Accompanying The Phoenix - Chapter 72
Pembantaian pun dimulai, ribuan iblis mengepung Shen Li dan Kaisar Iblis di tengah-tengah mereka. Sementara itu Fu Sheng melayang ke udara, menunduk menatap dingin pada pemandangan di mana Shen Li menghunus tombak peraknya dan membuat darah bercipratan ke segala penjuru.
Tombaknya luar biasa panas. Setelah menusuk ke dalam tubuh para iblis, para iblis itu pun terbakar. Semakin dan semakin banyak iblis yang diubah menjadi abu oleh lidah-lidah apinya. Akan tetapi, Fu Sheng tak tampak cemas. Dia menunggu, menanti Shen Li, yang kekuatannya belum sepenuhnya pulih, kelelahan dan terkuras.
Sudah barang tentu, Teknik Amukan Api memakan banyak stamina. Dalam waktu seperempat jam, rona wajah Shen Li telah menjadi cukup pucat, sementara para iblis terus menyerbu masuk seperti gelombang tanpa akhir, seakan takkan pernah bisa dibantai habis. Begitu melihat hal ini, Shen Muyue menyeka darah dari sudut bibirnya dan membuat segel di tanah. Sejumlah besar sihir yang kuat menyapu semua iblis di luar keliling lingkaran barisan sihir. Ketika dia terbatuk hebat, darah pun menyembur ke tanah. Tanpa peduli untuk mengangkat kepalanya, Shen Muyue berkata: “Bunuh Fu Sheng!” Mengetahui bahwa Shen Li tak bisa dibujuk untuk pergi, dia pun mengubah taktiknya dan memerintahkan pada Shen Li, “Orang-orang iini tak punya kesadaran sendiri. Jadi bunuhlah Fu Sheng. Tanpa dia, para iblis itu hanya akan bertebaran seperti pasir yang tertiup angin.”
Shen Li mendongakkan kepalanya, menatap Fu Sheng, yang berdiri tinggi di tengah udara, dengan mata sedingin esnya. Shen Li kembali menatap ke arah Kaisar Iblis dan menggertakkan giginya: “Guru harus bertahan.” Dengan barisan sihir menghadang para iblis, Shen Li, yang untuk sementara waktu ini bisa merasa tenang, melompat pergi dari sisi Shen Muyue.
Fu Sheng merasakan pandangannya memburam, ketika tombak perak terhunus ke arahnya. Dia mengangkat pedangnya untuk menangkis. Kekuatan Fu Sheng tidak lemah, tetapi kini reaksi Shen Li jauh lebih tajam daripada sebelum-sebelumnya. Ini adalah pertarungan jarak dekat, dalam tiga hingga empat serangan, Shen Li berhasil mengenai dadanya dengan satu tusukan. Akan tetapi, wajah Fu Sheng tak menampakkan rasa sakit. Shen Li hanya melihat matanya penuh dengan kegilaan, seakan menantikan sesuatu.
Shen Li merasakan firasat buruk. Dia sudah akan menarik tombaknya dan berbalik ketika tiba-tiba merasakan cahaya di belakangnya meredup.
Kaisar Iblis berseru: “Hati-hati!” Sebelum peringatan itu bahkan bisa memasuki gendang telinganya, Shen Li berputar dan melihat sebentuk mulut berlumur darah nan ganas dari seekor monster besar telah membuka. Ini adalh mulut naga iblis yang baru saja terbangun dari kondisi tak sadarkan diri di tanah. Makhluk itu membuka mulutnya dan melahap Shen Li ke dalam perutnya.
Tawa liar Fu Sheng dan bau darah dalam mulut si naga memenuhi kelima indera Shen Li. Dalam saat-saat yang mengejutkan ini, ketika pupil matanya mengejang, suara hembusan angin tiba-tiba terdengar. Seakan semuanya terhenti, suatu pelukan yang terasa akrab meraihnya ke dalam dekapan, dan aroma samar yang hampir tak bisa dikenali secara ajaib melenyapkan semua bau busuk tadi.
Lengan pria itu melingkar erat di pinggangnya, memeluknya kuat-kuat. Energi dingin terbentuk dalam telapak tangan dewa terbang berbaju putih, membekukan mulut berlumur darah yang ganas itu. Kepala si naga dibekukan hingga berubah menjadi bola es. Ketika wajah Xing Zhi berubah dingin, kata “hancur” lirih terucap, dan kepala beku si naga dalam sekejap mulai pecah dalam retakan yang tak terhitung banyaknya. Kemudian setelah mendengar suara keras, seketika kepala naga itu pun meledak berkeping-keping. Kekuatan dewa itu tetap tak tergoyahkan dan menjalar ke sekujur tubuh si naga, mengoyak naga iblis tersebut menjadi pecahan-pecahan yang terkoyak. Darah dan daging terburai di udara. Ketika semuanya kembali tenang, orang-orang yang terpengaruh tiba-tiba kembali menjadi diri mereka sendiri.
Dalam ketidakrelaannya, Fu Sheng menggertakkan giginya dan mengabaikan tombak perak Shen Li yang telah menusuk dadanya, dan mendadak melompat mundur. Darahnya meyembur, tapi warnanya bukan merah cerah, melainkan hitam kebiruan. Dia berdiri di kejauhan, memampatkan sihir di kedua tangannya untuk menutup lubang di dadanya, menunggu lukanya sembuh. Dia menaikkan pandangannya dan menatap Xing Zhi yang ada di sisi lain, namun mendapati bahwa Xing Zhi bahkan tak mau repot-repot melirik dirinya. Xing Zhi hanya menatap orang dalam pelukannya seraya mengernyit.
Melihat Fu Sheng kabur, tanpa sadar Shen Li ingin mengejar, tetapi tangan yang melingkari pinggangnya menahannya begitu erat sehingga dia tak mampu bergerak sedikit pun. Shen Li mendongak, tetapi ketika dia melihat Xing Zhi menatapnya dengan paras sedingin es, tanpa sadar punggung Shen Li pun menjadi tegang, merasakan rasa bersalah yang tak bisa diungkapkan dalam hatinya. Ketika matanya terus bergerak ke sana dan kemari, ekspresinya tampak seperti seorang anak yang gundah, yang tertangkap basah sedang melakukan hal buruk. Melihat ekpresinya, suatu api yang luar biasa besar membuncah dalam hati Xing Zhi. Pada saat bersamaan, pria itu hanya menghela napas dan tersenyum pahit: “Bahkan tongkat yang disihir dari Teknik Pengendalian Air masih bisa dilelehkan, kau benar-benar sudah jadi mahir.”
Shen Li berdehem dan berujar: “Shen Jun salah.” Di hadapan penonton sebesar ini, Shen Li merasa luar biasa tidak nyaman berada dalam pelukan Xing Zhi. Dia sedikit memutar tubuhnya, berusaha keluar dari kungkungan Xing Zhi. Akan tetapi, Xing Zhi hanya memeluknya lebih erat lagi dan memakai tangan yang lain untuk mengangkat dagu Shen Li, memaksanya mendongak menatap pria itu.
“Shen Li, aku telah melakukan segalanya demi menyelamatkan nyawamu. Aku melakukannya bukan supaya kau terus membuang-buang nyawamu itu.”
Tertegun, Shen Li membuang muka dengan canggung: “Aku akan melindungi diriku sendiri…. Aku tidak seberharga yang Anda kira….”
Dengan senyum di wajah Xing Zhi memudar, dia langsung menyela kata-kata Shen Li: “Kau itu jauh lebih berharga daripada yang kau kira.” Melihat wajah terperanjat Shen Li, sejenak Xing Zhi membisu. Kemudian dia hanya tersenyum tanpa daya dan menepuk-nepuk kepala Shen Li beberapa kali, “Saat tiba waktunya untukmu bersembunyi di belakang punggung seseorang untuk dilindungi, lebih baik kau bekerjasama. Jadi beri aku kesempatan, ya?”
Gara-gara tepukannya, Shen Li pun menganggukkan kepalanya berulang kali. Tanpa disengaja, sesuatu yang ada di bawah tertangkap oleh pandangannya. Barisan sihir di sekeliling Kaisar Iblis menyusut. Dia pun langsung merasa gugup dan menceplos: “Tapi tidak sekarang.”
Ketika Shen Li mendirikan tombak peraknya hingga tegak, Xing Zhi melepaskannya, namun melemparkan dirinya ke belakang pria itu: “Lakukan mulai sekarang juga.”
Ketika mata Xing Zhi dengan santai tertuju pada Fu Sheng, seraya tersenyum dia berkata: “Aku tak suka orang yang terus-terusan menggangguku, juga tak suka pada hal-hal yang membutuhkan keterlibatan terus-terusan. Tak peduli apa pun niatmu, mari kita bereskan semuanya hari ini juga.” Dia tersenyum dan berkata tenang: “Apa kau mau bunuh diri? Atau aku yang harus melakukannya?”
Luka Fu Sheng pulih dengan sangat cepat. Pada saat ini, tak ada tanda-tanda lubang di dadanya. Dia menyeringai kejam: “Siapa di Tiga Alam yang tidak mengetahui kekuatan Shen Jun, bagaimana saya bisa berani menyerang Shen Jun?” Dia menatap Xing Zhi, “Hanya saja urusannya sudah sampai ke tahap ini. Bunuh diri… bagaimana bisa saya rela melakukannya….” Sebelum dia bahkan bisa menyelesaikan kata-katanya, suling pendek di tangannya kembali berbunyi, dan para iblis di bawah pun mendongak lalu langsung mengubah sasaran mereka.
Para iblis beterbangan dan pergi dari sisi Kaisar Iblis. Kaisar Iblis tampak tak mampu menopang barisan sihir lebih lama lagi, dan barisan sihir itu pun terburai. Beliau terjerambab dan pingsan di tanah. Shen Li luar biasa kaget dan Xing Zhi berkata: “Lindungi dia, bawa dia ke Langit di Atas Langit. Saat aku sudah selesai membereskan urusan di ini, aku akan kembali dan mencarimu.”
Shen Li menggertakkan giginya. Walaupun dia tak mau meninggalkan orang-orang dari Alam Iblis, kali ini dia tak punya pilihan lain.
Dengan satu kilasan sosoknya, Shen Li pun meninggalkan sisi Xing Zhi. Ketika dia baru saja tiba di sisi Kaisar Iblis, Fu Sheng tiba-tiba menyeringai ganjil: “Shen Jun peduli pada Shen Li, apa Anda tidak berpikir bahwa aku sudah memperkirakan kedatangan Anda….”
Begitu dia selesai bicara, suatu firasat buruk melintas dalam benak Xing Zhi. Ketika dia menunduk, dilihatnya suatu bayangan hitam tiba-tiba muncul tanpa suara di belakang Shen Li. Persis ketika Shen Li hendak mengangkat tubuh Kaisar Iblis, bayangan hitam itu mengulurkan tangannya untuk menutupi mulut dan hidung Shen Li. Entah apa yang ada di telapak tangannya, Shen Li bahkan tak berupaya untuk melawan dan langsung jatuh ke dalam pelukan orang di belakangnya begitu dia memejamkan matanya.
Fu Sheng tertawa: “Bawa dia pergi!”
Bayangan hitam itu menyeret Shen Li pergi dan menghilang. Fu Sheng tertawa sinting di langit: “Harapan selama ribuan tahun! Harapan selama ribuan tahun akhirnya tercapai! Hahaha!” Raut sintingnya benar-benar membuat dirinya tampak gila oleh kesukacitaan. Akan tetapi, tawanya mendadak berhenti pada puncaknya dan menjadi erangan, ketika sebatang tombak es tajam menghujam jantungnya. Dia tak tahu sejak kapan Xing Zhi berdiri di hadapannya. Wajah Xing Zhi tanpa ekspresi dan suara pria itu sedingin es, “Ke mana kau membawa Shen Li?”
Darah hitam memancar keluar dari mulut Fu Sheng, dan mendarat di atas tombak es tembus pandang itu. Fu Sheng menatap Xing Zhi, menyeringai: “Berdasarkan dari kemampuan Shen Jun, bagaimana Anda bisa tidak menerka tempatnya?” Ujarnya dengan suara parau, “Aku ingin dia pergi menggantikan Segel Api. Aku ingin dia menjadi obyek penguburan ketika Reruntuhan Tiang Langit runtuh! Bagaimana perasaan Shen Jun ketika dia melihat wanita yang dicintainya mati di dalam segel yang dia buat?! Haha!”
Seiring dengan mata Xing Zhi yang tampak semakin dingin, tak terhitung banyaknya kepingan es yang seperti jarum menghujam ke seluruh pembuluh darah di tubuh Fu Sheng. Dengan tubuh kejang-kejang tak terkendali, bibir Fu Sheng masih saja mengulas senyum sinting itu. Dengan kecepatan Xing Zhi, dia seharusnya bisa mencapai Reruntuhan Tiang Langit sebelum si bayangan hitam. Ketika Xing Zhi berbalik dan sudah akan pergi tiba-tiba tubuhnya terhenti. Yang menahannya adalah energi iblis dari tubuh Fu Sheng yang mengalir keluar dan membelitkan dirinya ke pergelangan kaki Xing Zhi: “Aku takkan membiarkan kau pergi. Kau takkan bisa sampai ke sisi Shen Li sebelum dia berhasil dijadikan segel.” Para iblis berlari ke arah Xing Zhi dan berusaha menggunakan Formasi Erosi Perang untuk menahannya.
Mata Xing Zhi berkilat dengan keinginan membunuh, amarah dewa yang membuat langit dan bumi menangis penuh duka. Ketika angin bersiul dan memekik, angin itu membawa suaranya, seakan suara tersebut datang dari dasar neraka: “Cari mati.”
Begitu Teknik Pengendalian Air menyapu, langit dan bumi pun dimurnikan.
Sementara itu, Shen Li tak tahu apa yang sedang terjadi di Istana Iblis. Miasma beracun menyebar ke sekujur tubuhhnya. Dia tahu bahwa racun macam ini adalah racun yang sama dengan yang sebelumnya Fu Sheng gunakan pada dirinya ketika dia berada di Alam Fana di Kota Yangzhou. Pada saat itu, racun ini disembuhkan oleh Xing Zhi, tapi sekarang…. Fu Sheng telah semakin memperkuat racun ini, membuatnya jadi lebih ganas!
Ketika Shen Li menggertakkan giginya, dari sudut matanya, sepintas dia melihat seseorang, yang bergerak sangat cepat, menggendong dirinya.
Mata orang itu tak berjiwa, wajahnya penuh dengan loreng-loreng merah, dan gigi taringnya luar biasa panjang, hampir seperti taring binatang buas. Akan tetapi, bahkan meski orang ini sudah jadi seperti ini, Shen Li masih mengenalinya –
“Mo Fang….” Dia memaksakan keluar kedua patah kata itu dari tenggorokannya. Sejenak, sosok Mo Fang menurunkan kecepatan. Akan tetapi, hal itu hanya berlangsung sejenak. Kemudian dengan wajah tanpa ekspresi, Mo Fang membawa Shen Li ke Reruntuhan Tiang Langit. Mo Fang sama seperti iblis lainnya, tak punya kesadaran diri dan hanya mematuhi perintah.
Mengingat kembali bagaimana penampilan Mo Fang pada kali terakhir pria itu membawanya keluar dari penjara bawah tanah, Shen Li hanya merasakan kesedihan memenuhi hatinya. Dengan susah payah, dia berkata: “Kenapa kau bersedia menjadi seperti ini….”
Mata merah menyala itu kelihatan bergerak dan menatap Shen Li. Akan tetapi, tubuhnya terus bergerak maju, kecepatannya dalam menunggang awan begitu tinggi sehingga Shen Li tak mampu memercayainya. Setelah menjadi iblis, kekuatan Mo Fang juga telah meningkat….
“Tu….” Bibir Mo Fang bergerak samar, seakan dengan amat susah payah dia berusaha mengendalikan mulutnya sendiri untuk mengucapkan apa yang ingin dia ucapkan, “Keluarkan darah…. Lari.”
Tertegun, Shen Li tak tahu perasaan macam apa yang membuncah dalam hatinya. Orang ini telah mengkhianati Alam Iblis, mengkhianati dirinya, tapi bahkan hingga kini Mo Fang masih membantunya. Dalam dunia Shen Li, sebenarnya isinya sangat sederhana: teman, musuh, dan orang-orang tidak penting. Akan tetapi, saat ini, dia tak tahu klasifikasi yang mana yang harus dipakai untuk Mo Fang. Mungkin hati manusia adalah hal yang rumit, bagaimana bisa membedakan standar-standar sederhana ini dengan jelas?
Shen Li menggigit bibir bawahnya. Begitu dia mengerahkan tenaga, darah pun mengalir keluar dari bibirnya. Persis seperti yang dia perkirakan, kekuatan dalam tubuhnya pulih sedikit demi sedikit.
Akan tetapi, Mo Fang bergerak terlalu cepat. Shen Li sudah bisa melihat jajaran pegunungan yang memisahkan Reruntuhan Tiang Langit dari wilayah Alam Iblis di kejauhan. Pada saat itu, dia menggigit bibirnya lebih kuat lagi. Seiring dengan darah yang mengalir keluar, tenaganya pun kembali mengalir ke tungkai-tungkainya. Tiba-tiba, dia melompat dan mendorong Mo Fang menjauh. Tubuhnya berputar dan mendarat di tanah.
Pada saat ini, dirinya sudah berdiri di sisi gerbang Reruntuhan Tiang Langit.
Miasma memenuhi udara, bahkan lebih pekat lagi dibanding ketika rubah berekor serigala berlari keluar untuk pertama kalinya.
Mo Fang berdiri di sisi lain miasma, mata merah terangnya tampak sangat mencolok. Akan tetapi, melihat Shen Li lepas dari cengkeramannya, tubuhnya menerjang maju seakan memiliki kesadaran diri. Dia tak mencabut pedangnya. Dia menghampiri Shen Li dengan tangan kosong. Dia menggertakkan gigi, seakan berusaha keras untuk mengendalikan sesuatu: “Pergi….” Dia memaksakan keluar kedua kata pendek ini, “Cepat pergi!”
Setelah berkata demikian, sebilah pedang panjang muncul di tangannya. Dia menggenggam gagang pedang itu ke arah dirinya sendiri lalu menusukkannya pada ulu hatinya sendiri.
Shen Li tertegun. Sambil memuntahkan darah hitam ke tanah, Mo Fang jatuh berlutut, dan warna merah di matanya sedikit memudar. Dengan sangat susah payah, dia berkata: “Yang Mulia, cepatlah. Saya tak bisa terlalu lama mengendalikannya….”
“Kenapa….”
Mo Fang memejamkan matanya rapat-rapat: “Takdirlah yang membuat saya mengkhianati Anda, tapi…. Begitu cinta ini diberikan… saya,Mo Fang, tidak berani berniat melukai Anda, juga tak mampu melakukannya.”
Ketika sudut bibir Shen Li bergerak, mata Mo Fang melebar dan dia berseru tajam: “Pergi!”
Akan tetapi, sebelum suaranya sempat menghilang, dia hanya mendengar beberapa kali kekehan keji: “Putraku tidak berbakti.” Dibawa oleh miasma, suara itu mengalir keluar dari Reruntuhan Tiang Langit.
Mendengar suara ini, Shen Li terperanjat. Ini… Ini adalah suara yang sebelumnya dia dengar dalam Reruntuhan Tiang Langit! Pada saat itu, suara tersebut berteriak mati-matian, “Aku akan membunuh para dewa,” tapi sekarang….
Ketika Shen Li masih memikirkannya, sesuatu yang lengket seperti lidah kadal meluncur keluar dari dalam Reruntuhan Tiang Langit. Ketika benda itu nyaris menangkap Shen Li, Mo Fang bergerak ke depan Shen Li untuk menghalanginya. Dia menyabetnya dengan pedang dan lidah itu langsung terbelah jadi dua.
Darah hitam terus mengalir keluar dari perut Mo Fang. Dia memutar kepalanya dan menatap Shen Li, persis seperti yang telah dia lakukan berkali-kali di Alam Iblis, menatap bisu punggung Shen Li. Hanya pada saat-saat ketika Shen Li tidak menyadarinya, barulah dia berani menampakkan emosinya sendiri di wajah. Pada saat inilah, sekali lagi mampu menatap Shen Li dengan sikap begitu lurus dan jujur…. Sungguh…. Inilah yang terbaik.
——
Pengarang ingin bilang sesuatu:
Inilah ritme menjelang akhir, apa kalian semua bisa melihatnya? ╮(╯▽╰)╭