Accompanying The Phoenix - Chapter 73
Ketika tatapan Shen Li bertemu dengan mata Mo Fang, dia tertegun. Sejenak, berbagai emosi sedih memenuhi hatinya. Akan tetapi, pada saat dia selesai menata emosinya, lidah yang pipih tiba-tiba menjulur keluar dari tengah-tengah lidah yang telah Mo Fang potong, ujung lidah itu seperti pedang. Ketika suara ‘ting’ terdengar, ujung tajam pedang itu memecahkan pedang panjang yang dipakai Mo Fang untuk menahannya. Ketika pedang itu pecah, ujung lidah itu terus-terusan menghujami jantung Mo Fang. Lalu seperti boneka rusak, lidah itu pun melemparnya.
sementara di belakang Mo Fang, darah panasnya memerciki seluruh wajah Shen Li. Dengan mata Shen Li melebar, pemandangan itu seakan berlangsung dengan gerak lambat dalam pandangannya. Ketika dia melihat sosok yang dilempar tersebut, banyak gambaran yang berpencaran berlintasan dalam mata batinnya. Gambaran-gambaran tentang mereka, entah sedang bertempur bersama di medan perang, atau pulang bersama-sama dalam kemenangan, atau memanggang serta tertawa bersama setelah bernyanyi dan menari. Shen Li bahkan ingat waktu ketika dia meninggalkan Dunia Iblis untuk kabur dari perjodohan. Pada saat itu, Mo Fang melukai dirinya dengan parah dan membuatnya kembali ke wujud aslinya, membiarkan dirinya kabur ke Alam Fana, sehingga orang-orang di Alam Iblis tak bisa menemukan dirinya.
Kini ketika memikirkannya, pada saat itu, Fu Sheng telah berharap dirinya menikah ke Alam Kahyangan, sehingga mereka bisa menjalankan rencana mereka di Reruntuhan Tiang Langit. Akan tetapi, Mo Fang telah melepaskan dirinya. Karena itulah, berarti Mo Fang sudah berencana melanggar perintah Fu Sheng.
Orang ini…. Telah mencelakai Alam Iblis, tetapi kepada Shen Li, dia tak pernah ingin mencelakainya.
Orang macam ini….
Ketika siulan melolong terdengar dari dalam Reruntuhan Tiang Langit, lidah berujung tajam itu berayun maju, berusaha membelit Shen Li. Tiba-tiba, sekujur tubuh Shen Li memancarkan aura kematian. Ketika matanya memerah, lidah berujung tajam itu bahkan belum sampai ke depan Shen Li, Shen Li sudah melemparkan tombak peraknya dan ujung tombak itu pun memancang lidah tersebut ke tanah. Teriakan kaget datang dari yao shou di dalam gerbang. Shen Li tak berminat memeduliannya, dan alih-alih bergegas lari ke sisi Mo Fang, melihat sekujur tubuh pria itu bermandikan darah, membasahi tanah hingga menghitam. Ketika Shen Li membungkukkan tubuhnya, cahaya di matanya meredup. Dia mengulurkan tangan tapi tak yakin apakah harus menyentuh Mo Fang atau tidak.
“Sekarang, akhirnya, takkan ada dilema lagi.” Mo Fang menggumam parau. Matanya menatap tenang pada Shen Li, sementara ekspresinya tetap acuh tak acuh, seakan tak ada suka maupun duka. “Yang Mulia, bisakah Anda memaafkan saya….”
Bibir Shen Li bergetar: “Aku takkan memaafkanmu. Bangunlah. Setelah urusan ini, kau masih harus menebus pengkhianatanmu.”
Sudut mulut Mo Fang terangkat: “Takutnya saya tak bisa lagi melakukannya.”
Shen Li memotongnya terang-terangan: “Bangunlah untuk benwang! Bahkan api bencana tak bisa membakarmu sampai mati, kan?! Dengan luka sekecil ini, kau pikir bisa menipu benwang untuk bersimpati padamu!” Walaupun berkata demikian, Shen Li masih mengepalkan tangan dengan enggan. Dia sudah terlalu banyak melihat kematian. Dirinya sungguh terlalu familier dengan kematian semacam ini, saat-saat sebelum mati.
“Sejak kecil saya memiliki kelainan jantung, jadi saya tidak akan bisa berumur panjang. Akan tetapi, selama tiga ratus tahun penuh, setiap hari, Fu Sheng memberi saya darahnya, sehingga saya, seperti dia, punya kemampuan untuk hidup kembali, tapi…. Di dunia ini tak ada kekuatan yang tidak akan habis, dan saya…. Tidak akan bisa lagi terus hidup.”
Shen Li menggertakkan giginya, tenggorokannya seakan tercekik, membisu dan tak mampu berkata-kata.
“Dalam kehidupan ini, saya, Mo Fang, terlahir dari kebencian dan hidup karena rencana-rencana orang lain. Saya bahkan tak bisa memohon kematian. Hanya pada saat inilah, harapan saya terkabul….” Warna merah di matanya menghilang, memberi jalan untuk mata hitam yang sejernih dan setenang kedalaman kolam yang paling banyak disinari matahari. Memakai seluruh tenaga yang tersisa dalam dirinya, matanya memancarkan semua kecemerlangan yang dimilikinya: “Yang Mulia… Saya paling menyukai…. Ketika Anda mengikat rambut Anda ke atas dan membuatnya menari bebas dihembus angin. Tampak seperti bendera perang yang takkan pernah jatuh….”
Dia berkata: “Jangan sampai kalah lagi….”
Kemudian cahaya itu menghilang dan semuanya menjadi begitu sunyi.
Shen Li mengepalkan tangannya dengan begitu kuat sehingga nyaris gemetar. Lidah berujung tajam yang dipancang oleh Shen Li tampak memperoleh kembali kekuatannya dan mulai meronta kembali. Dengan tenang, Shen Li berdiri dan telapak tangannya melonggar. Tombak Hongying perak menghilang. Ketika muncul kembali, senjata itu tergenggam erat di tangannya. Luka pada ujung lidah itu sembuh dengan cepat, dan menjulur ke arah Shen Li seperti ular.
“Kenapa….” Ujung-ujung rambut di dahinya menghalangi pandangannya, “Bukankah dia adalah tuan mudamu?!” Dengan ayunan tombak peraknya, Shen Li menampar lidah yang menyapu ke arah punggungnya. Sekujur tubuh Shen Li memancarkan aura kematian, “Bahkan kepada orangmu sendiri, kau tidak mengampuninya! Sungguh sinting dan menggelikan!”
“Hehehe.” Suara tawa aneh datang dari Reruntuhan Tiang Langit, “Putraku tidak berbakti. Dia telah beberapa kali menunda urusan besar gara-gara urusan pribadinya. Jadi, tentu saja aku harus membereskan nyawanya.”
Setelah mendengar hal ini, Shen Li mengernyit dalam-dalam: “Liu Ming….”
“Sudah lama sekali aku tidak mendengar namaku sendiri. Ini memang membuat orang merasa aneh.” Suara keji di dalam sana tertawa ganjil, “Kemarilah, nona kecil. Cepatlah memasuki Reruntuhan Tiang Langit. Kalau kau tidak bergegas, maka Shen Jun akan menyusulmu.”
Begitu dia selesai bicara, sesosok berjubah putih muncul sekitar tiga langkah jauhnya dari Shen Li. Begitu Xing Zhi menampakkan diri, dia bahkan tak bicara sepatah kata pun, hanya mengulurkan tangannya, menyambar tangan Shen Li. Akan tetapi, energi hitam lain lebih cepat lagi daripada dirinya, langsung membelit pergelangan tangan Shen Li dan menariknya ke dalam Reruntuhan Tiang Langit.
Seketika, lidah api yang membara berkobar-kobar di sekujur tubuh Shen Li. Akan tetapi, ketika dia mendengar teriakan melengking dari dalam energi hitam itu, terdengar seperti suara Fu Sheng, lidah api di sekeliling tubuh Shen Li membara lebih kuat lagi. Lidah api itu membakar energi hitam hingga tak ada yang tersisa. Tetap saja, tanpa disangka Shen Li lupa untuk waspada terhadap lidah berujung tajam yang sekali lagi memelesat kembali ke arahnya. Lidah itu juga sangat takut pada api, tetapi di bawah perintah, lidah itu langsung membelit Shen Li, merisikokan kulitnya terbakar dan dagingnya terpanggang. Lidah itu menarik Shen Li lewat celah kecil pada Reruntuhan Tiang Langit.
Xing Zhi panik dan sebilah pedang biru tembus pandang yang terbuat dari es tiba-tiba muncul di tangannya. Akan tetapi, di tempat ini, terdapat Segel Reruntuhan Tiang Langit. Xing Zhi tak berani mengayunkan pedang dewanya sesuka hati. Sosoknya bergerak, ingin mengejar, namun tiba-tiba miasma membubung dan melingkupi reruntuhan. Seketika, puluhan yao shou terlolos dari dalamnya! Mereka mengepung Xing Zhi! Hanya dalam jeda sejenak inilah, Shen Li sudah diseret masuk ke dalam reruntuhan.
Shen Li hanya merasakan kegelapan di sekitarnya, dan lidah yang membelit di sekeliling tubuhnya langsung ditarik kembali. Lidah-lidah api di tubuhnya menerangi lingkungan sekeliling. Tak terhitung banyaknya yao shou berkeliaran di dalam kegelapan, mengelilingi dirinya dan menatap dingin kepadanya. Shen Li melihat ke belakang, ingin kabur dari Reruntuhan Tiang Langit, namun di belakangnya hanya ada kegelapan dan gerbangnya tak ditemukan di mana pun.
Tiba-tiba, segumpal api hantu mengambang di depan Shen Li, dan perlahan mulai berbentuk. Pada akhirnya, api itu mengambil bentuk sebuah mata. Shen Li menatapnya dan berkata dingin: “Liu Ming?”
Bola mata itu tertawa keji: “Nona kecil, jadi kita bertemu kembali.”
Shen Li mengernyit: “Bagaimana bisa kau masih hidup?” Liu Ming seharusnya sudah mati, karena dia sudah dipenggal oleh Kaisar Iblis. Dia sudah dipenggal, jadi tak mungkin dia bisa masih hidup. Akan tetapi, mata ini….
Mata itu sedikit memicing, seakan sedang tersenyum, “Nona kecil tak perlu menebak, tubuhku kini memang sudah mati, ini hanya sisa-sisa dari jiwaku.” Ketika suaranya memudar, suara keras terdengar dari luar Reruntuhan Tiang Langit. Shen Li tahu kalau suara kegiatan ini pasti hasil kerja Xing Zhi. Begitu yao shou di sekelilingnya bergerak, banyak mata yang menghilang. Tampaknya mereka berlari pergi untuk menghalangi tindakan Xing Zhi.
“Nona Kecil, kami tak bisa terlalu lama menahan orang itu di luar. Rencana besarnya akan terselesaikan, cepatlah ikut denganku.”
“Heh.” Ketika Shen Li mencibir, lidah-lidah api yang membara meledak ke sekujur tubuhnya. Aura yang panas membakar itu memaksa Liu Ming mundur. Kemudian Shen Li berkata, “Kenapa Benwang harus mengikuti perintahmu? Hari ini, mari kita binasa….” Ketika dia hendak mengucapkan kalimat terakhir, tiba-tiba Shen Li teringat pada kata-kata Xing Zhi sebelumnya. Dia mengernyit, namun sekali lagi matanya tampak penuh tekad, “Tak peduli niat jahat apa pun yang kalian semua miliki, Xing Zhi pasti takkan membiarkan kalian semua berhasil.”
Dia percaya pada satu orang itu dan bersedia memercayainya dengan semua yang dia miliki.
“Nona Kecil, apa kau benar-benar berpikir kalau para dewa itu serba bisa?” Liu Ming mencibir, “Dalam sepuluh juta tahun terakhir, kenapa para dewa terus menghilang? Sudah begitu lama, kenapa Hukum Langit belum juga menciptakan satu pun dewa-dewa baru?” Dia tertawa ganjil, membuat benak Shen Li tiba-tiba menjadi kosong. “Kekuatan yang bisa melawan Hukum Langit terlalu kuat. Pada awal masa kuno, langit dan bumi berada dalam kekacauan, sehingga mungkin langit dan bumi masih membutuhkan mereka untuk membuka tempat yang bersih dan murni untuk semua makhluk hidup di dunia. Namun sekarang, dunia tak lagi membutuhkan kekuatan para dewa. Mereka hanya bisa dipuja dalam kuil dan cuma bisa dikurung, sehingga para dewa pun sekarat, karena keberadaan mereka tak lagi punya makna.”
Liu Ming mencibir: “Apa kau tahu bahwa mereka sudah menjadi anak-anak buangan dari Ayahanda Langit. Xing Zhi Shen Jun hanyalah bukti bahwa para dewa kuno cuma sedang berusaha bertahan di ambang kematian.”
Hati Shen Li jadi terasa sangat dingin. Senyum tipis Xing Zhi muncul dalam benaknya dan sesaat hatinya terasa sakit.
“Seribu tahun yang lalu, ketika dia mendirikan Reruntuhan Tiang Langit, dia bukan hanya meminjam kekuatan dari lima elemen, tetapi juga bergantung pada langit dan bumi di Alam Iblis untuk membentuknya. Akan tetapi, selama seribu tahun terakhir ini, kekuatan dewanya sudah banyak menghilang. Apa menurutmu dia masih punya tenaga untuk mendirikan Reruntuhan Tiang Langit lagi?” Melihat kalau api di sekitar Shen Li terus berfluktuasi, terkadang menguat, terkadang melemah, akibat emosi-emosinya, Liu Ming meneruskan, “Orang-orang tak berguna di Alam Kahyangan bergantung pada kekuatan Xing Zhi untuk berbuat sesuka hati di Tiga Alam. Kalau cuma sekelompok orang tak berguna itu, bagaimana bisa mereka mampu menghadapiku, puncak dari klan iblis? Jadi, bunuh saja mereka….”
Shen Li memejamkan matanya untuk menenangkan pikirannya: “Memang benar kalau ada orang-orang tak berguna di Alam Kahyangan. Memang benar bahwa klan iblis telah mengalami penderitaan. Akan tetapi, aku tak setuju dengan pendekatanmu, membuat yao shou, mencelakai dirimu sendiri sebelum mencelakai orang lain. Apa kesalahan yang telah dilakukan oleh rakyat jelata dari klan iblis? Kenapa mereka harus mati sia-sia demi mereka yang berkuasa yang merasa tidak puas dengan kondisi ini?” Shen Li membuka matanya dan menatap Liu Ming dengan sorot menyengat, “Aku takkan membantumu.”
Liu Ming terdiam sejenak: “Kau bahkan tak bersedia membantu ayahmu?”
Sebelum Shen Li bisa bereaksi, Liu Ming meneruskan, “Selain itu, mau membantu atau tidak membantu, saat ini, sudah berada di luar kendalimu.” Dia lalu memanggil lirih, “Fu Sheng.”
Tiba-Tiba, segumpal energi hitam berpusar di sisi Liu Ming. “Hamba ada di sini.” tak ada lagi yang bisa dia lakukan untuk bahkan memadatkan raganya, jadi dia hanya bisa muncul dengan wujud seperti ini….
“Berapa lama kau masih bisa bertahan?”
Energi hitam itu terdiam sejenak. Kemudian akhirnya dia menjawab penuh hormat: “Saya masih bisa bertahan untuk waktu selama satu batang dupa.”
(T/N: satu batang dupa – sekitar 60 menit)
“Itu sudah cukup.” Suara Liu Ming begitu dingin, “Sekarang pergilah.”
Energi hitam itu tampak seperti sedang menundukkan kepala dan berkowtow di tanah: “Mematuhi perintah Anda.”
Begitu Shen Li mengernyit, dia melihat energi hitam tersebut menerjang ke arahnya seperti sehelai kain hitam, membungkus lidah api di sekujur tubuhnya. Terperanjat, Shen Li berusaha sebaik mungkin untuk melepaskan sihirnya. Reruntuhan Tiang Langit bergetar, namun energi hitam itu sama sekali tidak memudar. Seakan energi itu ingin memakai habis semua kekuatan hidupnya pada saat ini, dengan paksa menahan lidah apinya. Hingga lidah-lidah api pada tubuh Shen Li benar-benar terbungkus rapat, maka lidah api itu hanya bisa membakar di dalam kungkungan energi hitam tersebut.
Meski Shen Li meronta, energi hitam itu tidak bergerak sedikit pun. Shen Li menggertakkan giginnya: “Dia sudah membunuh Mo Fang, dan sekarang dia memerintahkanmu seperti ini! Dia sama sekali tak pernah menganggapmu sebagai manusia!”
Tiba-tiba, cakar sesosok yao shou mencengkeram Shen Li, yang diselimuti energi hitam itu. Tanpa terbakar oleh api, yao shou itu pun membawanya pergi tanpa susah payah.
Shen Li murka bukan kepalang: “Kau benar-benar setia dengan bodohnya!”
Sementara itu Fu Sheng, yang telah berubah menjadi energi hitam, hanya terus membisu.
Suara tawa Liu Ming terdengar luar biasa sinting dan girang: “Inilah tujuan yang kuinginkan ketika aku membuat mereka. Mereka takkan pernah mengkhianatiku. Mereka bahkan lebih setia daripada anjing.”
Sementara Shen Li menggertakkan giginya, membara dengan kebencian, ekspresi Liu Ming tiba-tiba berubah, “Nona Kecil, apa kau merasakannya?” begitu suaranya berhenti, tiba-tiba Shen Li merasa bahwa ada gelombang panas yang datang dari kejauhan. Suhu dari hawa panas ini…. Tertegun, Shen Li menatap nanar ke arah tersebut.
Sebentuk bola cahaya yang ditahan oleh rantai-rantai besi tampak amat sangat mencolok dalam kegelapan. Di dalam bola cahaya itu terdapat seekor phoenix raksasa dengan sayap-sayap megah dan tubuh yang cantik. Setiap helai bulunya dihias lidah api membara. Bahkan ketika sedang tidur nyenyak, postur macam itu masih bisa membuat orang merasakan kekuatan luar biasanya.
Begitu Shen Li merasakan aura samar yang datang dari tubuh phoenix itu, aura tersebut membuatnya merasakan suatu keakraban yang tidak bisa dijelaskan. Ini adalah suatu getaran yang disebabkan oleh hubungan darah yang menembus jarak ruang dan waktu, yang membuat Shen Li nyaris tak mungkin mampu mengalihkan pandangannya.
Liu Ming tersenyum: “Inilah hasil karya kebanggaanku, yang juga adalah ayahmu – Feng Lai.”
————-
Pengarang ingin bilang sesuatu:
Inilah ritme menjelang akhir, apa kalian semua bisa melihatnya? ╮(╯▽╰)╭