Zhao Yao - Chapter 78
Begitu aku terbangun….
Aku masih terbaring dalam pelukan Mo Qing. Di atas balok atap, langit sudah terang. Begitu aku menarik napas, Mo Qing berbisik ke dalam telingaku: “Zhaoyao, matahari sudah terbit.”
Perkataan yang begitu biasa, tetapi ketika aku mendengar kata-kata tersebut di saat seperti ini, tanpa bisa dipungkiri, aku jadi tak mampu mengendalikan kesedihan yang membuncah.
Matahari terbit, Mo Qing, pada tahun-tahun yang akan datang, aku berharap bisa melihat setiap matahari terbit bersamamu, tapi….
Apakah hal itu mungkin bagi kita?
Ketika tubuh Mo Qing sedikit menegang, aku mendongak menatapnya: “Ada apa?”
Dia tersenyum samar dan balas berbisik kepadaku: “Tanganku pegal.” Suaranya begitu lembut. Sedemikian lembut sampai-sampai membuatku kembali jatuh cinta habis-habisan, dan juga membuatku merasakan semburan tekad yang tiba-tiba terbentuk kembali dalam hatiku.
Seorang iblis hari hanyalah sekedar iblis hati, aku tak peduli. Aku cuma ingin bersama dengan Mo Qing. Aku tak boleh membiarkan dia memasuki segel yang menyusahkan itu, dan aku juga akan mengabaikan para xian di langit atau apalah itu namanya. Kalau sampai ada xian yang berani menyentuh Mo Qing-ku, maka aku akan membunuh xian itu. Kalau ada Buddha yang berani menyentuhkan satu tangan saja pada Mo Qing-ku, maka aku akan bunuh Buddha itu. Di seluruh dunia ini, tak ada seorang pun yang bisa mencegah aku dan dia bersatu.
Kalau yang terburuk sampai terjadi, aku akan menghancurkan langit ini dan membuat semua pasangan di dunia mati bersama dengan kami berdua. Jadi, sama sekali tak ada yang perlu ditakuti!
Ketika ide keji ini bangkit dalam benakku, perasaanku jadi jauh lebih baik.
Ketika aku merasakan tangan Mo Qing membelai lembut rambutku, aku menolehkan kepalaku untuk menatapnya. Matanya menerawang ke kejauhan pada mentari pagi, sementara bibirnya tersenyum tipis, menekan semua emosi dan menyembunyikan semua pikiran dalam hatinya.
Setelah langit menjadi terang sepenuhnya, Mo Qing mulai sibuk menangani semua urusannya.
Ketika aku kembali ke kamar, Shiqi datang mencariku. Begitu dia memasuki ambang pintu, dengan antusias dia menghambur untuk memelukku seperti biasanya. Akan tetapi, kali ini, aku begitu dalam terlarut dalam pemikiranku, memikirkan tentang situasi Mo Qing. Karenanya, aku dibuat kaget dan tak bisa berdiri tegak. Ketika punggung bawahku menghantam meja di belakangku, aku mendengar suara ‘klang’. Sesuatu terjatuh ke lantai, dan ketika aku menunduk, sesaat aku terkejut.
Cermin Pengintai Hati…. Ternyata benda ini yang jatuh dari belakangku.
Setelah mengurus Jiang Wu, aku takut Mo Qing akan tahu tentang spekulasiku mengenai latar belakangnya, jadi aku berpura-pura sudah lupa tentang Cermin Pengintai Hati dan tidak mengenakannya pada tubuhku. Walaupun aku tahu bahwa Mo Qing telah menghabiskan banyak upaya untuk membantuku menemukan cermin ini di tempat asalku.
Pokoknya, sejauh yang kuketahui, kemarin, aku tak mengenakan Cermin Pengintai Hati in pada tubuhku. Jadi, kapan….
Jadi ini artinya Mo Qing, secara diam-diam dia menggantungkan Cermin Pengintai Hati di belakang sabukku….
Zhu Ji memang pernah bilang kalau Mo Qing adalah iblis hati yang terlahir dari kecurigaan, karenanya, apakah dia mencurigaiku? Bagaimanapun juga, karena aku sudah tahu tentang itu, aku bahkan tak bisa merasa marah kepadanya. Lalu untuk saat ini, Mo Qing sudah mengetahui semua rencanaku, dan dia juga tahu bahwa aku sudah tahu tentang latar belakangnya….
Kemudian ketika kesadaranku kembali, aku teringat detil-detil kecil yang aneh tentang Mo Qing keitka matahari terbit pagi ini. Jantungku langsung serasa membeku.
Sikap diamnya, apa artinya itu?
Akankah dia….
Aku mendorong Shiqi menjauh, dan memakai indera dewaku untuk mencari di seluruh Gunung Chen Ji demi menentukan posisi Mo Qing. Ketika aku melihat kalau dia ada di tempat Gu Hanguang, aku langsung berpindah ke sana. Begitu melihat Mo Qing, aku buru-buru menariknya: “Kau sudah tahu tentang semuanya, kan? Kau tak berencana membangun kembali segel itu sendiri, kan? Kau….”
Mo Qing dan Gu Hanguang sama-sama menatap bisu padaku, dan Gu Hanguang lalu mengernyit: “Membangun kembali segel apa?”
Mo Qing mengabaikan Gu Hanguang. Dia hanya menatapku dan menjawab: “Tidak akan.” Dia lalu berkata, “Pikiranku sama sepertimu.”
Kalau ada xian mana pun yang berusaha menghentikan kami, maka dia akan membunuh xian itu. Kalau ada Buddha mana pun yang berusaha menghentikan kami, maka dia akan membunuh Buddha itu. Satu-satunya hal yang dia inginkan adalah bersama denganku.
Apakah itu… yang dia maksud?
Mo Qing membantuku menyematkan helai-helai rambut yang berantakan di pelipis ke belakang telingaku: “Zhaoyao, jangan takut.” Dia berkata, “Aku takkan meninggalkanmu.”
Ketika aku tertegun menatapnya, hatiku, entah kenapa, terasa ganjil. Tak diragukan lagi aku menginginkan hal yang sama dengannya. Aku juga tak mau meninggalkan dirinya. Akan tetapi, pada saat ini, ketika aku melihat sorot mata Mo Qing yang bergairah namun gigih, aku hanya merasa…. Agak dingin.
Dia membuatku merasa kalau dia…. Telah berubah tanpa disadari.
Setelah hari itu, Mo Qing mulai meminum obat yang telah disiapkan oleh Gu Hanguang untuk menenangkan dan menjernihkan batinnya. Sementara itu aku sering berkeliaran bolak-balik ke Paviliun Qian Chen untuk mencari tahu apakah aku bisa menemukan solusi dari Qin Qianxian. Akan tetapi, Qin Qianxian juga tak berminat menyembuhkan iblis hati.
Walaupun aku dan Mo Qing sama-sama secara aktif mencari cara untuk mendapatkan pemecahannya, temperamen Mo Qing menjadi semakin suram dan pemarah seiring dengan berjalannya waktu.
Jadi, aku tak punya pilihan lain selain mempelajari naskah-naskah di Paviliun Qian Chen bersama Qin Qianxian setiap harinya, berharap bisa menemukan cara untuk memecahkan masalah Mo Qing.
Ketika aku pergi ke Paviliun Qian Chen, Shiqi sering menemaniku. Selama aku berdiskusi dengan Qin Qianxian, dia akan duduk di sampingku. Karena dia mendapati bahwa isi diskusinya membosankan, dia akan tertidur dengan cepat. Terkadang ketika dia sedang tidur nyenyak, Qin Qianxian akan menatapnya, memakai ilmu sihir untuk memunculkan jubah sutra putih yang menggelantung di dalam kamarnya, lalu dengan lembut menyelimuti tubuh Shiqi dengan jubah itu. Bagi Qin Qianxian, ini sekedar tindakan sambil lalu, terkadang bahkan aku juga tak menyadarinya.
Akan tetapi, ketika aku menyadarinya, dengan gaya menyindir aku bertanya beberapa kali kepada Qin Qianxian: “Bukankah Shiqi Kecil keluargaku ini luar biasa imut?”
Jawabannya kepadaku adalah: “Saat ini hanya ada sangat sedikit orang yang memiliki sifat begitu murni.”
Walaupun aku tak mengerti isi pikiran orang-orang yang melatih jalan Bodisattva ini, kalau berhubungan dengan Shiqi, maka aku mengerti dirinya dengan sangat baik. Bahkan jika pada suatu hari, Qin Qianxian benar-benar sampai jatuh cinta kepada Shiqi Kecil, masalah terbesarnya mungkin bukan pada dirinya, melainkan…. Di mata Shiqi, orang yang paling dia sukai…. Adalah aku.
Memberi Shiqi, yang tidak mengerti konsep bahwa pria dan wanita itu berbeda, penjelasan tentang cinta antara pria dan wanita adalah berbeda dari cinta di antara sahabat…. Sungguh amat sangat sulit luar biasa.
Aku melirik simpatik pada Qin Qianxian. Sebagai orang yang berpengalaman, aku mencemaskan soal masa depannya.
Pada hari itu juga, ketika aku kembali ke Sekte Wan Lu, aku juga bertanya kepada Shiqi: “Bagaimana menurutmu tentang Qin Qianxian?”
“Orang yang sangat baik.” Demikianlah bagaimana Shiqi menjawab pertanyaanku, kemudian dia menatap ke arahku, memeluk erat pinggangku, lalu menggosokkan wajahnya ke dadaku, “Tapi Ketua Sekte tetap seratus kali lipat, bahkan seribu kali lipat lebih baik daripada dia.”
Pada akhirnya, aku hanya menepuk-nepuk kepala Shiqi dan tertawa.
Pada saat ini, suara Mo Qing tiba-tiba terdengar dari belakangku: “Xu Zhi, ayo pergi.”
Shiqi, yang sedang menggosokkan wajahnya ke dadaku dengan bahagia, menolehkan kepalanya ke arah Mo Qing dan menjulurkan lidahnya pada Mo Qing: “Ketua Sekte adalah milikku, jadi aku takkan melepaskannya.”
Begitu dia selesai bicara, aku merasakan atmosfer di sekelilingku terasa menekan, yang membuatku terperanjat. Shiqi juga dibuat terperanjat, ketika suatu kekuatan besar dengan kejamnya mendorong dia lepas dari pelukanku. Shiqi terhuyung mundur dua kali, dan dengan cepat mulai mengulung lengan bajunya: “Monster Kecil Jelek, kau mau menantang berkelahi ya?”
Aku berbalik untuk menatap Mo Qing, melindungi Shiqi di belakangku: “Dia….” Begitu aku mulai bicara, sambaran energi pedang tanpa disangka-sangka menyapu melintasi bahuku. Kekuatan energi pedang ini begitu ganas dan kecepatannya juga tinggi. Jantungku langsung membeku. Aku tahu bahwa dengan kekuatan Shiqi, akan sulit baginya untuk bertahan! Aku langsung berpindah, mendarat di depan Shiqi, dan mencabut Pedang Liu He Tian Yi, mengerahkan semua energi di tubuhku untuk menahan energi pedang itu.
Akan tetapi, di luar dugaanku, bahkan meski aku mampu menahan energi pedang itu, tenaganya begitu besar sampai-sampai menggetarkan genggamanku pada pedang. Sebagai tanggapannya, Pedang Liu He Tian Yi menghasilkan erangan mendengung dan dengan suara ‘tang’, pedang itu pun pecah berkeping-keping. Kemudian energi Pedang Wan Jun menghantam dadaku dan rasa sakit kulit yang terkoyak langsung menyebar. Energi pedang itu menyayat tubuhku dari bahu hingga ke dada.
Seraya mengerang, aku menggertakkan gigi, meneguhkan diri untuk menopang diriku sendiri agar tetap tegak, namun pada akhirnya, aku harus berlutut. Shiqi memegangiku dari belakang dan berseru kaget: “Ketua Sekte? Ketua Sekte!” Suaranya penuh rasa panik, dan dia menanyai Mo Qing dengan nada garang, “Kau gila ya? Apa kau sudah kehilangan akal sehatmu?!”
Tak ada tanggapan di depanku, jadi aku mendongak dan melihat rasa takut yang tak terperi di mata Mo Qing. Dia menatapku dan tanah yang bernoda darah, hanya berdiri di sana, membeku di tempat. Seakan seseorang telah memasang Kutukan Pembeku Tubuh pada dirinya. Seakan orang yang dilukai oleh energi pedang sesaat yang lalu itu adalah dirinya.
Wajahnya bahkan lebih pucat ketimbang wajahku.
Ketika genggamannya melonggar, Pedang Wan Jun pun terjatuh ke tanah.
Di tengah-tengah rentetan teriakan marah Shiqi, aku menatap tepat ke dalam mata Mo Qing dan mengulurkan tanganku. Aku berusaha meyakinkannya: “Mo Qing, jangan takut, aku baik-baik saja.” Kemudian aku menghardik Shiqi, “Berhentilah ribut-ribut.” Kemudian aku memakai kekuatanku untuk menyegel darah yang menetes-netes di dadaku. Dengan segenap tenaga, aku menyangga tubuhku untuk berdiri, dan selangkah demi selangkah, aku berjalan ke arah Mo Qing. Aku mencengkeram bajunya, “Jangan takut. Jangan takut.”
Ketika dia mengulurkan tangan dan menyentuh darah yang mengalir menuruni tanganku, pupil hitam di matanya bergetar, seakan ada suatu pertentangan besar yang mengguncang dunia jauh di dalam inti dirinya.
Aku sungguh benci karena tak ada cara bagiku untuk memakai Cermin Pengintai Hati agar mengetahui apa yang sedang terjadi di dalam hatinya. Aku sungguh benci karena kata-kata penghiburanku tak mampu menyentuh keberadaan diri sejatinya yang paling dalam. Kata-kata tak berguna, jadi aku hanya bisa mengulurkan tangan dan memeluk Mo Qing. Akan tetapi, ketika aku masuk ke dalam pelukannya, baru kusadari bahwa dirinya gemetaran tak terkendali.
“Mo Qing… aku tak apa-apa.”
Seraya menggertakkan giginya, akhirnya Mo Qing mengulurkan tangan untuk memelukku. Kemudian dalam sekejap mata, Mo Qing membawaku ke griya Gu Hanguang. Ketika Gu Hanguang melihat lukaku, sesaat dia terkejut dan menceplos: “Siapa yang melakukan ini? Bagaimana bisa kau sampai terluka separah ini?”
Mata Mo Qing agak bergetar, tapi dia tetap membisu. Aku langsung menggertakkan gigiku dan berkata, “Ini bukan apa-apa, sama sekali tidak serius! Aku bahkan tak merasakan sakitnya!”
Aku mulai melakukan aba-aba untuk menari, tapi tangan Mo Qing yang gemetaran menghentikanku: “Zhaoyao…. Menurutlah.”
Seketika itu juga, aku merasakan kesedihan merayap naik. Aku dan Mo Qing sama-sama begitu waspada dan hati-hati terhadap satu sama lain. Kami hanya ingin melindungi satu sama lain….
Begitu melihat hal ini, Gu Hanguang tak mengatakan apa-apa lagi, dan memotong bagian kain di bahuku yang bernoda darah. Selama keseluruhan prosesnya, Mo Qing berdiri di dekatku untuk melihat Gu Hanguang membersihkan lukanya, memberikan obat, lalu membungkus bahuku dengan perban.
Setelah Gu Hanguang menyelesaikan pengobatannya, dia pun pergi. Kemudian aku langsung menghibur Mo Qing: “Selama bertahun-tahun itu, ketika aku masih menjadi Ketua dari Sekte Wan Lu, aku telah mendapatkan begitu banyak cidera. Yang satu ini cuma seperti menggaruk rasa gatal, tidak sakit.”
“Akulah pelakunya, yang telah melukaimu.”
Masalahnya bukan pada apakah lukanya serius atau tidak, melainkan karena dialah orang yang telah melukaiku, karenanya….
Tak mungkin dia bisa memaafkan dirinya sendiri.
Aku mencengkeram lengan baju Mo Qing, dan akhirnya melihat wajah pucatku terpantul di matanya. Ketika aku meminta kepadanya, tanpa terduga suaraku agak bergetar: “Berjanjilah padaku, kau akan tetap berada di sisiku tak peduli apa pun yang terjadi.”
Mo Qing membisu.
“Mo Qing, berjanjilah padaku.”
Dia membelai pipiku, sedikit mencondongkan diri, lalu dengan lembut mengecup dahiku: “Baiklah, aku berjanji padamu.”
Malamnya, aku tertidur dengan dikelilingi oleh selimut ketenangan yang damai. Di antara kondisi setengah tidur dan setengah sadar, samar-samar kurasakan seseorang mendekatiku. Aku ingin membuka mataku, tapi kelopak mataku terasa amat berat sehingga aku tak bisa mengangkatnya. Aku ingin bangun, tapi rasanya seakan tubuhku diikat ke ranjang oleh kekuatan sihir yang mencegahku bergerak.
Ketika orang berjubah hitam itu duduk di sebelahku, aku menyadari kalau Mo Qing-lah yang datang.
Mengetahui bahwa orang itu dia, tubuhku menjadi rileks. Kemudian dia membelai lembut rambutku: “Zhaoyao, hari itu di Kuburan Pedang, kau bilang, aku bisa membuang semuanya untukmu karena mulanya aku tak punya apa-apa.” Ah, memang benar, aku telah mengucapkan kata-kata itu. Jadi, si Monster Jelek Kecil itu masih menyimpan dendam terhadapku sampai-sampai dia bahkan masih mengingat kata-kata itu sampai sekarang. Ujung-ujung jemarinya kembali membelai wajahku dengan lembut: “Dahulu, aku ingin menjelaskan, tapi pada saat itu aku benar-benar tak punya apa-apa, jadi aku tak bisa menjelaskan apa-apa. Dan sekarang….”
Dia merunduk untuk mengecup lembut bibirku. Kecupan itu begitu ringan dan teramat lembut, namun membawa nostalgia yang menghancurkan hati: “Aku punya semuanya. Aku juga bisa membuang semuanya itu untukmu.”
Apa yang dia maksudkan dengan kata-kata itu?
Aku ingin membuka mataku tapi aku tak bisa melakukannya. Aku ingin menghentikan dia tapi aku tak mampu menggerakkan tubuhku.
Aku merasakan dia pergi. Aku juga merasakan auranya menghilang, tapi aku tak bisa bergerak sedikit pun.
Ketika aku berbaring di ranjang, aku hanya merasa bahwa setiap saat yang berlalu terasa begitu sulit untuk ditanggung. Aku ingin memecahkan penahan yang dipasang di sekujur tubuhku, tapi aku tak bisa melakukannya dengan cara apa pun.
Aku tahu kalau ini adalah penahan yang dibuat oleh Mo Qing. Sekarang karena dia sudah membangkitkan kekuatan dari sesosok iblis hati, para kultivator di dunia ini takkan mampu lagi berhadapan dengannya. Aku takkan mampu memecahkan penahannya, kecuali…. Dia telah lenyap sepenuhnya.
Ketika fajar datang, aku mendengar seseorang mendatangi kamarku untuk memeriksa kondisiku, tapi ketika orang itu melihat kalau aku masih tidur, orang itu langsung keluar lagi.
[Tidak, pergilah hentikan Mo Qing, suruh di agar kembali. Jangan biarkan dia pergi.]
[Jangan biarkan dia….]
[Kembali menghadapi pilihan-pilihan kejam itu seorang diri. Dalam hidup ini, dia harus menanggung terlalu banyak beban di punggungnya. Terakhir, bahkan pada akhir hidupnya, jangan biarkan dia menanggung masa lalu yang menyakitkan dan berat itu lagi, dan kemudian mati sendirian.]
[Aku bersedia pergi bersamanya, kenapa dia tidak minta pendapatku! Aku bersedia pergi bersamanya!]
Seraya memejamkan mataku, aku menggerakkan semua kekuatan yang ada di tubuhku. Akhirnya, aku berhasil membuka mataku. Di luar gelap dan tak ada siapa pun di sekitar sini. Tanpa pikir panjang, aku terduduk dan langsung berpindah untuk kembali ke tempat asalku. Di dalam gua raksasa di bawah sana, cahayanya seterang siang dan segel di dasarnya sudah disusun kembali. Di tengah-tengah cahaya yang menyilaukan itu, tampaklah satu sosok mencolok berambut hitam yang mengenakan jubah hitam. Dia berdiri di tengah-tengah cahaya, menggenggam Pedang Wan Jun yang panjang untuk membuat kuburannya sendiri.
Tepat pada saat aku baru saja tiba, cahaya di tanah tiba-tiba meledak, dan sebuah pilar cahaya menyorot ke langit, melingkupi sosoknya. Ketika cahaya itu turun kembali dari langit, tubuh Mo Qing tampak melayang-layang di dalamnya seperti dedaunan gugur. Aku mengabaikan semuanya itu dan menerjang ke dalam cahaya tersebut.
Di dalam cahaya itu, rasa sakit luar biasa seakan mengoyak tubuhku hingga berkeping-keping. Seraya berusaha sekuat tenaga menahan rasa sakit luar biasa yang menerjangku bagai gelombang pasang, aku menemukan Mo Qing dan mencengkeram pinggiran jubahnya.
Mo Qing membuka matanya dan menatap tak percaya kepadaku: “Apa yang kau lakukan di sini!” Dia amat sangat marah, “Pulanglah!” Kemudian dia mengibaskan tangannya untuk mendorongku menjauh.
Dengan cengkeraman luar biasa kuat, aku memeluk lehernya dan bersama dengan dirinya, aku menahan rasa sakit menyiksa dari tubuh kami sedang dicerai-beraikan: “Jangan memerintah aku!” Aku memarahinya, “Jangan membuat keputusan untukku. Aku tahu keputusan mana yang lebih baik!”
Aku tahu keputusan mana yang lebih baik. Aku tahu bahwa ada banyak hal di dunia ini yang lebih penting daripada cinta, tapi aku juga tahu bahwa semakin besar cinta, semakin penting cinta itu ketimbang kehidupan itu sendiri.
Bisa mengalami cinta yang seperti ini, adalah keberuntungan terbesarku.
“Di alam baka, di Sungai Kelupaan, asalkan kau ada di sana, aku akan mengikutimu.”
Dibandingkan dengan hidup seorang diri, aku lebih memilih untuk bersamamu.
Dengan tenggorokan tercekat, akhirnya Mo Qing tidak mendorongku lagi: “Lu Zhaoyao, memilikimu dalam kehidupan ini adalah keberuntungan terbesarku.”
Ini hebat sekali, bahkan pada saat-saat terakhir kami, kami masih menganggap diri kami sebagai orang yang beruntung dan bahagia.
Di tengah-tengah kesakitan itu, semua kesadaranku telah tercerai-berai berkeping-keping, hanya kehangatan dalam pelukanku yang takkan pernah menghilang, selamanya….