Buku Panduan Neraka - Chapter 123
Semua orang tampak seakan berpikir bahwa semua yang telah mereka lihat barusan tadi kini jadi masuk akal. Pemimpin di antara orang-orang yang selamat itu berkata kepada Su Jin, “Tuan Xu, kami tak punya permusuhan dengan Anda dan hari ini hanyalah kebetulan yang buruk. Saya harap Anda bisa melepaskan kami.”
“Kebetulan yang buruk? Kalian berkelompok untuk melawanku! Aku takkan menyebut itu sebagai kebetulan.” Su Jin tak merasa menyesal sedikit pun karena berpura-pura menjadi Xu Ran. Xu Ran sudah menyelamatkan dirinya, tapi Su Jin tak tahu apakah kelak Situ Jin akan mempersulit dirinya, jadi dia akan menarik bunga dari piutang di masa depan ini terlebih dahulu.
Para pemilik ini dibuat ketakutan oleh Xu Ran, karena mereka berasal dari kelompok pemilik yang sama dengan yang berkeliaran untuk merampok para pemilik lainnya. Mereka telah mendengar tentang bagaimana Xu Ran pernah datang untuk menolong seorang pemilik yang disasar oleh tim lainnya, dan bahkan meski tim lainnya itu telah minta belas kasihan kepada Xu Ran, Xu Ran telah menggunakan psikokinesisnya untuk mengubah mereka semua menjadi debu.
“Tuan Xu, kami… kami bersedia memberi ganti rugi kepada Anda,” ujar si pemimpin.
Su Jin dikejutkan oleh situasi ini. Xu Ran itu orang sehebat apa? Orang-orang ini berasal dari sindikat perampok profesional. Bagaimana mungkin mereka malah mau memberi ganti rugi kepada korban mereka?
“Ganti rugi? Dan menurutmu apa yang akan cukup untuk mengganti kerugianku?” Su Jin menaikkan sebelah alisnya. Apa pun yang dimiliki oleh orang-orang ini telah dirampok dari tempat lain, jadi menerima barang dari mereka tidak akan membuatnya mendapat masalah.
Beberapa dari orang-orang itu mendiskusikan hal ini, kemudian mengambil sebuah pistol lalu melemparkannya dari kejauhan kepada Su Jin.
Kalau seorang pemilik tidak setuju pada pertukarannya ataupun tak mau memberikan barang-barang mereka, maka semua barang mereka akan menghilang bersama mereka saat mereka mati. Itulah sebabnya kenapa para perampok ini selalu menangkap korban-korban mereka hidup-hidup, memaksa mereka menyerahkan semua barang mereka dengan sukarela, baru kemudian membungkam mereka.
Jadi, bahkan meski mereka telah melemparkan pistolnya kepada Su Jin, tidak berarti bahwa Su Jin kini adalah pemilik dari pistol itu.
Su Jin menatap pistol di tangannya dan tiba-tiba merasa kalau benda ini tampak benar-benar familier. Sebenarnya, benda ini kelihatan persis seperti Api Hitam. Satu-satunya perbedaan adalah warna dari pistolnya.
“Senjata ini namanya Abu Putih, dan berpasangan dengan pistol lain yang bernama Api Hitam. Kalau kau menggunakan kedua pistol ini secara terpisah, maka hanya akan menjadi pistol yang mampu menembakkan peluru-peluru khusus. Tapi kalau kau cukup beruntung untuk mendapatkan Api Hitam, maka kedua pistol tersebut akan berubah drastis jika digabungkan,” pria yang menyerahkan pistolnya kepada Su Jin menjelaskan.
Su Jin tak bisa memercayai keberuntunganya. Dia tak perlu mencari pistol lainnya itu. Api Hitam saat ini ada di dalam Buku Panduannya.
“Jadi, Tuan Xu, kalau Anda bersedia menerima Abu Putih, maka kita akan anggap selesai sampai di sini. Oke?” ujar pria itu.
Su Jin tersenyum dan mengangguk. “Tentu! Aku adalah orang yang menepati kata-kataku, jadi kita impas begitu kau memberikan pistol ini kepadaku.”
Mereka semua merasa lega mendengarnya. Kematian rekan-rekan mereka tak terlalu mengganggu mereka, karena mereka adalah tim yang cuma bekerjasama untuk memperoleh lebih banyak keuntungan bagi diri mereka sendiri dan bukan teman yang sesungguhnya. Selain itu, merupakan hal normal bagi mereka untuk terluka dan mati selama menjalankan operasi. Mereka telah diberitahu agar menghindari tokoh-tokoh tertentu di negara ini, jadi kini ketika mereka telah bertemu salah satu dari orang-orang itu, organisasi takkan menyalahkan mereka atas kematian rekan-rekan mereka itu.
“Kudengar orang Tiongkok sangat menganggap penting sumpah mereka. Apa Anda bisa bersumpah?” Si pemimpin masih cemas kalau Su Jin akan mengingkari kata-katanya dan ingin Su Jin bersumpah.
Su Jin mengangkat tangannya dan menyeringai ketika berkata, “Aku, Xu Ran, bersumpah bahwa begitu aku menerima Abu Putih, perselisihan kami akan dibatalkan dan aku takkan mempersulit kalian sedikit pun di masa mendatang. Kalau aku melanggar sumpahku, semoga Langit menghukumku, Xu Ran, dan memastikan aku mati dengan mengenaskan!”
Setelah Su Jin selesai bicara, si pemimpin menghembuskan napas lega keras-keras dan dengan gembira mengizinkan Su Jin memiliki Abu Putih. Begitu Su Jin telah memastikan kepemilikannya atas Abu Putih, dia memain-mainkannya sebentar, kemudian mengambil Api Hitam dari Buku Panduannya.
“Anda… Anda ternyata punya Api Hitam!” Si pemimpin luar biasa kaget. Gumamnya, “Abu Putih dan Api Hitam sama-sama merupakan senjata yang sangat sulit untuk diperoleh dan bahkan lebih sulit lagi untuk menyatukan keduanya. Menurut informasi saya, sesuatu yang luar biasa akan terjadi ketika kedua pistol itu disatukan, tapi saya tak tahu ataupun punya detil apa pun.”
Su Jin memain-mainkan kedua pistol itu sebentar, kemudian menyimpannya bersama-sama di dalam Buku Panduan. Perubahan pada properti kedua senjata itu kini tertulis dalam Buku Panduan.
Abu Putih dan Api Hitam merupakan dua pistol yang ada di dua dunia berbeda. Begitu disatukan, karakteristik istimewa mereka akan diaktifkan – amunisi tanpa batas.
Kedua pistol ini akan menembakkan peluru-peluru Kekuatan Jiwa tipe Api Terang dan Api Gelap. Selama si pemilik tak kehabisan Kekuatan Jiwa, pelurunya juga takkan habis.
Mata Su Jin berbinar. Bahkan meski ini berarti bahwa memakai kedua pistol ini kini akan mengkonsumsi Kekuatan Jiwanya, yang lebih penting lagi, pistol-pistol ini mampu mengubah Kekuatan Jiwa menjadi tipe-tipe yang disebutkan dalam Buku Panduan. Dia tak memiliki Kekuatan Jiwa Api Terang ataupun Api Gelap, tapi kalau dia ternyata bertemu dengan musuh di mana Kekuatan Jiwa Psikokinetik tidak bekerja, maka kekuatan Jiwa yang sudah diubah ini mungkin akan berguna.
Dia tampak puas ketika menerima tawaran damai ini dan menyeringai pada para pemilik di hadapannya. Tapi genggamannya pada Pisau Tulang mengencang. Tentu saja dia takkan melepaskan orang-orang ini. Mereka tak melepaskan satu pun dari orang-orang yang telah mereka bunuh di Kota S itu, jadi kenapa dia harus melepaskan mereka?
Para pemilik lainnya bisa merasakan niat jahat dalam cengiran Su Jin. Dengan gugup si pemimpin berkata, “Kau baru saja bersumpah untuk tidak menyerang kami! Apa kau akan mengingkari kata-katamu?”
“Oh? Sumpah apa? Siapa yang bersumpah?” tanya Su Jin dengan gaya memuakkan seraya memakai satu jari untuk membersihkan telinganya.
“Kau… Xu Ran! Barusan tadi kau telah mengambil sumpah yang sangat berat dan kau berniat melanggar sumpahmu? Kau bilang kau akan dihukum oleh Langit!” ujar si pemimpin.
Su Jin terkekeh. “Xu Ran? Siapa itu?”
Para pemilik tersebut saling berpandangan ngeri dan menyadari bahwa mereka telah ditipu. Pemuda ini sama sekali bukan Xu Ran, tapi mereka hanya berasumsi kalau dia adalah Xu Ran. Malang bagi mereka, Su Jin hanya mengaku sebagai Xu Ran dan tak pernah meralatnya sama sekali.
“Kau… kau bukan Xu Ran? Lantas kenapa kau bilang begitu?” Si pemimpin menggertakkan giginya dengan marah dan tak bisa percaya pada betapa tak tahu malunya Su Jin.
“Oh, tolong deh! Kalian tak memeriksa identitasku dengan benar dan sekarang kalian menyalahkanku?” Su Jin tertawa.
Jantung mereka merosot. Mereka juga berharap kalau mereka bisa memeriksa, tapi informasi mengenai tokoh-tokoh kuat seperti Xu Ran dirahasiakan dan hanya pemimpin tim mereka yang bisa melihatnya. Tapi Su Jin sudah membunuh pemimpin tim mereka dan tak mungkin bagi mereka untuk melakukan pemeriksaan apa pun dalam situasi semacam itu.
“Jadi, itu adalah sumpah yang dibuat oleh Xu Ran. Itu bukan aku!” Su Jin merenggangkan tangan dan kakinya lalu berkata dengan nada dingin, “Karena kalian berani melakukan pembunuhan di negaraku, maka kalian lebih baik bersiap-siap… untuk dibunuh juga.”
“Lari!” si pemimpin tiba-tiba berteriak. Mereka sudah bukan tandingan Su Jin ketika jumlah mereka ada tiga belas orang dan kini yang tersisa dari mereka tinggal lima. Satu-satunya pilihan adalah kabur.
Mereka berlari ke lima arah berbeda. Mereka berpikir bahwa Su Jin tak mungkin bisa membelah diri menjadi lima orang dan melawan mereka berlima sekaligus.
Masalahnya adalah, Su Jin sebenarnya bisa melakukan hal itu. Psikokinesis merupakan jenis Kekuatan Jiwa dengan tingkat sangat tinggi dan kekuatan ini telah menjadi kekuatan yang mengerikan di tangan Xu Ran. Tentu saja, Su Jin sama sekali tidak mendekati tingkatan Xu Ran, tapi dia tetap merupakan lawan yang relatif hebat jika dibandingkan dengan veteran-veteran lainnya.
Psikokinesisnya tidak sekuat milik Xu Ran, jadi mengirimkan psikokinesisnya ke dalam benak kelima pria itu ketika mereka ketakutan dan panik merupakan saat terbaik untuk mengendalikan benak mereka.
“Jadi, kalian kira kalian bisa kabur?” Kilau perak berkilat di mata Su Jin ketika psikokinesisnya memasuki benak lima orang pemilik yang sedang kabur. Dia tak bisa mempertahankan kondisi ini terlalu lama, tapi dia toh juga tak butuh waktu lama.
Rumor menghujam tengkorak mereka seperti daging sate, seketika membunuh seluruh anggota kelompok itu bahkan meski sebenarnya mereka akan punya kesempatan jika saja mental mereka tetap cukup kuat untuk menolak psikokinesis Su Jin.
Su Jin menghembuskan napas dalam-dalam. Selain dari dua pemilik yang pergi mengejar Han Mengyao dan Lv Jincheng, sisanya sudah mati.
Untuk berjaga-jaga, Su Jin memindai gudang dengan psikokinesisnya demi memastikan bahwa dia tidak melewatkan siapa pun sebelum berlari keluar secepat yang dia bisa. Pertarungan ini telah menyita banyak waktu dan jika Han Mengyao dan Lv Jincheng dibunuh oleh kedua pemilik itu, dia akan berada dalam masalah besar. Dia sudah berada di sisi yang salah dari Departemen Urusan Supernatural, dan dia tak mau sampai mendapat masalah apa pun dengan polisi khusus Kota S.
Segera setelah dia meninggalkan gudang itu, sebuah benda terbang seukuran ibu jari melayang keluar dari salah satu kontainer. Benda itu terbang berputar-putar selama beberapa saat, kemudian meninggalkan tempat tersebut.
Su Jin sama sekali tak tahu kalau ada mesin yang tersembunyi di dalam gudang itu. Dia fokus pada mengikuti jejak psikokinesis yang dia tinggalkan pada kedua orang lainnya itu dan buru-buru menyusul mereka.
Yang mengejutkan dirinya, kedua pemilik yang mengejar tersebut ternyata kalah. Sebagai seorang pemilik, bahkan meski kau tak punya tubuh ataupun kekuatan manusia super, kau mungkin punya sesuatu di dalam Buku Panduanmu yang bisa membantumu mengalahkan manusia biasa dalam perkelahian.
Tampak jelas bahwa pasangan kakak adik seperguruan ini bukan orang biasa. Mereka berdua punya banyak senjata aneh pada diri mereka sendiri, jadi mereka bisa mengatasi kedua pemilik itu dengan mudah.
“Aku mengerti, memang selalu menyenangkan kalau punya penyokong besar,” ujar Su Jin seraya mendesah. Han Mengyao dan Lv Jincheng jelas-jelas telah dipersenjatai dengan teknologi terkini yang hanya bisa dimiliki oleh polisi khusus. Su Jin tak pernah melihat benda-benda semacam itu sebelumnya.
Su Jin berhenti menunda-nunda dan berlari mendekat untuk membantu kedua rekannya meringkus kedua pemilik tersebut.
Kedua pemilik itu terkejut karena Su Jin telah muncul di sini. Mereka telah mengira kalau rekan-rekan satu tim mereka akan sudah menghabisi Su Jin jadi bubur sekarang.
“Kulihat kalian berdua punya banyak pertanyaan yang ingin ditanyakan padaku, tapi sayangnya aku bukan jelas orang yang menjawab pertanyaan. Akan tetapi, kuharap KALIAN bisa menjawab beberapa pertanyaan kami,” ujar Su Jin seraya tersenyum ketika dia menuding pada salah satu pemilik itu.
“Katakan padaku, kenapa kalian dan yang lainnya datang kemari?” Su Jin berpura-pura menginterogasi orang itu ketika dia mengirim psikokinesisnya ke dalam otak si pria dengan harapan bisa langsung menemukan jawabannya dari sana.
Ye Yun! Su Jin sedikit gemetar ketika dia menemukan nama gadis itu di antara ingatan pria tersebut. Tapi sebelum dia bisa menggali lebih banyak informasi, pria itu mendadak kejang-kejang dan otaknya berhenti bekerja, jadi Su Jin tak bisa mendapatkan informasi lebih banyak lagi darinya.
Ekspresi Su Jin merosot, sementara Han Mengyao dan Lv Jincheng sama sekali tak tahu apa yang sedang terjadi. Su Jin menarik napas dalam-dalam dan tersenyum kepada pemilik lainnya sebelum berkata kepada rekan-rekannya, “Kabar baik dan kabar buruk. Kabar buruknya adalah bahwa orang ini sepertinya tak tahu apa-apa, dan tampaknya sekarang dia sudah mati otak. Kabar baiknya adalah, kita punya dua tawanan di tangan kita.”