Buku Panduan Neraka - Chapter 148
Situ Jin dibuat tertegun oleh undangan ini dan menatap tak percaya pada Su Jin. Baginya, mereka itu seperti polisi dan maling.
“Tentu saja, aku cuma menawarkan ajakan padamu. Kalau kau tak mau, aku takkan memaksamu,” Su Jin menjelaskan. Dia mengajak Situ Jin bergabung dalam tim bahkan meski pria ini punya cara berpikir yang aneh karena dirinya adalah seorang pria baik yang bisa diandalkan dan bertanggungjawab, dan Situ Jin juga telah menyelamatkan keluarganya dari celaka, jadi ini adalah cara untuk membalas budi tersebut.
“Apa yang terjadi saat aku bergabung dengan tim? Apa aku dapat keuntungan?” Situ Jin bertanya dulu alih-alih langsung menolak tawaran itu.
Dengan sabar Su Jin menjelaskan, “Tentu saja ada. Bekerja sebagai satu tim dalam sebuah Tantangan akan mengurangi kemungkinanmu harus bertarung bersama dengan para pemilik yang lebih lemah ataupun para pemilik yang punya niat jahat, jadi kesempatan untuk selamat dari Tantangan akan meningkat. Juga, kau dapat poin tambahan karena menjadi bagian dari tim. Tidak banyak, tapi lebih baik daripada tidak sama sekali.”
Mata Situ Jin berkilat. Dia meragu sejenak, kemudian bertanya, “Apa nama timmu?”
“Aku dari Tim Pisau Tulang,” ujar Su Jin.
“Aku mau!” Situ Jin langsung mengangguk dan setuju untuk bergabung dalam tim. Perubahan sikapnya yang mendadak mengejutkan Su Jin.
“Aku sudah pernah dengar tentang Tim Pisau Tulang. Kudengar kalian telah menyelesaikan sebuah Tantangan Tingkat A dengan sempurna, yang berarti tim kalian benar-benar hebat.”
Su Jin terkejut karena bahkan Situ Jin juga pernah mendengar tentang timnya.
“Sejujurnya saja, aku takkan bilang kalau kami benar-benar sehebat itu. Saat ini tim kami memiliki tiga orang anggota dan kami semua adalah veteran. Sebenarnya ada tiga tim yang terlibat dalam Tantangan Tingkat A itu, tapi yang lainnya… sayangnya tidak selamat,” ujar Su Jin seraya mendesah. Tantangan itu merupakan ingatan menyakitkan baginya. Sejumlah besar pemilik telah mati dalam prosesnya, termasuk Yang Mo dan Ning Meng, dua dari timnya sendiri.
Situ Jin mengangguk dan berkata, “Bagaimanapun juga, kalian tetap berhasil selamat dan bahkan menyelesaikannya dengan sempurna. Aku yakin bahwa bahkan jika orang lain mengajakku bergabung dengan tim mereka, mereka mungkin saja tak sehebat timmu, jadi aku memilih untuk bergabung dengan timmu.”
Ketegasannya benar-benar membuat Su Jin takjub. Apakah orang ini benar-benar bergabung dengan tim hanya karena satu pencapaian itu?
Tapi karena Situ Jin bersedia bergabung, Su Jin pun tak ragu lagi. Dia mengambil Buku Panduannya dan berkata, “Letakkan tanganmu di sini.”
Situ Jin meletakkan tangannya di atas Buku Panduan Su Jin, kemudian Su Jin mengeluarkan setetes darah ke atasnya, yang menyebabkan sebentuk asap hitam membubung, mengubahnya menjadi sebuah tangan iblis di atas tangan Situ Jin, kemudian pecah untuk membentuk lambang tim yang bisa Situ Jin gerak-gerakkan di tubuhnya.
“Itu adalah simbol dari tim kita. Kita adalah satu-satunya yang punya simbol itu, orang lain yang punya itu adalah tiruan!” ujar Su Jin seraya tertawa. Kemudian dia menambahkan, “Karena kau sudah bergabung dengan tim kami, waktu Tantanganmu yang berikutnya telah bergeser mundur. Tantangan tim kita yang berikutnya akan berlangsung seminggu dari sekarang, jadi aku berharap akan bertemu denganmu di sana.”
“Mengerti.” Situ Jin mengangguk, kemudian berkata, “Aku juga akan memastikan keluargamu tetap aman. Begitu aku kembali ke kantorku, aku akan atur sebuah tim kecil agar menjaga mereka. Kurasa orang-orang itu takkan coba-coba melakukan yang aneh-aneh kalau pihak pemerintah terlibat.”
Su Jin tak menyangka Situ Jin akan menawarkan sesuatu seperti ini, tapi dengan cepat dia menyadari bahwa karena Situ Jin adalah tipe orang yang hati-hati, dia mungkin melakukan ini bukan hanya untuk melindungi anggota keluarga Su Jin tapi juga untuk mengendalikan Su Jin. Kalau Su Jin coba-coba melukai dirinya ketika menjalani Tantangan atau semacamnya, Situ Jin akan membalas.
Perilaku ini tidak menyinggung bagi Su Jin, karena sudah merupakan kewajaran bagi seseorang untuk berusaha melindungi diri mereka sendiri dengan cara apa pun yang bisa mereka lakukan. Di samping itu, anggota keluarganya akan dapat perlindungan sebagai gantinya.
Keselamatan keluarganya selalu merupakan kecemasan bagi Su Jin karena dia tak bisa menjamin keselamatan mereka kecuali dia ada bersama mereka setiap saat. Tapi mereka memiliki kehidupan mereka sendiri-sendiri, dan dia juga tak mungkin bisa memaksa keluarganya untuk terus mengikuti dirinya seperti binatang peliharaan.
“Terima kasih kalau begitu,” ujar Su Jin. Dia memanggil Kano Mai supaya bisa memperkenalkan kedua orang itu dan membantu mereka untuk saling mengenal dengan lebih baik karena kini mereka adalah rekan satu tim.
Kano Mai jelas terkaget-kaget ketika tahu bahwa Situ Jin kini adalah bagian dari tim dan dia juga tak mengerti kenapa Su Jin mengizinkan pria itu bergabung. Baginya, Situ Jin adalah karakter yang berbahaya. Dia belum lupa bagaimana Situ Jin dan timnya telah menerobos masuk ke dalam rumah mereka.
“Tidak semua orang yang tetap menjadi musuh selamanya, tapi semua orang bisa menjadi teman asalkan ada sesuatu yang bisa didapatkan dari pertemanan itu.” Demikianlah cara berpikir Situ Jin. Dia juga tak suka menjadi bagian dari tim Su Jin, tapi dia butuh menjadi lebih kuat dan tim Su Jin adalah tempat yang sangat baik untuk memungkinkan hal itu terjadi.
“Terima kasih sudah begitu jujur!” Su Jin tak tahu apakah ini merupakan hal baik atau buruk, tapi seorang rekan satu tim yang jujur jelas lebih baik daripada harus waspada terhadap rekan satu tim yang bermuka dua.
Apakah Situ Jin benar-benar jujur? Mungkin tidak. Sebagai kepala dari Departemen Urusan Supernatural, departemen paling misterius dan penuh rahasia dari pemerintah, dia harus mengkoordinasi orang-orang dari banyak departemen seraya menjaga semua rahasia. Kalau dirinya terlalu jujur dan terbuka setiap saat, dia takkan bisa sampai sejauh ini.
Tapi pada saat bersamaan, Situ Jin adalah orang yang sangat cerdas. Dia tahu siapa yang bisa dia tipu, dan siapa yang tidak. Su Jin bukan orang yang bisa dia bodohi dengan mudah, jadi dengan cepat dia memilih untuk jujur pada Su Jin.
Hari sudah larut dan Su Jin tak bisa tidur, jadi dia pun memutuskan untuk mengunjungi Bar Neraka bersama dengan rekan-rekan satu timnya. Situ Jin belum pernah pergi ke sanaa, jadi dia benar-benar terkejut ketika mengetahui bahwa ada tempat semacam itu.
Begitu berada di dalam, Su Jin berusaha menghubungi Chu Yi, tapi pemuda itu sepertinya sedang sibuk dan tidak langsung menanggapi. Su Jin pun lanjut memperkenalkan Bar Neraka pada Situ Jin dan juga konsep tentang banyak semesta.
Konsep tentang banyak semesta membuat Situ Jin terlarut dalam pemikiran mendalam. Ini sama sekali bukan sesuatu yang pernah dia pikirkan. Baginya, planet tempatnya berada adalah satu-satunya semesta yang ada.
Su Jin juga membahas singkat mengenai Tantangan-tantangan yang telah dia selesaikan. Setelah memahami lebih banyak tentang misi-misi musuh, para Dewa Tua dan lebih banyak lagi, Situ Jin merasa kepalanya berputar-putar.
“Apa sudah terlambat kalau sekarang mundur dari timmu?” ujar Situ Jin seraya memijit pelipisnya yang berdenyut-denyut. Dia mendesah dan berkata, “Aku tak bisa bilang dengan pasti bahwa aku akan jadi lebih kuat dengan menjadi bagian dari timmu, tapi aku cukup yakin bahwa kemungkinanku untuk mati di dalam Tantangan akan meningkat.”
Setelah Situ Jin menyebutkan hal itu, Su Jin juga menyadari bahwa Tantangan-tantangan yang telah dia lalui sepertinya mengerikan secara tidak normal dan dia menerka bahwa hal itu mungkin ada hubungannya dengan sang Raja Iblis. Tak ada orang lain yang tahu tentang kesepakatannya dengan Raja Iblis, tapi itu tak berarti bahwa semesta Buku Panduan juga tak mengetahuinya. Bisa saja dia jadi sial gara-gara semesta Buku Panduan sedang menghukum dirinya.
Lama kemudian, akhirnya Chu Yi muncul. Su Jin terkejut ketika dia melihat Chu Yi karena tubuh pria yang lebih muda itu penuh luka. Ada luka parah di bagian dadanya dan saat ini masih berdarah.
“Aku datang, Bos.” Chu Yi menjatuhkan diri ke kursinya dan berkata kepada pelayan terdekat, “Apa kau punya sesuatu yang bisa menghentikan pendarahanku dan membantuku sembuh lebih cepat? Aku mau salah satu dari itu!”
Si pelayan mengangguk dan menyajikan pada Chu Yi segelas minuman yang berisi cairan merah cerah. Chu Yi meneguknya tanpa ragu. Efek dari minuman ini sungguh luar biasa. Luka Chu Yi langsung berhenti berdarah dan mulai sembuh.
“Bos, apa telah terjadi sesuatu? Kenapa kau memanggilku untuk masuk bar?” Chu Yi menyeka cairan entah apa yang tersisa di bibirnya.
Su Jin dan Kano Mai masih syok melihat betapa parah luka Chu Yi, jadi Situ Jin-lah yang memecah kesunyian terlebih dahulu. “Hoho, anak muda, aku baru saja mendapati bahwa ada lebih dari satu semesta di luar sana. Apa semesta tempatmu berasal… saat ini sedang terjadi perang?”
Chu Yi menatap Situ Jin, kemudian bertanya pada Su Jin, “Bos, siapa orang ini? Kenapa dia duduk dengan kita?”
“Jangan hindari pertanyaannya. Bagaimana bisa ini terjadi padamu? Apa kau benar pergi berperang?” Su Jin benar-benar dibuat ngeri oleh luka-luka Chu Yi, karena Chu Yi seharusnya cukup kuat untuk bisa melalui medan perang tanpa terluka sedikit pun.
Chu Yi menggaruk kepalanya dan mendesah. “Bukan perang. Aku berselisih dengan faksi yang sepenuhnya terdiri dari para pemilik Buku Panduan ini dan aku tak bisa menangani mereka semua sendirian.”
“Sebuah faksi yang sepenuhnya terdiri dari para pemilik Buku Panduan? Apakah para perampok itu?” Kelompok pertama yang terpikirkan oleh Su Jin adalah para perampok yang mengincar para pemilik lainnya itu.
Chu Yi menggelengkan kepalanya. “Bukan mereka. Para perampok itu belum muncul di semestaku. Yang kami punya adalah kelompok yang menyebut diri mereka sendiri sebagai Sekte Neraka ini dan ideologi mereka adalah bahwa para pemilik seharusnya mengendalikan orang-orang biasa. Mereka ingin menguasai seluruh planet dan membuat orang-orang biasa menjadi suruhan mereka.”
“Aku bahkan tak tahu bagaimana orang-orang itu sampai mengetahui kalau aku adalah seorang pemilik. Mereka mendatangi rumahku dua hari yang lalu dan menajakku bergabung dalam sekte mereka, tapi aku tak tertarik memperbudak orang lain, jadi aku menolak mereka.”
“Tapi begitu aku melakukannya, pihak lainnya jadi tak senang dan mulai menyerangku. Aku juga tak menyangka kalau jumlah orang di pihak mereka ternyata ada banyak sekali. Setelah aku menghabisi satu, dua lagi akan muncul. Setelah aku menghabisi yang dua itu, dua yang lain lagi akan muncul. Aku benar-benar tak sanggup mengalahkan mereka, jadi aku senang Bos memberiku akses ke Bar Neraka.”
Tiga orang lainnya dibuat ngeri oleh apa yang mereka dengar. Para pemilik pada salah satu di antara semesta-semesta itu ternyata ingin membuat orang biasa menjadi budak mereka. Orang yang reaksinya paling besar adalah Situ Jin. Dia menggeram dan ada sorot menakutkan di matanya.
Situ Jin memburu para pemilik Buku Panduan yang salah jalan persisnya adalah karena dia merasa bahwa orang-orang ini bisa menjadi ancaman nyata bagi orang-orang biasa. Apa yang telah dia cemaskan ternyata menjadi kenyataan di semesta Chu Yi.
“Aku tak menyangka kalau kita berdua sama-sama merasa terancam oleh sesama pemilik Buku Panduan meski berada di dua semesta yang berbeda,” ujar Su Jin mendesah. Kalau saja mereka berada di semesta yang sama, mereka bisa saling bahu-membahu. Sayangnya, mereka bukan bagian dari semesta yang sama.
Chu Yi tampak sama sekali tak peduli. “Orang-orang itu sinting, tapi tidak semua orang berpikir seperti mereka. Ada beberapa orang pemilik yang telah bergabung untuk balas melawan. Saat aku kembali, aku akan bergabung dengan para pemilik ini dan memastikan orang-orang gila itu mati.”
“Kata-kata yang bagus. Mereka yang punya kekuatan seharusnya memberi kontribusi demi kebaikan umat manusia, dan tidak memperbudak sesama mereka. Bajingan seperti orang-orang itu harus dibinasakan,” Situ Jin meyakinkan Chu Yi seakan mereka adalah rekan seperjuangan.
“Kak, kau juga berpikir begitu ya? Omong-omong, Kakak itu siapa sih?” tanya Chu Yi.