Buku Panduan Neraka - Chapter 144
Sebelum masuk, Situ Jin telah menemukan bahwa seluruh rumah itu telah dikelilingi oleh sebuah medan energi kecil yang membuat suara tak bisa keluar. Dia telah menukarkan poinnya untuk medan energi kecil yang mirip, jadi dia langsung mengenalinya dan yakin bahwa sesuatu yang buruk sedang terjadi di dalam.
Sebenarnya, sangat berani bagi Situ Jin untuk menerobos masuk tanpa tahu apa-apa, karena para penyusup biasanya membunuh pada situasi semacam itu. Akan tetapi, dia tak ragu karena dirinya adalah kepala dari Departemen Urusan Supernatural dan tugasnya adalah untuk melindungi sesama warga negaranya, bahkan meski putra pasangan ini adalah seorang pemilik.
Kedua pria itu menatap Situ Jin dan terkejut ketika melihat dirinya. Tak pernah terlintas dalam benak mereka bahwa seseorang akan datang ke desa kecil yang begitu terpencil ini dan berusaha menghentikan mereka membunuh kedua penduduk biasa ini.
“Bunuh dia juga.” Si pria berkulit gelap sangat kesal. Karena Situ Jin telah memutuskan untuk merisikokan nyawanya dengan melakukan hal ini, mereka bisa sekalian saja membunuhnya.
Si pria kulit gelap menjentikkan jemarinya dan dua bilah belati tajam muncul di tempat kuku-kuku jarinya seharusnya berada. Tiba-tiba si pria kulit putih menariknya mundur, melepaskan ibu Situ Jin dan mengisyaratkan pada Situ Jin agar menunjukkan bahwa dia tak berniat jahat sama sekali sebelum menarik rekannya mundur lebih jauh lagi.
“Apa yang kau lakukan?” si pria kulit gelap sangat kebingungan.
Si pria kulit putih menatapnya dan berkata dingin, “Dia dari Departemen Urusan Supernatural, jadi lebih baik tak berurusan dengannya. Kalau tidak, kita akan kesulitan di sini.”
“Kau takut apa? Tinggal bunuh saja dia dan tak ada seorang pun yang akan tahu kalau kita yang telah melakukannya.” Si pria kulit gelap berpikir bahwa Situ Jin cuma orang biasa dan membunuhnya takkan membuat perbedaan apa pun.
Si pria berkulit putih mengernyit kesal dan berkata, “Orang ini juga adalah seorang pemilik dan kita tahu siapa yang ada di belakangnya. Kita tak sanggup menyinggung orang ini, jadi lebih baik kita pergi!”
Kedua pria itu bicara secara terang-terangan dan tak memedulikan Situ Jin sedikit pun, walaupun kedengaran seperti kalau mereka mencemaskan tentang Situ Jin. Sikap mereka amat sangat membuat Situ Jin kesal karena dia bisa melihat bahwa kedua pria ini hanya takut pada orang di pihaknya dan sebenarnya tak terlalu memedulikan tentang dirinya.
Pada saat bersamaan, Situ Jin harus mengakui bahwa kedua pria ini menguarkan hawa yang jauh lebih mengesankan dibandingkan dengan pemilik mana pun yang pernah dia lawan sebelumnya.
Si pria kulit gelap berhasil dibuat yakin, jadi mereka pun melompati pagar bahkan tanpa melihat Situ Jin untuk yang kedua kalinya. Mereka jelas-jelas tak mau melawan Situ Jin.
Situ Jin menghembuskan desahan lega panjang-panjang. Setelah melalui beberapa Tantangan Buku Panduan, dirinya sudah jadi jauh lebih kuat daripada sebelumnya. Tapi semakin kuat dirinya, semakin dia menyadari bahwa perbedaan dalam hal kekuatan di antara para pemilik bisa jadi benar-benar besar. Ada orang-orang yang bisa membunuh dirinya hanya dengan jentikan jemari mereka.
“Kau baik-baik saja?” Ayah Su Jin mengangkat istrinya dari tanah dan memandangi wanita itu dengan sorot cemas.
Situ Jin berjalan mendekat, mengambil sebutir biji ungu dari Buku Panduannya dan memberitahu ayah Su Jin, “Buat dia makan ini.”
Ayah Su Jin tahu kalau Situ Jin telah menyelamatkan mereka dan bukan orang jahat, jadi dia mengambil biji itu dari Situ Jin dan menyuapkannya kepada istrinya. Seketika rona kembali ke wajah wanita itu dan ibu Su Jin pun berhenti mengernyit ketika perlahan matanya kembali terbuka.
Ketika Situ Jin melihat kalau wanita itu sudah kembali sadar, dia berkata kepada mereka, “Tolong lihat ke sebelah sini! Benar, lihat ke lensa sebelah sini! Bilang cheese!”
Terdengar suara ceklikan keras dan kilasan cahaya terang. Orangtua Su Jin tampak seperti bengong, yang mana memang itulah yang Situ Jin inginkan. Tapi dia mengernyit dan menggumam pada dirinya sendiri, “Sayang sekali benda ini membutuhkan orangnya membuka mata demi bisa menghapus ingatan mereka, jadi aku harus membuang sebutir Biji Bintang Ungu untuk membangunkan dia.”
Dia kemudian berjalan menuju dapur, melihat sekeliling selama beberapa saat untuk akhirnya menemukan nasi sisa dan dua butir telur. Dia membuat sepiring nasi goreng telur yang lezat untuk dirinya sendiri dan mengangguk puas pada dirinya sendiri setelah dia selesai makan.
“Aku akan anggap saja itu sebagai pembayaran untuk Biji Bintang Ungunya.” Situ Jin mengangkat bahu, kemudian berjalan kembali ke tempat kedua orang yang lebih tua itu. Dia berpikir sejenak untuk mengarang cerita lalu berkata, “Jadi… begini. Kalian berdua terluka karena kau menemukan bahwa suamimu telah memakan kedua telurnya secara diam-diam dan kalian berdua mulai bertengkar dan saling berkelahi. Oke?”
Setelah pasangan tua itu mengangguk, Situ Jin berjalan keluar dari rumah itu. Beberapa detik kemudian, kedua orangtua Su Jin terbangun dari kondisi bengong mereka pada saat bersamaan. Ibu Su Jin mengangkat tangannya dan menampar wajah suaminya.
“Sudah cukup buruk kalau kau diam-diam memakan semua telur kita, tapi kau ternyata malah berani memukulku?!” Ibu Su Jin menaikkan suaranya seraya menangis. Ayah Su Jin tampak seperti kebingungan dan merasakan penyesalan besar dalam hatinya. Dia tak pernah memukul istrinya selama bertahun-tahun mereka menikah.
Sementara itu, Situ Jin sudah lama pergi. Dia punya perasaan bahwa dia akan bertemu lagi dengan kedua pemilik itu, dan takkan butuh waktu lama sebelum hal itu terjadi.
Tiga hari kemudian, Su Qing baru saja keluar dari kelasnya ketika Yang Mengmeng datang berlari mendekat dengan seulas senyum lebar di wajahnya. Ibunya telah menghasilkan sebuah resep untuk kudapan yang baru dan ingin Su Qing datang untuk mencicipinya.
“Lagi?? Akhir-akhir ini aku sudah jadi sangat gemuk gara-gara telah mencoba resep-resep baru ibumu! Kalau terus begini, aku akan berubah jadi babi,” ujar Su Qing sambil pura-pura merengut. Tapi binar di matanya merupakan tanda jelas bahwa dia hanya sedang menggoda sahabat terbaiknya itu.
“Omong-omong, Mengmeng, apa kau naksir kakakku atau semacamnya? Kenapa lagi kau akan jadi sebaik itu padaku? Eh? Eh?” goda Su Qing dengan cengiran jahil di wajahnya.
Wajah Yang Mengmeng langsung menjadi merah menyala dan jadi panik ketika dia berkata, “Itu… itu nggak benar! Aku cuma… aku cuma ingin berterima kasih pada kakakmu karena telah membantuku.”
“Kau cuma akan berterima kasih pada dia?”
“Iya deh, kau juga!”
Su Qing terbahak seraya menggelengkan kepalanya. “Aku yakin BANGET kalau kau sedang naksir kakakku. Seriusan deh, dia itu seperti cowok sempurna. Kalau aku bukan adiknya, aku sendiri akan ingin menikah dengannya.”
Yang Mengmeng juga terbahak. “Ya ampun, bisa-bisanya kau memuji kakakmu sendiri seperti itu?”
“Kenapa tidak? Aku ini sangat serius. Dialah yang telah bekerja begitu keras hanya agar aku bisa sekolah dan dia sampai tak sanggup menghabiskan uang lebih dari kebutuhan minimum untuk dirinya sendiri. Tapi… akhir-akhir ini, dia sepertinya telah menang lotere atau semacamnya. Hei, Mengmeng, bukankah itu berarti kau telah menemukan pria kaya untuk dinikahi?!” ujar Su Qing dengan mata melebar, seakan sahabat baiknya sudah menjadi pacar kakaknya.
Yang Mengmeng sudah akan membela dirinya sendiri ketika tiba-tiba dia menyadari kalau ada sesuatu yang salah. Jalan di depan mereka tidak kelihatan seperti jalan yang biasa mereka lalui.
“Su Qing, tempat… tempat apa ini? Kenapa aku sama sekali tak mengenal tempat ini?” tanya Yang Mengmeng kebingungan.
Dengan cepat Su Qing menyadari bahwa dia juga tak tahu di mana mereka berada. Kedua gadis itu sudah luar biasa akrab dengan area di sekitar sekolah mereka sendiri, jadi tampaknya mustahil bagi mereka untuk tiba-tiba mendapati diri mereka sendiri berada di sebuah tempat yang tak dikenal.
“Halo, nona-nona cantik! Yang mana dari kalian yang adalah Su Qing?” Seorang pria berkulit gelap menghampiri mereka dengan headphone besar di kepalanya dan tampak seperti penggemar hip-hop.
“Kami bukan Su Qing dan kami tak kenal siapa pun yang bernama itu.” Su Qing langsung merasakan kalau ada sesuatu yang salah dan menyangkal sebagai Su Qing, karena tak ada orang lain di sekitarnya yang bisa membongkar kebohongannya.
“Kalau begitu dia orangnya. Semua orang dari Keluarga Su sepertinya cukup cerdas, eh?” Seorang pria berkulit putih berjalan keluar dari sisi lain untuk menghadang jalan kedua gadis itu. Keduanya adalah orang-orang yang sama dengan dua pria yang malam itu telah berusaha membunuh orangtua Su Jin.
Su Qing mengernyitkan alisnya karena dia bisa merasakan kalau kedua pria ini sangat berbahaya. Ada hawa kejam tentang diri mereka, jadi mereka tampak lebih seperti dua mesin tak berperasaan alih-alih manusia normal.
“Siapa kalian dan apa mau kalian?” Su Qing mulai merasa takut.
Si pria berkulit gelap tersenyum dan berkata, “Tidak banyak, kami hanya ingin mencari tahu lebih banyak tentang kakakmu dan kami harap kau bisa bekerjasama dengan kami. Aku sungguh tak ingin melukai gadis secantik dirimu.”
“Kakakku?” Su Qing sangat yakin bahwa orang-orang ini adalah orang jahat, tapi dia tak berani menolak mereka secara terang-terangan, karena dia takut kalau baik dirinya dan Yang Mengmeng akan berada dalam bahaya kalau dia melakukannya.
“Benar. Apa kakakmu… ada apa ini? LAGI?!” Si pria berkulit gelap menampakkan raut murka di wajahnya karena dia bisa merasakan bahwa seseorang telah menerobos ke dalam medan energi yang telah dia buat.
“Aku adalah kepala Departemen Urusan Supernatural, Situ Jin!” Situ Jin punya perasaan bahwa dia akan segera bertemu dengan kedua orang ini lagi, dan dia benar.
“Matilah!” Kali ini, si pria berkulit gelap langsung kehilangan kesabarannya. Dia menjulurkan jemarinya ke arah Situ Jin, melontarkan sepuluh belati kecil ke arah Situ Jin seperti panah.
Situ Jin berdiri di tempatnya dan hanya perlu sedikit menggerakkan tubuhnya untuk menghindari kesepuluh belati itu. Kemampuan ini benar-benar mengejutkan penyerangnya.
“Tuan Situ, tolong bisakah kau tak ikut campur dari hal ini karena ini tak ada hubungannya denganmu?” ujar si pria berkulit putih seraya mengerutkan dahi. Dia sungguh lebih takut pada Xu Ran ketimbang pada Situ Jin. Sebelum datang kemari, dirinya sudah melakukan penyelidikan dengan sangat menyeluruh terhadap Xu Ran, termasuk sahabat terbaiknya, Situ Jin.
Situ Jin menatap dingin pada si pria berkulit gelap dan berkata, “Aku adalah kepala Departemen Urusan Supernatural dari negara ini dan tugasku adalah untuk melindungi para warga negaraku!”
Mata Su Qing berbinar ketika dia mendengar kata-kata ini. Dia tak tahu dari mana sebenarnya pria ini berasal, tapi orang ini tampak benar-benar keren dan kedengaran seperti orang yang baik.
“Ikut campur dalam urusan orang lain mungkin membuat nyawamu berakhir lebih cepat!” Nada suara si pria berkulit putih kini jadi lebih bermusuhan.
“Tugasku adalah melindungi para warga negaraku, bahkan meski mengorbankan nyawaku!” ujar Situ Jin sebelum sedikit mengguncang pergelangan tangannya untuk membuat sebilah pedang meluncur keluar dari dalam lengan bajunya. Ini adalah sebilah pedang Dinasti Tang yang buatannya sangat rumit, yang merupakan senjata populer yang mewakili Dinasti Tang.
“Ayo pergi!” si pria berkulit putih meludah dengan marah. Dia tak peduli sedikit pun pada Situ Jin, tapi dia jelas tak sanggup kalau harus menyinggung Xu Ran. Dia telah mendengar bahwa sang pemimpin organisasi ingin membuat Xu Ran bergabung dengan timnya, jadi kalau mereka berakhir menyinggung Xu Ran gara-gara misi ini, mereka pasti akan mati.
“Dan bagaimana kalau kami ada di sini untuk mengurus sesuatu selain sesama warga negaramu? Seperti, monster gila, contohnya?” si pria berkulit putih tiba-tiba bertanya sebelum pergi.
Ekspresi Situ Jin tidak berubah sedikit pun ketika dia berkata, “Selama dia ada di dalam perbatasan negara ini, maka berarti dia adalah monster dari negaraku, jadi kalian juga tak diperbolehkan menyentuhnya!”
Kedua pria itu menatap Situ Jin dengan sorot tak percaya. Pria ini seperti permen karet bekas yang menempel di rambut. Kalau terus begini, mereka harus bicara pada yang di atas tentang Situ Jin. Kalau tidak, tak mungkin mereka bisa melanjutkan dengan satu pun misi mereka di sini. Tak mungkin mereka terus-terusan kabur setiap kali mereka bertemu dengan Situ Jin.
Setelah kedua orang itu pergi, pemandangan sekeliling pun kembali ke kondisi yang seharusnya. Situ Jin mengeluarkan sebuah benda yang seperti pulpen dan berkata kepada kedua gadis tersebut “Nona-nona, harap lihat ke sini.”
“Apaan tuh?” Su Qing berada persis di sebelah Situ Jin, jadi dia mengulurkan tangan dan mengambilnya dari Situ Jin untuk melihat lebih dekat.
Situ Jin dibuat kaget karena tidak siap dan sudah akan menyambarnya kembali dari gadis itu ketika Su Qing dengan penuh rasa ingin tahu menekan salah satu tombolnya.
Klik!