Buku Panduan Neraka - Chapter 101
Ide Su Jin dan Chen Xin’er sangat sederhana. Bahkan meski ini adalah Tantangan Tingkat A, Buku Panduan takkan menempatkan mereka dalam situasi di mana sepenuhnya tak ada jalan keluar.
Sasaran dari tiap Tantangan bukanlah untuk membunuh para pemilik, melainkan untuk menempatkan mereka dalam pengalaman-pengalaman mengerikan. Juga, kalau mereka bergerak sendiri-sendiri, mereka takkan perlu harus terus-terusan waspada kepada satu sama lain.
Su Jin menyebut ini sebagai pertaruhan, tapi pada kenyataannya, mereka tidak benar-benar punya banyak pilihan. Kini mereka dihadapkan pada Tantangan Tingkat A, di mana bahkan veteran juga hanya bisa lolos dengan bergantung pada keberuntungan. Dengan kata lain, kecerdasan dan muslihat takkan membawa siapa pun ke mana pun. Semuanya tergantung pada apakah kau beruntung atau tidak.
“Baiklah. Semuanya, dengarkan aku. Aku yakin kalau bahkan meski kalian berada dalam kendali Dosa Asal, masih ada jalan untuk lepas dari kendalinya. Asalkan kita tak menyerah, harapan masih ada!” ujar Su Jin sepenuh hati kepada anggota timnya. Dia juga tak punya cara lebih baik apa pun untuk mengatasi Tantangan ini.
“Tapi Bos, kita masih bisa menahan orang itu bahkan setelah dia dirasuki, jadi kurasa kita tak perlu benar-benar harus, kau tahu….” Yang Mo masih sangat cemas. Sebuah Tantangan Tingkat A hanya membuat dia lebih takut lagi daripada sebelumnya dan memiliki tim membantunya meringankan sedikit rasa takutnya. Berpikir tentang harus menghadapi semua bahaya ini seorang diri membuat kakinya terasa lemas.
Su Jin tertawa pahit dan berkata, “Bagaimana kalau orang yang kerasukan adalah aku sendiri? Atau Chu Yi? Menurutmu bagaimana urusannya akan berakhir?”
Semua orang terperangah pada pemikiran tentang kemungkinan ini. Su Jin dan Chu Yi adalah petarung yang jauh lebih baik daripada mereka, terutama karena keduanya merupakan veteran. Kalau sampai salah satu dari mereka yang tadi dirasuki, maka separuh dari mereka atau bahkan mereka semua akan sudah binasa.
“Yang kita hadapi kali ini berbeda dari biasanya. Kita tak mengerti apa-apa soal Dosa-dosa asal ini, jadi kalau sampai terjadi sesuatu, kita takkan punya kesempatan untuk menemukan jalan keluar karena bisa saja kita semua tersapu bersih dalam sekejap. Jadi… takutnya kita akan harus jalan sendiri-sendiri dari sini.” Su Jin juga tak mau melakukan ini. Tapi dia tahu bahwa jika dia atau Chu Yi sampai dirasuki oleh Dosa Asal, mereka semua akan terbantai.
Semua orang terdiam. Su Jin membagikan daun-daun Pohon Kehidupan pada semua orang, kemudian berkata kepada Kano Mai, “Aku tak tahu apakah aku akan selamat dari Tantangan ini, jadi… jadi jangan marah lagi padaku, mau kan?”
Kano Mai mengerutkan bibirnya dan menatap lurus pada Su Jin dengan matanya yang jernih dan indah. Tapi persis sebelum Su Jin memalingkan wajah dengan perasaan terlalu canggung, tiba-tiba Kano Mai berkata, “Kalau kau selamat dari ini, aku akan memaafkanmu.”
“Setuju!” Su Jin menyeringai dan mengangguk.
Su Jin berjalan menghampiri Chu Yi. Chu Yi sudah cukup pulih, tapi dia jelas berada dalam kondisi lebih buruk daripada sebelum terluka. Su Jin bertanya cemas kepadanya, “Bagaimana kondisimu? Apa luka ini akan sangat memengaruhimu?”
“Nggak apa-apa, cuma agak sakit. Tapi ini takkan terlalu memengaruhi kemampuan bertarungku, ditambah lagi tenaga dalamku mampu membantuku sembuh lebih cepat.” Chu Yi tak mau Su Jin mencemaskan dirinya, jadi dia cuma mengangguk seraya tersenyum cerah meski dirinya masih kesakitan.
Su Jin mendesah berat,kemudian berpaling pada Yang Mo dan Ning Meng. Kedua orang ini adalah yang paling buruk dalam bertarung tapi masih cukup baik dalam bertahan hidup. Namun tak satupun dari kemampuan mereka yang berguna dalam Tantangan Tingkat A.
“Salah satu dari kalian bisa pakai ini,” ujar Su Jin seraya mengambil Api Hitam dari dalam Buku Panduannya. Ini adalah satu-satunya senjata yang dia punya yang tidak membutuhkan Kekuatan Jiwa apa pun dan juga cukup kuat.
Yang Mo langsung menggelengkan kepalanya dan berkata, “Aku sudah punya senjataku sendiri, jadi Ning Meng bisa mengambilnya. Tantangan yang sudah dia lalui masih terlalu sedikit, jadi dia tak punya banyak barang dalam penyimpannya.
Ini baru Tantangan ketiga bagi Ning Meng dan kali pertamanya menjadi bagian dari tim, tapi sayangnya dia dia malah masuk ke dalam Tantangan Tingkat A. mungkin dia adalah yang paling lemah dan paling ketakutan di antara semua pemilik dalam Tantangan ini.
Su Jin memberikan Api Hitam kepada Ning Meng beserta semua amunisi yang dia punya, kemudian menepuk-nepuk bahu gadis itu dan berkata, “Takut di dalam sebuah Tantangan itu tak berguna, jadi kenapa kau tak bersikap berani dan bertahan hidup?”
Ning Meng menunduk menatap Api Hitam dan peluru-peluru di tangannya. Dia mengerutkan bibirnya yang pucat untuk melihat rekan-rekan timnya mengangguk memberinya semangat. Hatinya yang sebelumnya ketakutan tiba-tiba jadi tak merasa terlalu takut lagi.
“Aku… aku akan… aku akan tetap hidup!” Ning Meng mengangguk kuat-kuat.
Kano Mai mengambil dua kristal ungu dan berkata, “Ini adalah Kristal-kristal pemindahan dan ini bisa mengirimmu ke suatu tempat acak yang jauhnya sepuluh kilometer. Kau hanya perlu meremasnya untuk mengaktifkannya. Kuharap ini akan membantu kalian berdua.”
Kristal-kristal pemindahan merupakan harta yang langka dan mungkin bisa menyelamatkan nyawa dalam hampir semua Tantangan, namun Kano Mai tidak tanggung-tanggung dan memberikannya begitu saja kepada para anggota tim yang paling lemah.
Chu Yi juga, mengeluarkan dua bola kayu kecil. Setelah memberikan satu kepada masing-masing dari keduanya, dia mengusap perutnya yang sakit dan berjengit ketika berkata, “Ini adalah Bom Petir, jauh lebih kuat daripada granat tangan biasa. Juga, kekuatan petir di dalamnya bagus untuk mengusir sejumlah roh jahat, jadi kalau kalian bertemu bahaya, tinggal lemparkan saja pada lawanmu.”
Yang Mo dan Ning Meng menerima benda-benda itu dengan penuh terima kasih. Yang Mo mengeluarkan empat buah kantong dan berkata dengan agak malu-malu, “Aku sudah membuat beberapa bungkus perlengkapan P3K, jadi tiap kantong berisi barang-barang yang bisa membantu menghentikan pendarahan, membersihkan dan membalut luka. Ini tak terlalu berguna, tapi kuharap akan membantu semua orang dalam satu atau lain cara.”
Sisa anggota tim lainnya tidak menolak bungkusan itu dan masing-masing mengambil satu. Ning Meng mengerutkan bibirnya dan berkata, “Maaf, aku tak punya apa-apa untuk kalian.”
“Tak masalah! Selamat dari Tantangan ini akan menjadi hadiah terbaik bagi kita semua! Berjanjilah padaku, aku akan melihatmu pada akhir Tantangan?” Kano Mai mengacak rambut Ning Meng dan tersenyum kepadanya.
Su Jin menggerakkan tato simbol timnya ke lengan atas dan berkata, “Mulanya aku menyembunyikan simbol ini di bahu karena kurasa tidak baik kalau orang lain melihatnya. Tapi sekarang, aku sudah menyadari sesuatu. Tim Pisau Tulang sama sekali bukan sesuatu yang memalukan. Kalian semua adalah sahabat terbaikku, rekan-rekan timku yang bisa diandalkan, ingatan-ingatanku yang berharga. Mulai saat ini aku takkan menyembunyikannya! Tim Pisau Tulang!”
Keempat orang lainnya mengerjap kaget, kemudian tersenyum ketika mereka juga ikut menggeser simbol yang ada di bahu mereka ke lengan atas. Mereka menyatukan lengan dan berseru, “Tim Pisau Tulang!”
Setelah mereka berpamitan pada satu sama lain, tim-tim yang lain juga selesai berpamitan. Mereka berdelapan melanjutkan perjalanan mereka sendiri-sendiri memasuki gurun luas dengan pasir beterbangan untuk menghadapi sendiri hambatan berikutnya.
Su Jin berjalan dan terus berjalan serta tak tahu sudah berapa jauh dia telah berjalan. Tak ada apa-apa selain pasir di sekitarnya, sehingga sulit untuk memperkirakan sudah berapa jauh dia berjalan tanpa satu pun penanda jalan yang terlihat.
‘Apa benar-benar tak ada apa-apa yang bisa kulakukan?’ Su Jin mengerutkan alisnya dalam-dalam. Dia masih belum menyerah dalam berusaha mencari jalan keluar dari Tantangan berat ini.
‘Ketamakan, kerakusan, nafsu birahi, kemarahan, kemalasan, kecemburuan, kesombongan. Tujuh Dosa Mematikan. Ketika Ketamakan memilih anggota tim dari Tim Bulan di Langit Biru itu, apakah itu merupakan pilihan acak? Atau apakah disengaja? Apakah dia tahu yang mana di antara kami bersepuluh yang memiliki ketamakan paling besar dalam hatinya?’
‘Kalau memang begitu, maka apakah Ketamakan memilih dia karena ketamakan hatinya telah mencapai tingkat tertentu? Atau murni karena dia punya paling banyak ketamakan dari antara kami semua?’
‘Dan kalau salah satu dari kami tak punya satu pun dari dosa-dosa ini, apakah berarti dia tak terkalahkan di dalam Tantangan ini?’ Su Jin bertanya kepada dirinya sendiri sebelum langsung menggelengkan kepalanya, ‘Itu tak masuk akal. Dosa Asal mengacu pada keinginan-keinginan duniawi di mana manusia terlahir dengan membawanya. Asalkan masih hidup, kau akan memiliki keinginan. Dan begitu kau memiliki keinginan, kau pasti akan jatuh ke dalam salah satu dari kategori-kategori ini.’
Su Jin terus menggumam pada dirinya sendiri untuk membantu dirinya dalam upaya menemukan sebuah pola, tapi pada akhirnya dia menggelengkan kepalanya dengan kecewa. Terlalu sedikit yang bisa dia pakai. Kalau timnya tetap bersama dan diserang beberapa kali lagi oleh Dosa-dosa Mematikan ini, dia yakin dia akan bisa menemukan suatu polanya. Tapi melakukan hal itu akan menghasilkan terlalu banyak korban jiwa dan akan mengalahkan tujuan menemukan jalan bagi semua orang agar bisa keluar hidup-hidup dari Tantangani ini.
‘Apa tujuan dari Tantangan ini? Apakah cuma berusaha menghabisi kami semua? Kalau bukan itu tujuannya, maka… makna lebih dalam apa yang dimiliki oleh Tantangan ini? Apakah itu merupakan kunci untuk selamat dari Tantangan ini?’
‘Dosa Asal… Dosa Asal… saat aku bertemu dengan Anubis, aku juga telah melalui perjalanan penebusan ini dan memperoleh sejumlah wawasan. Menurut pendapatku, Dosa Asal merupakan sesuatu yang datang secara alami bersama dengan semua manusia. Begitu orang memiliki keinginan, maka dia akan bersalah atas dosa-dosa mematikan ini. Tapi manusia hanya bisa bergerak maju ketika mereka memiliki keinginan. Semakin jauh mereka pergi, semakin banyak dosa yang akan mereka kumpulkan. Kalau manusia dinilai berdasarkan dari dosa-dosa mereka, maka… apa manusia harus melepaskan keinginan untuk terus bergerak maju? Tapi hal itu bertentangan dengan konsep hidup itu sendiri.’
Semakin dia memikirkan tentang hal-hal ini, semakin bingung dia jadinya. Setelah Tantangan dimulai, dia sama sekali belum bisa mengumpulkan satu pun informasi lebih jauh tentang tempat ini. Dia telah membuat keputusan murni karena dia tak punya pilihan lainnya. Hanya bergantung pada pengetahuan bahwa Tantangan ini melibatkan Tujuh Dosa Mematikan sama sekali tidak berguna untuk mengumpulkan informasi apa pun.
“Aku harus menemukan sesuatu… demi Mai, Chu Yi, Yang Mo, Ning Meng… demi mereka, aku harus menemukan jalan untuk selamat dari Tantangan ini!” ujar Su Jin lewat gigi yang digertakkan.
Persis pada saat itulah, dia menyadari bahwa ada sesuatu di depan sana. Dia menatap ke kejauhan dan melihat kalau sebuah kuil kuno berada tepat di depannya. Sebuah kuil telah muncul tiba-tiba di tengah gurun yang tak ada apa-apanya ini.
Dia berjalan menuju kuil itu untuk mendapati bahwa bangunan itu tampak sangat tua tapi juga cukup kokoh, seakan sudah ada di sini sejak awal mula waktu. Satu pintu dari kuil itu sedikit terbuka dan dia bisa melihat kalau ada tumbuh-tumbuhan hijau di dalam kuil tersebut. Seakan dunia di luar kuil sepenuhnya berbeda dari dunia di dalamnya.
Kuil itu tampak sangat tenang dan damai, tapi tidak butuh seorang jenius untuk menyimpulkan bahwa tempat ini merupakan suatu jebakan. Sebuah kuil tiba-tiba muncul entah dari mana dalam sebuah Tantangan Tingkat A? tak mungkin bisa aman.
‘Aku tak akan memedulikannya. Aku akan berjalan memutarinya saja.” Su Jin langsung berjalan memutari kuil itu dan bahkan tak mau terlalu dekat dengannya, takut bahwa suatu bahaya mengerikan mungkin akan muncul tiba-tiba.
Setelah itu, dia lanjut berjalan. Tapi tidak butuh waktu lama sebelum dia kembali berhenti, karena kuil itu lagi-lagi muncul di hadapannya. Kali ini, pintunya terbuka lebar dan dia bisa melihat sungai mengalir di dalam kuil tersebut. Kalau dia berjalan masuk, dia takkan perlu lagi menderita karena hawa panas luar biasa dari gurun pasir.
“Aku tetap akan memutarinya!” Su Jin kembali memutarinya dan lanjut berjalan, berpura-pura tak melihatnya sama sekali.
Tapi tak lama kemudian kuil itu muncul kembali dan menghadang jalannya. Kali ini, kedua pintu samping kuil tersebut terbuka lebar. Namun sungai dan tanaman hijau di dalam kuil sudah menjadi agak aneh. Kali ini semua itu tampak jauh lebih marah.
“Aku nggak akan masuk!” Su Jin meliriknya, kemudian berjalan memutarinya lagi. Kuil ini jelas-jelas ingin dia masuk, tapi tak mungkin Su Jin akan melakukan apa yang kuil ini inginkan.
Kali ini, Su Jin baru saja berjalan memutari kuil tersebut ketika kuilnya muncul kembali di depannya. Kali ini, seorang rahib yang mengenakan kasaya putih berdiri di depan pintu menuju kuil tersebut.
Su Jin langsung tertawa terbahak ketika dia melihat rahib itu.