Buku Panduan Neraka - Chapter 122
Langkah Su Jin ini mengejutkan semua orang karena tak seorang pun bisa percaya bahwa seorang manusia mampu menciptakan benturan yang sampai meledak seperti itu tanpa bantuan mesin lain apa pun. Kalau tongkat logam itu mendarat pada manusia alih-alih dinding, orang yang bersangkutan pasti akan sudah meledak berkeping-keping.
“Kenapa kalian masih berdiri di sana?! LARI!” Su Jin menyadari kalau Han Mengyao dan Lv Jincheng sedang menatap ngeri ke arahnya dan telah berhenti berlari, jadi dia tak punya pilihan selain meneriaki mereka.
Untung saja, Han Mengyao langsung bereaksi ketika Su Jin mulai berteriak. Dia kembali meraih kakak seperguruannya dan berlari keluar dari lubang yang baru saja dibuat oleh Su Jin.
“Serahkan mereka pada kami!” seru dua orang pemilik yang bersembunyi di dalam gudang, berlari keluar mengejar Han Mengyao dan Lv Jincheng, dan meninggalkan yang lain untuk mengurus Su Jin.
Dari lima belas orang pemilik yang bersembunyi di dalam gudang, Su Jin telah membunuh tiga orang dan dua dari mereka telah berlari keluar untuk mengejar rekan-rekannya. Tapi masih ada sisa sepuluh orang lagi.
Tidak sulit untuk membunuh satu atau dua orang saja, dan dia bahkan bisa mengatasi hingga empat orang. Tapi sepuluh akan jadi masalah. Kalau mereka membentuk tim yang bagus dengan penyerang, pertahanan, bantuan, dan petarung yang mampu menangani serangan baik jarak pendek maupun jarak jauh, maka dirinya mungkin akan binasa meski merupakan seorang veteran.
Sebelumnya, dia telah menempelkan sedikit psikokinesisnya pada rekan-rekannya dan yakin bahwa mereka sudah berlari sangat jauh dari tempat ini, jadi dia pun mengambil Pisau Tulangnya dari dalam Buku Panduan.
“Watch out, everyone. This fellow’s a veteran, so we need to fight him together,” ujar seorang pria pirang dengan mata biru. Dia berpakaian santai dan hanya bicara dalam Bahasa Inggris.
Sudah lama sejak dulu Su Jin belajar Bahasa Inggris dan sudah tidak memakainya selama bertahun-tahun, tapi si pirang bicara cukup sedehana baginya untuk paham.
Kesepuluh orang itu menyebar untuk mengambil peran berbeda-beda dalam tim mereka, yang mana persis itulah yang Su Jin takuti. Salah satu dari mereka tiba-tiba mengeluarkan sejumlah besar asap putih dari mulutnya, yang memenuhi gudang dalam hitungan detik.
“Berusaha mengganggu penglihatanku?” Su Jin tersenyum samar. Selubung asap mungkin cukup untuk mengganggu banyak veteran lainnya, tapi tak berguna baginya, karena psikokinesisnya sebenarnya jauh lebih sensitif dan mampu melihat sudut-sudut buta yang tak bisa dilakukan oleh matanya.
Segera setelah asap itu memenuhi tempat tersebut, pistol pun ditembakkan. Si penembak jitu menguji Su Jin untuk melihat apakah dia setidaknya bisa melukai Su Jin, karena akan lebih mudah bagi yang lain untuk menyerang Su Jin setelahnya.
Tubuh Su Jin cukup tangguh untuk menghadapi peluru, tapi dia takkan cuma berdiri di tempat dan menunggu untuk diserang. Dia melompat dari lantai dan mulai memelesat ke sekitar gudang dalam kecepatan tinggi.
Dia menerka kalau si penembak jitu pasti punya sesuatu yang bisa membantunya melihat meski ada asap putih di udara, tapi hal itu tak jadi masalah baginya. Lagipula, kalau dia bergerak terlalu cepat untuk mereka mengincar, penglihatan bagus dalam asap ini tidaklah berguna.
“Gerakannya terlalu cepat! Kita harus menemukan cara untuk menghentikan dia bergerak…,” si penembak jitu berseru kepada rekan-rekannya. Tapi sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, tubuhnya mengejang. Kacamata pelindung yang dia kenakan terbelah di bagian tengah dan ada sebuah lubang seukuran jari menembus kepalanya.
Su Jin menangkap Rumor ketika senjata itu terbang kembali ke tangannya setelah membunuh si penembak jitu. Tak satu pun dari orang-orang ini adalah veteran, tapi mereka terlalu yakin pada diri mereka sendiri dan mengira kalau mereka pasti akan bisa membereskan Su Jin kalau mereka bekerjasama.
Kalau saja mereka langsung bertarung melawannya lebih awal, memang benar kalau mereka mungkin saja bisa membunuh Su Jin. Sayangnya, mereka telah memilih untuk menghalangi pandangan mereka sendiri dalam upaya membunuh Su Jin dengan cara yang membutuhkan lebih sedikit upaya dan meminimalkan cidera di pihak mereka.
Keputusan ini adalah keputusan yang bodoh, karena menghalangi pandangan Su Jin juga akan menghalangi pandangan mereka. Mereka memang punya kacamata pelindung yang bisa membantu mereka melihat, tapi jelas bahwa kacamata-kacamata ini harganya terlalu mahal, jadi si penembak jitulah yang mengenakan satu-satunya kacamata yang mereka punya. Sisanya kini sama saja dengan orang buta karena mereka tak bisa melihat dalam asap ini, sementara Su Jin bisa menggunakan psikokinesisnya.
Juga, kalau semua orang bisa melihat dengan benar, maka mereka mungkin akan sudah membantu menghadang serangan Su Jin pada si penembak barusan tadi.
“Hisap kembali asap putihnya! Cepat! Asap ini tak memengaruhi dia, tapi malah memengaruhi kita!” seru pemilik lainnya keras-keras. Dia menyadari kalau si penembak sudah terbunuh, yang berarti bahwa asapnya sama sekali tak memengaruhi Su Jin.
Orang yang mengeluarkan asap putih buru-buru kembali mengisap semuanya, tapi setelah asapnya bersih, Su Jin tak ditemukan di mana-mana.
“Dia kabur? Kita tak bisa membiarkan hal itu terjadi! Kita harus membunuh dia, karena kita tak bisa membiarkan rahasia organisasi sampai…” Dia tak menyelesaikan kalimatnya. Darah menyembur dari lehernya dan dia pun roboh ke lantai.
Tentu saja Su Jin masih di sekitar situ. Orang-orang ini merupakan ancaman dan dia tak bisa membiarkan mereka tetap berada di Kota S. kalau tidak, kelak dia mungkin akan berakhir diserang lagi oleh mereka.
Kini Su Jin bagaikan hantu yang bersembunyi dari pandangan mereka tapi masih bisa membunuh mereka dengan Rumor. Mustahil bagi mereka bahkan untuk menghadang serangan itu karena mereka tak tahu dari mana serangan berikutnya akan datang.
“Jangan panik, dia sendirian, jadi bahkan meski dia seorang veteran, kita masih bisa mengalahkan dia.” Kelompok orang ini sebenarnya cukup tangguh. Su Jin telah membunuh lima orang rekan mereka secara berturut-turut, tapi mereka belum ketakutan dan panik sera masih berusaha bekerjasama sebagai tim untuk balas melawannya.
Ketika Su Jin kembali menangkap Rumor, dia mengamati ketika tiga dari delapan orang yang tersisa telah menghilang tanpa jejak.
‘Apa mereka juga punya Ramuan Penyembunyi Penyihir?’ Su Jin pernah memakainya sebelum ini, tapi dia tak yakin apakah pihak lain memakai benda yang sama persis.
Hal semacam itu bekerja dengan sangat baik kalau melawan manusia biasa, tapi tidak kalau melawan Su Jin. Kecuali kalau kau bisa menghilang ke dimensi lain, tak mungkin bisa kabur dari kekuatan deteksi psikokinesisnya.
Dor! Terdengar suara tembakan, tapi kalau didengarkan secara seksama, sebenarnya ini adalah dua tembakan yang ditembakkan pada saat bersamaan, jadi kedengarannya seperti hanya satu kali tembakan.
Su Jin melompat naik dari tempat persembunyiannya di belakang kontainer. Satu peluru diarahkan ke tempat dirinya berdiri sebelumnya untuk memaksanya melompat, sementara peluru lainnya telah memperkirakan seberapa tinggi dirinya akan melompat dan akan mengenai bagian vitalnya. Si penembak ini benar-benar ahli dan Su Jin merasa kalau si penembak mungkin setanding dengan Kano Mai.
Su Jin memakai lengannya untuk menghadang peluru itu, tapi yang mengejutkannya, peluru kedua ini ternyata adalah peluru peledak dan bukan peluru biasa. Ledakannya tidak melukai Su Jin, tapi menghasilkan suara yang cukup untuk mengungkap lokasinya.
‘Mereka datang!’ Psikokinesisnya memberitahu Su Jin bahwa tiga orang yang telah menghilang tadi sedang mendekati dirinya. Mereka menggunakan senjata jarak dekat, sementara pemilik-pemilik lainnya mengeluarkan pistol mereka. Tembakan peledak tadi telah menjadi penarik perhatian besar untuk membantu para pemilik itu mengetahui ke mana harus menyerang.
Peluru yang tak terhitung banyaknya beterbangan ke arah Su Jin dan masing-masingnya mengarah tepat kepadanya, seakan Su Jin semacam magnet bagi peluru. Tapi hal itu tak mengejutkan. Hampir setiap pemilik adalah penembak jitu, karena mereka memiliki indera-indera yang telah diperkuat dan bisa berlatih berjam-jam di dalam Domain Neraka Pribadi mereka. Su Jin juga bisa menembak seperti itu.
Ketika dia berjuang menghindari peluru-peluru tersebut, ketiga orang tadi sudah mencapai dirinya. Ketakkasatmataan mereka memudar begitu mereka menyerang, yang berarti mereka tak memakai Ramuan Penyembunyi Penyihir.
“Mati!” Su Jin memiliki refleks yang cepat dan sudah siap menghadapi serangan mereka, jadi tak mungkin ketiga orang ini akan berhasil dalam penyergapan mereka. Dia memutar Pisau Tulangnya ke arah lain, menebas salah satu dari mereka di bagian pinggang. Si pemilik terbanting ke lantai, melolong kesakitan.
Pada saat bersamaan, Su Jin memberikan tendangan kuat pada orang lainnya. Dia tak semahir Chu Yi, tapi tubuhnya cepat juga kuat, jadi bahkan seniman beladiri terbaik di dunia juga takkan bisa mengalahkannya.
Orang yang ditendang oleh Su Jin bergulingan dalam waktu lama di lantai sebelum berhenti. Dia meringkuk seperti bola karena kesakitan, karena tendangan Su Jin mungkin cukup kuat untuk membuat organ-organ dalamnya menjadi bubur.
Su Jin telah membunuh dua orang hampir seketika itu juga karena mereka telah menyerangnya pada saat bersamaan. Orang ketiga telah menunggu kesempatannya dan kini melompat dari belakang Su Jin dengan katana di tangannya, mengangkat senjata itu, dan mengarahkannya ke bawah untuk ditusukkan sejajar dengan tulang belakang Su Jin.
Kalau serangan ini berhasil mengenai Su Jin, maka dia akan langsung memotong syaraf tulang belakang Su Jin. Bagi manusia biasa, bahkan sedikit saja kerusakan pada tulang belakang bisa membuatnya lumpuh seumur hidup, apalagi irisan tepat pada tempat di mana bagian dari sistem syaraf pusat tubuh terletak.
Tubuh Su Jin cukup kuat untuk menahan serangan itu, jadi dia tak terlalu merasa terancam oleh hal tersebut. Tapi dia juga takkan membiarkan si penyerang untuk bahkan mengenai tubuhnya. Dia melompat begitu cepat sehingga tak satu pun dari pemilik lainnya yang bisa melihat ke mana dia pergi. Ada penyokan sedalam satu sentimeter di lantai dari seberapa kuatnya Su Jin menginjak lantai tersebut supaya bisa cukup cepat mengelak dari serangan tersebut.
Sementara itu, si penyerang dibuat tertegun karena targetnya tiba-tiba telah menghilang, jadi dia terhuyung ke depan dan katananya mengenai udara kosong.
Su Jin kembali mendarat di belakang penyerangnya dan mencengkeram leher yang bersangkutan. Para pemilik lainnya memucat ngeri dan mulai menembaki gila-gilaan, dan bahkan tak peduli kalau peluru-peluru mereka mendarat di tubuh si pemilik yang bersenjatakan katana. Sayangnya, pria malang itu tak punya tubuh yang tangguh seperti Su Jin, jadi telah terkena beberapa kali tembakan, dia pun mati dari peluru-peluru yang ditembakkan oleh rekan-rekannya sendiri.
“Gerombolan yang kejam! Mereka bahkan bersedia membunuh salah satu orang mereka sendiri,” Su Jin berkomentar takjub. Dia terus membiarkan peluru-peluru itu menghujani dirinya, karena semuanya merupakan peluru biasa yang tak berasa apa-apa baginya.
Para pemilik lainnya sudah hampir kehilangan akal sehat. Mereka sudah melihat seperti apa kemampuan para veteran, karena organisasi mereka punya beberapa orang seperti itu. Tapi ketika para veteran itu harus melawan sepuluh orang pemilik yang terlatih sendirian, mereka harus berupaya sangat keras untuk mengelak serangan-serangan itu dan berusaha kabur. Kalau mereka berakhir dengan tersudut, mereka pasti akan menyerah.
Sebaliknya, Su Jin bagai monster bagi mereka. Pria itu sudah membunuh separuh anggota tim dan sama sekali tak kelihatan berniat untuk kabur.
“Ganti dengan peluru khusus! Paling buruk, kita semua mati sama-sama!” salah satu dari mereka berseru. Mereka menyadari bahwa jika mereka gagal membunuh Su Jin, Su Jin akan membunuh mereka, jadi mereka pun memutuskan akan mengerahkan segenap kekuatan untuk menyerang Su Jin.
Peluru-peluru khusus bisa jadi memiliki daya ledak sangat besar, jadi mereka semua mungkin benar-benar akan berakhir mati bersama-sama kalau peluru-peluru khusus ini ditembakkan di tempat sesempit ini. Sudah sampai sedemikian putus asalah para pemilik ini sekarang.
“Sudah cukup!” tiba-tiba Su Jin berseru. Seberkas cahaya perak berkilat di matanya dan tiba-tiba semua pemilik itu menyadari kalau mereka tak bisa bergerak lagi.
Salah satu dari mereka memiliki kotak berpendar seukuran telapak tangan di sabuknya yang mulai berkedip-kedip aneh. Ketika dia melihat kedipan itu, dia berkata, “Ini… kau punya psikokinesis! Kau… kau adalah Tuan Xu Ran!”
“Xu Ran… benar. Aku adalah Xu Ran.” Su Jin meragu selama sepersekian detik sebelum mengangguk dengan seulas senyum nakal di wajahnya ketika dia mengaku sebagai Xu Ran.