Buku Panduan Neraka - Chapter 147
Ketika longsoran saljunya mendadak terhenti, Su Jin merasa kepalanya seperti akan meledak. Suatu rasa logam merayap naik dari bagian belakang mulutnya dan dia pun menyemburkan darah. Bahkan seorang pemilik Buku Panduan juga kesulitan untuk bertahan menghadapi kekuatan alam. Psikokinesisnya nyaris runtuh di bawah beban salju ini.
“Berpencar!” Su Jin berteriak dengan mata masih selebar sebelumnya. Dia memanipulasi psikokinesisnya untuk membentuk kerucut sehingga saljunya bisa meluncur turun dari kedua sisi kerucut demi menghindarkannya dari orang-orang yang ada di belakangnya.
Kaki Su Jin menekuk dan dia jatuh berlutut karena kini rasanya seperti ada ribuan jarum yang menusuk-nusuk kepalanya. Dia tahu bahwa ini adalah karena dia telah kelewat ambisius dengan jumlah psikokinesis yang dia miliki dan kali ini akan butuh waktu cukup banyak untuk memulihkan diri.
Setelah salju yang berjatuhan memudar, longsor pertama pun telah berlalu. Tapi Su Jin cemas kalau semua guncangan tadi akan menghasilkan salju longsor yang kedua, jadi dia berteriak pada semua orang, “Menyingkir dari sini sekarang juga! Berbahaya kalau tetap di sini!” Setelah berteriak, dirinya juga ikut menghilang.
Dia memastikan bahwa sepanjang waktu ini dirinya terus memunggungi semua orang, jadi dia tak mencemaskan kalau-kalau seseorang akan ingat seperti apa wajahnya. Dia harus buru-buru pindah ke area lainnya, karena dia hanya punya kekuatan untuk melindungi satu tempat dari terkena terjangan salju yang akan datang.
Su Jin bukan seorang idiot, jadi dia tahu bahwa karena dia tak mungkin bisa menyelamatkan semua orang di gunung, setidaknya dia bisa menyelamatkan orang-orang di satu area sebaik yang dia mampu. Kalau dia berusaha menyelamatkan semua orang sekaligus, dia mungkin malah berakhir tidak menyelamatkan siapa-siapa sama sekali.
Masih ada darah yang menetes-netes dari bibirnya tapi hal itu tak mengganggunya. Wajahnya pucat karena dia telah menggunakan psikokinesisnya untuk melakukan sesuatu yang terlalu berat baginya dan dia telah memakai lebih dari separuh batasannya. Jadi, dia mengambil sehelai daun dari Pohon Kehidupan dan mengunyah satu bagiannya.
Dia memakai psikokinesisnya untuk mencari di bawah timbunan salju dan menarik keluar siapa pun yang telah terkubur di bawah salju. Setengah jam kemudian, dia berhasil menarik keluar sekitar tujuh atau delapan orang.
Akan tetapi, ekspresinya malah tampak lebih muram daripada sebelumnya, karena dia tahu bahwa semakin lama seseorang terjebak di bawah salju, semakin rendah kemungkinan mereka untuk selamat.
“Aku sudah berusaha sebaik mungkin,” gumam Su Jin pada dirinya sendiri seraya menggelengkan kepalanya tanpa daya.
Tepat pada saat itulah, dua sosok mendekatinya dari dua arah berbeda. Yang pertama mencapai dirinya adalah Situ Jin. Salah satu lengan pria itu terpelintir dan dia jelas telah terluka parah. Sekujur tubuhnya penuh salju dan dia kelihatan seperti tadinya telah tertimbun juga di bawah salju.
“Aku berhasil menyelamatkan sepuluh orang lebih, tapi tetap tidak cukup.” Mata Situ Jin tampak merah ketika dia menggertakkan giginya dan mengepalkan jemarinya erat-erat. Dia jelas sangat kecewa dengan hasil ini.
Kano Mai adalah orang lain yang mendekati Su Jin. Kondisi wanita itu lebih baik daripada dua orang lainnya karena dirinya tak terluka, tapi sekujur tubuhnya juga penuh dengan salju. Tapi kalau Su Jin melihat dirinya sendiri, dia akan menyadari bahwa tubuhnyalah yang paling banyak diselimuti oleh salju.
“Kita masih bisa lanjut menyelamatkan beberapa orang lagi, ada tanda-tanda kehidupan di tempat-tempat ini!” Su Jin menggambar peta di dalam benaknya dengan berbagai titik tanda kehidupan yang telah dia deteksi, kemudian mengirimkannya pada dua orang lainnya lewat psikokinesisnya.
Kedua orang itu langsung berlari ke dua arah yang berbeda untuk mencari orang-orang selamat yang telah Su Jin deteksi. Su Jin sendiri lanjut menyelamatkan siapa pun yang bisa dia selamatkan dalam jangkauannya. Setelah sekitar sepuluh menit, Su Jin berhasil menggali keluar tiga orang. Untung saja, mereka tak terluka dan hanya mengalami sedikit kekurangan oksigen.
“Kalian tak apa-apa? Kalau bisa, turun gunung sekarang juga!” Ketika Su Jin bicara, tiba-tiba dia menyadari bahwa orang yang baru saja dia tarik keluar tak lain tak bukan adalah Han Mengyao, wanita yang sepanjang waktu ini telah mengikuti dirinya dan Kano Mai.
“Kenapa kau ada di sini?”
Han Mengyao menggigil gila-gilaan. Dia mengira bahwa karena dirinya adalah ahli beladiri, dia takkan perlu takut pada hawa dingin dan tak mengenakan terlalu banyak lapisan baju. Tapi setelah terkubur di dalam salju seperti itu, tubuhnya juga tak mampu menanggung hawa dinginnya.
“Ak… aku sedang… li… li… bur-an…,” ujar Han Mengyao dari sela-sela giginya yang gemeretakan.
Su Jin berusaha untuk tidak tertawa. Gadis ini masih saja berpura-pura bahkan dalam situasi semacam ini. Tapi ini bukan waktunya untuk membongkar kebohongannya ataupun menggodanya. Yang lebih penting adalah memusatkan tenaganya untuk menyelamatkan siapa pun yang bisa dia selamatkan.
“Pergilah sekarang, jangan terus di sini dan mengganggu.” Su Jin tak terlalu mencemaskan soal Han Mengyao karena gadis itu sangat bugar dan tangkas.
Setelah Su Jin berbalik dan berjalan pergi, Han Mengyao mencebik karena dia merasa terhina gara-gara Su Jin beranggapan bahwa dirinya mungkin akan mengganggu. Dia melakukan sedikit perenggangan dan merasa jauh lebih baik, jadi dia pun berlari kembali mengejar Su Jin.
“Hei! Kau… punya cara untuk menentukan di mana lokasi orang-orang selamat dengan tepat, kan?” Han Mengyao adalah seorang gadis muda yang cerdas dan dengan cepat dia menyadari bahwa Su Jin mampu menentukan lokasi orang-orang selamat dengan ketepatan luar biasa.
Su Jin mengernyit dan merasa kalau nanti dia perlu meminjam alat penghapus ingatan dari Situ Jin dan menggunakannya pada Han Mengyao. Kalau semua orang dari polisi khusus menemukan bahwa dirinya memiliki kekuatan super, dirinya akan berada dalam masalah.
“Apa kau bisa memberitahuku di mana letak orang-orang yang selamat ini? Aku… aku juga ingin membantu dengan misi penyelamatannya,” ujar Han Mengyao.
Su Jin langsung menekankan satu jari ke dahi gadis itu dan lokasi orang-orang selamat terdekat pun muncul dalam kepala Han Mengyao. Gadis itu menatap tak percaya padanya.
“Kau harus bertindak cepat dalam situasi semacam ini! Jangan cuma berdiri di sini dan menatapku!” teriak Su Jin sebelum berlari pergi untuk menyelamatkan lebih banyak orang.
Han Mengyao tidak marah setelah Su Jin membentaknya dan langsung berlari pergi untuk menyelamatkan orang-orang yang keberadaannya telah diberitahukan oleh Su Jin. Kira-kira setengah jam kemudian, bantuan datang, tapi hanya sedikit hal yang perlu dilakukan. Bagaimanapun juga, sepanjang waktu ini empat orang telah menariki orang-orang keluar dari dalam salju, sehingga hal itu menghasilkan lebih banyak orang selamat daripada kalau mereka sekedar menunggu datangnya bantuan.
Begitu bantuan tiba, Su Jin dan Kano Mai langsung menghilang dari tempat kejadian. Situ Jin tahu tentang mereka, tapi dirinya juga seorang pemilik, jadi hal itu bukan masalah. Yang ingin mereka hindarkan adalah pihak berwajib memerhatikan mereka.
Situ Jin adalah kepala dari Departemen Urusan Supernatural, jadi dia melangkah maju untuk menunjukkan plakatnya kepada pihak berwenang. Han Mengyao melakukan hal yang sama, dan mereka berdua pun lanjut membantu dengan misi penyelamatan.
Sementara itu, Su Jin dan Kano Mai kembali ke hotel mereka. Keduanya butuh istirahat, terutama Su Jin. Demi mencegah sejumlah besar salju mengubur seluruh kelompok turis itu, dia telah menerima pukulan berat dan kepalanya masih terasa sangat menyakitkan.
“Jin, kau tak apa-apa?” Kano Mai sangat cemas karena pria itu tampak sangat kesakitan.
Su Jin mengulas senyum dan menggelengkan kepalanya. “Aku akan baik-baik saja. Tadi aku cuma sedikit terlalu memaksakan diri dan hanya butuh tidur. Nanti jangan bangunkan aku untuk makan malam.”
Su Jin memilih tidur untuk memulihkan diri, karena dia telah menemukan bahwa itulah cara terbaik untuk memulihkan psikokinesisnya.
Sayangnya, kepalanya sakit luar biasa sehingga dia sama sekali tak bisa tertidur. Tengah malam sudah lewat tapi dia tetap tak bisa tidur. Dia berusaha memukuli kepalanya sendiri dengan harapan rasa sakitnya akan pergi, tapi hal itu sama sekali tak berguna.
“Ini mungkin berguna untukmu,” tiba-tiba sebuah suara terdengar di samping Su Jin.
Rambut Su Jin serasa berdiri tegak ketika dia tersentak bangun dan mengambil Pisau Tulangnya. Psikokinesisnya butuh waktu untuk pulih, jadi sensitivitasnya pada sekelilingnya telah sangat menumpul. Seseorang ternyata berhasil mendekat hingga ke samping ranjangnya tanpa diketahui olehnya. Kalau orang ini ingin membunuhnya, saat ini dia akan sudah mati.
“Ternyata kau!” Su Jin terkejut sekaligus lega. Orang yang berdiri di samping ranjangnya ternyata adalah Situ Jin. Bukannya tidur, orang itu malah memilih untuk berdiri di sini seperti vampir yang menakutkan. Entah sudah berapa lama dia berdiri di sini, batin Su Jin.
Situ Jin melemparkan sebuah botol berisi cairan ungu ke arah Su Jin dan berkata tanpa ekspresi, “Ini adalah sesuatu yang kudapat dari sebuah Tantangan yang melibatkan kekuatan sihir. Kau coba saja apa ini berguna.”
Su Jin menatap benda itu lalu menenggak isinya tanpa ragu. Bagaimanapun juga, kalau Situ Jin berniat membunuh dirinya, pria itu akan sudah melakukannya sejak lama.
Cairan ungu itu rasanya sangat tidak enak dan mulanya Su Jin bertanya-tanya apakah dia sudah terlalu memercayai Situ Jin. Tapi tak lama setelahnya, suatu perasaan yang menyegarkan memenuhi kepalanya dan rasa sakit tajam yang dideritanya tadi lenyap sepenuhnya.
“Fiuh! Terima kasih!” Su Jin mengucapkan terima kasih dengan tulus.
Tapi masih ada ekspresi tak mengenakkan di wajah Situ Jin. Dia bertanya dengan suara rendah dan serius, “Kenapa kau menyelamatkan orang-orang itu?”
“Apa… salah kalau aku menyelamatkan mereka?”
“Tentu saja tidak salah. Tapi kenapa kamu?”
“Apa yang salah dengan logikamu sih? Kenapa bukan aku? Aku mungkin adalah pemilik Buku Panduan, tapi aku kan juga manusia. Memangnya salah bagi orang yang lebih kuat menolong orang yang lebih lemah?” Su Jin sungguh tak bisa mengerti bagaimana cara kerja otak orang ini.
Tapi setelah ledakan emosi itu, tiba-tiba Situ Jin tersenyum dan memberinya anggukan puas. “Sepertinya aku bisa menyimpulkan hasil penilaianku tentangmu untuk sementara waktu ini. Saat ini kau bukan ancaman dan kau takkan mencelakai masyarakat.”
“Wah, makasih?” Su Jin mendengus. Penilaian ini sejak awal tak ada gunanya. Bahkan jika Situ Jin menyimpulkan bahwa dirinya adalah karakter yang berbahaya, apa yang akan Situ Jin lakukan tentang hal itu? Saat ini Situ Jin tak mungkin mampu membunuh dirinya.
Penilaian semacam itu hanya masuk akal jika pihak yang lebih kuat menilai pihak yang lebih lemah. Orang yang lebih lemah menilai orang yang lebih kuat tidak lebih dari kata-kata belaka.
“Jangan terlalu girang soal itu sekarang. Kalau kau sampai melakukan sesuatu yang mendatangkan celaka bagi warga negaraku, aku akan menyingkirkanmu, tak peduli berapa pun harga yang harus kubayar,” ujar Situ Jin dengan ekspresi serius di wajahnya, seakan melakukan hal itu akan membuat Su Jin ketakutan.
“Baiklah, baiklah, aku mengerti. Aku akan jadi warga negara yang baik dan memastikan aku tak mendatangkan masalah bagimu atau negara. Sudah cukup bagus buatmu?” ujar Su Jin dengan gaya menyebalkan. “Omong-omong, Han Mengyao sudah menemukan kalau aku punya kekuatan supernatural, jadi apa kau bisa meminjamiku alat penghapus ingatanmu itu?”
Kini Situ Jin tampak lebih galak. “Han Mengyao adalah salah satu sesama warga negaraku. Kau tak punya hak untuk mengubah atau menghapus ingatannya.”
“Kalau kau tak mau meminjamkannya padaku, ya tinggal bilang saja! Begini ya, kalau dia dan departemennya memutuskan bahwa mereka ingin melakukan sesuatu tentang aku, aku takkan menyerahkan diriku sendiri dengan patuh, dengar tidak? Hukum juga mengizinkanku membela diri, bukankah begitu? Jadi, aku takkan dianggap melukai mereka karena punya niat jahat, kan?” ujar Su Jin seraya menyeringai lebar.
Bibir Situ Jin berkedut samar. Kalau Su Jin memang merupakan seorang warga negara patuh hukum meski merupakan seorang pemilik Buku Panduan, maka bukankah sudah seharusnya kalau dia juga melindungi hak asasi Su Jin? Ini merupakan pertanyaan yang sulit dijawab oleh Situ Jin.
Masih ada senyum yang terpasang di wajah Su Jin ketika dia berkata, “Omong-omong, kau tadi bilang kalau kau sedang memburu para pemilik Buku Panduan salah jalan yang telah membuat kekacauan, kan?”
“Benar.”
“Kau terlalu lemah untuk melakukan hal semacam itu. Pendapatku soal bagian itu belum berubah sama sekali. Kalau kau sampai harus menghadapi orang yang lebih kuat atau lebih parah lagi, seorang veteran, kau pasti akan kalah. Kalau kau ingin jadi lebih kuat… kau bisa pertimbangkan untuk bergabung dengan timku!” ujar Su Jin dengan suara tenang.