Buku Panduan Neraka - Chapter 146
Su Jin benar-benar terperanjat. Dia tak pernah menyangka kalau Situ Jin ternyata juga seorang pemilik. Ditatapnya Situ Jin dan merasa seperti menemukan kesempatan untuk mengintip lagi ke dalam pikiran pria itu.
“Inikah yang dicemaskan oleh Xu Ran?” Su Jin bertanya-tanya. Kalau Xu Ran cemas jika Situ Jin akan melakukan sesuatu seperti ini, maka kecemasannya bukan tak berdasar. Para pemilik Buku Panduan kapan saja bisa menjadi luar biasa kuat. Situ Jin hari ini bukan tandingan Su Jin, tapi orang itu bisa tiba-tiba menjadi lebih kuat daripada Su Jin setelah menjalani Tantangan berikutnya.
Situ Jin bermandikan keringat dingin dan merasa sangat kalah. Pemuda di hadapannya ternyata telah mengalahkan dirinya dengan begitu telak hanya dengan auranya saja.
Cahaya putih itu perlahan memudar dan menghilang sepenuhnya, karena benda itu adalah benda yang hanya bisa dipakai sekali. Situ Jin telah secara khusus menukarkan poinnya untuk benda ini demi bisa memburu para pemilik yang salah jalan.
“Tidak, tunggu! Itu bukan auramu. Apa yang telah kau lakukan?” Mata Situ Jin tiba-tiba melebar. Konsep aura kedengaran terlalu konyol untuk menjadi nyata, jadi ini pasti adalah sesuatu yang lain.
“Kekuatan Jiwa. Aku yakin kau sudah pernah mendengarnya sebelum ini. Hanya para pemilik yang punya Kekuatan Jiwa yang bisa disebut veteran,” Su Jin menjelaskan tanpa menahan-nahan informasi sedikit pun. Lagipula, bahkan meski dia tak menjelaskannya sekarang, dia yakin Situ Jin akhirnya akan bisa menyimpulkan apa yang terjadi dalam waktu singkat.
Situ Jin kelihatan seperti baru saja mendapat pencerahan dan Su Jin melemparkan tongkat pendek itu kembali ke tangan pria yang lebih tua tersebut. Dia memelotot pada Situ Jin dan berkata, “Kau bekerja untuk pemerintah, jadi bagaimana bisa kau menarget keluargaku gara-gara perselisihan pribadi? Kalau kau tak punya penjelasan bagus dalam melakukan ini, aku akan membunuhmu!”
Situ Jin memercayai kata-kata itu. Dia bisa merasakan amarah dalam diri Su Jin, jadi dia tahu kalau Su Jin bersungguh-sungguh soal ini.
“Aku tidak berusaha menyerang anggota keluargamu. Sebenarnya, kau bisa bilang kalau aku telah menyelamatkan mereka. Kalau aku tak mengunjungi kampung halamanmu, mungkin sekarang orangtuamu sudah mati.” Situ Jin memutuskan untuk berkata jujur pada Su Jin, karena kini Su Jin sangat tegang dan mungkin akan benar-benar menghabisi dirinya saat itu juga.
Su Jin mengernyit dan berkata, “Dan bagaimana aku harus memercayainya?”
“Sebelumnya kau bisa mengubah ingatanku, kan? Itu berarti kau bisa memeriksanya juga, bukan begitu?” ujar Situ Jin.
Su Jin langsung mengirimkan psikokinesisnya ke dalam otak Situ Jin dan menemukan ingatan-ingatan yang paling baru. Persis seperti yang telah Situ Jin katakan, dia ternyata telah menyelamatkan orangtua Su Jin dari musibah.
Kesalahpahaman itu kini membuat Su Jin merasa agak malu, karena itu berarti sekarang Situ Jin bukanlah musuh, dan sebenarnya malah penyelamat.
“Aku, uh… terima kasih telah melakukannya,” Su Jin berkata kikuk.
“Tak perlu berterima kasih padaku. Sudah tugasku untuk melindungi warga negaraku. Selain kau sendiri, keluargamu terdiri dari warga negara biasa, jadi mereka juga masuk dalam perlindunganku,” ujar Situ Jin kaku. Baginya, ini merupakan pekerjaannya, jadi dia pikir tak perlu bagi siapa pun untuk berterima kasih kepadanya karena telah melakukan pekerjaannya dengan benar.
Lalu mengenai dua orang asing yang telah Su Jin lihat dalam ingatan Situ Jin, orang-orang pertama yang terpikirkan olehnya adalah kelompok yang merampoki para pemilik lainnya. Dia tak bisa memikirkan alasan lain kenapa para pemilik dari negara yang berbeda akan memburu dirinya seperti ini.
“Lantas kenapa kau ada bersama adikku?” tanya Su Jin. Orang yang telah menemukan Situ Jin adalah Su Qing, bukan orangtuanya.
Ada raut yang sama bingungnya di wajah Situ Jin ketika dia memukul kepalanya dan berkata, “Aku juga benar-benar tak tahu sebabnya. Adikmu memakai ini padaku dan menghapus ingatan yang kupunya sebelumnya.”
“Apa ini? Alat penghapus ingatan?” Su Jin memandangi benda yang Situ Jin acungkan dan seketika terpikirkan tentang alat yang dipakai dalam film berjudul Men in Black. Benda ini memang tampak sangat mirip dengan neuralyzer dalam film itu.
Situ Jin mengangguk dan mendesah berat. “Aku sama sekali tak ingat bagaimana hal itu terjadi. Benda ini adalah milikku, tapi aku malah berakhir dengan menjadi korbannya. Aku benar-benar tak ingat apa yang telah kulakukan ketika aku bertemu adikmu.”
Su Jin nyaris menyebut Situ Jin sebagai bajingan ketika dia mendengar kata-kata itu, karena deskripsi ini membuat Situ Jin kedengaran seperti salah seorang bajingan yang telah berbuat tak senonoh dengan seorang gadis dan kemudian membuang gadis itu tanpa belas kasihan.
“Kau telah menyelamatkan orangtuaku, jadi biarkan aku membantumu dengan hal itu.” Tak ada yang namanya menghapus ingatan. Lebih tepat jika mengatakan bahwa ingatannya telah disegel di suatu tempat lainnya. Situ Jin masih punya ingatan tentang apa yang telah terjadi, kecuali bahwa ingatan itu berada jauh di dalam alam bawah sadarnya. Psikokinesis Su Jin bukan hanya bisa mengubah ingatan orang lain, tapi juga bisa mengambil kembali ingatan-ingatan yang telah tersegel itu.
Situ Jin tak terlalu menyukai Su Jin, tapi dia memercayainya. Atau mungkin bahkan meski dia menganggap Su Jin sebagai musuh, fakta bahwa Su Jin tidak membunuh dirinya meski jauh lebih kuat dan fakta bahwa Su Jin telah memberinya kesempatan untuk menjelaskan dirinya sendiri dan mengakui bahwa sebelumnya telah terjadi kesalahpahaman memberitahunya bahwa Su Jin bukan orang yang licik dan jahat.
Dengan seizin Situ Jin, Su Jin kembali mengirimkan Psikokinesisnya ke dalam otak Situ Jin. Dengan cepat dia menemukan ingatan-ingatan yang tersegel itu dan membukanya kembali sehingga Situ Jin juga bisa memperolehnya lagi.
“Tampaknya aku benar-benar berhutang besar padamu,” ujar Su Jin seraya tertawa merendahkan diri dan menggelengkan kepalanya. Situ Jin bukan cuma telah menyelamatkan orangtuanya, tapi juga telah menyelamatkan adiknya. Kini dia jelas telah berhutang besar pada Situ Jin.
Situ Jin tak peduli pada satu pun dari hal itu. Suaranya masih terdengar tidak ramah ketika dia berkata, “Seperti yang kubilang, melindungi warga negaraku dari musibah adalah tugasku.”
Meski Situ Jin telah berkata demikian, Su Jin tetap merasa bahwa dia berhutang budi pada Situ Jin. Namun kini hal itu tidak penting. Masalahnya sekarang adalah bahwa organisasi perampok ini telah ganti menyerang anggota keluarganya, yang berarti bahwa orang-orang ini sama sekali tak punya batasan etika. Su Jin tidak takut kalau mereka menyerang dirinya, tapi teman-teman dan keluarganya tak mungkin bisa seberuntung itu sampai Situ Jin terus muncul setiap saat untuk menyelamatkan mereka.
‘Aku harus memikirkan cara untuk menyelesaikan masalah ini,’ pikir Su Jin mengerutkan dahi. Tapi dia tidak benar-benar yakin bisa menyelesaikan masalah ini, karena organisasinya sangat besar dan punya banyak pemilik yang bisa mereka pakai.
Su Jin mengalihkan perhatiannya kembali pada Situ Jin dan berkata, “Mari bicara tentang kita lebih dulu. Apa yang kau mau dariku?”
“Aku kemari untuk menilaimu dan mungkin… aku mungkin akan memburumu!” jawab Situ Jin sangat terang-terangan.
Su Jin dibuat tertegun dengan tanggapan ini. Semakin dia bicara pada Situ Jin, semakin dia tak bisa memahami orang ini. Dia benar-benar menyesal karena tidak menggeledah sisa isi kepala orang ini tadi.
“Para pemilik Buku Panduan Neraka merupakan sebuah variabel yang berbahaya, dan mereka merupakan ancaman potensial bukan hanya pada negara ini, tetapi seluruh dunia dan mungkin bahkan seluruh umat manusia. Akhir-akhir ini aku sudah membunuh beberapa orang pemilik karena mereka punya karakter yang buruk dan punya moral yang buruk. Setelah memperoleh kekuatan supernatural yang datang bersama dengan Buku Panduan, mereka mulai melakukan perbuatan-perbuatan keji. Kau juga adalah seorang pemilik, jadi aku perlu menilai seberapa berbahayanya dirimu,” Situ Jin menjelaskan.
Su Jin tak tahu bagaimana harus menanggapinya. Apakah dia harus mengagumi orang ini karena punya banyak nyali? Situ Jin belum menjadi pemilik ketika sebelumnya Su Jin bertemu dengannya, yang berarti bahwa Situ Jin baru belakangan ini menjadi pemilik. Hanya berusaha membayangkan seorang pemilik yang masih pemula memburu para pemilik lainnya telah benar-benar mengejutkan Su Jin. Sungguh merupakan keajaiban jika saat ini Situ Jin masih hidup dan baik-baik saja.
“Biarkan aku memberimu peringatan yang baik – dari semua pemilik yang pernah kutemui, kemampuanmu berada tepat di bagian dasar. Kalau kau terus berkeliaran untuk membunuhi para pemilik lain pada tingkatan ini, kemungkinan besar kau akan berakhir dengan kehilangan nyawa,” ujar Su Jin. Dia mengerti dari mana asal pemikiran Situ Jin itu. Para pemilik mempunyai kekuatan supernatural dan akses pada senjata-senjata yang tak dimiliki oleh orang lain di dunia ini, jadi kalau mereka mau, mereka memang bisa menjadi orang-orang yang berbahaya. Organisasi perampok itu adalah kelompok yang menarget para pemilik, tapi dalam proses merampok para pemilik, mereka juga mencelakai orang-orang biasa yang kebetulan berada di tengah-tengah medan pertarungan.
Situ Jin tahu kalau kata-kata Su Jin memang benar, tapi waktu dan situasi tak bisa menunggu. Dia bisa memanfaatkan waktu untuk pelan-pelan meningkatkan kemampuannya, tapi orang-orang di negaranya tak bisa menunggu dirinya selama itu. Setiap harinya ada orang-orang yang membutuhkan bantuan.
“Aku tak punya pilihan. Kalau aku memanfaatkan waktu untuk pelan-pelan melatih diriku sendiri sebelum melakukan hal semacam itu, saat ini orangtuamu akan sudah mati,” ujar Situ Jin tanpa ekspresi.
Su Jin tak punya jawaban atas pernyataan itu. Situ Jin memang benar. Meski Situ Jin tampak seperti orang aneh yang tidak rasional serta menyusahkan baginya, tak diragukan lagi bahwa Situ Jin merupakan seorang pahlawan bagi warga biasa.
Dia tak tahu apa lagi yang harus dia katakan, tapi dia mulai mengerti kenapa Xu Ran begitu ingin melindungi temannya ini.
Persis pada saat itulah, keduanya merasakan tanah berguncang.
“Apa yang terjadi?” Situ Jin melihat sekeliling tapi tak bisa menemukan sumber dari guncangan itu.
“Mai, apa telah terjadi sesuatu di sekitar sini?” Su Jin langsung menghubungi Kano Mai.
“Jin, kabar buruk! Telah terjadi longsor salju! Sejumlah besar salju tengah longsor dari puncak gunung dan ada banyak orang yang berada di jalur longsorannya, jadi mereka berada dalam bahaya besar!” jawab Kano Mai.
“Sial!” rutuk Su Jin. Dia berpaling pada Situ Jin dan berkata, “Telah terjadi longsoran salju di dekat sini, jadi kau lebih baik jaga jarak karena situasinya sangat berbahaya. Hubungi pihak berwenang dan suruh mereka kirim bantuan sekarang juga!” Dia kemudian berbalik untuk berjalan pergi.
“Kau mau ke mana?” Situ Jin berteriak di belakangnya.
“Kau mungkin adalah pahlawan, tapi aku juga bukan orang yang bisa begitu saja membiarkan orang lain berada dalam bahaya! Aku akan menyelamatkan siapa pun yang bisa kuselamatkan!” Su Jin berlari pergi secepat kilat. Dia tahu kalau salju longsor terjadi sangat cepat dan dia tak punya banyak waktu untuk dibuang-buang.
Setelah Su Jin menghilang dari pandangan, Situ Jin menarik keluar ponselnya dan menelepon komisarisnya. “Pak, terjadi salju longsor di Gunung Awan di Provinsi Z, jadi harap hubungi pihak berwenang yang relevan sekarang juga. Kita butuh mereka mengirim bantuan secepatnya.”
“Gunung Awan? Sekarang kau ada di Gunung Awan?” komisarisnya bertanya.
“Sekarang hal itu tidak penting! Aku akan menjelaskan semuanya nanti. Kami butuh bantuan sekarang juga!” salak Situ Jin sebelum menutup teleponnya dan berlari pergi ke arah yang sama dengan Su Jin.
Su Jin telah mencapai gunung dengan sangat cepat, tapi matanya melebar ketika dia melihat banyaknya jumlah salju yang turun. Dia merasa dirinya takkan mampu menyelamatkan banyak orang sendirian.
“Mai, katakan padaku bagian gunung mana yang jumlah turisnya paling banyak! Kita hanya bisa berusaha sebaik mungkin!” ujar Su Jin.
“Mengerti. Konsentrasi turis terbanyak ada di arah jam tujuh, sekitar 1.800 meter jauhnya dari tempatmu. Jumlah turisnya ada tujuh belas orang dan kupikir mereka adalah kelompok tur,” Kano Mai melapor kembali.
Su Jin langsung berlari ke arah itu dan melewati jarak 1.800 meter hanya dalam waktu satu detik. Para turis semuanya terlalu ketakutan dan panik bahkan untuk kabur menyingkir.
Dengan cepat Su Jin berdiri di antara mereka dan salju lalu mengambil Busur Panjang Raja Iblisnya. Dia menembakkan Raungan Raja Iblis ke arah salju dan serangan tersebut berhasil meledakkan sejumlah besar saljunya. Tapi tidak butuh waktu lama bagi lebih banyak salju lagi untuk turun bergulung-gulung.
“Sial!” Su Jin memaki dalam hati seraya menggertakkan giginya, kemudian memelotot kuat-kuat pada salju yang datang. Seberkas cahaya perak memancar keluar dari matanya dan suatu kekuatan tak terlihat tiba-tiba menghentikan salju yang berjatuhan.