti apa rupa sebenarnya makhluk itu dan lanjut makan dengan suapan-suapan besar demi memulihkan energi mereka hingga tingkat maksimum.
Setelah beristirahat sebentar, Bo Ya berkata kepada Situ Jin, “Apa semua orang benar-benar akan menuju ke pantai?”
“Aku yakin soal itu. Dalam situasi semacam ini, kalau semua orang ingin berkumpul, jelas tak ada cara lain. Pantai akan menjadi pilihan satu-satunya. Su Jin pasti akan memikirkan hal itu, Mai dan Ye Yun keduanya adalah wanita yang pintar, dan kau jelas takkan perlu mencemaskan Wu Chen. Satu-satunya orang yang mungkin takkan bisa mengikuti logika itu adalah… Chu Yi.” Situ Jin menghela napas ketika bicara tentang Chu Yi.
“Aku belum banyak berinteraksi dengan Chu Yi, tapi Su Jin bilang dia adalah yang terkuat di dalam tim selain Su Jin sendiri. Apa dia lebih kuat darimu?” tanya Bo Ya penasaran. Dia yakin kalau Su Jin, tak diragukan lagi, adalah yang terkuat dalam tim. Tapi Situ Jin juga kuat – mungkinkah Situ Jin benar-benar lebih lemah dari Chu Yi?
Situ Jin mengangguk tanpa ragu. Dia ingat bagaimana Chu Yi telah menghajar dirinya habis-habisan ketika mereka berlatih di dalam Domain Neraka Tim dan masih merasa agak trauma soal itu. Tapi dia harus mengakui kalau Chu Yi sungguh amat kuat. Bahkan sebelumnya Su Jin juga pernah bilang bahwa ketika berurusan dengan seni beladiri dan pertarungan fisik, Chu Yi jelas adalah yang terbaik dalam tim.
“Chu Yi tak memakai senjata dan tak membutuhkan peralatan karena selama ini dia menghormati kemampuan beladirinya. Orang semacam itu mungkin tak terlalu berguna banyak situasi, tapi ketika berhubungan dengan bertarung hanya memakai tangan kosong dan tubuh, dia akan jadi jauh lebih mengerikan dari siapa pun juga,” ujar Situ Jin.
“Kalau begitu kau tak perlu lagi mencemaskan soal dia. Orang semacam itu… takkan mati dengan mudah,” ujar Bo Ya seraya terkekeh. Situ Jin menyadari kalau Bo Ya sebenarnya sedang berusaha menghiburnya.
Dia sudah akan mengatakan sesuatu ketika tiba-tiba mendengar suatu suara. Situ Jin langsung melompat berdiri dan memicingkan matanya seraya mengamati sekelilingnya.
Bam! Sebelum dia bisa menemukan sasarannya, sebuah bumerang yang kasar buatannya melayang ke arahnya. Tapi karena Situ Jin sangat fokus, dia pun bergeser sedikit ke samping dan berhasil menangkap bumerang itu.
Kemudian, lima sosok muncul dari lima arah berbeda. Bo Ya langsung bergerak mendekati Situ Jin dan mereka pun berdiri saling memunggungi.
Kelima orang itu tidak langsung menyerang dan cuma mengepung pasangan tersebut. Situ Jin kemudian menyadari kalau kelima orang itu bukan makhluk aneh dari pulau. Orang-orang ini adalah para pemilik yang telah dikirim ke pulau ini seperti mereka.
“Apa yang terjadi?” tanya Situ Jin dengan suara sedingin es.
“Apa sangat sulit untuk dipahami? Kami ingin poin dan ada kalian berdua di sini!” Pemimpin kelompok itu memiliki rambut panjang bergelombang, dan luka goresan di wajahnya tampak cukup baru. Luka itu juga membuatnya tampak cukup agresif.
Situ Jin mengamati mereka berlima. Tak ada seorang pun yang memiliki kekuatan tambahan dari Buku Panduan, sehingga tak menjadi masalah bagi mereka berdua untuk melawan kelima orang ini. Bagaimanapun juga, mereka berasal dari Departemen Urusan Supernatural. Demi bisa menangani para kriminal yang benar-benar keji, keduanya terlatih dengan baik dalam pertarungan. Tanpa pelatihan bersama Chu Yi yang dia dapatkan dari Buku Panduan, Situ Jin jelas takkan mampu mengalahkan Bo Ya.
“Kita semua sama-sama pemilik, jadi akan lebih baik kalau menggabungkan kekuatan dan berusaha bertahan hidup selama tiga hari, bagaimana?” ujar Situ Jin dengan suara muram.
“Aku benar-benar minta maaf, tapi kalau kau mengatakan ini padaku di awal mula, aku mungkin akan sudah sepakat denganmu. Tapi sekarang… kami telah kehilangan seseorang yang tak seharusnya boleh mati, jadi kini kami harus membunuh kalian berdua,” ujar si pemimpin seraya menggelengkan kepalanya.
Situ Jin mengernyit dan berkata, “Kalian berlima? Kalau kalian semua butuh poin, membunuh kami berdua takkan cukup untuk kalian bagi-bagi.”
“Hoho, kau bisa lupakan soal coba-coba membujuk kami. Kami berlima merupakan anggota dari dua tim yang berbeda dan kami sudah sepakat untuk membagi dua semua yang kami dapat. Itu adil, kan?” ujar si pemimpin seraya tersenyum.
Situ Jin tak tahu harus bagaimana lagi. Pulau ini sendrii sudah penuh dengan bahaya yang lebih dari cukup, dan sekarang, dia harus berurusan dengan para pemilik yang berusaha saling bunuh. Dia pun berbisik pada Bo Ya, “Hati-hatilah, bunuh saja mereka.”
Bo Ya mengangguk. Kelima penyerang ini langsung tahu apa yang mereka katakan pada satu sama lain, jadi si pemimpin pun memberi sinyal, lalu mereka menerjang ke arah pasangan yang ada di tengah-tengah itu nyaris pada saat bersamaan.
Situ Jin dan Bo Ya melompat saling menjauhi. Jika kelima orang itu menyerang mereka seperti ini, maka tekanan pada mereka akan jadi terlalu besar. Lebih baik membagi kelompok dan masing-masingggg bertarung melawan dua atau tiga orang.
Si pemimpin dan dua orang lainnya menyerang Situ Jin, sementara dua yang lain menerjang Bo Ya. Situ Jin melemparkan bumerang yang ada di tangannya, sebuah kemampuan yang telah menjadi keahliannya sejak dirinya kecil. Bumerang itu mengenai bahu salah seorang penyerangnya dan membuatnya terluka parah.
Situ Jin memanfaatkan kesempatan ini untuk dengan cepat menerjang ke arah tiga orang yang menyerangnya. Tangannya menggenggam pisau, jadi kini dirinya sungguh berbahaya. Asalkan dia bisa mendapatkan kesempatan yang baik, takkan butuh waktu lama baginya untuk membunuh tiga orang.
Dan hasilnya ternyata persis seperti harapan Situ Jin. Segera setelah dia menerjang ke arah mereka, secara instingtif si pemimpin mundur selangkah, tapi pemilik lain yang tak terluka tidak mundur tepat waktu, jadi dia pun menabrak Situ Jin dan membuat Situ Jin bisa menusukkan pisau persis ke jantungnya.
Orang itu bahkan tak melawan. Dia roboh dan tubuhnya langsung mulai kejang-kejang. Dia takkan bisa hidup.
Situ Jin tak ragu-ragu dan berlari ke arah pemilik yang sudah terluka karena bumerangnya. Orang itu sudah terluka, jadi wajahnya memucat ketika Situ Jin mendekatinya.
Situ Jin mengayunkan pisaunya secara mendatar dan menggorok tenggorokan lawannya. Orang yang terluka itu memegangi lehernya dan roboh ke tanah. Sementara itu, Bo Ya masih bertarung melawan dua orang lainnya, dan sulit untuk menyatakan siapa yang menang.
Situ Jin terdiam dan tidak langsung bergerak menyerang si pemimpin. Si pemimpin punya kesempatan untuk menyelamatkan dua orang lainnya, tapi Situ Jin jelas bisa merasakan kalau si pemimpin telah dengan sengaja menunda-nunda dan cuma menonton ketika dia membunuh rekan-rekannya.
“Kenapa?” tanya Situ Jin lirih.
“Oh! Kau bisa bilang kalau mereka adalah anjing pemburu! Tugas dari anjing pemburu adalah membantu si pemburu menemukan sasarannya, dan tidak berbagi hadiahnya. Kedua orang ini toh bukan anggota timku. Maaf karena membuatmu harus membantuku membereskan mereka!” Seulas senyum menakutkan mengembang di wajah si pemimpin.