Buku Panduan Neraka - Chapter 149
“Jadi, kau adalah orang yang telah menyebabkan masalah bagi Bosku? Dan kau ternyata juga adalah seorang pemilik?” Chu Yi memandangi Situ Jin dari atas ke bawah, kemudian berkata pada Su Jin, “Bos, apa kau mau aku menyingkirkan dia?”
“Jangan konyol. Mulai hari ini, Situ Jin akan jadi anggota Tim Pisau Tulang. Kuharap kita bisa bekerja bersama-sama dan melalui Tantangan kita yang berikutnya dengan selamat,” ujar Su Jin seraya memelototi Chu Yi.
“Bos! Bos malah mengizinkan dia masuk tim?” Chu Yi pura-pura berlagak sangat kecewa hanya untuk menggoda Su Jin, yang membuat Su Jin mendesah lelah.
Mereka tidak berlama-lama di dalam bar. Situ Jin harus kembali ke kantor untuk bekerja sementara Su Jin dan Kano Mai masih berjaga di Gunung Awan. Hanya Chu Yi yang belum mau pergi. Dia memberitahu mereka bahwa hingga dia yakin dirinya aman, dia sudah siap untuk tinggal saja di dalam bar. Pihak bar toh tak pernah mengusir siapa pun.
Setelah mereka kembali ke dunia nyata, Su Jin dan Kano Mai menyadari bahwa Han Mengyao tak ditemukan di mana-mana. Sulit untuk mengatakan apakah dia sudah pergi karena terluka akibat longsoran salju atau karena alasan lainnya. Bagaimanapun, Han Mengyao tidak lagi mengawasi Su Jin, dan Su Jin menebak bahwa Situ Jin telah membuat suatu pengaturan, tapi dia tak bertanya.
Situ Jin tidak tinggal di Gunung Awan. Dia masih punya banyak pekerjaan yang harus dilakukan, jadi dia kembali ke kantornya di Kota B dan menelepon Su Jin untuk memberitahu Su Jin bahwa dia sudah mengirim para bawahannya untuk melindungi anggota keluarga Su Jin, jadi yang bersangkutan tak perlu mencemaskan mereka.
Waktu berjalan dengan lambat dan Ye Yun masih tak kelihatan di mana-mana. Sudah saatnya untuk menjalani Tantangan lain, jadi Su Jin menghubungi Situ Jin dan Chu Yi dengan Buku Panduannya dan menyuruh semua orang bersiap untuk memasuki Tantangan mereka yang berikutnya./
Su Jin dan Kano Mai berdiri bersisian dan membuka Buku Panduan mereka bersama-sama. Semuanya menjadi gelap dan keduanya pun tak sadarkan diri.
“Kematian, kesakitan, bencana, kengerian… kenapa semua orang berkata bahwa kami kelam dan keji? Kami hanya… ingin bermain bersama kalian!” Suara mengerikan yang familier itu berkumandang lagi di telinga Su Jin. Tak peduli berapa kali pun dia mendengar suara ini, dia tak pernah merasa lebi baik sedikit pun. Suara itu mendatangkan kengerian dalam hatinya dan butuh waktu lama baginya untuk mengatasi hal itu.
Sekelilingnya kembali menyala dan dia membuka matanya. Ada banyak orang yang muncul di dalam pandangannya, yang membuat jantungnya mencelos. Tingkat kesulitan sebuah Tantangan berhubungan secara positif dengan jumlah pemilik yang terlibat.
“Tuan Su, Nona Kano!” Sebuah suara tiba-tiba terdengar entah dari mana dan mengejutkan Su Jin serta Kano Mai.
Su Jin berbalik untuk melihat dan jadi lebih kaget lagi ketika mendapati bahwa orang yang memanggil mereka ternyata adalah Xiang Nan. Mereka pernah bekerjasama di Tantangan Desa Kerikil, dan bahkan meski pada waktu itu ada suatu ketidaksenangan di antara mereka berdua, waktu sudah berlalu lama sejak saat itu dan Su Jin tak lagi terganggu dengan hal tersebut.
Juga, setelah melalui lebih banyak Tantangan setelahnya, Su Jin jadi mengerti kenapa Xiang Nan memilih bersikap seperti itu. Sebenarnya, Su Jin telah melakukan sesuatu yang serupa pada Tantangan yang terakhir. Dia telah memanfaatkan orang-orang yang tak mau Chu Yi naik helikopter untuk menjadi umpan bagi mutan tingkat tertinggi dan untuk memastikan apakah mereka telah bergerak ke arah yang benar, bahkan meski dia tahu bahwa orang-orang ini mungkin akan berakhir mati. Jadi sekarang, Su Jin merasa kalau dirinya tak punya hak untuk mencela Xiang Nan.
“Halo, Tuan Xiang. Aku tak menyangka akan bertemu lagi denganmu, ujar Su Jin seraya tersenyum. Tapi dengan cepat dia menyadari bahwa selain Xiang Nan, para anggota timnya yang lain tak kelihatan.
“Tuan Xiang, di mana Tuan Yu dan yang lainnya?” tanya Su Jin kebingungan.
Ekspresi Xiang Nan memburuk dan dia berkata dengan agak sedih, “Bos… tidak selamat pada salah satu Tantangan dan tim kami dibubarkan setelahnya.”
Su Jin dan Kano Mai berduka mendengar hal itu. Yu Guangde telah menjaga mereka dengan sangat baik dan bekerjasama dengan mereka untuk melalui Tantangan Desa Kerikil. Baru lewat beberapa bulan sejak saat itu dan Yu Guangde sudah tiada.
“Aku… aku turut berduka mendengarnya. Itulah realitas dari Buku Panduan Neraka. Tak ada seorang pun yang tahu berapa lama mereka akan hidup,” ujar Su Jin seraya mendesah. Semesta Buku Panduan penuh dengan bahaya dan risiko kematian. Satu-satunya jalan untuk selamat adalah terus menjadi lebih dan lebih kuat lagi.
Xiang Nan tersenyum tanpa bicara dan akhirnya mereka berpaling untuk melihat siapa lagi yang ada di dalam Tantangan bersama mereka. Totalnya ada tiga belas orang dan tak ada orang baru. Hal ini semakin membuat Su Jin gelisah. Dia telah melalui dua Tantangan yang tak ada orang barunya, yang pertama adalah Tantangan Dongeng Horor, kemudian Tantangan Semua Telah Berdosa. Kedua Tantangan itu sangat sulit untuk dilalui dan kini dia kembali dihadapkan dengan Tantangan lain yang tak melibatkan orang baru.
Su Jin langsung membuka Buku Panduannya.
“Permainan Hantu, Tantangan Tingkat B!” Mata Su Jin berkedut. Menghadapi sebuah Tantangan Tingkat B saja sudah cukup buruk, tapi yang satu ini bahkan melibatkan hantu. Ini akan jadi sama buruknya dengan sebuah Tantangan Tingkat A yang sederhana.
“Hanya ada satu misi. Bermain game dengan hantu dan tetap hidup hingga akhir.”
Fakta bahwa hanya ada satu misi cuma membuktikan akan jadi betapa berbahayanya Tantangan ini. Ada raut suram di wajah semua orang. Mereka jelas sudah tahu akan jadi seburuk apa urusannya.
“Kurasa tak perlu terlalu banyak menjelaskan, aku yakin semua orang di sini sadar tentang akan jadi seberbahaya apa Tantangan ini. Aku hanya ingin tahu ada berapa banyak veteran di sini,” ujar seorang pria paruh baya bertubuh montok.
“Lima!” Si pria tampak gembira ketika dia menghitung jumlah tangan yang terangkat. Memiliki lima orang veteran dari tiga belas orang pemilik adalah rasio yang lebih baik daripada kebanyakan yang terjadi dan semua orang tahu seberapa jauh lebih menguntungkan kalau ada veteran di antara mereka. Tapi mungkin angka yang setinggi ini juga adalah karena Tantangan ini benar-benar sulit.
“Luar biasa. Namaku Han Yiqing. Bisakah para veteran harap memperkenalkan diri kalian sendiri? Kami akan membutuhkan bantuan kalian untuk Tantangan ini,” ujar Han Yiqing seraya tertawa riang. Dia punya pembawaan yang menyenangkan dan tampak sangat ramah.
“Namaku Su Jin, aku punya Kekuatan Jiwa Psikokinetik,” ujar Su Jin.
“Aku Xiang Nan, dan aku punya Kekuatan Jiwa Magnetis.” Su Jin dan Kano Mai terkejut karena Xiang Nan adalah salah satu dari kelima orang veteran, karena dia tak punya Kekuatan Jiwa pada kali terakhir mereka bertemu dengannya.
“Chu Yi. Kekuatan Jiwaku adalah Tenaga Dalam dan aku lebih baik dalam pertarungan jarak dekat,” ujar Chu Yi.
“Kano Mai. Kekuatan Jiwaku adalah kekuatan Kemalasan,” Kano Mai juga memperkenalkan dirinya sendiri.
Veteran terakhir adalah seorang pria yang mengenakan baju putih formal. Dia menatap keempat orang lainnya dan berkata, “Park Donggeun. Kekuatan Jiwaku adalah Telekinesis.”
“Kau dari Korea?” Semua orang agak terkejut karena kali ini ada orang Jepang dan Korea di antara mereka. Bagaimanapun Buku Panduan sepertinya selalu menempatkan jadi satu para pemilik dari negara yang sama, tak peduli dari semesta mana mereka berasal.
“Apa itu sangat aneh bagi kalian? Akhir-akhir ini aku sedang ditugaskan bekerja di Tiongkok,” sahut Park Donggeun.
Tak ada lagi yang bertanya padanya dan mereka pun lanjut memperkenalkan diri mereka sendiri. Mereka bukan veteran tapi mereka masih sangat penting bagi kelompok.
“Apa ada yang mahir dalam membuat rencana dan mengatur strategi?” tanya Su Jin.
Semua orang saling bertukar pandangan dan menggelengkan kepala berbarengan. Su Jin dan Xiang Nan saling pandang dan berusaha untuk tidak mendesah keras-keras. Makhluk supernatural merupakan bagian besar dari Tantangan ini, yang berarti bahwa pemikiran cepat dan kemampuan berstrategi mungkin akan jauh lebih dibutuhkan daripada kekuatan fisik murni ataupun senjata. Kalau ada hantu yang menyerangmu dengan kekuatan supernatural, bahkan seorang veteran juga mungkin takkan bisa bertahan, tergantung pada Kekuatan Jiwa apa yang kau miliki.
“Kalau begitu, aku dan Tuan Su akan memimpin kelompok untuk sementara waktu ini. Ada yang keberatan?” Xiang Nan langsung bertanya untuk mengambil peran ini.
Salah satu dari mereka memprotes, “Kenapa kami harus mendengarkanmu? Apa yang membuatmu berkualifikasi untuk memimpin kelompok kita?”
Xiang Nan menatapnya dan berkata, “Pertama, aku adalah veteran. Kedua, aku dulunya adalah ahli strategi untuk kelompok kecilku.”
“Hoho, persis seperti yang telah kau katakan, kau ‘dulunya’ adalah ahli strategi untuk kelompokmu. Tadi aku tanpa sengaja telah mendengar percakapan kalian. Timmu sudah dibubarkan. Kau adalah seorang ahli strategi yang bahkan tak bisa mempertahankan tim kecilmu sendiri, jadi apa yang membuatmu berpikir bahwa kau cukup baik untuk memimpin kami semua yang ada di sini?” orang yang menyatakan keberatan meneruskan dengan nada tak menyenangkan.
Xiang Nan mengernyitkan alisnya dan menatap Su Jin seraya mendesah dalam hati. “Tuan Su, kalau begitu aku akan harus menyerahkan peran ini padamu. Dalam Tantangan semacam ini, semua orang harus bersatu dan hanya mematuhi satu set instruksi, kalau tidak kemungkinan selamatnya akan jadi sangat rendah.”
Su Jin menaikkan sebelah alisnya pada Xiang Nan. Bagaimanapun juga, Xiang Nan bukan jenis orang yang akan mencemaskan soal keselamatan orang lain. Xiang Nan sepertinya tahu apa yang Su Jin pikirkan dan berkata, “Begini. Untuk Tantangan yang seperti ini, semakin lama kita semua bisa selamat, semakin tinggi kesempatan kita untuk bisa keluar dari Tantangan ini hidup-hidup. Kalau banyak dari kita yang terbunuh tepat di bagian awal, maka tak ada satu pun dari kita yang akan bisa berhasil keluar di bagian akhir.”
Su Jin tahu apa yang coba dinyatakan oleh Xiang Nan. Tantangan-tantangan ini akan semakin berat dan berbahaya seiring dengan berlalunya waktu, jadi kalau lebih banyak di antara mereka yang selamat di bagian awal Tantangan, maka akan ada lebih banyak dari mereka yang bisa bertarung di bagian akhir Tantangan. Sebaliknya, jika sejak awal ada terlalu banyak dari mereka yang mati, sedikit orang yang tersisa di bagian akhir pasti akan menjadi bulan-bulanan para hantu ini dan pada akhirnya binasa bersama.
Su Jin punya keyakinan tinggi pada cara Xiang Nan mengatur strategi. Bahkan meski Xiang Nan telah menggunakan metode yang tidak dia setujui untuk menjaga agar mereka semua tetap selamat waktu di Desa Kerikil dulu, dia harus mengakui bahwa solusi Xiang Nan semuanya sangat efektif.
Su Jin mengangguk samar pada Xiang Nan, jadi Xiang Nan meneruskan, “Tuan Su adalah ketua tim dari Tim Pisau Tulang dan dia juga merupakan otak dari timnya. Aku yakin kalian semua sudah pernah mendengar tentang Tim Pisau Tulang, kan?”
Yang lainnya kebingungan sejenak tapi salah satu dari mereka langsung bereaksi.
“Tim Pisau Tulang? Maksudmu tim yang telah menyelesaikan Tantangan Tingkat A secara sempurna?” tanya Park Donggeun dengan syok.
Xiang Nan mengangguk. “Benar. Tuan Su juga adalah ahli strategi untuk tim itu. Kalian tak mau memercayaiku, tapi aku yakin kalian akan memercayai dia, kan?”
Tak ada seorang pun yang punya keberatan lebih jauh lagi setelah mereka mengetahui siapa Su Jin itu. Seseorang yang bisa menyelesaikan sebuah Tantangan Tingkat A jelas merupakan seseorang yang bisa mereka andalkan.
“Karena semua orang memercayaiku, maka aku akan menerima tugas itu,” ujar Su Jin. Setelah terdiam sejenak untuk berpikir, dia berkata, “Nama dari Tantangan ini sendiri sudah cukup menjelaskan, jadi kita menantikan kemunculan para hantu. Apa ada di sini yang punya sesuatu yang mampu melawan makhluk seperti itu?”
Tak ada seorang pun yang berkata apa-apa, yang membuat Su Jin dan Xiang Nan bertukar tatapan lelah. Tak ada pemilik yang akan mau memperlihatkan kartu as mereka kalau mereka tak perlu melakukannya. Itu merupakan mode perilaku alami dalam situasi-situasi berbahaya seperti ini.
“Baiklah kalau begitu! Karena tak ada seorang pun yang mau bicara, aku takkan tanya lagi. Perkenalan dari Tantangan ini sudah berkata bahwa kita akan harus berinteraksi dengan para hantu dan entah bagaimana selamat dari permainan mereka. Hanya ada sangat sedikit informasi yang bisa dipergunakan, jadi kita hanya bisa terus bermain selangkah demi selangkah,” ujar Su Jin dengan suara muram.
Dia memanfaatkan waktu ini untuk mengamati para pemilik dalam kelompok itu. Sebagian besar dari mereka tampak cukup gelisah, namun beberapa dari mereka kelihatan jauh lebih tenang daripada yang lain. Kelompok yang belakangan ini mungkin adalah orang-orang yang punya sesuatu yang bisa mengatasi hantu, atau setidaknya mereka adalah orang-orang yang kemungkinan besar akan selamat dari serangan hantu.